Oleh :
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
Oleh karena itu dalam pembelajran menggunakan metode kooperatif learning guru
diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa,
berorientasi pada kegiatan, mendorong siswa untuk terbuka, berfikir bebas, lebih
mandiri dan percaya diri terhadap kemampuan intelektual sendiri. Pengkatan hasil
belajar inilah yang menarik untuk di bahas lebih jauh, sehingga dalam laporan
3
penelitian ini akan dilakukan kajian yang berjudul : Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Gaya Magnet Dengan Metode Kooperatif Learning Kelas V
SD Negeri No.104280 Pulau Gambar Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang
Bedagai.
1. Identifikasi Masalah
Dari uraian orientasi diatas dapat diidentifikasi hal-hal berikut ini :
1. Rendahnya pemahaman siswa tentang materi gaya magnet
2. Kurangnya minat siswa untuk bertanya
3. Banyak siswa kesulitan untuk menjawab pertanyaan
4. Keaktifan siswa sangat rendah
5. Guru cenderung banyak bicara sehingga pembelajaran terlihat sangat
membosankan
2. Analisis Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan adalah
1. Apa yang menjadi penyebab sehingga siswa kurang memahami
materi
2. Apa yang harus dilakukan guru supaya tumbuh minat belajar siswa
untuk bertanya
3. Apakah penyebab siswa kesulitan menjawab pertanyaan
4. Apa yang harus dilakukan guru agar siswa lebih aktif lagi
5. Guru harus menggunakan metode yang lebih bervariasi lagi
3. Alternatif dan Perioritas Pemecahan Masalah
Setelah melakukan identifikasi dan analisis masalah yang harus
diperbaiki yaitu penggunaan metode mengajar yang lebih berfariasi dan
lebih melibatkan anak dalam belajar aktif. Pada penelitian perbaikan
pembelajaran guru akan menggunakan metode mengajar kooperatif
learning. Dimana siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai pengarah, fasilitator yang berperan
meluruskan pemahaman anak yang salah terhadap suatu kajian materi.
B. Rumusan Masalah
4
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
C. Metode Kooperatif Learning
merupakan perubahan dari istilah proses belajar mengajar (PBM) atau kegiatan
belajar mengajar (KBM).
Hamalik (1994:57) menyatakan bahwa pembelajran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi material, fasilitas
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembalajaran.manusia yang terlihat dari sistem pembelajaran terdiri dari siswa,
guru dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan utlis dan kapur,
fotografi, slide dan film, audio dan video. Fasilitas perlengkapan terdiri atas
ruang belajar, media visual atau alat peraga. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi praktek belajar, ujian dan sebagainya.
E. Karakteristik Peserta Didik
Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi
untuk menjelaskan semua kativitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memcahkan masalah, dan merancang masa depan atau
semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu, mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya. ( Desmita, 2009 )
Guru harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik.
Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan
lebih di terapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan cikal
bakalperkembangan kognitif tersebut, karena jika anak diasuh secara tidak sesuai
bagaimana mestinya, ini akan berakibat pada perkembangan kognitif anak, bahkan
pada perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun sangat berpengaruh
pada perkembangan kognitif, semakin buruk lingkungan atau pergaulan seseorang
maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada perkembangan kognitif anak
semakin besar ( wibowo, 2016).
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian
tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang
guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila
penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil
baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus
sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai
14
dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang
bisa dikenai tindakan.
1. Subjek penelitian
yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
No.104280 Pulau Gambar berjumlah 22 orang yang terdiri dari 12 laki-laki
dan 10 perempuan.
2. Tempat dan waktu penelitian
Tabel 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
No Mata Subjek Jumlah Prasiklus Siklus Siklus II Tempat
pelajaran Lk Pr 1
Perencanaan I
15
Pelaksanaan1
Refleksi 1 Siklus 1
Pengamatan 1
Perencanaan II
Pengamatan II
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah dibuat.
Lembar panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen yang
berkenaan dengan aktivitas siswa dan kinerja guru.
17
4. Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.
Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada
proses pembelajaran setelah diterapkannya model cooperative learning.
Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan
untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat Perangkat Pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP) untuk
menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan
kurikulum.
b. Menyiapkan lembar kerja siswa dan media yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran.
c. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji
Proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam
pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah “gaya
magnet”.Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
A. Kegiatan Awal
Merapikan siswa di tempat duduk
Berdoa dan mengabsensi siswa
Mencoba menggali pengalaman siswa tentang penggunaan
magnet dalam kehidupan sehari-hari
B. Kegiatan Inti
Siswa diminta membaca materi tentang gaya magnet
Menunjukkan salah satu jenis magnet, kemudian mengajukan
pertanyaan berikut
18
3. Tahap Observasi
Seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini dilaksanakan
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar panduan observasi yang telah dibuat. Lembar panduan observasi
berisi tentang instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas
siswa dan kinerja guru.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.
Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada
proses pembelajaran setelah diterapkannya model cooperative learning.
Hasil analisis data yang dilaksanakan dipergunakan sebagai acuan
untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
19
3. Tahap Observasi
Seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar panduan
observasi yang telah dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang
instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan kinerja
guru.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan
pada proses pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran melalui
metode cooperative learning. Data hasil pelaksanaan Prasiklus, siklus I
dan II kemudian dikumpulkan untuk di analisis dalam penyusunan laporan
hasil penelitian tindakan kelas. Dari tahap kegiatan pada prasiklus, siklus I
dan II hasil yang diharapkan yaitu:
a. Perubahan sifat pembelajaran yang semula berpusat kepada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
b. Guru memiliki kemampuan dalam merangsang, membimbing dan
mengarahkan siswa ke dalam proses pembelajaran yang lebih aktif.
c. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA Kelas V SD Negeri No.104280 Pulau Gambar Kec.
Serbajadi Kab. Serdang Bedagai. Acuan untuk merencanakan
perbaikan pada siklus berikutnya.
D. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil
observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan
kinerja guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif akan
21
R
NP = —— X 100 %
SM
Keterangan:
NP = Nilai persen atau nilai yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap (Adaptasi dari Purwanto, 2009: 102)
b. Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang akan dikerjakan siswa
pada siklus I, siklus II. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung
nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Σ X1
rumus: X = ——
22
N
Keterangan:
X = Rata-rata Hitung Nilai
N = Banyaknya Siswa
X1 = Nilai Siswa (Adaptasi dari Herrhyanto dkk., 2009: 4.2)
Dapat disimpulkan bahwa ada 11 siswa yang termasuk kategori tidak tuntas
belajar dan ada 11 siswa yang termasuk kategori tuntas belajar. Adapun jumlah
persentase belajar siswa adalah 50% sehingga masih belum sesuai kriteria
ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan ( suatu kelas dikatakan tuntas
belajar jika dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap). Oleh
karena itu perlu dilakukan kembali perbaikan pembelajaran yang mungkin dapat
meningkatkan hasil belajar siswa , maka dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus
Refleksi
a) Guru harus bisa melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode kooperatif learning
b) Guru harus lebih banyak memotivasi belajar siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung
c) Guru harus memantau segala aktivitas yang dilakukan siswa
3. Siklus II
Refleksi
Dari tes analisis yang dilakukan disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan
kemampuan belajar siswa. Peningkatan ini terjadi setelah diberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif learning yang dirancang
pada siklus I dan II yang beracuan pada pengalaman di siklus I. Peningkatan rata-
rat tes sebelumnya yaitu sebesar 15,00 dan ketuntasan klasikalnya sebesar 40%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
Pada siklus I kegiatan belajar mengajar belum terlaksana sesuai dengan yang di
rencanakan. Berdasarkan hasil observasi dapat dianalisis mencakup hal-hal yaitu :
pertama faktor guru, yaitu guru masih belum bisa melibatkan siswa secara aktif
didalam pembelajaran. Kedua faktor siswa yaitu masih terdapat siswa tang kurang
serius memperhatikan pembelajaran pada saat proses belajar mengajar dan masih
terdapat siswa yang enggan atau malu bertanya pada guru.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang disajikan pada BAB IV
dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode kooperatif learning di kelas
IV SD Negeri NO. 104280 Pulau Gambar Kec. Serbajadi Kab. Serdang Bedagai
dapat berjalan dengan efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
dimulai dari tes prasiklus, terdapat 8 siswa yang telah tuntas belajar dan terdapat
14 siswa yang tidak tuntas belajar. Pada tahap prasiklus terdapat jumlah
persentase ketuntasan belajar siswa adalah 36%. Sehingga masih belum sesuai
dengan kriteria ketuntasan klasikal yang telah di tetapkan ( suatu kelas dikatakan
tuntas belajar jika dikelas tersebut diperoleh jumlah persentase ketuntasan belajar
siswa adalah 85%). Selanjutnya setelah pemberian tindakan pada siklus I di
peroleh 50% yang telah tuntas belajar dan terdapat 11 siswa (50%) yang tidak
tuntas belajar. Maka agar hasil belajar lebih memuaskan proses perbaikan
pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. Dengan menggunakan metode kooperatif
learning diperoleh jumlah persentase ketuntasan belajar siswa adalah 90%.
B. SARAN DAN TINDAK LANJUT
Sebagai saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagi berikut :
1) Disarankan kepada guru kelas terutama bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam(
IPA ) untuk melibatkan siswa berinteraksi dalam pembelajaran. Guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
2) Kepada teman teman mahasiswa UPBJJ-UT untuk dapat mencoba melakukan
model Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan menggunakan strategi dan
metode pembelajaran lainnya.
3) Kepada para pembaca yang mungkin akan melakukan penelitian
menggunakan metode kooperatif learning kiranya dapat mencoba dengan
materi pembelajaran yang lain.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka