Anda di halaman 1dari 26

1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI


GAYA MAGNET DENGAN METODE KOOPERATIF
LEARNING KELAS V SD NEGERI NO.104280
PULAU GAMBAR KEC. SERBAJADI
KAB.SERDANG BEDAGAI

Oleh :

NAMA : SRI INDAWATI


NIM : 835326405
Email : sriindawati2085@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran


kooperatif learning dalam peningkatan pemahaman siswa terhadap materi Gaya
magnet melalui metode kooperatif learning di kelas V SD Negeri N0.104280
Pulau Gambar. Penelitian ini menggunakan penilaian proses, penilaian hasil
belajar siswa serta refleksi pembelajaran oleh guru. Penelitian ini dilakukan di
SD Negeri No. 104280 Pulau Gambar Kec.Serba Jadi Kab. Serdang Bedagai
pada mata pelajaran IPA. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah
22 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Waktu
penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2018 (mulai dari kegiatan
persiapan sampai pelaksanaan tindakan). Dari hasil penelitian penulis
melakukan pengamatan sebanyak 2 siklus , dimana pada tahap prasiklus hanya 8
(36%)orang siswa yang tuntas belajar. Melihat kenyataan ini penulis membuat
perbaikan pembelajaran pada tahap siklus I. Pada tahap ini ketuntasan klasikal
belajar siswa sebesar 50% yang berarti ada 11 orang siswa yang termasuk
kategori tuntas, agar siswa dapat mencapai nilai KKM yang telah di tetapkan
yaitu sebesar 85% maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran di siklus II
dengan menggunakan metode pembelajara kooperatif learning dan ternyata
diperoleh hasil yang memuaskan seluruh siswa sebanyak 20s orang sudah tuntas
mendapatkan nilai KKM yang diharapkan. Untuk itu penelitian perbaikan
pembelajaran di akhiri pada siklus II.

Kata-kata kunci : Model kooperatif learning, Hasil belajar, IPA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu pengetahuan alam pada dasarnya selalu berhubungan dengan alam.
Alam banyak memberikan manfaat kepada manusia itu sebabnya ilmu
2

pengetahuan alam sangat perlu diajarkan kepada anak-anak. Bukan hanya


untuk pengambilan manfaat dari alam melainkan agar anak lebih tertarik
untuk menjaga kelestarian alam. Dengan mengetahui pentingnya alam bagi
manusia, peserta didik akan lebih mudah di ajak untuk menjaga dan merawat
alam yang ada di sekitarnya.
Ilmu oengetahuan alam sebenarnya mudah untuk diajarkan kepada siswa.
Apabila kita menggunakan metode yang tepat saat proses pembelajaran.
Apalagi dalam ilmu pengetahuan alam lingkungan sekitar baik itu lingkungan
rumah maupun lingkungan sekolah dapat langsung digunakan guru sebagai
media pembelajaran. Tapi faktanya banyak guru yang tidak melakukan proses
pembelajaran seperti itu. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah
saat mengajar dari padamenggunakan metode yang bervariasi. Ketika
pembelajaran tentang gaya magnet guru hanya menggunakan metode
ceramah, sehingga peserta didik menjadi bosan, tidak mau mendengarkan
materi yang disampaikan oleh guru. Akibat proses pembelajaran yang
monoton peserta didik menjadi kurang berminat untuk berlajar ilmu
pengtahuan alam.
Masalah tersebut tidak boleh dibiarkan berkelanjutan. Oleh karena itu
diperlukan berbagai upaya yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran. Salah satu yang dilakukan guru adalah dengan
menerapkan metode inkuiri dalam proses pembelajaran ilmu pegetahuan
alam. Alasa rasional menggunakan metode kooperatif learning adalah bahwa
siswa akan mendengarkan pemahaman yang lebih baik mengenai ilmu
pengetahuan alam dan akan lebih tertarik pada pengetahuan alam jika mereka
dilibatkan secara aktif dalam melakukan materi-materi yang diajarkan.

Oleh karena itu dalam pembelajran menggunakan metode kooperatif learning guru
diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa,
berorientasi pada kegiatan, mendorong siswa untuk terbuka, berfikir bebas, lebih
mandiri dan percaya diri terhadap kemampuan intelektual sendiri. Pengkatan hasil
belajar inilah yang menarik untuk di bahas lebih jauh, sehingga dalam laporan
3

penelitian ini akan dilakukan kajian yang berjudul : Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Gaya Magnet Dengan Metode Kooperatif Learning Kelas V
SD Negeri No.104280 Pulau Gambar Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang
Bedagai.

1. Identifikasi Masalah
Dari uraian orientasi diatas dapat diidentifikasi hal-hal berikut ini :
1. Rendahnya pemahaman siswa tentang materi gaya magnet
2. Kurangnya minat siswa untuk bertanya
3. Banyak siswa kesulitan untuk menjawab pertanyaan
4. Keaktifan siswa sangat rendah
5. Guru cenderung banyak bicara sehingga pembelajaran terlihat sangat
membosankan
2. Analisis Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan adalah
1. Apa yang menjadi penyebab sehingga siswa kurang memahami
materi
2. Apa yang harus dilakukan guru supaya tumbuh minat belajar siswa
untuk bertanya
3. Apakah penyebab siswa kesulitan menjawab pertanyaan
4. Apa yang harus dilakukan guru agar siswa lebih aktif lagi
5. Guru harus menggunakan metode yang lebih bervariasi lagi
3. Alternatif dan Perioritas Pemecahan Masalah
Setelah melakukan identifikasi dan analisis masalah yang harus
diperbaiki yaitu penggunaan metode mengajar yang lebih berfariasi dan
lebih melibatkan anak dalam belajar aktif. Pada penelitian perbaikan
pembelajaran guru akan menggunakan metode mengajar kooperatif
learning. Dimana siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai pengarah, fasilitator yang berperan
meluruskan pemahaman anak yang salah terhadap suatu kajian materi.
B. Rumusan Masalah
4

Berdasarkan identifikasi masalah, analisis, serta alternatif pemecahan masalah


di atas maka permasalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah media realita/nyata dapat meningkatkan pemahaman siswa pada


materi gaya magnet di SD Negeri No. 104280 Pulau Gambar ?
2. Apakah metode kooperatif learning dapat meningkatkan pemahaman
siswa pada materi gaya magnet di SD Negeri No.104280 Pulau Gambar ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : mengetahui penerapan media


realita dalam peningkatan pemahaman siswa terhadap materi gaya magnet
melalui metode kooperatif learning di kelas V SD Negeri No. 104280 Pulau
Gambar.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran.


Bagi sekolah
 Sebagai pertimbangan dalam kebijakan sekolah untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran ilmu pengetahuan alam.
Bagi mahasiswa
 Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada siswa
tentang metode kooperatif learning. Selain itu dapat dijadikan
pertimbangan guru untuk mengguakan metode kooperatif learning
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan
keaktifan siswa.
Bagi siswa
 Dapat memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa dalam
upaya mencapai tujuan belajar dan mengasah keterampilan dalam
menemukan dan membentuk konsep secara individu maupun melalui
bimbingan guru.

Bagi institusi pendidikan


5

 Sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di


sekolah- sekolah lain.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar

Menurut Gagne seperti dikutip Ratna Wilis dahar dalam bukunya.


Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran ( 2011; 02 ) belajar didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat
suatu pengalaman. Skinner ( dalam Isriani dan Dewi, 2012: 4 ) mengatakan
belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Hal senada diungkapkan Rusman bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan ( Rusman,2011: 134
). Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar, responnya
menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam
kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Ratna Wilis Dahar
mengatakan bahwa bealajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan,
yang didalamnya terjadi hubungan-hubungan antara stimulus-
stimulus dan respons-respons ( 2011: 03 ).
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suprijono dalam Thobroni dan Mustofa ( 2011: 22 ) hasil
belajar adalah pola – pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian – pengertian,
sikap – sikap, apersepsi, dan keterampilan. Selain itu Thobroni dan Mustofa (
2011: 24 ) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Sedangkan Sadjana dalam sarjanaku.com ( 2011 ) mendefinisikan hasil belajar
sebagai kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
6

Sudjana dalam sarjanaku ( 2011: 93 ) hasil belajar yang dicapai siswa


dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa ( internal ) dan
faktor dari luar diri siswa ( external ). Dari pendapat ini, faktor yang dimaksud
adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti
yang dikemukakan oleh Clark dalam ( 2011 ) menyatakan bahwa hasil belajar
siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %
dipengaruhi oleh lingkungan, demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran.
Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal yaitu faktor – faktor yang berada didalam dan diluar siswa, yang
tergolong faktor internal adalah :
1. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan
sebagainya.
2. Faktor psikologis, baik bersifat bawaan maupun keturunan.
3. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis
Yang tergolong faktor eksternal :
1) Faktor sosial yang terdiri dari :
a. Faktor lingkungan keluarga.
b. Faktor lingkungan sekolah.
c. Faktor lingkungan masyarakat.
d. Faktor kelompok.
2) Faktor budaya seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian dan sebagainya.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belanja, iklim dan
sebagainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
B . Karakteristik Mata Pelajaran IPA
1. Pengertian IPA
Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan
sebagai:systematic and formulated knowledge dealing with material
7

phenomena and basedmainly on observation and induction (yang


diartikan bahwa ilmu pengetahuan alamdidefinisikan sebagai:
pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan
gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil
pengamatan dan induksi).
Selanjutnya, Djojosoediro (2001) mengatakan “IPA merupakan
cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
IPAdidefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan
fenomena alam yangdiperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan
ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah”.
2. Hakikat IPA sebagai Proses, Produk, Sikap
Cah Njeporo (Trowbridge and Byde, 1990) sains atau IPA
merupakan representasi dari hubungan dinamis yang mencakup tiga
faktor utama yaitu the extant body of scientific knowledge, the value of
science and the methods and processes of science yang artinya IPA
merupakan produk (body of scientific knowledge), proses (methods and
processes), dan mengandung nilai-nilai (values).
Anna Peodjiadi (2007: 899) mengatakan :“Komponen-komponen
dalam proses meliputi antara lain identifikasi masalah, observasi,
menyusun hipotesis/membuat prediksi, menganalisis, mengekstrapolasi
dan mensintesis. Komponen produk meliputi: fakta, konsep, teori dan
generalisasi. Komponen sikap, nilai dan moral, meliputi: rasa ingin tahu
yang tinggi, kritis, kreatif, rendah hati, skeptis, berpandangan terbuka,
keinginan membantu orang lain menggunakan pengetahuannnya,
mencintai lingkungan dan berkeinginan untuk berpartisipasi aktif
menyelesaikan masalah lingkungannya serta mengakui keteraturan alam
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa”.
Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP
(Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah :
8

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa


berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala
keteraturannya sebagai satu ciptaan Tuhan.
f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA


Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum
meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep.Lingkup
kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah,
pengembangan kreatifitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah.
Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika
dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat
dalam Kurikulum KTSP adalah :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,
padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
9

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
C. Metode Kooperatif Learning

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar


Yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur
kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni
(2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang
untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses
pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan,konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan
supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi. Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang pro-
akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki
pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.

3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif


10

Lungdren dalam Isjoni (2009: 16) mengemukakan unsur-unsur dalam


pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau
berenang bersama”;
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi;
c. Para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama;
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok;
4. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
a. Keunggulan Pembelajaran Berbasis Proyek
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting,
dan mereka perlu untuk dihargai.
1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
2. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
3. Meningkatkan kolaborasi.
4. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi.
5. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber.
b. Kelemahan pembelajaran kooperatif
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua
faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).
Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut.
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
waktu;
11

b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka


dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai;
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
5. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat
pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif
dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-
manfaat besar lain seperti berikut ini.
a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif
akan
b. Memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
c. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan
memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang
lebih besar untuk belajar;
d. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada
temantemannya,
e. Dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang
f. Positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti;
D. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik
secara ( learning dan teaching ). Dengan demikian belajar merupakan cakupan
dari pembelajaran sepihak. Sedangkan pembelajaran merupakan aktivitas yang
dilakukan oleh dua orang atau pendidik dengan peserta didik yang
mengandung dua unsur yaitu belajar dan mengajar. Istilah pembelajaran
12

merupakan perubahan dari istilah proses belajar mengajar (PBM) atau kegiatan
belajar mengajar (KBM).
Hamalik (1994:57) menyatakan bahwa pembelajran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi material, fasilitas
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembalajaran.manusia yang terlihat dari sistem pembelajaran terdiri dari siswa,
guru dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan utlis dan kapur,
fotografi, slide dan film, audio dan video. Fasilitas perlengkapan terdiri atas
ruang belajar, media visual atau alat peraga. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi praktek belajar, ujian dan sebagainya.
E. Karakteristik Peserta Didik
Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi
untuk menjelaskan semua kativitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memcahkan masalah, dan merancang masa depan atau
semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu, mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. ( Desmita, 2009 )
Guru harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik.
Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan
lebih di terapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan cikal
bakalperkembangan kognitif tersebut, karena jika anak diasuh secara tidak sesuai
bagaimana mestinya, ini akan berakibat pada perkembangan kognitif anak, bahkan
pada perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun sangat berpengaruh
pada perkembangan kognitif, semakin buruk lingkungan atau pergaulan seseorang
maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada perkembangan kognitif anak
semakin besar ( wibowo, 2016).

F. Penelitian Tindakan Kelas


13

Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki


pengertian sebagai berikut :
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.
3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas,
bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan
sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4)
peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh
siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun
peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil
pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam
kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika
guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa,
penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.

Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian
tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang
guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila
penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil
baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus
sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai
14

dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang
bisa dikenai tindakan.

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

1. Subjek penelitian
yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
No.104280 Pulau Gambar berjumlah 22 orang yang terdiri dari 12 laki-laki
dan 10 perempuan.
2. Tempat dan waktu penelitian
Tabel 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
No Mata Subjek Jumlah Prasiklus Siklus Siklus II Tempat
pelajaran Lk Pr 1

1 Ilmu Kelas 12 10 Selasa, Kamis, Jum’at, SD


Pengetah V 20 Maret 5 April 20 April Negeri
uan Alam 2018 2018 2018 No.104
280
Pulau
Gambar
Keterangan :

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No. 104280 Pulau Gambar


kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai pada mata pelajaran IPA.
Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 22 orang terdiri dari 12
orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Waktu pelaksanaan di lakukan pada
bulan maret-april 2018 ( mulai dari kegiatan persiapan sampai pelaksanaan
tindakan ).

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Perencanaan I
15

Pelaksanaan1
Refleksi 1 Siklus 1

Pengamatan 1

Perencanaan II

Refleksi II Siklus II Pelaksaan II

Pengamatan II

Gambar tahapan-tahapan dalam PTK


Sumber Wardhani (2007:24)

C. Urutan Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan masing-masing
siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain.
Pra Siklus
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat Perangkat Pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP) untuk
menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan
kurikulum.
b. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan media yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran.
b. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.
16

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pada prasiklus materi pembelajarannya adalah ”gaya magnet”,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
A. Kegiatan Awal
 Merapikan siswa di tempat duduk
 Berdoa dan mengabsensi siswa
 Mencoba menggali pengalaman siswa tentang penggunaan
magnet dalam kehidupan sehari-hari
B. Kegiatan Inti
 Siswa diminta membaca materi tentang gaya magnet
 Menunjukkan salah satu jenis magnet, kemudian mengajukan
pertanyaan berikut
1. Tahukah kamu benda apa ini ?
2. Tahukah kamu apa gunanya benda ini ?
 Memberikan penjalasan tentang sifat kutub magnet dan
memberikan contoh- contoh peralatan sekitar yang
menggunakan magnet.
C. Kegiatan Akhir
 Menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum
dipahami.
 Siswa diminta untuk membuat rangkuman materi dengan
bahasa sendiri.
 Siswa ditugasi untuk meencari informasi tentang magnet
dalam kehidupan sehari-hari.
 Mengadakan evaluasi dengan memberikan soal tertulis.

3. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah dibuat.
Lembar panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen yang
berkenaan dengan aktivitas siswa dan kinerja guru.
17

4. Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.
Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada
proses pembelajaran setelah diterapkannya model cooperative learning.
Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan
untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat Perangkat Pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP) untuk
menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan
kurikulum.
b. Menyiapkan lembar kerja siswa dan media yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran.
c. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
Proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam
pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah “gaya
magnet”.Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
A. Kegiatan Awal
 Merapikan siswa di tempat duduk
 Berdoa dan mengabsensi siswa
 Mencoba menggali pengalaman siswa tentang penggunaan
magnet dalam kehidupan sehari-hari
B. Kegiatan Inti
 Siswa diminta membaca materi tentang gaya magnet
 Menunjukkan salah satu jenis magnet, kemudian mengajukan
pertanyaan berikut
18

1. Tahukah kamu benda apa ini ?


2. Tahukah kamu apa gunanya benda ini ?

 Memberikan penjalasan tentang sifat kutub magnet dan


memberikan contoh- contoh peralatan sekitar yang
menggunakan magnet.
 Menunjukkan gambar magnet.
C. Kegiatan Akhir
 Menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum
dipahami.
 Siswa diminta untuk membuat rangkuman materi dengan
bahasa sendiri.
 Siswa ditugasi untuk meencari informasi tentang magnet dalam
kehidupan sehari-hari.
 Mengadakan evaluasi dengan memberikan soal tertulis.

3. Tahap Observasi
Seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini dilaksanakan
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar panduan observasi yang telah dibuat. Lembar panduan observasi
berisi tentang instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas
siswa dan kinerja guru.

4. Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.
Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada
proses pembelajaran setelah diterapkannya model cooperative learning.
Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan
untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
19

1. Membuat Perangkat Pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP) untuk


menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan
kurikulum.

2. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan


media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

3. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal


beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan
siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah “gaya magnet”. Adapun
pelaksanaan pada siklus II ini meliputi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
A. Kegiatan Awal
 Merapikan siswa di tempat duduk
 Berdoa dan mengabsensi siswa
 Apersepsi.
B. Kegiatan Inti
 Guru menjelaskan materi gaya magnet.
 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
 Memfasilitasi siswa dengan memberikan media / alat peraga.
 Memberi arahan kepada siswa untuk membuat magnet.
 Tiap –tiap kelompok diminta untuk membuat magnet dengan
cara aliran listrik, kemudian mencatat hasil percobaannya
apakah sudah berhasil atau belum.
 Menyanyikan lagu magnet ku
C. Kegiatan Akhir
 Menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum
dipahami.
20

 Siswa ditugasi untuk meencari informasi tentang magnet dalam


kehidupan sehari-hari.
 Mengadakan evaluasi dengan memberikan soal tertulis.

3. Tahap Observasi
Seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar panduan
observasi yang telah dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang
instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan kinerja
guru.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan
pada proses pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran melalui
metode cooperative learning. Data hasil pelaksanaan Prasiklus, siklus I
dan II kemudian dikumpulkan untuk di analisis dalam penyusunan laporan
hasil penelitian tindakan kelas. Dari tahap kegiatan pada prasiklus, siklus I
dan II hasil yang diharapkan yaitu:
a. Perubahan sifat pembelajaran yang semula berpusat kepada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
b. Guru memiliki kemampuan dalam merangsang, membimbing dan
mengarahkan siswa ke dalam proses pembelajaran yang lebih aktif.
c. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA Kelas V SD Negeri No.104280 Pulau Gambar Kec.
Serbajadi Kab. Serdang Bedagai. Acuan untuk merencanakan
perbaikan pada siklus berikutnya.
D. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil
observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan
kinerja guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif akan
21

digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya


dengan penguasaan materi pembelajaran.
a. Kualitatif
Data kualitatif ini, diperoleh dari observasi dengan menggunakan
lembar panduan observasi. Data hasil observasi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah
diterapkannya pembelajaran dengan model cooperative learning. Analisis
dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan
pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua
prilaku siswa dan perubahannya selama proses pembelajaran dari siklus I,
siklus II dan siklus III. Rumus penilaian dari kegiatan siswa dan kinerja
guru di atas adalah sebagai berikut:

R
NP = —— X 100 %
SM

Keterangan:
NP = Nilai persen atau nilai yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap (Adaptasi dari Purwanto, 2009: 102)
b. Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang akan dikerjakan siswa
pada siklus I, siklus II. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung
nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Σ X1
rumus: X = ——
22

N
Keterangan:
X = Rata-rata Hitung Nilai
N = Banyaknya Siswa
X1 = Nilai Siswa (Adaptasi dari Herrhyanto dkk., 2009: 4.2)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Pra siklus
Sebelum melakukan penelitian perbaikan pembelajaran di peroleh
hasil pembelajaran sebagai berikut :
Berdasarkan tabel diatas hanya 8 orang siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan
minimum ( KKM ). Perlu penulis sampaikan bahwa KKM IPA SD Negeri
No.104280 Pulau Gambar adalah 70. Dan secara klasikal apabila melihat nilia rat-
rata diatas belum memnuhi KKM. Dari data diatas maka penulis berencana
melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif learning.
2. Siklus I

Dapat disimpulkan bahwa ada 11 siswa yang termasuk kategori tidak tuntas
belajar dan ada 11 siswa yang termasuk kategori tuntas belajar. Adapun jumlah
persentase belajar siswa adalah 50% sehingga masih belum sesuai kriteria
ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan ( suatu kelas dikatakan tuntas
belajar jika dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap). Oleh
karena itu perlu dilakukan kembali perbaikan pembelajaran yang mungkin dapat
meningkatkan hasil belajar siswa , maka dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus

Refleksi

Adapun keberhasilah dan kegagalan yang terjadi dalam pelaksanaan pada


siklus I ini diuraikan sebagai berikut :
23

1) Masih terdapat beberapa siswa yang kurang serius ketika berdiskusi


kelompok
2) Masih terdapat siswa yang malu bertanyan kepada guru
3) Dari data hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa jummlah persentase
ketuntasan siswa 50% sehingga masih belum sesuai dengan kriteria ketuntasa
belajar klasikal yang telah di tetapkan.

Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I maka, pada siklus II


direncanakan bebrapa hal dibawan ini :

a) Guru harus bisa melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode kooperatif learning
b) Guru harus lebih banyak memotivasi belajar siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung
c) Guru harus memantau segala aktivitas yang dilakukan siswa

3. Siklus II

Berdasarkan preolehan data diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


siswa telah meningkat dan mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Karena
ketuntasan belajar telah tercapai, maka penulis tidak melanjutkan ke siklus III.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya
magnet.

Refleksi

Dari tes analisis yang dilakukan disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan
kemampuan belajar siswa. Peningkatan ini terjadi setelah diberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif learning yang dirancang
pada siklus I dan II yang beracuan pada pengalaman di siklus I. Peningkatan rata-
rat tes sebelumnya yaitu sebesar 15,00 dan ketuntasan klasikalnya sebesar 40%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jalannya pembelajatan di dukung


dengan instrumen yang terdiri dari tes hasil belajar siswa dan lembar observasi.
24

Pada siklus I kegiatan belajar mengajar belum terlaksana sesuai dengan yang di
rencanakan. Berdasarkan hasil observasi dapat dianalisis mencakup hal-hal yaitu :
pertama faktor guru, yaitu guru masih belum bisa melibatkan siswa secara aktif
didalam pembelajaran. Kedua faktor siswa yaitu masih terdapat siswa tang kurang
serius memperhatikan pembelajaran pada saat proses belajar mengajar dan masih
terdapat siswa yang enggan atau malu bertanya pada guru.

Setelah pemberian tindakan pada siklus I dengan menggunakan metode


kooperatif learning di peroleh jumlah persentase ketuntasan belajar siswa adalah
50%, dan siswa yang tidak tuntas adalah 50%. Sehingga masih belum sesuai
dengan ktiteria ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada rencana perbaikan


pembelajaran siklus I di peroleh hasil sebagai berikut :

a. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100


b. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50
c. Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM berjumlah 11 Orang ( 50% )
d. Siswa yang mendapat nilai diatas KKM berjumlah 11 orang ( 50% )
Dari masalah yang dialami penulis diatas, maka penulis melakukan rencana
perbaikan pembelajaran siklus II.
2. Siklus II
Selanjutnya setelah pemberian tindakan pada siklus II dengan penggunaan
metode kooperatif learning di peroleh jumlah persentase ketuntasan belajar siswa
adalah 90%. Jadi dapat di simpulkan bahwa hasil belajar siswa telah meningkat
dan mencapai ketuntasan belajar klasikal. Karena ketuntasan belajar siswa telah
tercapai, maka penulis tidak melanjutkan ke siklus III. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan metode kooperatif learning lebih efektif.

Dengan melaksanakan refleksi terhadap rencana perbaikan pembelajaran


pada siklus II dan berdasarkan hasil evaluasi belajar siswa diperoleh hasil sebagai
berikut :

a. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100


25

b. Nilai terendah yang diperoleh sisa adala 60


c. 90% siswa sudah memperoleh nilai diatas KKM
d. Nilai rat-rata peolehan adalah 80,45

V. KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang disajikan pada BAB IV
dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode kooperatif learning di kelas
IV SD Negeri NO. 104280 Pulau Gambar Kec. Serbajadi Kab. Serdang Bedagai
dapat berjalan dengan efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
dimulai dari tes prasiklus, terdapat 8 siswa yang telah tuntas belajar dan terdapat
14 siswa yang tidak tuntas belajar. Pada tahap prasiklus terdapat jumlah
persentase ketuntasan belajar siswa adalah 36%. Sehingga masih belum sesuai
dengan kriteria ketuntasan klasikal yang telah di tetapkan ( suatu kelas dikatakan
tuntas belajar jika dikelas tersebut diperoleh jumlah persentase ketuntasan belajar
siswa adalah 85%). Selanjutnya setelah pemberian tindakan pada siklus I di
peroleh 50% yang telah tuntas belajar dan terdapat 11 siswa (50%) yang tidak
tuntas belajar. Maka agar hasil belajar lebih memuaskan proses perbaikan
pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. Dengan menggunakan metode kooperatif
learning diperoleh jumlah persentase ketuntasan belajar siswa adalah 90%.
B. SARAN DAN TINDAK LANJUT
Sebagai saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagi berikut :
1) Disarankan kepada guru kelas terutama bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam(
IPA ) untuk melibatkan siswa berinteraksi dalam pembelajaran. Guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
2) Kepada teman teman mahasiswa UPBJJ-UT untuk dapat mencoba melakukan
model Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan menggunakan strategi dan
metode pembelajaran lainnya.
3) Kepada para pembaca yang mungkin akan melakukan penelitian
menggunakan metode kooperatif learning kiranya dapat mencoba dengan
materi pembelajaran yang lain.
26

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka

Ittidad, Zainul Amin. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka

Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan


Dasar dan Menengah. Jakarta : Menteri Pendidikan Nasional.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Standar Isi. Jakarta : Menteri Pendidikan


Nasional.

Purwanto, Ngalim. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosdakarya

Santyasa, I Wayan (2010). Teknik Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian


Tindakan Kelas. Singaraja : Undiksha.

UU No. 20 Tahun 2003 . Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : DPR dan


Presiden RI.

Wardhani,I.G.A.K, Wihardit (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cet9-Ed 1.


Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai