Oleh :
MUHAMMAD ROSI PRAYUDI PUTRA
070210204101
PENDAHULUAN
Di era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses
belajar yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk
memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada
peserta didik. Pemahaman yang dimaksudkan bukanlah pemahaman dalam arti sempit
yaitu menghafal materi pelajaran, namun pemahaman dalam arti luas yaitu lebih
cenderung menekankan pada kegiatan proses pembelajaran yang meliputi
menemukan konsep, mencari dan lain sebagainya serta peserta didik dituntut untuk
dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari – harinya. Namun sayangnya,
prantek pembelajaran yang demikian masih belum di terapkan secara keseluruhan,
sehingga tujuan dan hasil pendidikan belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam pencapaian tujuan belajar yang telah di uraikan di atas, tentu tidak
terlepas dari peranan cara pembelajaran yang digunakan oleh guru. Menurut
Supriyadi (1995:56), untuk mencapai tujuan pengajaran diperlukan penggunaan
metode pembelajaran yang optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas
pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran khususnya Bahasa Indonesiai harus
diorganisasikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan
kepada siswa dengan metode yang tepat pula. Metode pembela-jaran yang membuat
siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun
sosial hendaknya terus dikembangkan dan diarahkan dengan sedemikian rupa
sehingga siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal.
Guru harus dapat melihat situasi kelas / siswa dan kemudian memilih strategi,
metode atau pendekatan seperti apa yang akan di gunakan dalam pembelajarannya.
Materi yang sama belum tentu dapat diterapkan pada kelas yang berbeda. Namun,
dalam pemilihan strategi, pendekatan, metode, ataupun model pembelajaran tetap
harus mengaju pada tujuan utama dalam pencapaian belajar yaitu penekanan pada
unsur pemahaman siswa, bukan sekedar menghafal dan akan lebih baik lagi jika
dilanjutkan pada praktek aplikasi dari materi yang telah di ajarkan.
Model pembelajaran Two stay two stray menekankan pada pemberian dan
pencarian informasi kepada kelompok lain. Dengan begitu, tentunya siswa
dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang di utarakan oleh temannya ketika
sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa
yang di utarakan oleh anggota kelompok yang manjadi tuan rumah tersebut. Dalam
proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Dengan latar belakang itulah, dalam PTK ini penulis mengunakan judul:
Meningkatkan keterampilan menyimak melalui model pembelajaran kooperatif
kooperatif two stay –two stray pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas
VI SDN Kademanagn 01 Bondowoso.
1.2 Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang di atas, yang menjadi masalah utama adalah
kesalahan dalam penggunaan model pembelajaran ketika membelajarkan
keterampilan menyimak yang tidak menekankan pada aspek praktek secara langsung.
Oleh sebab itu, masalah yang dirumuskan dalam Penelitian ini yaitu “ Apakah
penggunaan model pembelajaran kooperatif two stay – two stray pada peserta didik
dapat meningkatkan kemampuan keterampilan menyimak pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia di SDN Kademangan 01 Bondowoso?”
b. Bagi siswa:
• Siswa akan lebih mudah dalam memahami materi karena dilakukan secara
langsung
• Pembelajaran kooperatif model two stay - two stray adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu
kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai
pemberi informasi dari tamunya, dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok yang
lain secara terpisah.
• Menyimak merupakan kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh
pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan
memahami makna komunikasi yang disampiakan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan (Tarigan, 1990:28).
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad
Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki
pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu
masalah. Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut
juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.
Keuntungan ini akan lebih apabila dilaksanakan dalam kelas kecil atau dengan
jumlah siswanya sedikit.
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Struktur TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi
hasil dan informasi dengan kelompok lain, hal ini menunjukkan bahwa lima
unsur proses belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan
evaluasi proses kelompok dapat terlaksana. Pada saat anggota kelompok
bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang
bersifat saling meleng-kapi, dan pada saat kegiatan dilaksanakan maka akan
terjadi proses tatap muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi baik
dalam kelompok maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai
tanggung jawab perseorangan.
B. Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray
(TSTS)
c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
I VI
3a
1a 4a
2a
3f
1f 4f
2f
II V
3b
1b 4b
2b
3e
1e 4e
2e
III IV
3c 2c4c
1c
3d
1d 4d
2d
Keterangan:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus
dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi
siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan
setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa
dan suku.
2. Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan
menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Kegiatan Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi
tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelom-pok.
Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalah-an yang
berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam
kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama
anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau
memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2
dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan
bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam
kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.
Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan
kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta
mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4. Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian
guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang
berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
Prestasi Belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan
individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar akan menghasil-kan
perubahan-perubahan pada diri sendiri yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Berdasarkan uraian diatas, prestasi belajar bahasa Indonesia adalah hasil yang
telah dicapai siswa setelah melakukan usaha, atau dapat diartikan sebagai hasil
belajar bahasa Indonesia yang dinyatakan dalam skor setelah siswa mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia. Skor tersebut merupakan hasil pencapaian dari
keenam aspek ranah kognitif yang dilihat dari hasil tes siswa pada mata pelajaran
bahasa Indonesia dengan pokok bahasan tertentu.
C. Keterampilan menyimak
• Bersikap kooperatif.
Pembecara harus dapat berkerja sama dengan pembicara untuk keberhasilan
komunikasi.
• Bahan simakan harus komunikatif, berupa konsep, infromasi, dan gagasan yang
jelas.
Jenis – jenis menyimak menurut Tarigan:
1. Menyimak ekstensif.
Kegiatan menyimak yang dilakukan sehari – hari sebagai rutinitas, seperti
menyimak radio, televisi, dan lain – lain.
2. Menyimak intensif
Menyimak kritis
Menyimak konsentratif
Menyimak eksploratif
Menyimak interogatif
Menyimak selektif
Menyimak kreatif
Tahapan dalam menyimak:
1. Tahap mendengarkan
2. Tahap memahami
3. Tahap interpretasi
4. Tahap evaluasi
D. Keterkaitan Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif One Stay Two Stray dengan Usaha Peningkatan Keterampilan
Menyimak
Dalam prosespembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar
ataupun tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang
menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih
banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu
dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh.
Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif,
sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif).
Kelas / Semester: V/ 2
2. Kompetensi dasar :
3. Indikator :
b. Menyebutkan peran dari masing – masing tokoh yang ada pada cerita yang
diutarakan secara lisan
4. Tujuan :
a. Siswa dapat menyebutkan tokoh tokoh yang terdapat dalam cerita yang di
utarakan secara lisan
b. Siswa mampu menyebutkan peran dari masing – masing tokoh yang ada
pada cerita yang di utarakan secara lisan.
b. Metode pembelajaran
• Diskusi
• Tanya jawab
• Ceramah
• Penugasan
Waktu
No Langkah – langkah pembelajaran
(menit)
5
A. Kegiatan inti
1 Apersepsi: guru mengaitkan materi cerita ini dengan cerita sehari -
hari yang sering di dengar
3 Salah satu siswa membaca cerita dan yang lainnya menyimak cerita
yang dibacakan.Dari cerita tersebut, siswa mendiskusikan mengenai:
a. Tokoh – tokoh dalam cerita
b. Peran tokoh – tokoh tersebut
c. Amanat yang terkandung
4 dalam cerita itu
Beberapa dari masing – masing anggota kelompok berkunjung ke
kelompok lain untuk menyimak cerita yang di utarakan di kelompok
itu.
5
Siswa yang berkunjung dan yang dikunjungi saling bertanya jawab
tentang tokoh, peran, dan amanat dalam cerita tersebut.
6
Siswa yang berkunjung kembali ke kelompoknya dan membaca
cerita dari kelompok yang dikunjungi kepada temannya yang tidak
berkunjung, dan kemudian di bahas bersama siswa mengenai tokoh,
peran, dan amanat dalam cerita itu. Demikian seterusnya berkunjung
ke kelompok lainya, dan kembali ke kelompoknya lagi.
C. Kegiatan akhir
5
1. Masing – masing kelompok menceritakan secara singkat cerita yang
yang dibahas kelompok lainnya.
2. Siswa saling bertanya jawab untuk menyimpulkan tokoh, amanat
dan peran yang ada dalam masing masing cerita.
• LKS terkait
9. Evaluasi / penilaian
a. Penilaian kelompok
Penilaian proses
• Penilaian proses
• Penilaian tes
Soal – soal
Mengetahui
Nip. Nip