Anda di halaman 1dari 75

1

JUDUL YANG PAS UNTUK LAPORAN HASIL PTK :

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


SISWA KELAS VI MELALUI INOVASI PEMBELAJARAN KERTAS
BERPETAK DI SDN ________ TAPEL ____

By :
guntur-aneh.blogspot.com

Please add me
facebook :
guntur aneh mulai waras
twitter :
@guntur_aneh

klikot :
guntur saleksa
http://www.klikot.com/Profile_.aspx?user_id=1704713

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan

merupakan

tanggungjawab

bersama

antara

pemerintah, masyarakat, dan orangtua. Kerjasama antara ketiga pihak


diharapkan dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya. Manusia Indonesia seutuhnya artinya manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani
dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri serta tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.


Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan sebagai berikut
; "Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang" (Depdikbud, 1989). Sebagai
program pendidikannya pemerintah menyusun kurikulum ditiap jenjang
pendidikan dari mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi
sesuai dengan kemampuan dasar anak didiknya.
Dalam pendidikan dasar terutama Sekolah Dasar, Pemerintah
dewasa ini sedang menggiatkan kemampuan dasar siswanya melalui
program kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung),
terutama pada siswa kelas awal dengan satu asumsi bahwa
kemampuan ini merupakan modal utama untuk belajar selanjutnya.
Kalau kita pelajari lebih lanjut kemampuan calistung bisa dicapai
dengan dua mata pelajaran yang utama, yaitu untuk kemampuan
membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia dan kemampuan
berhitung dalam matematika.
Pengajaran matematika diberikan di Sekolah Dasar (SD)
semenjak anak duduk dikelas satu. Ini menunjukan bahwa pemerintah
menganggap pentingnya pengajaran matematika bagi siswa Sekolah
Dasar, sehingga dalam kurikulum 1994 ditetapkan matematika
diberikan pada kelas awal dengan jumlah jam pelajaran yang paling
banyak. Sama banyaknya dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia,

yaitu 10 jam pelajaran di kelas 1 sampai kelas 3, dan 8 jam di kelas 4


sampai kelas 6.
Pada kurikulum 2004 pengajaran matematika di Sekolah Dasar
memiliki berbagai tujuan, baik secara umum maupun secara khusus
(Depdiknas, 2004), di antaranya:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika
dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan
Pemerintah bertujuan

menyempurnakan Kurikulum

2004

dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada kurikulum ini


melalui

pembelajaran

kemampuan

dalam

matematika

diharapkan

memecahkan

masalah,

siswa

memiliki

penalaran,

dan

komunikasi. Kemampuan ini tidak terpisah dalam satu pokok bahasan


tertentu, tapi terintegrasi dalam sejumlah materi yang sesuai.
Pencantuman atau penyatuan tersebut secara eksplisit atau tersurat
agar mendapat perhatian untuk dikembangkan. Adapun tujuan
pengajaran matematika di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu:
1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian
pembagian

beserta

melibatkan pecahan.

operasi

campurannya,

termasuk

yang

2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun


ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan
volume.
3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
4. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan
penaksiran pengukuran.
5. Menentukan dan menafsirkan data sederhana seperti ukuran
tertinggi,

terendah,

rata-rata,

modus,

mengumpulkan,

dan

menyajikannya.
6. Memecahkan

masalah, melakukan penalaaran dan

mengkomunikasikan gagasan secara matematika. (Depdikbud,


2001).
Tujuan-tujuan

tersebut

dijabarkan

melalui

pengajaran

matematika, ruang lingkup materi/bahan kajian matematika yang


mencangkup: aritmetika (berhitung, pengantar aljabar, geometri,
pengukuran, dan kajian data (pengantar statistika), dan penekanan
diberikan pada penguasaan bilangan (number sense) termasuk
berhitung.
Bahan kajian tersebut dijabarkan oleh guru sebagai implementer
kurikulum melalui persiapan mengajar dan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di kelas. Dalam penyusunan bahan kajian, tim penyusun
kurikulum berusaha menyesuaikan antara topik pembelajaran dengan
kematangan mental siswa, agar siswa bisa mengikuti dan memahami
setiap topik pembelajaran matematika yang disampaikan guru.

Hasil Penelitian Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana


Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan

Depdikbud

(1999), mengungkapkan permasalahan

umum dalam pelaksanaan kurikulum 1994, yaitu siswa banyak


mengalami kesulitan di antaranya : dalam pengerjaan soal cerita,
hitungan campuran, menyelesaikan masalah suku yang belum
diketahui, operasi hitung dengan pengaitan, dan kesulitan bagi guru
dalam mengajar pecahan.
Pembelajaran pecahan di Sekolah Dasar mulai diajarkan di kelas
tiga sampai kelas enam. Di kelas dua pecahan diajarkan hanya
meliputi; pengenalan, penjumlahan, dan pengurangan pecahan yang
berpenyebut sama dengan pecahan perduaan dan perempatan.
Di kelas tiga pecahan lebih maju lagi. Pada caturwulan satu
meliputi penjumlahan dan pengurangan pecahan pertigaan dan
perenaman, ditambah dengan membandingkan pecahan tersebut.
Pada caturwulan dua mengulang mated yang lalu, yaitu penjumlahan
dan pengurangan pecahan perduaan, perempatan, pertigaan, dan
perenaman, ditambah soal cerita sederhana. Sedangkan pada catur
wulan

ketiga,

masih

mengulang

materi

yang

lalu,

ditambah

pengenalan pecahan perlimaan, perdelapanan, dan persepuluhan.


Dari kelas empat sampai kelas enam materi pecahan lebih
komplek lagi, diantaranya penjumlahan dan pengurangan dengan
pecahan yang berpenyebut tidak sama, menentukan pecahan senilai,
pecahan desimal, perkalian dan pembagian pecahan, persen,

perbandingan pecahan, dan soal cerita.


Berdasarkan hasil pengalaman, diskusi, dan hasil pengamatan
dalam pengajaran pecahan guru-guru banyak mendapat kesulitan
dalam mengajarkan pecahan di tiap tingkatan kelas di Sekolah Dasar.
Kesulitan itu nampak dari kegiatan pembelajaran yang kurang optimal,
hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, serta kesulitan guru
dalam memilih media yang dapat memperjelas apa yang akan
disampaikan, agar lebih cepat dapat dimengerti.
Media yang baik adalah media yang sederhana murah, mudah
didapat di mana saja dan mudah dioperasikan (Sukandi. 2003, h. 45).
Media yang memenuhi hal tersebut dalam penelitian ini adalah media
berupa kertas berpetak.

B. Batasan dan Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
maka dibuatlah batasan masalah yang merupakan masalah pokok
dalam penelitian ini sebagai berikut: " Bagaimanakah efektivitas
penggunaan media kertas berpetak dalam pembelajaran pecahan di
kelas VI Sekolah Dasar

Negeri

_______Kecamatan

______

Kabupaten ______ Tahun Pelajaran ____/ ____ ?".


Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
2. Bagaimanakah kegiatan pembelajaran pecahan di
Sekolah Dasar Negeri

_______Kecamatan

kelas VI

______ Kabupaten

______ Tahun Pelajaran

____/ ____ dengan media kertas

berpetak?
3. Apakah pembelajaran pecahan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri
_______Kecamatan ______ Kabupaten ______ Tahun Pelajaran
____/ ____ dengan media kertas berpetak dapat meningkatkan
hasil belajar?

C. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Mencari model pembelajaran matematika yang efektiv dan efisien
pada pokok bahasan pecahan dengan menggunakan kertas
berpetak
2. Mengembangkan praktik pembelajaran matematika yang efektiv
dan efisien pada pokok bahasan pecahan dengan menggunakan
kertas berpetak
3. Mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan pecahan
melalui media kertas berpetak.

D. Definisi Operasinal
1. Media kertas berpetak, yaitu alat bantu yang dibuat dari kertas
berpetak,

berguna

untuk

membantu

menerangkan

atau

mewujudkan konsep matematika.


2. Pecahan yang dimaksud, yaitu topik pecahan yang dipelajari di

kelas

VI

sementer ___, yang terdiri dari; perbandingan,

penjumlahan, pengurangan pecahan berpenyebut sama.

E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). PTK merupakan suatu kolaboratif yang betujuan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar. Dengan PTK diharapkan
tercapai proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Penelitian ini
dilakukan

dalam

siklus,

tiap

siklus

terdiri

tahap,

merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan merefleksi.

yaitu

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Matematika
Matematika menurut Ruseffendi (1991, h. 12) adalah bahasa
simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif,
ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan,
ke aksioma, atau postulat dan akhimya ke dalil.
Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000, h. 11),
memiliki objek tujuan kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan,
berpola pikir deduktif. Hal yang sama terdapat dalam kurikulum
Sekolah Dasar

2004 bahwa ciri penting matematika adalah (1)

memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan
konsisten (Depdiknas, 2004, h. 56).
Dan pemyataan di atas bahwa pekerjaan matematika adalah
penalaran deduktif yang berkerja atas asumsi (kebenaran konsisten).
Selain itu matamatika juga bekerja secara induktif yang didasarkan
fakta dan gejala yang muncul untuk sampai akhirnya disimpulkan
dalam suatu argumen yang konsisten.

11

B. Perkembangan Kognitif Siswa Sekolah Dasar


Kalau kita perhatikan siswa SD dikaitkan dengan perkembangan
kognitif menurut Piaget (dalam Ruseffendi, 1991, h. 134) yaitu,
1) Tahap Sensori motor (dari lahir sampai 2 tahun)
2) Tahap pre operasi (2 tahun sampai 7 tahun)
3) Tahap operasi kongkrit (7 tahun sampai 11- 12 tahun)
4) Tahap operasi formal (sekitar 11 tahun sampai dewasa)

Tokoh lain yang melakukan studi terhadap masalah ini secara


mendalam ialah Bruner (dalam Makmun, 1995, h. 61). ia membagi
proses perkembangan prilaku kognitif ke dalam tiga periode:
1. Enactive stage, merupakarn suatu masa di mana individu
berusaha memahami lingkungannya; tahapan ini mirip dengan
fase sensori motor dari Piaget.
2. Iconic stage, yang mendekati kepada tahapan praoperasional
dan Piaget.
3. Symbolic stage, yang juga mendekati kepada ciri-ciri fase
operasional kongkrit dan operasional formal dari Piaget

Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7


tahun sampai 12 atau 13 tahun, mereka berada pada fase operasi
kongkrit menurut Piaget, dan berada pada tahapan simbolik menurut
Bruner. Pada Fase ini, kemampuan dan kecakapan baru yang
menandai periode ini ialah : mengklasifikasikan angka-angka atau

12

bilangan serta mengkonservasi pengetahuan tertentu. Perilaku kognitif


yang nampak pada fase ini ialah kemampuannya dalam proses
berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih
terikat dengan objek yang bersifat kongkrit.
Kalau

kita

bandingkan

secara

seksama

antara

hakekat

matematika dengan perkembangan konitif siswa Sekolah Dasar


terutama siswa sekolah dasar terdapat kesenjangan yang sangat jauh.
Misalnya matematika merupakan ilmu deduktif dan abstrak sedangkan
taraf perkembangan,kognitif siswa Sekolah Dasar masih kongkrit dan
induktif. Tentu saja untuk menjembatani kesenjangan ini diperlukan
strategi

pembelajaran, metode

dan

media yang

cocok untuk

mengajarkan matematika, agar topik yang disampaikan dapat


dipahami oleh siswa. Guru matematika di Sekolah Dasar harus
berusaha untuk mengurangi sifat abstrak dari objek matematika itu
sehingga memudahkan siswa menangkap pelajaran matematika

C. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


Dari usia perkembangan kognitif, siswa Sekolah Dasar masih
terikat dengan objek yang kongkrit yang dapat ditangkap oleh panca
indera, maka dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan alat bantu
berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan
kita sampaikan, agar apa yang disampaikan lebih cepat dimengerti dan
lebih dipahami. Selain itu dalam proses pembelajarannya pada fase
kongkrit bisa melalui tahapan kongkrit - semi kongkrit - semi abstrak

13

dan selanjutnya abstrak


Menurut Ruseffendi (1993, h. 220) Setiap konsep yang abstrak
dalam matematika yang baru dipahami perlu segera diberi penguatan
supaya mengendap, melekat dan tahan lama tertanam sehingga
menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola tindaknya. Untuk
keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat dan
pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja
yang tentunya akan mudah dilupakan dan sulit untuk dapat dimiliki.
Seperti pepatah cina mengatakan; Saya mendengar maka saya lupa,
saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti
Topik-topik matematika yang ada dalam kurikulum Sekolah
Dasar bisa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar dalam
pembelajarannya di masing-masing siswa. Yang pertama adalah
pembelajaran penanaman konsep yaitu bagi materi yang pertama kali
dikenalkan pada siswa ( topik ini belum pernah dikenal / diajarkan
pada siswa sebelumnya). Contohnya bilangan 1- 5 di kelas V,
mengenal pecahan di kelas V semester II, membandingkan pecahan
di kelas VI semester I.
Kedua adalah nemahaman konsep yaitu kelanjutan dari
penanaman konsep. Artinya topik yang akan diajarkan sebelumnya
sudah dikenal oleh siswa. Contohnya operasi penjumlahan bilangan
cacah di kelas 2, operasi perkalian di kelas 4, luas bangun datar
(persegi, persegi panjang, lingkaran, trapesium dll.) di kelas 6.

14

Ketiga pembinaan keterampilan dalam bagian akhir ini siswa


dianggap sudah mahir dalam konsep dasar dan pemahamannya,
maka dalam pembelajarannya dilengkapi dengan mencongak (drill)
dan pemecahan masalah. Contohnya perkalian di kelas 5 atau di kelas
6.

D. Media Pengajaran Kertas Berpetak


Media pengajaran menurut Ruseffendi (1990, h. 2) yaitu alat untuk
menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Sedangkan All
(1987, h. 89) mengungkapkan bahwa media pengajaran diartikan
sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(massage), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Benda-benda yang
digunakan sebagai media untuk meningkatkan pengalaman belajar
agar lebih kongkrit. Pembelajaran dengan menggunakan media
diharapkan akan terjadi pembelajaran bermakna melalui media
pengajaran tersebut.
Menurut teori belajar mengajar dan Piaget, Bruner, Dienes (dalam
Ruseffendi 1990, h. 4), pengajaran matematika memerlukan bendabenda sebagai media. Piaget menyatakan bahwa siswa yang tahap
berpikirnya masih pada tahap operasi kongkrit tidak akan memahami
konsep matematika tanpa benda-benda kongkrit. Dienes menekankan
pentingnya siswa belajar dalam lingkungan yang kaya dengan bendabenda kongkrit yang ada kaitannya dengan konsep matematika yang

15

sedang dipelajari. Sedangkan Bruner berpendapat hampir sama,


bahwa belajar pada lingkungan yang kaya dengan benda-benda
kongkrit sangat penting.
Dale (dalam All, 1987, h. 90) memandang bahwa nilai media
dalam pengajaran diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman, yang
terdiri dua belas tingkatan yang digambarkan dalam sebuah kerucut
pengalaman

Berdasarkan kerucut pengalaman di atas dapat diartikan bahwa,


pengalaman belajar yang paling banyak didapat melalui benda kongkrit
lansung, lalu menurun ke benda tiruan, dramatisasi, demontrasi, karya
wisata, pameran, televisi pendidikan, film hidup, gambar mati, rekaman
suara /radio, simbol yang dapat dilihat dan yang paling rendah didapat
pengalaman belajarnya melalui lambang kata (ceramah).

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar secara umum banyak

16

menggunakan metode ceramah dan drill untuk penyampaian suatu


rumus atau urutan pengerjaan suatu perhitungan. Siswa jarang dan
tidak pernah mencoba mencari dan memproses dari mana rumus atau
cara pengerjaan tersebut didapat, atau belajar menemukan sendiri
secara informal untuk mendapatkan hal tersebut
Begitu pula dengan pembelajaran pecahan di kelas III, untuk
memahami pecahan guru banyak memberikan ceramah dan drill.
Contoh, untuk mengajarkan pecahan yang senilai siswa langsung
diberi pengertian bahwa untuk mendapatkan pecahan yang senilai
cukup dengan mengalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan

1 1x 2 2 2 x 2 4

yang sama misalnya, 2 2 x 2 4 4 x 2 8 siswa tidak pernah dibantu


dengan media kongkrit untuk memahami topik pecahan tersebut
Kertas berpetak sebagai media pengajaran diharapkan bisa
membantu siswa dalam memahami topik pecahan. Contoh untuk
memahami pecahan seperti di atas, pertama kita melakukan kegiatan
sebagai berikut;

1
2
1
2

1
2 Lalu lipat berpetak

1
4

1
4

1
4

1
4

secara berlawanan
1 11 2

2 4 4 4

17

Beberapa pertimbangan penggunaan kertas berpetak sebagai


media pengajaran diantaranya, harga tidak mahal (murah), mudah
untuk digunakan, bentuknya tidak berbahaya, bisa digunakan oleh
siswa untuk penyelidikan beberapa aspek matematika, bentuknya
ringan, dan mudah didapat dimana saja. Atau kita bisa menggunakan
kertas yang sudah tidak dipakai untuk dirubah menjadi kertas
berpetak.

E. Pembelajaran Aktif
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam penggunaan media
kertas berpetak yaitu terjadinya pembelajaran siswa aktif, kreatif dan
menyenangkan dalam membentuk suatu konsep. Melalui media kertas
berpetak yang disajikan diharapkan guru menciptakan situasi kondisi
pembelajaran yang dapat merangsang, menantang daya pikir dan
cipta siswa, sehingga ia aktif dalam belajar.
Eurich (dalam Moedjiono, 1991, h. 21) mengemukakan prinsipprinsip keaktifan siswa, yaitu; keberanian siswa untuk mewujudkan
minat, keinginan dan keberanian siswa untuk ikut serta, usaha dan
kreativitas siswa, keingintahuan yang besar, dan rasa lapang dan
bebas. Keberanian siswa untuk mewujudkan minat. Siswa yang terlibat
dalam proses pembelajaran hendaknya menyadari bahwa belajar
merupakan tugasnya, dan agar siswa belajar secara aktif, la dapat
memulainya dengan belajar untuk mewujudkan minat. Guru dalam hal

18

ini harus bisa berperan untuk membangkitkan dan mendorong minat


siswa supaya memiliki keinginan dan keberanian untuk ikut serta
terlibat dalam pembelajaran
Siswa harus memiliki keinginan dan keberanian mewujudkan
minat, keinginan, dan dorongan melalui partisipasi atau keikutsertaan
mereka dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa ini akan nampak
dalam aktivitas helajar untuk mencapai tujuan. Siswa jangan hanya
mendengarkan sejumlah informasi dari guru, atau melihat peragaan
guru di depan kelas, tapi ia harus terlibat secara aktif kreatif dan
berusaha dalam pembentukan suatu pengertian atau konsep.
Guru harus merangsang siswa untuk memiliki kreativitas
berpikir dalam mengahadapi masalah sesulit apapun, jangan berhenti
apabila menghadapi masalah-masalah yang sulit. Siswa diharapkan
mau berusaha dan mengguaakan kreativitasnya untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya bukan menghindar. Kreativitas pada
dasarnya muncul karena siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar,
maka dengan demikian siswa harus dikondisikan supaya rasa ingin
tahu yang besar dapat disalarkan.
Rasa ingin tahu yang besar ditunjukan mereka dengan selalu
bertanya tentang segi,la sesuatu yang belum mereka ketahui. Dengan
rasa ingin tahu yang besar, siswa selalu aktif mencari dan menemukan
jawaban atas pertanyaan yang ada dalam dirinya. Kecendrungan
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mendoktrin siswanya
untuk menerima inforrnasi dari guru tentang suatu konsep dalam

19

matematika, walaupun dalam pikiran siswa ingin bertanya tentang halhal yang kurang diterima dengan alam pikirannya. Siswa harus diberi
kebebasan dan rasa aman untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat.

Dalam pembelajaran siswa harus terhindar dari perasaan


ketakutan untuk berbuat, dan juga tertekan serta terbelenggu dalam
mengemukakan gagasannya. Sehingga ia berani mencoba mencari
dan menemukan suatu jawaban dengan langkah coba-coba dan salah
(trial and error), walaupun jawaban siswa salah tapi kita harus
menghargai keberaniannya untuk mencari jawaban. Selain itu jangan
berpendapat bahwa siswa semuanya tidak tahu dan tidak bisa tentang
materi baru dalam suatu pembelajaran, sehingga kecendrungan guru
selalu ingin memberitahu atau menginformasikan tanpa pernah
mencoba keberanian siswa untuk mencari jawaban dengan berbuat
sendiri.
Sukandi (2001, h. 9) mengemukakan, untuk mencapai belajar
aktif guru harus menciptakan smsana belajar mengajar yang membuat
siswa melakukan pengalaman, interaksi, komunikasi, dan refleksi.
a. Anak akan belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman
langsung mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya
melalui mendengar (ceramah).
b. Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung
dalam simsana interaksi dengan orang lain: berdiskusi, saling

20

bertanya dan mempertanyakan, dan saling menjelaskan,


sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik.
c. Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan
maupun tulisan, merupakar, kebutuhan setiap manusia
dalam rangka mengungkapkan dinnya untuk mencapai
kepuasaan.
d. Refleksi dapat terjadi sebagai umpan balik dari interaksi dan
komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap
hasil kerja seorang siswa, yang berupa pertanyaan yang
menantang (membuat siswa berpikir ) dapat menjadi pemicu
bagi siswa untuk melakukan refleksi tentang yang sedang
dipikirkan atau dipelajari.

F. Pengertian Pecahan
Pecahan

yang

dipelajari

di

Sekolah

Dasar

sebetulnya

merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam


bentuk a/b dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan b tidak
sama dengan nol. Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai
salah satu dari: (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan
persen, (4) pecahan campuran. Yang dipelajari di kelas tiga adalah
pecahan biasa. Pecahan biasa menurut Sukayati (2002, h. 1)
merupakan

lambang

bilangan

yang

dipergunakan

untuk

melambangkan bilangan pecah dan rasio (perbandingan). Makna


pecahan pecahan dapat muncul dari situasi-situasi berikut. Pertama,

21

pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh.


Misalnya ibu mempunyai sebuah cake yang diberikan kepada 4 orang
anggota keluarganya, dan masing-masing mendapat bagian yang

1
sama, maka masing-masing akan memperoleh 4 dari keseluruhan

cake itu. Dalam lambang bilangan

1
4 ,4 anggota menunjukan

banyaknya bagian-bagian yang sama dari satu keseluruhan (utuh) dan


disebut penyebut. Sedangkan 1 menunjukan banyaknya bagian yang
menjadi perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang
Kedua, pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang
beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian.
Apabila sekumpulan obyek dikelompokan menjadi bagian yang
beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan
dengan pembagian. Misalnya sehelai pita panjangnya 3 meter akan
dipotong menjadi 4 bagian yang berukuran sama, mengilustrasikan

3
situasi yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu 3 : 4 atau 4 .
Ketiga, pecahan sebagai perbandingan (rasio). Hubungan antara
sepasang Kelereng berwarna hitam dari kelereng semuanya

3
dalam pecahan biasa ditulis 7 .

3 : 7

22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana Penelitan
1. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ___ di kelas VI Sekolah
Dasar Negeri

_______Kecamatan

______ Kabupaten ______

Tahun Pelajaran ____/ ____.


2. Fakrtor yang Diselidiki
Untuk mampu menjawab permasalahan, ada beberapa
faktor yang ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah
a. faktor siswa, melihat kemampuan siswa dalam memahami topik
pecahan melalui media pengajaran kertas berpetak.
b. faktor

guru,

melihat

cara

guru

melaksanakan

kegiatan

pembelajaran pada pokok bahasan pecahan di kelas tiga melaui


media kertas berpetak.
3. Rencana Tindakan
a) Perencanaan
Adapun perencanaan yang dilakukan dalam tahap ini

23

adalah sebagai berikut:


1) Membuat rancangan pembelajaran termasuk membuat
skenario pembelajaran
2) Membuat lembar observasi ketika pembelajaran sedang
berlangsung
3) Membuat media kertas berpetak yang diperlukan
4) Membuat alat evaluasi untuk melihat keberhasilan siswa
b) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan tindakan ini dalam tahap melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Adapun
perencanaan skenario pembelajaran dalam penelitian ini terdiri
dari 3 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri dari 2
jam pelajaran (2 x 35 menit).

Skenario Pembelajaran 1
1) Guru memberikan apersepsi tentang pecahan yang sudah
dipelajari dengan gambar.

1
satu bagian dari dua bagian
2

1
satu bagian dari empat bagian
4

2) Guru menyuruh siswa menyediakan selembar kertas.


3) Guru dan siswa bersama-sama melipat masing-masing kertas

24

menjadi tiga bagian, memberi garis pada bekas lipatan, dan


mengarsir salah satu bagian dari tiga bagian hasil lipatan.

25

Mengarsir salah satu lipatan

4) Guru bertanya ada berapa bagian sekarang kertas yang telah


kamu lipat. (tiga bagian)
5) Guru bertanya ada berapa bagian kertas yang kamu arsir (satu
bagian dari Tiga bagian).
6) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan tentang
kegiatan yang baru dilaksanakan.

Kesimpulan I bagian dari 3 bagian ditulis dalam bentuk pecahan

1
3

7) Siswa bertanya mengenai hal yang belum dipahami.


8) Guru dan siswa menyediakan kembali masing-masing selembar
kertas.
9) Guru dan siswa bersama-sama melipat masing kertas menjadi
enam bagian, memberi garis pada bekas lipatan. dan mengarsir
salah satu bagian dari enam bagian hasil lipatan.

26

Mengarsir salah satu lipatan

10) Guru bertanya ada berapa bagian sekarang kertas yang telah
kamu lipat. (enam bagian)
11) Guru bertanya ada berapa bagian kertas yang kamu arsir (satu
bagian dari enam bagian).
12) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan tentang
kegiatan yang baru dilaksanakan.

Kesimpulan I bagian dari 6 bagian ditulis dalam bentuk pecahan

1
6

13) Siswa bertanya mengenai hal yang belum dipahami.


Untuk mengetahui

kemampuan

siswa

dalam memahami

pecahan yang telah diajarkan diberi latihan soal.

Skenario Pembelajaran 2
1) Guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran yang lalu
tentang nilai pecah 1/3 dan 1/6.

27

2) Guru memberikan pretes tentang perbandingan pecahan yang

1 1 1
1
, , dan
6
telah diketahui 2 4 3
3) Guru menyuruh siswa menyediakan empat lembar kertas yang
ukurannya sama.
4) Guru menyuruh siswa untuk melipat masing-masing kertas menjadi
2 bagian yang sama, tiga bagian yang sama, empat bagian yang
sama, dan enam bagian yang sama.
5) Guru menyuruh siswa mengarsir masing- masing kertas untuk

1 1
1
, , dan
6
menyatakan pecahan 2 3
6) Siswa membadingkan bagian kertas yang telah diarsir dengan
bagian kertas yang lain.
1/6
1/3
1/4

1/2

7) Siswa membandingkan dua pecahan dengan bantuan kertas


berpetak yang telah diarsir dengan tanda <, >, dan =.
8) Siswa bertanya mengenai pelajaran yang baru diberikan.
9) Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang baru
dilakukan.

28

10) Siswa diberi latihan untuk mengukur penguasaan materi.

Skenario Pembelajaran 3
1) Guru melakukan apersepsi tentang pelajaran yang lalu tentang nilai
pecahan.
2) Guru memberikan soal berupa pretes tentang penjumlahan
pecahan.
3) Guru menyuruh siswa masing-masing menyediakan dua lembar
kertas yang ukurannya sama.
4) Guru bersama siswa melipat kedua lembar masing-kertas menjadi
empat bagian yang sama, dan mengarsimya untuk menyatakan
pecahan .
5) Guru bertanya pada siswa bagian ditambah bagian.
6) Guru bersama siswa memotong bagian dan menempelkannya
pada kertas yang satu lagi.

Satu bagian dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satu lagi

29

30

1 1 11 2

4
4
7) Guru dan siswa bersama - sama mencari jawaban 4 4
8) Siswa bertanya mengenai hal yang belum dipahami.
9) Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai penjumlahan
pecahan.
10) Siswa dan guru menyediakan selembar kertas, dan melipat menjadi
4 bagian.
11) Siswa menghitung bagian semuanya dari kertas yang dilipat, lalu
mengarsirnya I bagian.
12) Guru bertanya pada siswa ada berapa bagian semuanya?. Ada
berapa petak yang diarsir ? Ada berapa petak kertas yang tidak
diarsir ?

Diarsir 1 bagian
menjadi

13) Guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Kesimpulan empat bagian diarsir 1 bagian sisanya 3 bagian Ditulis


4 1 4 1 3

4
4
dalam bentuk pecahan 4 4

31

14) Siswa diberi latihan soal untuk dikerjakan untuk mengukur


keberhasilan pembelajaran.

c) Observasi
Pada

tahap

ini

dilaksanakan

observasi

terhadap

pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observsi


d) Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observsi dikumpulkan serta
dianalisa, dan juga penilaian hasil belajar.

B. Data dan cara Pengambilannya


1. Sumber data : sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru
2. Jenis data: Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan data
kwalitatif terdiri dari:
a) Hasil belajar
b) Rencana pembelajaran
c) Hasil observasi
3. Cara pengambilan data
a) Data hasil belaiar diambil dengan memberikan tes kepada
siswa. Pemberian tes hasil belajar berupa tes tertulis dengan
bentuk jawaban singkat. Pemberian tes hasil belajar dilakukan
pada setiap akhir pembelajaran pokok bahasan. Tujuannya
untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan

32

media kertas berpetak. Tes hasil belajar tidak diuji cobakan path
siswa , tapi dikonsultasikan pada pembimbing dan didiskusikan
dengan tiga orang guru kelas VI
Kabupaten

di Kecamatan Pakisaji,

Malang. Rentang skor jawaban untuk tiap soal

antara 0- 2 dengan kriteria pada Tabe1 3.1


No
1
2
3

Kriteria
Skor
Jawaban benar dan langkah-langkah benar
2
Jawaban benar langkah-langkah salah/tidak
1
lengkap
Jawaban salah langkah-langkah benar

b) Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya


tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan pencatatan
di lapangan. Dalam kegiatan observasi peneliti menyepakati
bersama guru kelas dalam rencana pertemuan, pelaksanaan
observasi, aspek yang diamati, dan mendiskusikan hasil observasi.
Setelah pembelajaran selesai dan data hasil terkumpul, untuk
selanjutnya peneliti dan guru mengadakan diskusi dan membahas
hasil observasi tersebut, serta menyepakati tindakan yang akan
dilaksanakan berikutnya.

33

C. Prosedur Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Pengertian PTK menurut Tim Pelatihan Proyek PGSM (1999, h.
6) adalah, sebagai bentuk kajian yang reflektif oleh pelaku tindakan,
yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta
memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri 4
tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan
merefleksi.
Prosedur penelitian yang dipergunakan yang berbentuk siklus,
yang direncanakan terdiri dari tiga siklus, pada siklus pertama akan
dilaksanakan tiga tindakan. Sedangkan untuk siklus selanjutnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut alur dalam penelitian tindakan
kelas (Tim Pelatihan Proyek PGSM, 1999, h. 27) Diagram 3. 1

34

Diagram 3. 1

35

36

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN

A. Paparan Hasil Penelitian


Pada bagian ini penulis akan kemukakan temuan hasil
penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan kegiatan penelitian yang
telah dilakukan yaitu tentang penggunaan media kertas berpetak
dalam pembelajaran pecahan di kelas VI semester genap.
1. Keadaan Sekolah, Kelas dan Profil guru.
a. Keadaan Sekolah
Sekolah Dasar Negeri
Kabupaten ______

_______Kecamatan

______

sebelah selatan berada dipinggir ____.

Personil sekolah yang berjumlah 10 orang seorang kepala


sekolah, 8 orang guru terdiri dari 6 orang guru kelas 2 orang
guru mata pelajaran Agama dan Pendidikan jasmani, dan
seorang penjaga sekolah.

b. Keadaan Kelas
Kelas vang menjadi sampel penelitian adalah sebagaian
siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri
______ Kabupaten

_______Kecamatan

______ Tahun Pelajaran

____/ ____

Jumlah siswa berdasarkan catatan dukumen semuanya 30


siswa, dengan perbandingan 14 siswa perempuan dan 16 siswa
laki-laki. Umur siswa antara 9 - 10 tahun, dan keadaan ekonomi

37

berada pada taraf sedang serta pekerjaan orang tua sebagian


besar buruh pabrik, pedagang, ABRI, PNS, dan wiraswasta.
Guru kelas tiga merupakan guru kelas yang mengajar semua
mata pelajaran kecuali mata pelajaran agama dan pendidikan
jasmani.

2. Hasil Belajar
Dari data pre tes sebelum siswa diberi tindakan dan pos tes
setelah siswa diberi tindakan pembelajaran pada pokok bahasan
pecahan. Diperoleh data skor dan nilai siswa pre tes pada lampiran
2 halaman 73, skor dan nilai siswa pos tes pada lampiran 3
halaman 74, dan perbandingan nilai pre tes dau pos tes gain siswa
pada lampiran 4 halaman 75.

Tabel
Nilai Rata-rata soal Pre Tes, Pos Tes dan Gain
Nilai rata-rata Nilai rata-rata
Nomor soal

Gain
pre tes

1
2
3
4
5
6
7
8
Taraf
Penguasaan

1,0
2,3
3,0
3,5
2,3
1,7
2,2
22,5 %

pos tes
8,8
5,8
8,7
9,0
5,5
7,0
9,0
8,2
77,5%

6,8
4,8
6,4
6,0
2,0
4,7
7,3
6,0
55%

38

Dari Tabel 4.2. Dapat ditafsirkan, bahwa hasil yang diperoleh


untuk soal nomor I rata-rata nilai pre tes 2,0 nilai rata-rata pos tes
8,8 terjadi kenaikan ratarata nilai yaitu 6,8. Soal nomor 2 rata-rata
pre tes 1,0 nilai rata-rata pos tes 6,8 terjadi kenaikan rata-rata nilai
4,8. Soal nomor 3,0 rata-rata pre tes 2,3 nilai rata-rata pos tes 8,7
terjadi kenaikan rata-rata nilai 6,4. Soal nomor 4 rata-rata pre tes
3,0 nilai rata-rata pos tes 9,0 terjadi kenaikan rata-rata nilai 6,0.
Soal nomor 5 rata-rata pre tes 3,5 nilai rata-rata pos tes 5,5 terjadi
kenaikan rata-rata nilai 2,0. Soal nomor 6 rata-rata pre tes 2,3 nilai
rata-rata pos tes 7,0 terjadi kenaikan ratarata nilai 4,7. Soal nomor
7 rata-rata pre tes 1,7 nilai rata-rata pos tes 9,0 terjadi
kenaikan,aarata-rata nilai 7,3. Soal nomor 8 rata-rata pre tes 2,2
nilai rata-rata pos tes 8,2 terjadi kenaikan rata-rata nilai 6,0. Dari 8
soal

yang

diberikan

semuanya

mengalami

kenaikan. Taraf

penguasaan materi pada saat pre tes 22,5 %, setelah diberi


tindakan lalu diberi pos tes taraf penguasaan materi 77,5 %, terjadi
kenaikan taraf penguasaan materi sebesar 55 %.
3.

Pelaksanaan Tindakan
Pada Bab III dinyatakan bahwa bahwa penelitian ini
dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari kegiatan
perencanaan, pelaksaan, obsenasi, analisis data, dan refleksi.
a. Tindakan Pertama
Pada pembelajaran pertama materi yang diajarkan

39

mengenal

pecahan

dengan

waktu

jam.

Pada

awal

pembelajaran siswa diberi dahulu pre tes untuk melihat


kemampuan awal, selanjutnya guru mengadakan apersepsi
tentang pecahan seperduaan dan pecahan seperempatan.
Masuk pada kegiatan inti guru dan siswa menyediakan kertas,
lalu bersama-sama melipat kertas menjadi 3 bagian dan
menggaris bekas lipatan dengan pensil sehingga terbentuk 3
petakan. Guru menyuruh siswa mengarsir satu petak dari 3
petak. Guru bertanya berapa nilai pecahan yang diarsir dari
kertas berpetak yang telah dibentuk Kemudian guru bersama
siswa melakukan kegiatan yang sama untuk menunjukan
pecahan seperenaman. Guru bertanya pada siswa bila ada hal
yang belum dimengerti. Setelah dianggap siswa menguasai
baru

diberi

evaluasi

berupa

soal-soal

untuk

mengukur

keberhasilan mengajar.
Dari tindakan pertama didapat hasil pre tes, pos tes dan
hasil observasi. Soal pre tes dan pos tes terdiri dari 8 soal, hasil
dapat dipaparkan sebagai berikut: Soal nomor I pre tes
mendapat rata-rata nilai 0 skor pos tes 6,7 terjadi kenaikan ratarata nilai 6,7. Soal nomor 2 pre tes mendapat rata-rata nilai 2,7
skor pos tes 6,0 terjadi kenaikan rata-rata nilai 3,3. Soal nomor
3 pre tes mendapat rata-rata nilai 1,3 skor pos tes 6,0 terjadi
kenaikan rata-rata nilai 4,7. Soal nomor 4 pre tes mendapat
rata-rata nilai 1,7 skor pos tes 6,7 terjadi kenaikan rata-rata nilai

40

5. Soal nomor 5 pre tes mendapat rata-rata nilai 3,0 skor pos
tes 5,7 terjadi kenaikan ratarata nilai 2,7. Soal nomor 6 pre tes
mendapat rata-rata nilai 3,3 skor pos tes 6 terjadi kenaikan ratarata nilai 2,7. Soal nomor 7 pre tes mendapat rata-rata nilai 1,3
skor pos tes 6,7 terjadi kenaikan rata-rata nilai 5,4. Soal nomor
8 pre tes mendapat rata-rata nilai 2,7, skor pos tes 6 terjadi
kenaikan rata-rata nilai 3,3. Dari hasil analisa data, rata-rata
nilai mengalami kenaikan. lihat Tabel.
Tabel
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Pre Tes dan Pos Tes Tindakan pertama.
No soal

Rata-rata Nilai

Rata-rata

Gain

Pre Tes
0
2,7
1,3
1,7
3
3,3
1,3
2,7

Nilai Pos Tes


5,7
6
6
6,7
5,7
6
6,7
6

5,7
3,3
4,7
5
2,7
2,7
5,4
3,3

20%

61 %

41 %

1
2
3
4
5
6
7
8
Taraf
penguasaan

Dari hasil observasi tentang kinerja guru dalarn tindakan


pembelajaran pertama mendapat rata-rata skor 3,46 dengan skor
maksimal 5. Dengan skor observasi ini menunjukan kinerja guru
yang cukup baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi tindakan
pertama lihat Tabel 4. 4

41

Tabel 4. 4
FORMAT OBSERVASI KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN
PERTEMUAN PERTAMA
No

Aspek yang diamati

1
2
3
4

Membuka Pelajaran
Menyajikan materi
Menyiapkan media pembelajaran
Melibatkan
siswa
aktif

5
6
7
8
9
10
11
12
13

pembelajaran
Membimbing siswa yang kurang
Memberikan motivasi untuk belajar
Peranan sebagai fasilitator
Melakukan tanya jawab
Memberikan penguatan
Membuat kesimpulan bersama siswa
Memberikan evaluasi
Memeriksa hasil kerja siswa
Kegiatan menutup pelajaran
Jumlah

dalam

Skor
2 3 4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4

3
45 rata-rata =3,46

Komentar
Dari analisis data didapat rata-rata nilai, taraf penguasaan dan
hasil obsevasi yang dapat ditafsirkan sebagai berikut. Hasil pre tes
taraf penguasaan 20 % dan pos tes tapi taraf penguasaan materi
mencapai 61 %. Taraf penguasaan ini belum mencapai taraf
penguasaan 70 % atau 75 % sesuai dengan belajar tuntas. Hal-hal
yang perlu ditingkatkan dalam kinerja guru berdasarkan hasil observasi
yaitu

kegiatan

membuka

pelajaran,

kurang

melibatkan

siswa

seluruhnya untuk aktif dalam pembelajaran, kurang membantu siswa


yang lemah dalam menyerap materi pembelajasan, kurang berperan

42

sebagai fasilitator, kurang melakukan tanya jawab pada siswa, kurang


memberikan penguatan, dan kurang dalam kegiatan menutup
pelajaran.

b. Tindakan Kedua
Komentar pa da tindakan pertama telah didiskusikan dengan
guru, dan diharapkan kekurangan pada tindakan pertama tidak muncul
lagi. Pertemuan ke 2 materi membandingkan pecahan dengan tanda <,
>, dan =, waktu 2 jam. Pada awal pembelajaran siswa diberi dahulu
pre tes untuk melihat kemampuan awal, selanjutnya guru memulai
pelajaran dengan memberikan apersepsi tentang nilai pecahan. Masuk
pada kegiatan inti guru menyiapkan media kertas sebanyak 4 lembar
dan memeriksa kesiapan media kertas bagi siswa sebanyak 4 lembar.
Setelah semua memegang kertas guru mulai menyuruh siswa melipat
kertas yang pertama menjadi menjadi 2 bagian, dan memberi garis
pada bekas lipatan dan mengarsir satu bagian untuk menyatakan
pecahan . Selanjutnya melipat kertas yang tiga lagi menjadi
sepertigaan, seperempatan, dan seperenaman.
Kertas-kertas yang telah dilipat dan diberi petakdan diarsir
dibandingkan dengan daerah yang diarsir pada kertas yang lain, untuk
membandingkan mana yang lebih besar, Setelah diulang-ulang dan
siswa paham baru diberi soal-soal evaluasi dengan tujuan untuk
mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dari tindakan kedua didapat hasil pre tes, pos tes dan hasil

43

observasi. Soal pre tes dan pos tes terdiri dari 8 soal, hasil dapat
dipaparkan sebagai berikut: Soal nomor I pre tes mendapat rata-rata
nilai 2,7 skor pos tes 6,0 terjadi kenaikan rata-rata nilai 3,3. Soal nomor
2 pre tes mendapat rata-rata nilai 0 skor pos tes 6 terjadi kenaikan
rata-rata nilai 6. Soal nomor 3 pre tes mendapat rata-rata nilai 1,3 skor
pos tes 7,3 terjadi kenaikan rata-rata nilai 6. Soal nomor 4 pre tes
mendapat rata-rata nilai 2,7 skor pos tes 6,7 terjadi kenaikan rata-rata
nilai 4. Soal nomor 5 pre tes mendapat rata-rata nilai 4,0 skor pos tes
6,7 terjadi kenaikan rata-rata nilai 2,7. Soal nomor 6 pre tes mendapat
rata-rata nilai 2,7 skor pos tes 5,3 terjadi kenaikan rata-rata nilai 2,6.
Soal nomor 7 pre tes mendapat rata-rata nilai 1,2 skor pos tes 5,3
terjadi kenaikan rata-rata nilai 4,1. Soal nomor 8 pre tes mendapat
ratarata nilai 1,3, skor pos tes 5,3, terjadi kenaikan rata-rata nilai 4.
Dari hasil analisa data rata-rata nilai mengalami kenaikan. Untuk lebih
jelas lihat Tabel 4. 5.
Tabe14. 5
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Pre Tes dan Pos Tes Tindakan Kedua
No soal
1
2
3
4
5
6
7
8
Taraf
Penguasaan

Rata-rata Nilai

Rata-rata

Gain

Pre Tes
2,7
0
1,3
2,7
4
2,7
1,2
1,3

Nilai Pos Tes


6
6
7,3
6,7
6,7
6,7
5,3
5,3

3,3
6,0
6,0
4,0
2,7
4,0
4,1
4,0

19,88%

62,5%

44,62 %

44

Dari hasil observasi tentang kinerja guru dalam pembelajaran


tindakan kedua mendapat rata-rata skor 3,78 dengan skor maksimal 5.
Dengan skor observasi menunjukan kinerja guru baik. Untuk lebih
jelasnya hasil observasi tindakan kedua lihat Tabel 4. 6

Tabel 4. 6
FORMAT OBSERVASI KINERJA GURU
DALAM PEMBELAJARAN PERTEMUAN KEDUA
No

Aspek yang diamati

1
2
3
4

Membuka Pelajaran
Menyajikan materi
Menyiapkan media pembelajaran
Melibatkan
siswa
aktif

5
6
7
8
9
10
11
12
13

pembelajaran
Membimbing siswa yang kurang
Memberikan motivasi untuk belajar
Peranan sebagai fasilitator
Melakukan tanya jawab
Memberikan penguatan
Membuat kesimpulan bersama siswa
Memberikan evaluasi
Memeriksa hasil kerja siswa
Kegiatan menutup pelajaran
Jumlah

dalam

Skor
3 4
3
4
4
3

3
4
4
4
4
4
4
4
4
49 rata-rata =3,77

Komentar
Dari data rata-rata nilai dan hasil obsevasi dapat ditafsirkan
sebagai berikut. Walaupun terjadi kenaikan hasil dari hasil pre tes
dan pos tes, tapi taraf penguasaan materi baru mencapai 62,5 %.
Rata-rata nilai ini belum mencapai taraf penguasaan 70 % atau 75

45

% sesuai dengan belajar tuntas. Hal-hal yang perlu ditingkatkan


dalam kinerja guru berdasarkan hasil observasi yaitu kegiatan
membuka pelajaran terutama membuat pengaitan antara materi
dengan materi baru (apersepsi) jangan terlalu cepat, kurang
melibatkan siswa seluruhnva untuk akrtif dalam pembelajaran, dan
kurang membantu siswa yang lemah dalam menyerap materi
pembelajaran.

c. Tindakan Ketiga
Komentar tentang kekurangan pada pertemuan kedua telah
didiskusikan dan dicari jalan keluarnya. Untuk pembelajaran ketiga
materi yang akan disajikan tentang penjumlahan dan pengurangan
pecahan yang berpenyebut sama. Waktu dua jam pelajaran. Sebelum
dimulai guru memberikan dulu pre tes untuk mengetahui kemampuan
awal siswa dan memberikan apersepsi tentang nilai pecahan dan
perbandingan pecahan. Pada kegiatan inti siswa dan guru masing-masing menyediakan kertas. Guru menyuruh siswa melipat kertas
menjadi 4 bagian, dan memberi garis pada bekas lipatan sehingga
terbentuk 4 petak. Guru menyuruh siswa mengarsir dengan cara
lewat satu petak. Guru bertanya ada berapa bagian kertas yang
diarsir dari semua bagian? siswa menjawab ada 2 /4 bagian. Guru
bertanya dari mana jawaban itu? Siswa menjawab dan + . Guru
mengulang untuk bilangan yang lain. Untuk selanjutnya tentang
pengurangan pecahan. Guru menyuruh siswa melipat kertas menjadi

46

empat bagian dan memberi garis pada bekas lipatan sehingga


terbentuk empat petak yang sama. Siswa bersama diperintah guru
mengarsir satu petak. Guru bertanya ada berapa bagian kertas yang
kamu lipat? Siswa menjawab ada 4 bagian. Lalu guru bertanya lagi
ada berapa bagian kertas yang kamu arsir dari semua bagian kertas?
Siswa menjawab ada . Berapa bagian sisanya? Siswa menjawab
ada bagian. Guru mengulang untuk pecahan yang lain.
Dari

tindakan

ketiga

pada

pembelajaran

perbandingan

pecahan didapat hasil pre tes, pos tes din hasil observasi. Soal pre
tes dan pos tes terdiri dari 8 soal, hasil dapat dipaparkan sebagai
berikut: Soal nomor 1 pre tes mendapat ratarata nilai 2,0 skor pos tes
6,7 terjadi kenaikan rata-rata nilai 4,7. Soal nomor 2 pre tes mendapat
rata-rata nilai 2,0 skor pos tes 6 terjadi kenaikan rata-rata nilai 6. Soal
nomor 3 pre tes mendapat rata-rata nilai 1,3 skor pos tes 7,3 terjadi
kenaikan rata-rata nilai 6,0. Soal nomor 4 pre tes mendapat rata-rata
mlai 2,7 skor pos tes 7,7 terjadi kenaikan rata-rata nilai 5,0. Soal
nomor 5 pre tes mendapat rata-rata nilai 2,7 skor pos tes 6,7 terjadi
kenaikan nilai rata-rata 4,0. Soal nomor 6 pre tes mendapat rata-rata
nilai 3,0 skor pos tes 8,0 terjadi kenaikan nilai 5,0. Soal nomor 7 pre
tes mendapat rata-rata nilai 2,7 skor pos tes 8,0 terjadi kenaikan ratarata nilai 5,3. Soal nomor 8 pre tes mendapat rata-rata nilai 1,3, skor
pos tes 6,7 terjadi kenaikan rata-rata nilai 5,4.
Dari hasil analisa data rata-rata nilai mengalami kenaikan.
Untuk lebih ielas lihat Tabel 4. 7

47

Tabel .4. 7
Rekapitulasi Rata-rata Nilai Pre Tes dan Pos Tes Tindakan Ketiga.
No soal

Rata-rata Nilai

Rata-rata

Gain

1
2
3
4
5
6
7
8
Taraf

Pre Tes
2
2
1,3
2,7
2,7
3
2,7
1,3
36,75 %

Nilai Pos Tes


6,7
6
7,3
7,7
6,7
8
8
6,7
71,38%

3,3
4,0
6,0
5,0
4,0
5,0
5,3
5,4
34,63%

penguasaan

Dari hasil observasi tentang kinerja guru dalam pembelajaran


tindakan pertama mendapat rata-rata skor 3,78 dengan skor
maksimal 5. Pada tindakan kedua rata-rata skor naik menjadi 3,93.
Dengan rata-rata skor observasi menunjukan kinerja guru baik.
Untuk lebih jelasnya hasil observasi tindakan pertama lihat Tabel 4.
8

Tabel 4. 8
FORMAT OBSERVASI KINERJA GURU
DALAM PEMBELAJARAN PERTEMUAN KETIGA
No
1
2

Aspek yang diamati


Membuka Pelajaran
Menyajikan materi

Skor
3 4
3
4

48

3
4

Menyiapkan media pembelajaran


Melibatkan
siswa
aktif

5
6
7
8
9
10
11
12
13

pembelajaran
Membimbing siswa yang kurang
Memberikan motivasi untuk belajar
Peranan sebagai fasilitator
Melakukan tanya jawab
Memberikan penguatan
Membuat kesimpulan bersama siswa
Memberikan evaluasi
Memeriksa hasil kerja siswa
Kegiatan menutup pelajaran
Jumlah

4
4

dalam
3

4
4
4
4
4
4
4
4
51 rata-rata = 3,92

Komentar
Dari data rata-rata nilai dan hasil obsevasi dapat ditafsirkan
sebagai berikut. Terjadi kenaikan hasil dari hasil pre tes dan pos tes
dengan taraf penguasaan maten baru mencapai 71,38 %. Taraf
penguasaan ini belum mencapai 75% sesuai dengan belajar tuntas,
tapi sudah menunjukan keberhasilan pembelajaran dibadingkan
dengan tindakan pertama dan kedua. Hal-hal vang menjadi
kekurangan pada tindakan pertama, pada tindakan kedua sudah
baik. Hanya tinggal peranan guru dalam membimbing siswa yang
kurang mendapat nilai cukup.

B. Pembahasan Hasil Tindakan


Pada bagian ini disajikan pembahasan terhadap hasil penelitian
dengan cara menyajikan beberapa temuan yang penting dan berkaitan
dengan fokus penelitian. Secara berturut akan dibahas mengenai (1)
model pembelajaran pecahan dengan media kertas berpetak, (2)

49

kegiatan pembelajaran pecahan dengan media kertas berpetak.

1. Model Pembelajaran dengan Kertas Berperak.


Pada Bab II dipaparkan bagaimana hakekat matematika dan
perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar yang berseberangan.
Untuk menjembatani hal tersebut media pembelajaran sangat
dibutuhkan

dalam

pembelajaran

matematika.

Keterbatasan

kemampuan guru dan keterbatasan biaya yang menyebabkan


media pembelajaran tidak menjadi prioritas penting di sekolahsekolah.
Model pembelajaran pecahan dengan menggunakan media
kertas berpetak bisa menjadi solusi permasalahan yang dialami
sekolah dan guru. Guru tidak akan mengalami kesulitan dalam
mencari media untuk mengajarkan pecahan. Selain itu media
kertas berpetak mudah dimanipulasikan oleh guru maupun oleh
siswa. Siswa bisa bekerja sendiri tanpa bantuan guru dengan
menggunakan kertas berpetak untuk mencari dan menemukan
suatu konsep dalam matematika.
Melalui

kertas

berpetak

akan

beralih

keaktifan

dalam

pembelajaran yang dulunya guru yang selalu mendominasi


pembelajaran dengan ceramah, tapi dengan media kertas berpetak
diharapkan siswa akan lebih aktif dan kreativ dibandingkan dengan
guru. Disadari oleh para ahli pendidikan bahwa siswalah sebagai
subjek pembelajaran, maka siswa harus aktif dan kerativ mencari

50

sebanyak-banyaknya pengetahuan dan keterampilan.


Penggunaan

media

kertas

berpetak

tidak

selamanya

digunakan secara terus-menerus oleh guru maupun siswa. Media


kertas berpetak seperti halnya media yang lain hanya sebatas
pengkongkritan konsep matematika supaya lebih mudah dipahami
oleh siswa SD, dan apabila konsepnya sudah dipahami media
kertas berpetak bisa saja ditinggalkan penggunaanya.

2. Hasil Belajar Siswa dengan Media Kertas Berpetak


Kegiatan pembelajaran pecahan yang menjadi masalah
yang

sulit

bagi

guru

terutama

dalam

penyediaan

media

pembelajaran (Depdiknas. 2004, h. 2). Dengan penggunaan media


kertas

berpetak

di

kelas

VI

Sekolah

Dasar

Negeri

_______Kecamatan ______ Kabupaten ______ Tahun Pelajaran


____/ ____ terbukti bisa menjadi media yang efektif dan efisien
daiam kegiatan pembelajaran. Efektif terbukti dengan terjadinya
peningkatan

hasil

belajar siswa

sesuai

dengan

apa

yang

diharapkan. Pada saat pre tes taraf penguasaan siswa 22,5 %, lalu
setelah diberi pembelajaran dengan menggunakan media kertas
berpetak, dan pada akhirnya diberi pos tes dengan soal yang sama
dengan pre tes. Dari hasil pos tes didapat taraf penguasaan siswa
77,5 %, dengan gain 55 %.
Sedangkan efisien dilihat dari nilai atau harga kertas
berpetak yang mudah dan murah didapat di mana saja, bahkan

51

bisa menggunakan kertas bekas yang sudah tidak terpakai lagi.


Dengan kertas berpetak yang mudah dan murah ini. diharapkan
guru kelas tiga bisa mengkongkritan matematika pada pokok
bahasan pecahan.
Selama kegiatan pembelajaran terlihat guru bersama siswa
aktif. Siswa nampak aktif mengotak-atik kertas berpetak, serta
bertanya pada guru dan ternan untuk menemukan jawaban dari
soal yang disampaikan guru. Pembelajaran dengan, media kertas
terpetak yang telah dilaksanakan, menunjukan bahwa siswa tidak
hanya diam saja memperhatikan guru menyajikan materi, tapi
siswa sendiri bisa mencari dengan aktif dan kreatif suatu konsep
matematika.
Komunikasi yang terjadi pada kelas penelitian ini tidak hanya
satu arah antara guru dan siswa, tapi terjadi komunikasi multi arah.
Selain komunikasi guru path siswa, terjadi juga komunikasi
sebaliknya yaitu antara siswa dengan guru dan antara-siswa
dengan

siswa.

Mereka

berkomunikasi

tentang

apa

yang

ditemukannya dalam mengoperasikan media kertas berpetak.


Menurut hasil penelitian Depdiknas. (2004, h. 1) pada
umunya guru menyampaikan materi melalui penjelasan melalui
contoh soal, kemudian dilanjutkan dengan menyelesaikan soal
bersama-sama. Pada pembelajaran dengan menggunakan media
kertas

berpetak,

keterlibatan

guru

secara

berlebihan

tidak

diperlukan lagi, sebab siswa sendiri bisa belajar secara mandiri

52

membuktikan konsep matematika contohnya pecahan.


Hasil pembelajaran yang dicapai dari tindakan pembelajaran
pertama sampai ketiga menunjukan kenaikan nilai rata-rata, ini
menunjukan keberhasilan pembelajaran dengan media kertas
berpetak. Pada pos tes akhir taraf penguasaan siswa dalam pokok
bahasan mencapai 77,5 %. Ini menunjukan taraf penguasaan yang
tinggi dan mencapai taraf penguasaan belajar tuntas (mastery
learning).
Kinerja

guru

kelas

VI

Sekolah

Dasar

Negeri

_______Kecamatan ______ Kabupaten ______ Tahun Pelajaran


____/ ____

melalui format observasi menunjukan peningkatan

pada setiap tahapan tindakan. Peningkatan kinerja guru berakibat


baik pada hasil belajar siswa. Kesimpulan dari hasil observasi
menunjukan semakin baik kinerja guru maka berakibat semakin
baik hasil belajar yang dicapai siswa.
3. Rencana Siklus Keempat
Setelah siklus ketiga, dilakukan pos tes hasil belajar akhir
dengan tujuan mengukur keberhasilan pembelajaran tiga siklus
yang telah dilakukan, pada pokok bahasan pecahan. Berdasarkan
pos tes akhir didapat rata-rata taraf penguasaan sebesar 77,5%.
Dari taraf penguasaan yang dicapai menunjukan taraf penguasaan
yang tinggi dan mencapai taraf penguasaan belajar tuntas.
Dari hasil pos tes akhir yang dicapai, pada siklus keempat
peneliti merencakan kegiatan perbaikan dan pengayaan. Perbaikan

53

dilaksanakan pada siswa yang mendapat nilai pos tes di bawah 7,5
dengan tujuan agar nilai siswa secara individual sama atau di atas
7,5. Kegiatan perbaikan yang direncakanan dengan mengulangi
kembali topik-topik yang dianggap sulit. Pengayaan direncanakan
dengan memberikan kegiatan pemberian soal dalam bentuk soal
cerita dan soal terbuka (open ended)

54

BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan tentang, "Penggunaan
Media Kertas Berpetak untuk Meningkatkan Pemahaman Pecahan
pada siswa kelas VI Sekolah Dasar

Negeri

______ Kabupaten ______ Tahun Pelajaran

_______Kecamatan
____/ ____ "

dapat

disimpulkan sebagai berikut :


1. Media pembelajaran dalam mengajarkan suatu konsep matematika
di Sekolah Dasar sangat dibutuhkan, dikarenakan perbedaan
hakikat

matematika

yang

abstrak

dan

deduktif

dengan

perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar yang kongkrit dan


informal (Piaget). Pembelajaran pecahan dengan menggunakan
kertas berpetak tiap sildus mengalami peningkatan, terutama
peningkatan yang baik pada siklus ketiga.
2. Kertas berpetak bisa menjadi media yang efektiv dan efisien dalam
pembelajaran pecahan, terbukti dengan hasil pos tes akhir
menunjukan taraf penguasaan yang tinggi.
3. Pada siklus pertama kemampuan belajar mandiri masih kurang,
karena intervensi guru sangat besar, ini dikarenakan siswa terbiasa
menerima materi tidak biasa berbuat sendiri. Tapi pada siklus
kedua dan ketiga terjadi peningkatan kemampuan belajar dengan
berbuat sendiri.

55

4. Kertas berpetak merangsang keaktifan dan kreativ siswa. terbukti


siswa

kelas VI Sekolah Dasar

Negeri

_______Kecamatan

______ Kabupaten ______ Tahun Pelajaran ____/ ____ selama


dalam pembelajaran tidak hanya diam saja, tapi siswa aktif dan
kreativ mencari dan menemukan suatu permasalahan pecahan
yang disajikan guru.
5. Kesulitan dalam penggunaan media kertas berpetak dalam
pembelajaran dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari
jawaban dari soal yang disajikan.

B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam rangka perbaikan
tindakan pembelajaran serta meningkatan prestasi belajar matematika,
khususnya pokok bahasan pecahan dapat disampaikan antara lain:
1. Bagi Guru Sekolah Dasar
Guru
kemampuan

hendaknya
diri

serta

terus

membina

menyerap

dan

informasi

mengembangkan
berbagai

model

pembelajaran yang dewasa ini sedang dikembangkan. Selain itu bagi


guru Sekolah Dasar dalam mengajarkan matematika harus menyadari
taraf berpikir siswa yang masih kongkrit, sehingga kalau guru
menyadari akan hal itu, maka akan berusaha mengkongkritkan materi
matematika melalui media.

Penggunaan media sangat diperlukan dalam pembelajaran

56

matematika terutama dalam penanaman konsep, maka hendaknya


guru membawa media dalam pembelajaran, karena hal itu akan
membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan, jangan
sampai terjadi verbalisme pada siswa. Pecahan merupakan salah satu
pokok bahasan yang memerlukan media pembelajaran, oleh sebab itu
kertas berpetak diharapkan bisa gunakan oleh guru sebagai media
pembelajaran di kelas.
2. Bagi Kepala Sekolah
Perhatian dan dukungan kepala sekolah terhadap tugas
mengajar guru di kelas sangat dibutuhkan. Pemberian motivasi
kesempatan dan memberikan saran-saran pada guru untuk membuat
dan menggunakan media agar hasil pembelajaran yang dicapai lebih
baik. Selain itu harus memberikan kesempatan pada guru untuk
mengembangkan pendidikan yang lebih tinggi.
3. Bagi Pengelola Pendidikan
Dari hasil penelitian ini diharapkan para pengelola pendidikan
berusaha mengembangkan penggunaan media pembelajaran yang
efektif dan efisien. Selain itu diharapakan adanya pelatihar. bagi guru
Sekolah Dasar
______

Negeri

_______Kecamatan

______ Kabupaten

dalam pembuatan media pembelajaran yang sederhana.

Media pembelajaran tidak usah yang mahal-mahal bisa menggunakan


lingkungan sebagai media pembelajaran, atau memodifikasi benda
yang sudah tidak dipakai.
DAFTAR PUSTAKA

57

Makrnun; A.S. ( 2001). Psikologi Pendidikan. Bandung: Institut Keguruan


dan Ilmu Pendidikan.

Moedjiono, D, M. ( 2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud


Dirjen Dikti.

Ruseffendi, E.T. ( 2001). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Seri ke Lima. Bandung: Tarsito.

...........( 2003). Pendidikan Matematika 3 Modul 1-5. Jakarta: Universitas


Terbuka. Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Sukandi, U. ( 2001). CBSA Penggunaan Kertas Berpetak Membina Guru


Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

..........(2001). Belajar Aktif dan Terpadu Apa, Mengapa dun Bagaimana.


Jakarta: The British Council.

Sumarno, Sukahar (1996). Matematika 3 Mari Berhitung Petunjuk Guru


Sekolah Dasar Kelas 3. Jakarta: Depdikbud

58

..........(1997). Matematika 3 Mari Berhitung Unluk Sekolah Dasar Kelas 3.


Jakarta: Depdikbud

Sukayati. (2002). Pecahan. Yogyakarta: PPPG Matematika.Depdiknas


Ditjen Dikdasmen

Tim Pelatih Proyek PGSM (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom


Action Research). Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

59

LAMPIRAN 1.a
Persiapan Mengajar I
Mata pelajaran

: Matematika

Pokok Bahasan

: Pecahan

Ke1as

: VI (enam)

Waktu

: 2 jam

Materi

: Mengenal Pecahan

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Siswa mampu melakukan penjumlahan dan pengurangan menggunakan
pecahan pertigaan dan perenaman.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat :
1. Menyebutkan nilai pecahan dari gambar yang ditunjukan.
2. Menyatakan nilai pecahan dengan mengarsir gambar pada kertas berpetak.
C. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Metode : Ceramah, curah pendapat, demontrasi, diskusi, dan tugas.
2. Alat dan sumber: Kertas berpetak, Buku matematika 3. Berhitung,
halaman 66-68.
3. Rangkuman Materi
1
1 bagian dari 2 bagian ditulis 2

1
1 bagian dari 2 ditulis 2

60

1
4

1
4

1
4

1 bagian dari 3
digambarkan

1 bagian dari 6
digambarkan

1
4

1
1 bagian dari 4 ditulis 4

1
3

1
3

1
6

1
6

1
6

1
3

1
6

1
6

1
6

4. Kegiatan
a. Kegiatan awa1

Merekomendasikan siswa dalam situasi belajar.

Memberi motivasi supaya tumbuh semangat belajar matematika.

Memberikan tes awal secara lisan.

b. Kegiatan Inti.

Siswa diberi penjelasan tentang pecahan dan dengan


gambar kertas berpetak dan gambar yang lainnya.

1
1 bagian dari 2 bagian ditulis 2

1
1 bagian dari 2 ditulis 2

61

1
4

1
4

1
4

1
4

1
1 bagian dari 4 ditulis 4

Guru menjelaskan pecahan 1/3 dan 1/6 dengan gambar dan


kertas berpetak, kemudian dipotong-potong, dan dikatakan 1/3
adalah 1 bagian dari 3 bagian.

1 bagian dari 3
digambarkan

1
3

1
3

1
3

Dengan cara yang sama untuk pecahan 1/6

1 bagian dari 6
digambarkan

1
6

1
6

1
6

1
6

1
6

1
6

Siswa disuruh menyatkan nilai pecahan dengan cara mengarsir


pada kertas berpetak.

2
Arsirlah untuk menyatakan pecahan 3

Siswa dan guru tanya jawab mengenai hal yang belum dipahami.

Siswa diberi latihan soal yang harus dikerjakan.

Siswa dan guru bersama-sama memeriksa hasil pekerjaan siswa.

c. Kegiatan Akhir

Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah


dilakukan.

62

Siswa diberi pekerjaan rumah sebagai bahan pengayaan dan


perbaikan.

D. Lembar Kerja Siswa


A. Isilah titik-titik dibawah ini
1.

Nilai pecahan bagian yang diarsir adalah........

2.

Nilai pecahan dari bagian yang diarsir


adalah .........

3.

Nilai pecahan yang dinyatakan oleh


bagian yang diarsir ..............

4.

Nilai pecahan bagian yang diarsir


adalah ........

B. Nyatakanlah nilai pecahan dibawah ini dengan cara mengarsir.


3
1. Nyatakanlah pecahan 4

4
2. Nyatakanlah pecahan 6

63

2
3. Nyatakanlah pecahan 4

5
4. Nyatakanlah pecahan 6

Kunci Jawaban
A.
2 4 2 2
,2. ,3 ,4.
1. 3 6 4 6

B.
1.

3
4

2.

4
6

64

3.

2
4

4.

5
6

65

Mata pelajaran

: Matematika

Pokok Bahasan

: Pecahan

Ke1as

: III (tiga)

Catunvulan

: 1 (satu)

Waktu

: 2 jam

Materi

: Mengenal Pecahan

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Siswa mampu melakukan penjumlahan dan pengurangan menggunakan
pecahan pertigaan dan perenaman.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat :
1. Menentukan letak satu pecahan pada garis bilangan.
2. Membandingkan dua buah pecahan dengan tanda <,> atau C. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Metode : Ceramah, curah pendapat, demontrasi, diskusi, dan tugas.
2. Alat dan sumber: Kertas berpetak, Buku matematika 3. Berhitung,
halaman 66-68.
3. Rangkuman Materi

1/6
1/3
1/4

1/2

66

Perbandingan Pecahan

Bandingkan dengan tanda <,> atau =


kedua bagian ini
1 1

2 4

..........................

1
1

6
4
4. Kegiatan
1
1
.............
2
3
2
1
.............
6
3
2
4
............
4
6

67

c. Kegiatan awal

mengkondisikan siswa dalam situasi belajar

memberikan motivasi supaya tumbuh semangat belajar

melakukan apersepsi tentang nilai pecahan

memberikan tes awal secara lisan

d. Kegiatan lnti
Siswa disuruh membuat garis bilangan, dan melipat kertas berpetak

untuk

membentuk

pecahan

seperenaman,

seperempatan,

sepertigaan, seperduaan.
1/6
1/3
1/4

1/2

Siswa menempelkan lipatan kertas berpetak dibawah garis

bilangan.
0

1
Siswa membandingkan nilai pecahan pada garis bilangan dengan
tanda <,> dan =.

Sebagai pembuktian siswa disuruh menyatakan nilai pecahan


dengan gambar pada kertas berpetak.

Siswa dan guru tanya jawab mengenai hal yang belum dipahami.

Siswa diberi latihan soal yang harus dikerjakan.

Siswa dan guru berrsama-sama memeriksa hasil pekerjaan siswa.

e. Kegiatan Akhir

Siswa dan guru menyimpulkan pembelajarn yang telah dilakukan

Siswa diberi pekerjaan rumah sebagai bahan pengayaan dan


perbaikan

68

D. Lembar Kerja Siswa


Isilah titik dibawah ini dengan nilai pecahan !

69

1
1

2
1. 3

3
1

2
2. 4

2
1

3
3. 6

2
3

6
4. 3

Bandingkan dengan tanda <,>, atau =!

Kunci Jawaban
Isilah titik dibawah ini dengan nilai pecahan !

70

71

Persiapan Mengajar III


Mata pelajaran

: Matematika

Pokok Bahasan

: Pecahan

Ke1as

: III (tiga)

Catunvulan

: 1 (satu)

Waktu

: 2 jam

Materi

: Penjumlahan dan pengurangan


pecahan yang berpenyebut sama.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Siswa mampu melakukan penjumlahan dan pengurangan menggunakan
pecahan pertigaan dan perenaman.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat :
1. Menjumlahkan

dua

buah

pecahan

berpenyebut

menjumlahkan

tiga

buah

pecahan

berpenyebut

menjumlahkan

pembilangnya.
2. Menjumlahkan
pembilangnya.

72

3. Mengurangkan satu pecahan dari pecahan lain yang berpenyebut sama.


4. Mengurangkan dua pecahan secara berturut-turut dari pecahan lain yang
berpenyebut sama
C. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Metode : Ceramah, curah pendapat, demontrasi, diskusi, dan tugas.
2. Alat dan sumber: Kertas berpetak, Buku matematika

3 Berhitung,

halaman 70-71.

3. Rangkurnan Materi
1
3

1
3

1
3

Ada 2 bagian yang diarsir dari 3 bagian

1 1 11 2

3
3
Jadi 3 3
1
4

1
4

1
4

1
4

Ada 3 bagian dari 4 bagian

1 1 1 111 3

4
4
Jadi 4 4 4

1
4

1
4

1
4

1
4

Sisa 3 bagian dari 4 bagian

73

4 1 4 1 3

4
4
Jadi 4 4

4. Kegiatan
a. Kegiatan awal

mengkondisikan siswa dalam situasi belajar

memberikan motivasi supaya tumbuh semangat belajar

melakukan

apersepsi

tentang

pecahan

pertigaan

dan

perenaman.

b.

memberikan tes awal secara lisan

Kegiatan Inti

Untuk menjelaskan penjumlahan dua pecahan berpenyebut


sama, siswa disuruh mengarsir dua bagian dari tiga bagian
petak pada kertas berpetak.

74

1
3

1
3

1
4

Ada 2 bagian yang diarsir dari 3 bagian

Siswa disuruh menjumlahkan banyak petak yang diarsir

1
4

1
3

1
4

1
4

Ada 3 bagian yang diarsir dari 4 bagian

Untuk menjelaskan pengurangan dua pecahan berpenyebut


sama, siswa disuruh mengarsir satu dari empat bagian petak
pada kertas petak.
1
4

1
4

1
4

1
4

Siswa disuruh mengurangkan petak yang diarsir dari semua


petak.
4 1 4 1 3

4 4 4
4

Siswa disuruh melakukan hal yang sama pada pengurangan


pecahan dengan dua pengurang berturut-turut.

75

Siswa dan guru tanya jawab mengenai hal yang belum


dipahami

Siswa dan guru tanya jawab mengenai hal yang belum


dipahami

Siswa diberi latihan soal yang hares dikerjakan

Siswa dan guru bersama-sama memeriksa hasil pekerjaan


siswa

c. Kegiatan Akhir.

Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah


dilakukan.

Siswa diberi pekerjaan rumah sebagai bahan pengayaan dan


perbaikan

Anda mungkin juga menyukai