Anda di halaman 1dari 39

Model Pendidikan untuk

Pembangunan Berkelanjutan
(Education for Sustainable Development/ESD) melalui
Kegiatan Intrakurikuler

Pusat Penelitian Kebijakan


Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Jakarta, 2010
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional
Model Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD)
melalui Kegiatan Intrakurikuler. - - Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas, 2010
vi, 30h

ISBN : 978-602-8613-12-5

1. Pendidikan
2. Pembangunan Berkelanjutan
3. Insan Cerdas Komprehensif dan Kompetitif
4. Model Kegiatan intrakurikuler
I. Judul
II. Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas
III. Seri Pengembangan Model

Tim Penyusun : :1. Drs. Philip Suprastowo, APU 5. Dra. Asri Ika Dwi Martini
2. Dra. Etty Sisdiana 6. Sudiyono, S.Pd
3. Nur Listiawati, S.S., M.Ed 7. Teguh Supriyadi, S.Si., M.Si
4. Darmawan Sumantri, S.Si

Penyunting : Prof. Dr. Nadiroh


Prof. Dr. Zaenal Arifin
Dr. Suwandi, M.Psi

Desain Sampul dan Tata Letak : Anugrah Sukma

PERNYATAAN HAK CIPTA


© Puslitjak/Copyright @ 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Diperbolehkan mengutip dengan


menyebut sumber.

Pusat Penelitian Kebijakan


Balitbang Kemdiknas
Kompleks Kemdiknas, Gedung E Lt-19
Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta 12401
Telp. 021-5736365, Faks. 021-5741664
Website: puslitjaknov.org
e-mail: puslitjaknov@yahoo.com
Model Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan
(Education for Sustainable Development/ESD) melalui
Kegiatan Intrakurikuler

Pusat Penelitian Kebijakan


Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Jakarta, 2010
ii Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas
Pengantar
Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dalam sidang umum pada sesi ke 57 tahun
2002 mendeklarasikan periode 2005-2014 sebagai dekade pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan (Decade of Education for Sustainable
Development/DESD). Tujuan DESD adalah untuk mengintegrasikan prinsip-
prinsip, nilai, dan praktek pembangunan berkelanjutan ke dalam semua aspek
pendidikan dan pembelajaran. Upaya ini diharapkan akan mendorong
terjadinya perubahan sikap yang dapat menciptakan masa depan yang
berkelanjutan dalam konteks integritas lingkungan, pembangunan ekonomi,
komunitas yang adil bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Berdasarkan konteks tersebut pada tahun 2010 Balitbang Kemdiknas


mengembangkan model Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(Education for Sustainable Development/ESD), yaitu: (1) Model Pendidikan
Untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/
ESD) melalui Kegiatan Intrakurikuler, (2) Pokok-pokok Materi Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD),
dan (3) Panduan Pengintegrasian nilai-nilai Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ ESD) ke dalam
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada kegiatan
pembelajaran.
Buku ini merupakan Model Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan
(Education for Sustainable Development/ESD) melalui Kegiatan Intrakurikuler.
Model ini telah divalidasi dengan melibatkan para ahli, Dinas Pendidikan,
kepala sekolah dan guru, sehingga diharapkan dapat dijadikan acuan bagi guru
dan pihak pemangku kepentingan lainnya dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran ESD. Pada kesempatan ini
kami sampaikan penghargaan kepada pimpinan Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten: Padang, Bandung, Yogyakarta, Klaten, Denpasar, Mataram,
Manado, Tomohon, dan Pontianak, serta beberapa kepala sekolah dan guru SD
di wilayah tersebut yang telah berperan serta dalam penyempurnaan panduan
ini.
Pada tahap selanjutnya, model ini akan diuji-cobakan di beberapa satuan
pendidikan dalam rangka menyempurnakan dan pada akhirnya diharapkan
dapat dijadikan sebagai rujukan bagi satuan-satuan pendidikan di seluruh
Indonesia.

Jakarta, Desember 2010


Kepala Puslitjak

Ir. Hendarman, M.Sc., Ph.D


NIP: 19610630 198603 1 002

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas iii


iv Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas
DAFTAR ISI

PENGANTAR ...................................................................................
iii

DAFTAR ISI ....................................................................................


V

Bab I PENDAHULUAN ........................................................................


1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Tujuan ....................................................................................
3
C. Ruang Lingkup ...........................................................................
3
D. Pengguna .................................................................................
3

Bab II LANDASAN HUKUM DAN HAKEKAT ESD ..........................................


5
A. Landasan Hukum ........................................................................
5
B. Hakekat ESD ..............................................................................
6 y
C. Pengertian Kecerdasan Komprehensif dan Kompetitif ..........................
13 ang dihadap

Bab III PELAKSANAAN ESD MELALUI INTRAKURIKULER ...............................


15
A. Model ESD ................................................................................
15
B. Pembelajaran ............................................................................
16
C. Pendukung Kegiatan Pembelajaran ................................................
25

Bab IV PRINSIP DAN IMPLIKASI ...........................................................


27
27
A. Prinsip ....................................................................................
27
B. Implikasi ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................


29

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas v


vi Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

P
embangunan telah dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak
beberapa dasawarsa yang lalu. Hasil pembangunan pun telah
dirasakan dan bangsa Indonesia telah mampu menempatkan diri
dalam kesejajaran hidup dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pada
kenyataannya pembangunan bukan hanya menimbulkan berbagai dampak
positif tetapi juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif adalah
terjadinya kerusakan lingkungan di sejumlah tempat dikarenakan
tindakan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam.
Misalnya eksploitasi sumber daya hutan besar-besaran di Kalimantan
telah menyebabkan gundulnya hutan di wilayah ini dan mengakibatkan
berbagai dampak lainnya, seperti banjir dan terganggunya ekosistem
(Koran Tempo, 28 Maret 2008).

Mencermati kasus tersebut maka pelaksanaan pembangunan perlu


mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan. Pemanfaatan kayu
hutan untuk kesejahteraan masyarakat misalnya, perlu dilakukan upaya
penanaman kembali untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada.
Proses pembangunan selayaknya memperhatikan dan menjaga kelestarian
ekosistem sehingga tidak mengakibatkan kerugian dalam kehidupan
manusia, baik dalam lingkup lokal, regional, maupun global.

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang ”Lingkungan Hidup


Manusia” (the Human Environment) di Stockholm, Swedia, 1972, menjadi
penggerak bagi manusia untuk memfokuskan perhatian pada masalah
lingkungan. Pada konferensi-konferensi selanjutnya masyarakat global
menegaskan perlunya interrelasi antara lingkungan dan isu-isu sosial
ekonomi baik yang menyangkut kemiskinan maupun keterbelakangan
dalam pembangunan. Sejak tahun 1980-an tumbuh Konsep Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development) sebagai respon terhadap
kebutuhan untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan sosial dengan
perhatian pada lingkungan dan pelestarian terhadap sumber-sumber daya
alam.

Pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui pendidikan,


karena pendidikan merupakan sarana untuk mengubah persepsi, sikap
dan perilaku manusia. Pertemuan Puncak Johannesburg 2002,
memperluas visi pembangunan berkelanjutan dan menegaskan kembali
tujuan-tujuan pendidikan dalam Millennium Development Goals dan
Education for All yang dicetuskan dalam Dakar Framework for Action,

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 1


serta mengajukan Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(Decade of Education for Sustainable Development/DESD). PBB dalam
sidang umumnya pada sesi ke 57 tahun 2002 mendeklarasikan periode
2005 – 2014 sebagai DESD. UNESCO ditunjuk untuk memandu dekade ini
agar dapat memainkan peran kuncinya dalam mengembangkan standar
kualitas dalam Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education
for Sustainable Development/ESD).

Nilai-nilai yang terkandung dalam ESD telah tercakup dalam berbagai


aturan perundang-undangan kendati tidak tampak secara eksplisit. UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah
mengamanatkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
penyelenggaraan pendidikan nasional adalah membentuk Insan Indonesia
Cerdas Komprehensif dan Kompetitif, yang meliputi; cerdas spiritual,
cerdas emosional dan sosial, cerdas intelektual, serta cerdas kinestetik.
(Renstra Depdiknas 2010-2014).

Segenap aspek kecerdasan dalam tujuan pendidikan itu diperlukan guna


mensinergikan aspek ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan dalam
mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam. Pembangunan
sumberdaya manusia Indonesia harus diperlakukan sebagai pusat dari
pembangunan berkelanjutan. Penanaman nilai-nilai pembangunan
berkelanjutan dalam diri manusia Indonesia perlu sejak dini diantisipasi
dan direspon untuk menjawab tantangan perkembangan jaman.

Hasil penelitian Balitbang tahun 2008 menemukan bahwa:


1. Kepala sekolah dan guru umumnya belum memahami sepenuhnya
tentang ESD, baik secara konsep, tujuan, kebijakan, dan program.
Hal tersebut berkonsekuensi logis terhadap penerapan ESD kepada
peserta didik.
2. Belum ada kebijakan yang eksplisit tentang ESD yang dapat dijadikan
acuan untuk menyusun program dan penerapannya di tingkat satuan
pendidikan.
3. Belum ada acuan tentang implementasi ESD di sekolah khususnya
bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Atas dasar itu maka dinilai perlu adanya pemikiran dan langkah-langkah
yang sistematis untuk menerapkan nilai-nilai ESD ke dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional guna mendukung pencapaian
terbentuknya Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif. Oleh
karena itu perlu adanya sebuah model implementasi nilai-nilai ESD ke
dalam kegiatan intrakurikuler yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi
guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Model
tersebut diharapkan dapat menjelaskan hal-hal berikut: (1) landasan

2 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


hukum dan hakekat ESD, serta Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan
Kompetitif, (2) penerapan nilai-nilai ESD ke dalam kegiatan
intrakurikuler, serta (3) gambaran tentang prinsip dan implikasi model
pelaksanaan ESD melalui kegiatan intrakurikuler.

B. Tujuan
Model ini bertujuan untuk memberikan acuan dasar bagi guru dan pihak-
pihak pemangku kepentingan lainnya dalam mengimplementasikan ESD
melalui kegiatan intrakurikuler, yang mencakup:
1. Landasan hukum dan hakekat ESD, serta Insan Indonesia Cerdas
Komprehensif dan Kompetitif
2. Penerapan nilai-nilai ESD ke dalam kegiatan intrakurikuler mencakup:
a) kompetensi (SK dan SKL); b) proses pembelajaran; c) sumber
belajar (sarana dan prasarana); d) pengelolaan kelas; dan e)
penilaian.
3. Gambaran tentang prinsip dan implikasi model pelaksanaan ESD
melalui kegiatan intrakurikuler.

C. Ruang Lingkup
1. Penerapan ESD melalui pengintegrasian materi ESD ke dalam kegiatan
intrakurikuler pada satuan pendidikan SD/MI untuk kelompok kelas
rendah/awal (kelas I,II, dan III) dan kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI).
2. Kegiatan intrakurikuler meliputi seluruh mata pelajaran yang
diberikan di sekolah dasar.

D. Pengguna
1. Pemerintah Daerah, terutama Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota; serta Kantor Wilayah Kemenag Provinsi
dan Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten.
2. Kepala sekolah/madrasah.
3. Komite sekolah/madrasah.
4. Guru mata pelajaran/guru kelas.

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 3


4 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas
BAB II
LANDASAN HUKUM DAN HAKEKAT ESD

A. Landasan Hukum

1. UUD 1945

P
asal 31 (1): setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan. Ayat 3 mengamanatkan pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarana satu system pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.

2. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, beriman, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3. UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil; sumber daya
alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk
menjamin keberlanjutan pembangunan nasional.

4. UU Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pasal 1 (3): Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan
hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.

5. UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan PP


Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 5


kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

6. PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan


(SNP)
Pasal 2 (1): Lingkup SNP meliputi: (1) Isi (2) Proses (3) Kompetensi
lulusan, (4) Pendidik dan tenaga kependidikan (5) Sarana dan
prasarana, (6) Pengelolaan, (7) Pembiayaan, dan (8) Penilaian
pendidikan. Pasal 3: SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasiional yang bermutu.

7. Rencana Strategis (Renstra) Kemdiknas Tahun 2010-2014


Paradigma pembangunan pendidikan didasarkan pada Pendidikan untuk
Perkembangan, Pengembangan, dan/atau Pembangunan Berkelanjutan
(PuP3B).

B. Hakekat ESD

1. Pengertian ESD
Education for Sustainable Development merupakan konsep dinamis
yang mencakup sebuah visi baru pendidikan yang mengusahakan
pemberdayaan orang segala usia untuk turut bertanggungjawab dalam
menciptakan sebuah masa depan berkelanjutan. ESD merupakan upaya
untuk mengubah perilaku dan gaya hidup bagi transformasi masyarakat
yang positif1. Nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam pembangunan
berkelanjutan melalui pendidikan untuk mengubah perilaku dan gaya
hidup bagi transformasi masyarakat yang positif adalah sebagai
berikut.
a. Menghargai nilai-nilai dan hak-hak semua manusia diseluruh planet
bumi dan komitment terhadap keadilan sosial dan ekonomi bagi
semua.
b. Menghargai hak-hak azasi manusia generasi mendatang dan
komitmen terhadap tanggungjawab antar-generasi.
c. Menghargai dan peduli pada kehidupan komunitas dengan
keanekaragamannya yang mencakup perlindungan dan perbaikan
terhadap ekosistem planet bumi.
d. Menghargai keanekargaman budaya dan komitmen untuk
membangun toleransi budaya lokal dan global, perdamaian dan
anti kekerasan (non-violence).

1 http://www. UNESCObkk.org/index. php?id =3808

6 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


Terkait dengan pengertian di atas ESD merupakan kegiatan belajar
sepanjang hidup sejak usia dini yang diselenggarakan melalui
pendidikan formal, non-formal dan informal. ESD menuntut reorientasi
pendekatan pendidikan, struktur dan isi kurikulum, pedagogi dan
sistem ujian. Pembelajaran ESD perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut2.
a. Lintas Disiplin dan Holistik/Menyeluruh; yakni belajar untuk
pembangunan berkelanjutan yang secara integratif tercakup di
dalam kurikulum, bukan menjadi pelajaran tersendiri.
b. Nilai Pendorong; yakni norma-norma, nilai-nilai, dan prinsip-
prinsip yang dimiliki bersama yang dapat menopang pembangunan
berkelanjutan dan disusun sejelas mungkin sehingga dapat diukur,
diuji, diperdebatkan dan diaplikasikan.
c. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah; yakni dapat mengarahkan
pemikiran kritis dan dalam mengatasi masalah pembangunan
berkelanjutan.
d. Multi-Metode; yakni dapat menerapkan menggunakan berbagai
metode yang relevan seperti: puisi, drama, debat, pengalaman
dan lain-lain. Pengajaran yang hanya mentransfer pengetahuan
sudah seharusnya diganti dengan pendekatan guru dan murid untuk
bekerja bersama mencari pengetahuan dan berperan dalam
membangun lingkungan pada institusi pendidikan.
e. Pengambilan Keputusan secara Partisipatif; yakni murid berperan
serta dalam menentukan tentang kegiatan pembelajaran.
f. Dapat diterapkan (aplicable); yakni pengalaman belajar peserta
didik dapat diterapkan secara terpadu dengan kehidupan pribadi
dan kegiatan sehari-hari di lingkungannya.
g. Relevan dengan kondisi lokal; yakni mengkaji masalah dan isu baik
lokal maupun global menggunakan bahasa yang digunakan oleh
peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, pengertian ESD dirumuskan sebagai


pendidikan yang bermakna, berfungsi dan bertujuan untuk: (1)
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup generasi
sekarang tanpa harus mengesampingkan kemampuan generasi masa
depan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, (2) meningkatkan
mutu hidup manusia dengan tetap hidup di dalam daya dukung
ekosistem, dan (3) menguntungkan bagi semua makhluk di bumi
(manusia dan ekosistem) pada masa kini maupun di masa yang akan
datang. Dengan demikian nilai-nilai ESD dapat menjadi “roh
pendidikan”.

2 http://www.yplhc.org/konsep_desd.php

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 7


Berkenaan dengan implementasi ESD, perlu diperhatikan peran
kelompok pemangku kepentingan menurut Unesco3, yakni: (1)
Pemerintah dan Komisi Nasional UNESCO, (2) Masyarakat, (3) Sektor
swasta, (4) Lembaga pendidikan formal, (5) Masyarakat adab (civil
society), (6) media, dan (7) Lembaga internasional. Dalam hal
pendidikan formal, peran yang perlu dilakukan adalah
menyebarluaskan ESD kepada peserta didik di segenap jenjang
pendidikan. Penyebaran ESD melalui jalur pendidikan formal
hendaknya diintegrasikan dalam semua mata ajaran, dan tidak
dijadikan sebagai satu mata pelajaran tersendiri.

2. Perspektif, Komponen, dan Aspek ESD

Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga perspektif penting, yakni


sosial-budaya, lingkungan, dan ekonomi4.

Perspektif Sosial-Budaya merupakan sebuah pemahaman terhadap


institusi sosial dan peran manusia dalam perubahan dan pembangunan.
Sama halnya dengan sistem demokrasi dan partisipasi yang
memberikan peluang untuk mengemukakan pendapat, memilih
pemerintahan, mengembangkan kesepakatan dan menyadari adanya
perbedaan.

Perspektif Lingkungan merupakan suatu kesadaran terhadap sumber-


sumber daya alam, lingkungan hidup fisik yang sensitif, dampak
aktifitas manusia, dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
komitmen untuk menciptakan kebijakan pembangunan sosial dan
ekonomi.

Perspektif Ekonomi merupakan kepekaan terhadap keterbatasan dan


potensi pertumbuhan ekonomi serta dampaknya terhadap masyarakat
maupun lingkungan, dikaitkan dengan komitmen untuk mengevaluasi
tingkat konsumsi individu dan masyarakat sebagai bentuk keprihatinan
terhadap lingkungan serta keadilan sosial.
Ketiga perspektif tersebut saling terkait dan merupakan pilar
pendorong bagi pembangunan berkelanjutan (gambar 1). Ini berarti
dalam melakukan pembangunan berkelanjutan tidak bisa
mempertimbangkan satu aspek saja, seperti aspek ekonomi, tetapi
juga mempertimbangkan aspek lainnya seperti aspek sosial-budaya
dan lingkungan.

3http://www.UNESCObkk.org/ index.php.id=3808
4 UNESCO, UNESCO and Sustainable Development, 2005

8 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


Gambar 1. Skema pembangunan berkelanjutan pada titik temu tiga pilar (Sumber:
Hagan Foundation Center for the Humanities
/http://www.scc.spokane.edu/?hfchsustain)

Ketiga perspektif tersebut terdiri dari 15 komponen seperti pada tabel


berikut.

Tabel 1. Komponen ESD untuk masing-masing perspektif5

Sosial-Budaya Lingkungan Ekonomi


1. Hak Azasi Manusia 8. Sumber Daya Alam 13. Pengurangan
kemiskinan
2. Keamanan 9. Perubahan cuaca 14. Tanggung jawab
perusahaan (CSR)
3. Kesetaraan gender 10. Pembangunan 15. Ekonomi pasar
perdesaan
4. Keragaman budaya 11. Urbanisasi
dan pemahaman berkelanjutan
lintas budaya
5. Kesehatan 12. Pencegahan dan
6. HIV/AIDS penanganan
7. Tata Kelola bencana

Ke-15 komponen dari tiga perspektif ESD (Sosial-Budaya, Lingkungan,


dan Ekonomi) tersebut masih belum cukup operasional untuk
kepentingan implementasinya dalam pembelajaran di tingkat
satuan pendidikan. Untuk kepentingan kegiatan di satuan pendidikan,
masih perlu dijabarkan lebih lanjut. Tabel-2 di bawah ini merupakan
salah satu contoh penjabaran dimaksud yang didapatkan dengan cara
mengidentifikasi dan mengkategorisasi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SK-KD) untuk mata pelajaran tingkat SD.

5 UNESCO, UNESCO and Sustainable Development, 2005

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 9


Tabel 2. Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD

No Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD

1 Perspektif Sosial Budaya


1.1 Hak Azasi Manusia
1.1.1 Hak untuk hidup
1.1.2 Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
1.1.3 Hak untuk mengembangkan diri
1.1.4 Hak atas kebebasan pribadi
1.1.5 Hak atas rasa aman
1.1.6 Hak memperoleh keadilan
1.1.7 Hak turut serta dalam pemerintahan
1.1.8 Hak atas kesejahteraan
1.1.9 Hak wanita
1.1.10 Hak anak

1.2 Keamanan
1.2.1 Hidup rukun, damai, kasih sayang, dan tolong menolong dalam
keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan dunia
1.2.2 Hidup saling bertoleransi
1.2.3 Bersikap sportif, objektif, dan menjadi suri tauladan
1.2.4 Rendah hati, santun, dan saling menghargai
1.2.5 Jujur, tanggung jawab
1.2.6 Persatuan dan kesatuan bangsa (NKRI)

1.3 Kesetaraan Gender


1.3.1 Kesadaran terhadap status jenis kelamin dan Relasi yang
setara antara Laki-laki dan perempuan
1.3.2 Persamaan hak atas pendidikan dan kesehatan
1.3.3 Persamaan hak mendapatkan pekerjaan/jabatan
1.3.4 Persamaan hak terhadap hukum
1.3.5 Persamaan hak terhadap agama
1.3.6 Persamaan hak untuk bernegara
1.3.7 Peran serta/partisipasi termasuk mengutarakan aspirasi,
pendapat (memperjuangkan kodrat)
1.3.8 Persamaan hak terhadap reproduksi

1.4 Keragaman Budaya dan Pemahaman Lintas Budaya


1.4.1 Menghargai perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan
dan budaya
1.4.2 Rukun dalam kemajemukan (kebhinekaan) dan menghargai ciri
khas budaya lokal
1.4.3 Kerjasama dan toleransi antar suku, agama, ras, dan antar
golongan dan budaya
1.4.4 Memberikan kesempatan dan peluang dalam pengembangan
kebudayaan suku bangsa
1.4.5 Menghargai/ apresiasi terhadap keberagaman karya seni tari,

10 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


No Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD

lukis, teater, patung, suara dan musik


1.4.6 Menghargai keberagaman nilai-nilai, norma, aturan, dan
budaya setempat.

1.5 Kesehatan
1.5.1 Kesadaran diri untuk hidup bersih, sehat jiwa dan raga
(pengetahuan, sikap, dan perilaku)
1.5.2 Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar

1.6 HIV/AIDS
1.6.1 Pemahaman tentang HIV (termasuk penyebabnya)
1.6.2 Kesadaran diri tentang bahaya HIV
1.6.3 Cara penanggulangan HIV

1.7 Tata Kelola


1.7.1 Musyawarah dan mufakat dalam mengambil keputusan
1.7.2 Pelayanan kehidupan publik (pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan, transportasi dsb.)
1.7.3 Mengenal aturan-aturan yang berlaku dalam pemerintahan
(desa, kecamatan, kab/kota, propinsi dan nasional) serta
sanksi bagi yang melanggar.
1.7.4 Mengenal strukrur dan lembaga pemerintahan (desa,
kecamatan, kab/kota, propinsi dan nasional)
1.7.5 Menjaga keutuhan NKRI
1.7.6 Akuntabilitas publik (pelayanan, pertanggungjawaban, dan
penyalahgunaan wewenang, mis. korupsi)
1.7.7 Kerjasama antarnegara (dalam cakupan ASEAN, ASIA, ASIA
PASIFIK dll)

2 Lingkungan
2.1 Sumber Daya Alam
2.1.1 Pelestarian, konservasi, rehabilitasi (reboisasi) SDA
2.1.2 Pengelolaan, pemanfaatan (pendayagunaan) SDA
2.1.3 Eksplorasi dan eksploitasi SDA

2.2 Perubahan Cuaca


2.2.1 Pengetahuan perubahan suhu, kelembaban, angin, dan pola
curah hujan
2.2.2 Penyebab perubahan suhu, kelembaban, angin, dan pola curah
hujan
2.2.3 Dampak perubahan suhu, kelembaban, angin, dan pola curah
hujan terhadap kehidupan manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan alam semesta

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 11


No Aspek-Aspek dalam Tiga Perspektif ESD

2.3 Pembangunan Perdesaan


2.3.1 Perubahan potensi SDA daerah
2.3.2 Perubahan mata pencaharian
2.3.3 Perubahan peta daerah
2.3.4 Perubahan sistem pemerintahan (otonomi)

2.4 Urbanisasi Berkelanjutan


2.4.1 Terbatasnya mata pencaharian di desa
2.4.2 Pembangunan yang tidak merata
2.4.3 Keamanan hidup
2.4.4 Dampak urbanisasi (SDM di desa berkurang, mempengaruhi
tata kota, keamanan/kriminalitas meningkat, kerusakan
lingkungan)

2.5 Pencegahan dan Penanganan Bencana


2.5.1 Macam-macam bencana alam
2.5.2 Cara mencegah bencana alam
2.5.3 Penyelamatan diri
2.5.4 Empati terhadap korban bencana

3 Ekonomi
3.1 Pengurangan Kemiskinan
3.1.1 Etos kerja
3.1.2 Penciptaan lapangan kerja
3.1.3 Pemberdayaan masyarakat
3.1.4 Usaha Masyarakat Kelompok Mandiri (UMKM)
3.1.5 Koperasi dan usaha rakyat lain
3.1.6 Pemberian bantuan masal dari pemerintah (BLT, setelah
bekerja)

3.2 Tanggung Jawab Perusahaan (CSR)


3.2.1 Pemberdayaan masyarakat
3.2.2 Mendorong kemandirian masyarakat
3.2.3 Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat
3.2.4 Meningkatkan kesehatan
3.2.5 Pengurangan kemiskinan

3.3 Ekonomi Pasar


3.3.1 Harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan
3.3.2 Kemampuan menguasai jaringan pasar
3.3.3 Kompetensi mutu produk
3.3.4 Kemampuan negosiasi dan diplomasi
3.3.5 Kewirausahaan
3.3.6 Penguasaan ICT

12 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


C. Pengertian Kecerdasan Komprehensif dan Kompetitif

Kecerdasan merupakan kondisi dan proses berpikir yang menunjukkan


makna kesempurnaan, perkembangan akal budi, dan kesempurnaan
pertumbuhan (sehat, kuat). Howard Gardner mengkategorikan adanya
Sembilan kecerdasan yakni: (1) linguistik (kemampuan dalam merangkai
dan menggunakan kata), (2) logis-matematis (kemampuan menggunakan
logika/penalaran dan angka), (3) spasial (kemampuan memvisualisasikan
dan menghasilkan gambar), (4) kinestetik-jasmani (kemapuan melakukan
gerak tubuh), (5) musikal (kemampuan menghasilkan dan mengapresiasi
irama dan nada), (6) interpersonal (kemampuan menjalin hubungan antar
insan), (7) intrapersonal (kemampuan mengolah diri), (8) naturalis
(kemampuan menjalin hubungan dengan fauna, flora, dan alam) dan (9)
eksistensialis (kemampuan yang berhubungan dengan religiusitas,
spiritualitas, dan filsafat).

Renstra Kemdiknas dalam menetapkan tujuan pendidikan nasional


mengacu pada pembentukan insan cerdas komprehensif dan kompetitif.
Makna Kecerdasan komprehensif meliputi: (1) cerdas intelektual, (2)
cerdas spiritual, (3) cerdas emosional dan sosial, dan (4) cerdas
kinestetis.

Kecerdasan intelektual merupakan aktualisasi diri melalui olah pikir


untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, dan
imajinatif. Sementara kecerdasan spiritual merupakan aktualisasi diri
melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian
unggul. Kecerdasan emosional dan sosial dimaknai sebagai aktualisasi
diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasi akan
kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk
mengekspresikannya, dan aktualisasi diri melalui interaksi sosial yang
membina dan memupuk hubungan timbal balik, demokratis, empatik dan
simpatik, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan dalam
bermasyarakat dan bernegara, serta berwawasan kebangsaan dengan
kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara, sedangkan Kecerdasan
Kinestetis diartikan sebagai aktualisasi diri melalui olah raga untuk
mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya tahan, sigap, terampil, dan
trengginas, dan aktualisasi insan adiraga.

Makna kompetitif adalah upaya pembentukan insan yang berkepribadian


unggul dan „gandrung‟ akan keunggulan, bersemangat juang tinggi,
mandiri, pantang menyerah, pembangun dan pembina jejaring,
bersahabat dengan perubahan, inovatif dan menjadi agen perubahan,
produktif, sadar mutu, berorientasi global, dan pembelajar sepanjang
hayat.

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 13


Berdasarkan uraian tersebut, cerdas komprehensif dan kompetitif yang
dimaksudkan dalam panduan ini adalah keseluruhan kecerdasan yang
mencakup 9 kecerdasan: linguistik, logis-matematis, spasial kinestetik-
jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan
eksistensialis, serta memiliki daya saing.

14 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


BAB III
PELAKSANAAN ESD MELALUI KEGIATAN
INTRAKURIKULER

A. Model ESD

P
elaksanaan nilai-nilai ESD tidak berdiri sendiri sebagai suatu
mata pelajaran tetapi terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran. Aspek-aspek ESD secara tidak langsung sudah
tercakup di dalam beberapa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD). Namun, dalam pelaksanaannya guru umumnya belum
memahami tentang konsep dan komponen ESD. Oleh karena itu perlu
disusun model yang dapat dijadikan acuan bagi guru untuk
menyampaikan nilai-nilai ESD dalam proses pembelajaran. Model
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

INTRAKURIKULER

Perencanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran Perspektif ESD
SK KD Lingkungan Sosbud Ekonomi
… … … … …

Penyusunan Silabus dan RPP

Pelaksanaan & penilaian


pembelajaran

Insan Indonesia yang cerdas


komprehensif dan kompetitif

Gambar 2. Model Pembelajaran ESD

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 15


Diagram di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Tiga lingkaran pada
gambar di atas adalah tiga perspektif ESD yang meliputi Lingkungan,
Sosial budaya, dan Ekonomi. Jika nilai-nilai ESD pada komponen-
komponen dalam ketiga perspektif dilaksanakan, maka akan tercapai
apa yang disebut pembangunan berkelanjutan. Jika nilai-nilai ESD
pada komponen dalam perspektif Sosial Budaya dan Lingkungan
sudah dilaksanakan maka terjadi keselarasan antara lingkungan dan
sosial budaya. Ini berarti lingkungan dapat memenuhi atau
menanggung (bearable) kebutuhan masyarakat, dan masyarakat
memelihara dan mempergunakan sumber daya alam secara tidak
berlebihan.

Jika nilai-nilai ESD pada komponen perspektif Lingkungan dan


Ekonomi sudah dilaksanakan dengan baik maka akan tercipta
lingkungan yang aman, dan kehidupan masyarakat yang layak (viable)
secara ekonomi. Jika nilai-nilai ESD dalam komponen perspektif
Sosial Budaya dan Ekonomi sudah dilaksanakan dengan baik, maka
akan tercipta masyarakat yang aman, saling menghargai, adil
(equitable) dan berkecukupan.

Nilai-nilai ESD diimplementasikan melalui kegiatan intrakurikuler


dalam rangka mengupayakan terwujudnya Insan Indonesia Cerdas
Komprehensif dan Kompetitif. Dalam implementasi niai-nilai ESD ke
dalam pembelajaran perlu ditetapkan tahapan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian hasil belajar agar output
Insan Indonesia yang cerdas komprehensif dan kompetitif dapat
tercapai.

B. Pembelajaran
1. Perencanaan Pembelajaran

a. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang dapat
terobservasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Kompetensi bersifat kompleks dan
merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan
potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki
seseorang yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk tindakan atau
kinerja untuk menjalankannya.

Sistem pendidikan nasional memuat istilah Standar Kompetensi


(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat di dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. SK dan

16 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


KD dirumuskan untuk setiap mata pelajaran pada setiap jenis dan
jenjang pendidikan.

Prinsip pembelajaran dengan mengintegrasikan konsep dan nilai-


nilai ESD, secara eksplisit dirancang terintegrasi dalam kurikulum
maupun dalam proses pembelajaran/metode pembelajaran
sebagai kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Cara yang
dapat dilakukan guru adalah menyesuaikan aspek ESD (lihat tabel
2) dengan KD mata pelajaran.

b. Hubungan Kompetensi dengan Perspektif ESD


Sebagaimana diuraikan di muka bahwa terdapat tiga perspektif
dalam pembangunan berkelanjutan, yakni sosial-budaya,
lingkungan, dan ekonomi6. Masing-masing perspektif tersebut
telah dirinci ke dalam 15 komponen ESD yakni Perspektif Sosial-
Budaya mencakup 7 komponen, perspektif lingkungan mencakup 5
komponen dan perspektif ekonomi mencakup 3 komponen.
Untuk kepentingan kegiatan intrakurikuler berwawasan ESD, dari
15 komponen ESD telah dikaji dan dirinci menjadi 77 (tujuh puluh
tujuh) aspek. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam
mengkaitkan antara aspek-aspek tersebut dengan SK dan KD yang
merupakan acuan bagi sekolah dalam menetapkan aktivitas
pembelajaran. Ke 77 aspek tersebut dapat diperkaya sesuai
dengan pemahaman guru.

c. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Setiap komponen dan tahapan aktivitas pembelajaran harus


dituangkan dalam perencanaan proses pembelajaran yang
mencakup silabus dan RPP. Silabus dan RPP dapat dikembangkan
guru seorang diri atau bergabung dengan guru lainnya dalam
lingkup sekolah, KKG atau gugus sekolah.

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar


siswa dalam upaya mencapai KD yang dimuat dalam standar isi.
Setiap guru harus menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian siswa sesuai bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis siswa.
Dalam mengembangkan Silabus dan RPP untuk pembelajaran yang
bernuansa ESD, seharusnya gambaran tentang nuansa ESD tersebut
terlihat. Khusus pada pembelajaran kelas rendah yang biasanya
menggunakan pendekatan tematik, penyusunan silabus dan

6 UNESCO, UNESCO and Sustainable Development, 2005

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 17


RPPnya tidak membuat siswa merasakan adanya perbedaan
yang jelas antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya
pada saat kegiatan pembelajaran.
Pada pembelajaran tematik di sekolah dasar, penerapan nilai-nilai
ESD dapat dilaksanakan dengan menggabungkan dua atau lebih
mata pelajaran, atau menggabungkan dua atau lebih standar
kompetensi/kompetensi dasar yang ada pada satu mata pelajaran.

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran ESD merupakan suatu proses interaksi siswa dengan
guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
bisa terjadi di dalam atau di luar kelas. Pembelajaran dimaksudkan
untuk memenuhi pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar sebagaimana dimuat di dalam standar isi.
Pembelajaran ESD perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan
diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Proses
pembelajaran sebaiknya berlangsung secara fleksibel, bervariasi, dan
memenuhi standar yang ditetapkan dalam rangka menghasilkan
lulusan yang bermutu sesuai dengan keragaman latar belakang,
budaya dan karakteristik siswa. Selain itu, pembelajaran seharusnya
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang
dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Pembelajaran ESD di sekolah dapat dijadikan wahana bagi proses
pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berkualitas. Oleh sebab
itu, guru seharusnya dapat memberikan keteladanan, membangun
kemauan (motivasi), dan mengembangkan potensi serta kreativitas
siswa. Pembelajaran saat ini berbeda dengan pembelajaran sebelum
diberlakukannya berbagai peraturan mendiknas berkaitan dengan
sistem persekolahan kita. Pembelajaran saat ini harus mengacu pada
standar nasional pendidikan, dan seluruh aktivitasnya dibawah kendali
kepala sekolah.
Salah satu standar nasional pendidikan yang harus diikuti guru dan
sekolah adalah standar proses yang berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada sekolah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses meliputi: perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Contoh pengintegrasian nilai-nilai ESD ke dalam SK dan KD dapat
dilihat pada tabel berikut.

18 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


Tabel 3. Contoh: Pengintegrasian Nilai-nilai ESD di dalam SK KD Mata Pelajaran PPKN di Kelas I,
Semester 1

Perspektif ESD Insan Cerdas


SK KD Komprehensif &
Sosial Budaya Lingkungan Ekonomi Kompetitif
1. Menerapkan 1.1 Mengenal 1.1 Komponen HAM 2.1 Komponen SDA 3.1 Pengurangan  Kecerdasan spiritual
hidup rukun perbedaan jenis  Menghargai perbedaan dalam  Hak untuk kemiskinan Olah hati/kalbu untuk
dalam kelamin, kebersamaan mengelola dan  Pemberdayaan meningkatkan hubungan
perbedaan agama, suku  Hak untuk beragama dan memanfaatkan perempuan dalam dengan Tuhan dan
bangsa menjalankan ibadah dengan potensi alam tanpa mendukung ekonomi sesama manusia
kesadaran untuk saling membedakan jenis keluarga  Cerdas emosional dan
bertoleransi kelamin, agama, sosial
 Hak untuk mengembangkan diri dan suku bangsa. 3.2 Tanggung Jawab  Beraktualisasi diri
dengan tangung jawab sosial. Perusahaan melalui interaksi sosial
 Pemberdayaan yang :
1.2 Komponen Gender perempuan melalui  Membina dan
 Kesadaran terhadap kesetaraan program CSR memupuk hubungan
gender dan relasi yang setara antara  Meningkatkan akses dan timbal balik
laki-laki dan perempuan kualitas pendidikan  Demokratis
 Persamaan hak atas pendidikan dan masyarakat (laki-laki  Empati dan simpatik
kesehatan tanpa memandang dan perempuan)  Ceria dan percaya
perbedaan gender  Meningkatkan diri
 Persamaan hak terhadap hukum kesehatan perempuan  Menghargai
tanpa memandang perbedaan dan bayi kebhinekaan dalam
gender, kedudukan, suku bangsa bermasyarakat dan
dan agama bernegara, serta
 Persamaan hak terhadap agama  Berwawasan
tanpa membedakan jenis kelamin kebangsaan dengan
 Persamaan hak untuk bernegara kesadaran akan hak
bagi setiap orang dan kewajiban warga
negara

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 19


Perspektif ESD Insan Cerdas
SK KD Komprehensif &
Sosial Budaya Lingkungan Ekonomi Kompetitif

1.3 Menerap- 1.1 Komponen HAM 2.1 Komponen SDA 3.1Pengurangan


 Kecerdasan spiritual
kan hidup  Hak untuk mengembangkan diri  Kesadaran dalam kemiskinan
Olah hati/kalbu untuk
rukun di dalam kebersamaan kebersamaan untuk  Pemberdayaan meningkatkan hubungan
rumah dan  memandang perbedaan ras, melestarikan, masyarakat melalui
dengan Tuhan dan
di sekolah gender, dan kedudukan. konservasi, Koperasi dan usaha sesama manusia
 Peran serta/partisipasi rehabilitasi rakyat lainnya
 Cerdas emosional dan
mengutarakan pendapat (reboisasi) SDA  Pemberian bantuan sosial
/memperjuangkan kodrat tanpa tanpa membeda- masal dari
 Beraktualisasi diri
memandang perbedaan gender, kan jenis kelamin, pemerintah (BLT,
melalui interaksi sosial
agama, ras, suku bangsa. agama dan suku setelah bekerja)
yang :
 Persamaan hak terhadap bangsa.
 Membina dan
reproduksi bagi laki-laki dan  Kerjasama dalam 3.2 Tanggung Jawab
memupuk hubungan
perempuan pengelolaan dan Perusahaan
timbal balik
1.2 Komponen Ketahanan Perdamaian pemanfaatan  Pemberdayaan
(pendayagunaan)  Demokratis
 Hidup rukun, damai, kasih sayang, masyarakat melalui
SDA program CSR  Empati dan simpatik
dan tolong menolong dalam
 Mendorong  Ceria dan percaya
keluarga, lingkungan, masyarakat,
kemandirian, diri
bangsa, dan dunia
keamanan, dan  Menghargai
 Hidup saling bertoleransi kepada
perdamaian di dalam kebhinekaan dalam
tetangga, teman, dan anggota
masyarakat bermasyarakat dan
masyarakat lainnya.
 Meningkatkan akses dan bernegara, serta
 Bersikap sportif, objektif, dan
kualitas pendidikan  Berwawasan
menjadi contoh yang baik bagi
masyarakat kebangsaan dengan
teman-teman di sekolah maupun
 Meningkatkan kesadaran akan hak
di rumah.
kesehatan masyarakat dan kewajiban warga
 Rendah hati, santun, dan saling
negara
menghargai antar sesama  Pengurangan
 Menjunjung tinggi persatuan dan kemiskinan melalui
kesatuan bangsa (dalam rangka program-program CSR
NKRI)

20 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


Perspektif ESD Insan Cerdas
SK KD Komprehensif &
Sosial Budaya Lingkungan Ekonomi Kompetitif

1.3 Komponen Keragaman Budaya  Kecerdasan spiritual


(Multikultur) Olah hati/kalbu untuk
 Menghargai perbedaan suku, meningkatkan hubungan
agama, ras, dan antar golongan dengan Tuhan dan
dan budaya sesama manusia
 Rukun dalam kemajemukan  Cerdas emosional dan
(kebhinekaan) dan menghargai ciri sosial
khas budaya lokal  Beraktualisasi diri
 Kerjasama dan toleransi antar melalui interaksi sosial
suku, agama, ras, dan antar yang :
golongan dan budaya  Membina dan
 Menghargai dan mematuhi memupuk hubungan
keberagaman nilai-nilai, norma, timbal balik
aturan, dan budaya setempat.  Demokratis
 Empati dan simpatik
 Ceria dan percaya
diri
 Menghargai
kebhinekaan dalam
bermasyarakat dan
bernegara, serta
 Berwawasan
kebangsaan dengan
kesadaran akan hak
dan kewajiban warga
negara

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 21


Tabel 4. Contoh: Pengintegrasian Nilai-nilai ESD di dalam SK dan KD Mata Pelajaran IPA di SD Kelas III,
Semester 2

Perspektif ESD Insan Cerdas


SK KD
Komprehensif &
Sosial Budaya Lingkungan Ekonomi
Kompetitif

6. Bumi dan 6.1 Mendeskripsi- 1.1 HAM 2.1 Komponen SDA 3.1 Pengurangan Cerdas spiritual
Alam kan kenampak- Hak untuk mempelajari dan  Kerjasama dalam Kemiskinan (dikaitkan dengan
Semesta an permukaan memahami tentang menjaga, melestarikan, Kegiatan eksploitasi tugas manusia sebagai
Memahami bumi di karakteristik, manfaat dan konservasi, dan alam untuk khalifah di bumi yang
kenampakan lingkungan bahaya yang ditimbulkan rehabilitasi/reboisasi kebutuhan pangan seharusnya memelihara
permukaan sekitar oleh kenampakan tertentu (SDA) sehingga mencegah atau papan dan memanfaatkan
bumi, cuaca dari permukaan bumi di kerusakan pada sebaiknya tidak potensi alam dengan
dan lingkungan sekitar. permukaan bumi. berlebihan sehingga tidak berlebihan).
pengaruhnya  Kerjasama dalam bisa merusak
bagi manusia, 1.2 Komponen Gender pengelolaan dan permukaan bumi.
serta Hak untuk mengutarakan pemanfaatan potensi
hubungannya pendapat dan aspirasi alam sehingga tidak
dengan cara tentang keadaan terjadi eksplorasi dan
manusia lingkungan sekitar sebagai eksploitasi yang
memelihara suatu bentuk partisipasi berlebihan terhadap
dan dan perhatian terhadap kekayaan alam.
melestarikan kondisi lingkungan alam di
alam sekitarnya.

22 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


Perspektif ESD Insan Cerdas
SK KD
Komprehensif &
Sosial Budaya Lingkungan Ekonomi Kompetitif

6.2 Menjelaskan 1.1 HAM 2.2 Perubahan Iklim 3.1 Pengurangan  Cerdas emosional dan
hubungan Hak untuk memahami dan  Mempelajari dan Kemiskinan sosial (merasakan
antara mempelajari hubungan mengetahui tentang Keadaan cuaca yang penderitaan mereka
keadaan keadaan awan dan cuaca perubahan suhu, buruk akan yang terkena musibah,
awan dan kelembaban, angin, dan menghalangi dan membantu, dan
cuaca pola curah hujan. membatasi manusia memotivasi korban
 Memahami penyebab mencari nafkah agar tabah dan mau
6.3 Mendeskrip- perubahan suhu, dalam mata bangkit lagi)
sikan penga- kelembaban, angin, dan pencaharian  Cerdas intelektual
ruh cuaca pola curah hujan serta tertentu untuk (mampu memprediksi
bagi kegiatan dampaknya bagi memenuhi akan adanya bahaya
manusia kehidupan di alam kebutuhannya sesuai gejala alam yang
semesta. sendiri terjadi, dan berusaha
untuk mengantisipasi
6.4 Mengidenti- 1.6 Kesehatan 2.3 Perubahan tingkat desa 3.2 Tanggung Jawab
fikasi cara Kesadaran diri untuk hidup  Mempelajari dan Perusahaan
manusia bersih, sehat jiwa dan raga memahami perubahan memelihara dan
dalam (pengetahuan, sikap, dan potensi SDA daerah melestarikan
memelihara perilaku) dikaitkan dengan berdasarkan alam di
dan menjaga kebersihan dan identifikasi terhadap lingkungan
melestarikan kesehatan lingkungan cara manusia sekitar melalui
alam di mengelola program-program
lingkungan lingkungannya CSR
sekitar  Mengidentifikasi
perubahan potensi
alam yang dapat
menyebabkan
perubahan mata
pencaharian

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 23


Perspektif ESD Insan Cerdas
SK KD
Komprehensif &
Sosial Budaya Lingkungan Ekonomi Kompetitif

2.5 Pencegahan bencana


alam
 Memahami macam-
macam bencana alam
dan penyebabnya
 Mempelajari cara
mencegah bencana
alam
 Mempelajari cara
penyelamatan diri
 Memberikan empati
terhadap korban
bencana

24 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


3. Penilaian Pembelajaran
Penilaian yang dilaksanakan untuk pembelajaran berwawasan ESD
tidak berbeda dengan penilaian pada pembelajaran lainnya, yakni
menggunakan Permendiknas nomor 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Nilai-nilai ESD diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran maka penilaian tidak dilakukan tersendiri. Penilaian dapat
berupa ulangan atau ujian. Ulangan adalah proses yang dilakukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara
berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau
kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan terdiri atas Ulangan
Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan
Ulangan Kenaikan Kelas. Sedangkan Ujian meliputi Ujian Nasional
dan Ujian Sekolah/Madrasah. Berbagai bentuk penilaian tersebut
diarahkan agar dapat dipahami tingkat pencapaian hasil belajar
siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

C. Pendukung Kegiatan Pembelajaran

1. Sumber Belajar (Sarana Prasarana)

Sumber belajar (learning resources) yang digunakan untuk


pembelajaran ESD disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan
karakteristik peserta didik. Sumber belajar tersebut berupa data, orang
dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi agar
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau
mencapai kompetensi tertentu.

Ada dua jenis sumber pembelajaran ESD yaitu: (1) sumber belajar yang
dirancang (learning resources by design) yakni secara khusus dirancang
atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal, misalnya
diktat, dan (2) sumber belajar yang tidak didisain khusus dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (learning resources by
utilization), misal majalah.

Sumber belajar dapat berbentuk (1) pesan, informasi, cerita dan


sebagainya; (2) orang yaitu guru, instruktur, ahli, nara sumber, tokoh
masyarakat, siswa, dan sebagainya; (3) bahan yaitu buku, film, slides,
gambar, relief dan sebagainya; (4) alat atau perlengkapan berupa
perangkat keras, komputer, radio, dan sebagainya; (5)
pendekatan/metode/teknik: diskusi, seminar, simulasi, permainan, talk
shaw dan sebagainya, serta (6) lingkungan yaitu ruang kelas, studio,
perpustakaan, aula, taman, kebun, pasar, museum, kantor, dan
sebagainya.

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 25


Dalam memilih sumber belajar harus diperhatian kriteria sebagai
berikut: ekonomis (tidak harus mahal), praktis (tidak membutuhkan
pemeliharaan/pengelolaan yang rumit), mudah (dekat dan tersedia di
lingkungan sekitar), fleksibel (dapat dimanfaatkan untuk berbagai
tujuan instruksional), dan sesuai dengan tujuan (mendukung proses dan
pencapaian tujuan belajar, dan membangkitkan motivasi dan minat
belajar peserta didik).

Peran sarana pendidikan sangat penting dalam memperlancar


pelaksanaan proses pembelajaran berwawasan ESD. Di satu sisi harapan
yan dibebankan pada sistem persekolahan sangat banyak, tetapi di sisi
lain banyak pula hambatan yang dihadapi sekolah ketika harus
menyiapkan sarana pendidikan yang memadai untuk pembelajaran.

Keterbatasan sarana pendidikan jangan menjadi hambatan dalam


pembelajaran yang menjadikan alasan bagi guru sebagai penyebab
menurunnya kualitas hasil pembelajaran. Sekolah, khususnya guru
dapat mengembangkan sendiri berbagai sarana yang diperlukan
tersebut.

2. Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas dalam pembelajaran berwawasan ESD dilaksanakan


berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Menteri Depdiknas no 19 tahun 2007 tentang
pengelolaan yang menyatakan bahwa: Guru mengatur tempat duduk
sesuai karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas
pembelajaran yang akan dilakukan; volume dan intonasi suara guru
dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh
peserta didik; tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta
didik; guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik; guru menciptakan ketertiban,
kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran; guru memberikan
penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung; guru menghargai
peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis
kelamin dan status sosial ekonomi; Guru menghargai pendapat peserta
didik; Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; pada tiap
awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang
diampunya; dan guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran
sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

26 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


BAB IV
PRINSIP DAN IMPLIKASI

A. Prinsip

1. Otonomi Guru

G
uru secara otonom diberi kesempatan dan peluang yang seluas-
luasnya untuk mengembangkan nilai-nilai ESD sesuai dengan
konteks, kebutuhan, dan lingkungan lokal setempat, serta
kreativitas guru sehingga memberikan warna dan variasi yang bermakna
bagi pengembangan ESD melalui kegiatan intrakurikuler.
2. Bersifat Integratif
ESD bukan sebagai mata pelajaran mandiri, melainkan dilaksanakan
melalui pengintegrasian program pembelajaran dengan suatu mata
pelajaran tertentu. Oleh sebab itu tercapainya tujuan pembelajaran
ESD secara komplementer dan terpadu mengikuti tercapainya tujuan
pembelajaran untuk mata pelajaran pokok yang sedang diajarkan guru
mata pelajaran/guru kelas.

3. Proses Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis


Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis mencakup
pembelajaran berpusat pada peserta didik dan pembelajaran
kontekstual, serta memperhatikan karakteristik peserta didik, seperti
tingkat kemampuan, usia, jenis kelamin, lingkungan social-ekonomi dan
budaya.

B. Implikasi

Jika pelaksanaan ESD melalui kegiatan intrakurikuler ini dilaksanakan, maka


ada beberapa implikasi yang harus mendapatkan perhatian dari berbagai
pihak antara lain sebagai berikut.
1. Kepala sekolah dan guru mata pelajaran/kelas perlu memiliki
Pengertian tentang hakekat, dan landasan dasar dan tujuan dan
pentingnya ESD serta Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan
Kompetitif sehingga memiliki pemahaman dan persepsi yang sama
tentang hal-hal tersebut. Oleh sebab itu Dinas pendidikan
kota/kabupaten perlu melakukan sosialisasi tentang pentingnya
pelaksanaan ESD di sekolah, khususnya melalui kegiatan intrakurikuler,
2. Pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lain, terutama
Depdiknas (unit kerja terkait), pemerintah daerah, forum Musyawarah

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 27


Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG) di
tingkat SD, serta bagian kurikulum di Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten
perlu memahami model ini untuk merencanakan serta mengalokasikan
biaya dalam penyelenggaraan ESD melalui kegiatan intrakurikuler.
3. Implikasi dari pendekatan pembelajaran terintegrasi adalah perlu
tersedianya buku, panduan, dan atau bahan ajar serta pegangan guru.
4. Guna memahami tingkat keberhasilan ESD secara nasional perlu
dilaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan ESD di
tingkat satuan pendidikan, khususnya yang dilaksanakan melalui kegiatan
intrakurikuler sebagai perwujudan akuntabilitas publik dan bahan
laporan periodik untuk kepentingan domestik maupun dalam rangka
laporan DESD.

28 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas


DAFTAR PUSTAKA
Gardner, Howard. Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York:
Basic, 1993. Gardner, Howard. Intelligence Reframed: Multiple
Intelligences for the 21st Century

http://www. UNESCObkk.org/index.php?id =3808

http://www.yplhc.org/konsep_desd.php. Konsep Decade of Education for


Sustainable Development (DESD)

http://www.yplhc.org/krgka_implementasi_int.php. Kerangka Implementasi


Internasional (DESD)

http://www.yplhc.org/latar_belakang_desd.php. Latar Belakang

Koran Tempo, 28 Maret 2008, Sedikitnya 10.000 Warga Pekanbaru Mengungsi


Akibat Banjir

PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

PP Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara


Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota

Rencana Strategis Kementerian Penididkan Nasional Tahun 2010 – 2014

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional Tahun 2005-2025

UNESCO, UNESCO and Sustainable Development, 2005

Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas 29


30 Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdiknas
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai