Anda di halaman 1dari 7

Fibriana, F. dan Amalia, A.V.

/ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

USEJ 5 (2) (2016)

Unnes Science Education Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

POTENSI KITCHEN MICROBIOLOGY UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN TEKNIK HANDS-ON DALAM PEMBELAJARAN
MIKROBIOLOGI

Fidia Fibrianadan Andin Vita Amalia

Jurusan IPA Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
SejarahArtikel: Peserta didik di sekolah menengah maupun perguruan tinggi perlu dibekali dengan kemampuan softskill dan
Diterima Mei 2016 hardskill sebagai bekal menghadapi tantangan yang semakin berat seiring dengan arus globalisasi yang cepat.
Keterampilan hands-on konten mikrobiologi merupakan suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik
Disetujui Juni 2016 khususnya dari bidang ilmu pengetahuan alam, biologi, kimia, farmasi, kedokteran, lingkungan, pangan, ilmu gizi,
Dipublikasikan Juli 2016 kesehatan masyarakat, pertanian, serta arkeologi. Akan tetapi, pembelajaran konten mikrobiologi di banyak
sekolah menengah dan perguruan tinggi masih memiliki keterbatasan fasilitas dan biosafety yang menghalangi
________________ peserta didik untuk belajar dengan maksimal. Untuk itu diperlukan suatu teknik alternatif yang dapat diaplikasikan
Keywords: di sekolah menengah dan perguruan tinggi yang minim fasilitas dan memiliki keterbatasan biosafety. Dalam artikel
Kitchen microbiology; ini akan dibahas mengenai teknik kitchen microbiology serta potensi aplikasinya dalam pembelajaran konten
mikrobiologi khususnya dalam praktik hands-on. Selain itu, teknik ini memiliki potensi efektivitas yang baik untuk
teaching microbiology;
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dengan pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri, kontekstual, maupun
contextual learning; evidence-based approach.
evidence-based approach
____________________ Abstract
__________________________________________________________________
The students of secondary school and higher education must be equipped with softskill and hardskill to face the global challenge
in present and in the future. The hands-on skill of microbiology is a must have skill for students who are majoring in natural
sciences, biology, chemistry, pharmacy, medical, environment, food, nutrition, public health, farming, and archeology. However,
the microbiology learning in the secondary school and in the higher education level is still facing with the limitation of facilities
and low level of biosafety. It prevents the students to fully comprehend the microbiology content. In this article, it will be explained
about the effectiveness potency of kitchen microbiology technique to build the students’ critical thinking ability and their hands-
on skill on microbiology by the approach of inquiry-based and evidence-based.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


p-ISSN 2252-6617
e-ISSN 2502-6232
Alamat korespondensi:
Jurusan IPA Terpadu FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D5 Lantai 1
Email: fibriana.f@mail.unnes.ac.id

1210
Fibriana, F. dan Amalia, A.V./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN diaplikasikan dalam pembelajaran mikrobiologi di


sekolah menengah. Mahasiswa calon guru IPA di
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari sekolah menengah juga perlu menguasai teknik ini
semua makhluk mikroskopik dalam bentuk sel sebagai bekal mengajar materi mikrobiologi
tunggal, multisel, maupun aselular seperti bakteri, nantinya. Dalam hal ini, teknik kitchen microbiology
microfungi, kapang, mikroalga, protozoa, dan sangat potensial untuk diaplikasikan dalam
Archaea. Selain itu, virus merupakan makhluk pembelajaran mikrobiologi yang efektif dan
mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu terjangkau oleh peserta didik dari semua kalangan.
mikrobiologi meskipun tidak dapat sepenuhnya Teknik kitchen microbiology adalah teknik
dikatakan sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi preparasi media tumbuh mikroorganisme secara
dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan sederhana dan efektif dengan memanfaatkan bahan-
berkembang menjadi ilmu yang multidisipliner. bahan yang tersedia di dapur maupun di pasar
Dalam penerapannya di masa kini, mikrobiologi tradisional dan supermarket lokal dengan harga
tidak dapat dipisahkan dengan ilmu yang lain yang terjangkau (Wilcoxon et al., 1999). Teknik ini
dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, sangat potensial untuk diterapkan di sekolah
teknik kimia, arkeologi, pertanian, gizi dan menengah serta dapat digunakan sebagai bekal
kesehatan, serta pangan (Madigan, 2006). mahasiswa calon guru IPA untuk dapat
Di Indonesia, mikrobiologi mulai dikenalkan diaplikasikan di sekolah menengah nantinya.
di jenjang sekolah menengah, serta merupakan Artikel ini akan membahas potensi serta detail
mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi dari teknik kitchen microbiology dalam penerapannya
biologi, kimia, IPA terpadu, farmasi, pangan, untuk pembelajaran mikrobiologi yang efektif serta
kesehatan, kedokteran, dan lingkungan. terjangkau baik di sekolah menengah maupun di
Mikrobiologi harus dikuasai dan dipahami oleh perguruan tinggi. Selain itu, akan dibahas pula
peserta didik karena terkait langsung dengan potensi aplikasi metode atau model pembelajaran
kehidupan sehari-hari dan dapat dikaitkan dengan mikrobiologi menggunakan teknik kitchen
aspek kecakapan hidup (life skill) (Kusnadi et al., microbiology.
2012).
Dalam membekali peserta didik untuk PEMBAHASAN
menguasai mikrobiologi, diperlukan suatu
pembaharuan model dan strategi pembelajaran 1. Mikrobiologi dan Pembelajarannya
yang bermakna, seperti pembelajaran kooperatif Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat
dan kolaboratif guna memecahkan masalah yang seiring dengan perkembangan iptek dan arus
kompleks. Peserta didik sebisa mungkin diajak globalisasi yang cepat. Paradigma guru sebagai
untuk berpikir kritis dan memiliki keterampilan sumber informasi makin bergeser seiring dengan
dalam memecahkan masalah. Mempelajari perkembangan akses teknologi informasi. Sehingga
mikrobiologi akan menjadi lebih menarik jika kini guru tidak lagi menjadi satu-satunya pusat
peserta didik terjun langsung memecahkan masalah pengajaran dan siswa bukan berarti tidak tahu apa-
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari apa. Akses informasi yang mudah dan cepat oleh
(Krajcik et al., 1998). Perlu ditekankan bahwa siswa menjadikan siswa lebih mudah beradaptasi
pembelajaran mikrobiologi secara efektif dapat dan menyerap ilmu dengan efektif (Gulo, 2002;
dicapai dengan mewajibkan peserta didik untuk Hamdiyati dan Kusnadi, 2007).
praktik dan terlibat langsung dalam aktivitas ilmiah Seiring dengan arus perkembangan jaman,
secara kontekstual. saat ini penguasaan kompetensi dan kecakapan
Pembelajaran mikrobiologi di sekolah hidup adalah suatu keharusan. Kecakapan hidup
menengah seringkali tidak diajarkan teknik hands-on (life skill) meliputi hardskill dan softskill, kecakapan
di dalam laboratorium seperti yang diajarkan di pembelajaran dan inovasi, kemampuan berpikir
perguruan tinggi. Siswa sekolah menengah dapat kritis, kemampuan menyelesaikan masalah,
mempelajari teori tentang mikroorganisme, akan keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi,
tetapi tidak dapat mengaplikasikan pengetahuan penguasan informasi, media, dan teknologi
mereka untuk mengidentifikasi mikroorganisme informasi merupakan jaminan keberhasilan
karena keterbatasan fasilitas (Yip, 2010). Oleh seseorang di masa depan (Ibrahim, 2013; Munandar
karena itu, diperlukan suatu teknik yang dapat et al., 2015).

1211
Fibriana, F. dan Amalia, A.V./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

Berdasarkan National Research Council menitikberatkan pada teori, sedangkan praktik yang
(2012), konten biologi abad ke-21 yang harus dilakukan biasanya hanya berupa praktik
dipelajari adalah molekuler sampai organisme (baik pembuatan produk bioteknologi konvensional yang
itu organisme uniseluler maupun multiseluler memanfaatkan mikroorganisme seperti pembuatan
berupa hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) ragi, tape, tempe, kecap, dan yoghurt. Teknik
meliputi struktur dan prosesnya; ekosistem meliputi pengenceran seri, plating, dan identifikasi
interaksi, energi dan dinamikanya; hereditas mikroorganisme sangat sulit karena keterbatasan
melipito pewarisan sifat; evolusi meliputi peralatan dan bahan. Menurut Munandar et al.
keseragaman dan biodiversitas. Untuk itu, (2015), pembelajaran konten mikrobiologi di
penguasaan konten biologi dalam kajian SMA/MA pada kurikulum 2013 yang menekankan
mikrobiologi menjadi sebuah kewajiban bagi guru scientific inquiry terdapat kendala. Kendala tersebut
biologi dan guru IPA (Munandar et al., 2015). antara lain banyak mikroba (virus, bakteri, jamur)
Dalam kajian mikrobiologi, mikroorganisme yang yang bersifat patogen atau infeksius bagi manusia,
dipelajari meliputi bakteri, jamur benang, khamir, serta sarana dan prasarana laboratorium biologi
Archaea, dan mikroalga (Subandi, 2010). sekolah menengah memiliki keterbatasan, terutama
Di Indonesia, kajian Mikrobiologi merupakan yang berhubungan dengan keselamatan kerja atau
kajian wajib dalam bentuk matakuliah bagi biosafety. Dengan demikian, alasan biosafety juga
mahasiswa prodi biologi, kimia, IPA, farmasi, merupakan kendala teknis untuk pembelajaran
kedokteran, lingkungan, dan teknologi pangan. Di mikrobiologi di sekolah menengah. Untuk itu,
sekolah menengah, kajian mikrobiologi masuk diperlukan suatu alternatif untuk mengatasi kendala
dalam mata pelajaran IPA terpadu dan IPA Biologi. fasilitas dan kendala biosafety dalam pembelajaran
Kajian mikrobiologi di perguruan tinggi selalu mikrobiologi.
disertai dengan pelaksanaan praktikum untuk Selain kendala teknis, kendala personal peserta
membekali mahasiswa untuk menguasai softskill didik juga menjadi suatu masalah yang harus
keterampilan kerja ilmiah. Mahasiswa dibekali dipecahkan. Peserta didik biasanya pasif duduk,
dengan keterampilan menentukan masalah, diam, dan sekedar mendengarkan tanpa
mengembangkan hipotesis atau pertanyaan- memberikan respon yang relevan dengan materi.
pertanyaan, merancang percobaan, melakukan Terkadang, mereka tidak berani mengemukakan
pengamatan untuk menjawab pertanyaan dan pendapatnya dan tidak pernah berani bertanya.
menarik kesimpulan. Selain soft skill, keterampilan Perhatian peserta didik dalam pembelajaran di kelas
hands-on yang meliputi cara menggunakan alat, dipengaruhi oleh menarik tidaknya proses
mengoperasikan peralatan elektronik di pembelajaran tersebut baik dari segi materi maupun
laboratorium mikrobiologi, teknik pipetting, teknik strategi pembelajarannya. Jika penyampaian materi
sterilisasi dan aseptis, menimbang bahan, membuat tidak dilakukan dengan menarik, kondisi pasif ini
larutan dan media, metode streak dan pour plate, akan menjadi permasalahan bagi pengajar karena
pengecatan dan identifikasi mikroorganisme dapat menyebabkan rendahnya ketercapaian
diajarkan di jenjang perguruan tinggi. Universitas penguasaaan materi. Pada kenyataanya,
Negeri Semarang (Unnes) menerapkan pembelajaran mikrobiologi banyak mempelajari
pembelajaran berbasis kompetensi dimana dalam materi yang sulit dipahami oleh peserta didik.
mata kuliah mikrobiologi melibatkan mahasiswa Ukuran mikro dari obyek pembelajaran menuntut
secara aktif dengan menerapkan strategi pengajar untuk kreatif dalam menyiapkan strategi
pembelajaran inkuiri dan kontekstual (Ridlo dan dan media pembelajaran. Pembelajaran kontekstual
Alimah, 2013). sangat memungkinkan pemahaman siswa terhadap
Berbanding terbalik dengan perguruan tinggi, materi mikrobiologi menjadi maksimal. Beberapa
kajian mikrobiologi di sekolah menengah tidak solusi untuk memecahkan permasalahan
selalu diiringi dengan adanya praktikum hands-on pembelajaran mikrobiologi adalah dengan inovasi
karena adanya keterbatasan fasilitas di sekolah. dalam metode pembelajaran melalui pendekatan
Oleh karena itu, penguasaan konten mikrobiologi di multidisiplin dan multipelaksana. Kegiatan
sekolah menengah menghadapi sebuah kendala pembelajaran dapat dirancang dalam bentuk kuliah
teknis yang membuat siswa tidak dapat atau praktikum yang mengarah kepada
mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh. Di penumbuhan kemandirian dan kemampuan
sekolah menengah, pembelajaran mikrobiologi menyelesaikan masalah. Selain itu, pembuatan

1212
Fibriana, F. dan Amalia, A.V./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

bahan ajar dan alat bantu pembelajaran yang Teknik ini digunakan untuk menunjukkan cara
membantu dan merangsang minat peserta didik. mudah, cepat, dan murah untuk mendeteksi
Selanjutnya, bentuk pembelajaran yang bersifat keberadaan mikroorganisme dengan menggunakan
interaktif serta materi yang menyesuaikan dengan bahan yang tersedia di supermarket atau warung
kondisi terkini seiring dengan perkembangan lokal tanpa dengan efektivitas yang sama dengan
teknologi yang maju. Sebagai contoh, Webb (2016) media komersial yang ada.
menerapkan strategi pembelajaran mikrobiologi a. Sampel
berbasis pengabdian masyarakat (service-learning Sampel yang dapat digunakan sebagai sumber
experience). Mahasiswa jenjang S1 diminta untuk investigasi keberadaan bakteri, jamur, maupun
mengembangkan serta mengajarkan informasi khamir disajikan pada Tabel 1.
umum mengenai mikrobia, penularan penyakit,
antibiotik, vaksin, pentingnya mencuci tangan, Tabel 1. Macam sampel yang digunakan
teknik hands-on kepada siswa sekolah dasar dengan Jenis sampel
terjun langsung di lapangan. Pembelajaran berbasis  Kulit pisang
pengabdian masyarakat ini sangat efektif untuk  Bagian dalam sepatu
memberikan efek langsung kepada siswa yang  Air kolam
diajar. Selain itu, mahasiswa juga antusias untuk  Air minum kemasan
belajar dan berusaha untuk menguasai materi  Spons cuci piring
 Uang
supaya dapat mentransfer pengetahuan kepada
 Daun
siswa sekolah dasar dengan maksimal. Dalam
 Apusan pipi dalam
review-nya, Merkel (2016) membahas tentang  Debu tv
pentingnya pendekatan berbasis fakta atau bukti  Makanan kadaluarsa
nyata (evidence-based approach) dalam pembelajaran  Jajanan yang dijual terbuka di pinggir jalan
mikrobiologi.  Saus botol
Dalam hal pembelajaran mikrobiologi  Tape
menggunakan pendekatan berbasis fakta, teknik  Yoghurt/ yakult
kitchen microbiology sangat potensial untuk
diaplikasikan sebagai alternatif dalam pembelajaran b. Alat dan Bahan
mikrobiologi dengan menggunakan bahan yang Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. melakukan teknik kitchen microbiology disajikan pada
Teknik ini dapat diaplikasikan di sekolah menengah Tabel 2 dan Tabel 3. Alat dan bahan dapat
yang minim fasilitas sehingga pembelajaran diperoleh dari pasar tradisional maupun
kontekstual untuk konten mikrobiologi tetap dapat supermarket. Jika cawan petri sulit diperoleh, maka
berjalan dengan baik. mangkuk kaca seukuran cawan petri dengan dasar
yang rata dapat digunakan sebagai pengganti. Alat
2. Teknik Kitchen Microbiology yang digunakan dapat dimodifikasi sesuai dengan
Wilcoxon et al. (1999) mengembangkan teknik kebutuhan dan ketersediaan alat di lapangan.
kitchen microbiology bukan untuk tujuan Bahan yang digunakan dalam teknik ini adalah
pembelajaran mikrobiologi. Pada awalnya, ide ini bahan-bahan yang mudah diperoleh dan murah.
muncul karena adanya berita tentang cemaran atau Jika harga daging ayam atau daging sapi dirasa
kontaminasi mikroba pada produk makanan. mahal, maka dapat diganti dengan limbah sisa
Adanya infeksi bakteri dan virus berupa jerawat, daging yang dapat diperoleh di restoran cepat saji.
radang tenggorokan, diare, dan lain sebagainya. Selain itu, bahan yang digunakan sebagai bahan
Dari sini muncul beberapa pertanyaan seperti dasar media nutrient sederhana dapat diganti
bagaimana kondisi yang dapat menumbuhkan dengan bahan berdasarkan ketersediaan dan
bakteri untuk hidup dan berkembang biak?; di mana kemelimpahan bahan dasar. Acuan yang perlu
bakteri biasanya hidup?; dan seberapa efektif diperhatikan adalah kadar gula dan kadar protein
pembersih wajah, obat kumur, sabun, dan yang cukup digunakan untuk media tumbuh
desinfektan untuk mengendalikan bakteri. mikroorganisme.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab
dengan menggunakan prosedur yang sederhana
sehingga dapat dipraktekkan di sekolah menengah.

1213
Fibriana, F. dan Amalia, A.V./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam teknik kitchen air dan agar nutrien sederhana). Pembuatan agar air
microbiology adalah dengan cara menambahkan 3 g (1,5 sendok
Nama alat lab Alat alternatif teh serbuk agar) ke dalam 200 ml air dalam beaker/
 Ose bulat  Kawat kecil kaleng susu bekas. Begitu pula dengan media
 Cotton swabs  Cotton buds nutrien sederhana yang telah disiapkan sebanyak
 Sendok  Sendok teh stainless masing-masing 200 ditambahkan dengan 3 g serbuk
takar/spatula steel agar. Semua bejana yang telah diisi media yang
 Batang pengaduk  Sendok makan ditambah agar diaduk sampai rata, kemudian
stainless steel
ditutup dengan 2-3 lapis alumunium foil plastik
 Cawan petri  Mangkuk kecil
tebal yang diikat karet dan dimasukkan ke dalam
transparan
 Beaker glass  Kaleng bekas susu panci yang telah diisi air. Media dididihkan selama
kental manis (buang 60 menit sambil sesekali digoyang supaya agar
tutupnya) tercampur rata. Setelah proses sterilisasi selesai,
 Alumunium foil  Plastik tebal + karet media didinginkan hingga suhunya mencapai
 Spidol permanen  Kertas label dan sekitar suhu suam kuku.
pensil d. Inokulasi, inkubasi dan keamanan
 Kompor gas  Kompor tungku Sebelum proses inokulasi, pastikan meja kerja
 Labu ukur  Gelas takar
disterilkan menggunakan cairan desinfektan atau
 Tisu  Serbet
alkohol atau spiritus dan dikeringkan dengan
 Autoklaf  Panci presto/ panci
menggunakan tisu/ serbet. Nyalakan api Bunsen
biasa
 Sarung tangan oven  Kain atau api lilin. Beri label pada cawan petri yang telah
 Bunsen burner  Lilin / lampu disediakan. Setelah itu, media nutrien sederhana
spiritus dituang ke dalam cawan petri dan didiamkan
hingga mengeras. Selanjutnya, setelah agar
Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam teknik mengeras, sampel disiapkan dan dengan
kitchen microbiology menggunakan jarum ose dan cotton buds, satu
Nama bahan apusan sampel di streak pada media agar yang telah
 Agar disediakan secara aseptis.
 Kaldu ayam (150 gr dalam 500 ml) Setelah inokulasi, media ditutup dan di seal
 Kaldu daging sapi (150 gr dalam 500 ml) menggunakan selotip atau parafilm dan
 Susu skim dimasukkan ke dalam incubator atau bisa
 Air rebusan sayuran diletakkan di suhu ruang. Pertumbuhan koloni
 Air rebusan kentang
bakteri, jamur, khamir diamati dengan seksama dan
 Jus tomat (disaring)
dihitung jumlahnya. Jumlah koloni yang tumbuh di
 Jus wortel (disaring)
masing-masing medium dicatat dan dibandingkan.
 Akuades/ air mineral
 Desinfektan/ spiritus Setelah selesai praktik, media bekas
 Gula pasir penggunaan diharapkan dimusnahkan dengan cara
 Garam direndam terlebih dahulu menggunakan
desinfektan, kemudian dikubur atau dibakar di
bunker tertutup. Semua praktikan harus mencuci
c. Cara Kerja
Pertama-tama, semua wadah kaleng dicuci tangan setelah meninggalkan laboratorium.
bersih menggunakan air sabun panas, kemudian
3. Potensi Aplikasi Teknik Kitchen Microbiology
dibilas dan dikeringkan dengan posisi mulut wadah
dibalik. Jika tersedia autoklaf, semua alat gelas dan dalam Pembelajaran Mikrobiologi
alat logam disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 Berdasarkan literatur yang digunakan, teknik
menit, dan jika tidak tersedia, maka alat tersebut kitchen microbiology sangat jarang diaplikasikan
direbus dan dididihkan dalam panci selama kurang untuk mengajarkan konten mikrobiologi di jenjang
lebih 60 menit. Jika semua peralatan sudah steril, sekolah menengah maupun di perguruan tinggi.
maka dilanjutkan dengan persiapan pembuatan Padahal, sebuah invetigasi mikroorganisme supaya
media tumbuh mikroorganisme. peserta didik dapat mengetahui bahwa
Terdapat dua jenis media tumbuh untuk mikroorganisme itu berada di manapun. Peserta
mikroorganisme, yaitu media kontrol berupa agar didik juga tahu bahwa mikroba berukuran sangat

1214
Fibriana, F. dan Amalia, A.V./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata siswa. Selain itu, siswa juga terlibat dalam proses
telanjang. Akan tetapi, kumpulan mikroba dalam penilaian yang meningkatkan kemampuan berpikir
bentuk koloni akan dapat diobservasi. Teknik yang kritis dan kemampuan bertanya. Berdasarkan fakta
sederhana ini adalah sebuah titik permulaan supaya yang ada, beberapa penelitian tentang pembelajaran
peserta didik dapat menguasai teknik mikrobiologi kebanyakan fokus dari para pengajar
menumbuhkan mikroba. Selanjutnya, peserta didik adalah pada konten softskill saja, sedangkan konten
dapat mengembangkan topik ke arah pengaruh hardskill masih sangat sedikit dibahas. Merkel (2016)
faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba, dalam reviewnya menyebutkan tentang betapa
serta efektivitas desinfektan, antiseptik, sabun, pentingnya pendekatan pembelajaran berbasis fakta
cairan pembersih terhadap pertumbuhan (evidence-based approach) yang mengajak siswa secara
mikroorganisme. langsung terlibat dan menjadi pusat dalam
Kusnadi et al. (2012) melakukan sebuah pembelajaran. Yip (2010) menerapkan model
penelitian yaitu program pembelajaran pembelajaran inkuiri dimana siswa diajak untuk
mikrobiologi berbasis proyek inkuiri mini-riset. mengidentifikasi bakteria yang tidak diketahui
Hasil penelitian menunkukkan bahwa proyek identitasnya dan bagaimana efek dari antibiotik
inkuiri sangat berarti, disamping mendapatkan terhadap pertumbuhan bakteri. Menurut Borich et
keterampilan lab mikrobiologi, juga dapat al. (2006), pembelajaran berbasis inkuiri mengajak
membekali keterampilan meneliti (research skill) siswa untuk aktif bertanya dan mencari informasi
mahasiswa biologi. Hasil yang baik tetapi kurang pengetahuan. Siswa diajak untuk menemukan
maksimal diperoleh dari penelitian Lestari dan jawaban dengan melakukan eksperimen hands-on.
Wijayanti (2016) yang menerapkan pengaruh Siswa dituntut untuk berpikir tentang apa yang telah
model reciprocal teaching dipadukan dengan think pair mereka observasi dan menggambarkan kesimpulan
share terhadap kemampuan metakognisi mahasiswa secara logis sebagai hasil eksperimen mereka (Lord,
mata kuliah mikrobiologi. Penelitian tentang 1998). Penerapan teknik kitchen microbiology dalam
efektivitas perangkat perkuliahan mikrobiologi pembelajaran konten mikrobiologi merupakan
terapan terhadap hasil belajar dan softsskill suatu pendekatan berbasis fakta. Peserta didik akan
mahasiswa telah dilakukan oleh Hasrudin dan dilibatkan secara langsung untuk praktik dan
Mahmud (2015). Hasil penelitian menunjukkan melihat hasil kegiatannya sehingga kemampuan
bahwa penerapan perangkat perkuliahan berpikir kritis mereka diharapkan dapat meningkat
mikrobiologi terapan terhadap hasil belajar seiring dengan meningkatnya keterampilan hands-on
mahasiswa termasuk dalam kategori efektif; dan konten mikrobiologi.
atribut softskill yang muncul pada peserta didik
adalah kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, SIMPULAN
inisiatif, tidak mudah menyerah, dan kemampuan
menyelesaikan tugas dengan sempurna. Selain itu, Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Webb (2016) menerapkan prinsip pendekatan konten mikrobiologi hanya akan dapat dicapai
pembelajaran berbasis pengabdian kepada dengan maksimal apabila pendekatan yang
masyarakat dimana mahasiswa diminta untuk digunakan adalah pendekatan pembelajaran yang
terjun langsung ke sekolah dasar untuk menumbuhkan kemampuan softskill dan hardskill.
mengajarkan konten mikrobiologi. Selanjutnya, Diharapkan penerapan teknik kitchen microbiology
Rutherford (2015) mengemukakan bahwa dapat menumbuhkan kedua kemampuan tersebut
pembelajaran kolaboratif memiliki potensi untuk pada peserta didik di sekolah menengah maupun di
meningkatkan efektivitas pembelajaran konten perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan dalam
mikrobiologi di jenjang pendidikan tinggi. praktik hands-on konten mikrobiologi yang meliputi
Pembelajaran kolaboratif menuntut peserta didik keterbatasan fasilitas maupun biosafety. Teknik ini
untuk berbagi ide, informasi serta berpikir kritis, memberikan alternatif pilihan bagi pengajar yang
serta menumbuhkan kemampuan metakognisi. ingin mengajarkan konten mikrobiologi secara
Penelitian Maia et al. (2014) menyimpulkan bahwa kontekstual dan berbasis fakta tidak hanya teori
Wiki dapat digunakan sebagai alat untuk semata.
pembelajaran mikrobiologi yang dapat Perlu adanya studi lanjut mengenai efektivitas
menumbuhkan kemampuan kolaborasi peserta penggunaan media nutrient sederhana dalam
didik dan memfasilitasi monitoring pekerjaan fungsinya untuk menggantikan media professional.

1215
Fibriana, F. dan Amalia, A.V./ Unnes Science Education Journal 5 (2) (2016)

Selain itu, jika penggunaan media nutrient Maia, S., Maia, J.S., Leit, S., Amaral, M. and Vieira-
sederhana terbukti efektif, maka diperlukan studi Marques, P. 2014. European Journal of Dental
Education. 18: 91–97.
lanjut mengenai aplikasi teknik ini di sekolah-
sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Merkel, S.M. 2016. American Society for Microbiology
resources in support of an evidence-based
approach to teaching microbiology. FEMS
DAFTAR PUSTAKA Microbiology Letters, 363 (16): 1-7.
doi: 10.1093/femsle/fnw172
Borich, G.D., Hao, Y.W. & Aw, W.L. 2006. inquiry-
based learning: a practical application. in A.C. Munandar, K., Ibrahim, M. dan Yuanita, L. 2015. Model
Ong & G.D. Borich (eds.), Teaching Strategies Learning Cycle Untuk Transformasi Pedagogik
That Promote Thinking: Models and Curriculum Pada Mahasiswa Pendidikan Biologi: Suatu
Approaches (pp. 29–52). Singapore: mcgraw-hill. Model Hipotetik Untuk Meningkatkan
Profesionalisme Calon Guru. Prosiding
Gulo. W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015.
Grasindo. Malang, 21 Maret 2015.

Hamdiyati, Y. dan Kusnadi. 2007. Profil Keterampilan National Research Council. 2012. A Framework for K-12
Proses Sains Mahasiswa Melalui Pembelajaran Science Education: Practies, Crosscutting Concepts,
Berbasis Kerja Ilmiah Pada Matakuliah and Core Ideas. Washington, D.C.: The National
Mikrobiologi. Jurnal Pengajaran MIPA, 10 (2): Academics Press.
36-42.
Rutherford, S. 2015. E pluribus unum: The potential of
Hasruddin & Mahmud. 2015. Efektivitas Perangkat Collaborative Learning to enhance
Perkuliahan Mikrobiologi Terapan terhadap Microbiology teaching in Higher Education.
Hasil Belajar dan SoftsSkill Mahasiswa. FEMS Microbiology Letters Advance Access,
Prosiding Seminar Nasional XII Pendidikan 1-13.
Biologi FKIP UNS 2015. 591-594
Subandi. 2010. Mikrobiologi: Perkembangan, Kajian, dan
Ibrahim, M. 2013. Keterampilan Abad 21 Pada Pendidikan Pengamatan dalam Persfektif Islam. Jakarta:
Biologi Dalam Perspektif Kurikulum 2013. Rosda.
Prosiding Seminar Nasional Prodi Pendidikan
Biologi Universitas Muhammadiyah Jember, 30 Webb, G. 2016. Learning through Teaching: A
Juni 2013. Microbiology Service-Learning Experience.
Journal of Microbiology & Biology Education,
Krajcik, J. S., Czeniak, C., dan Berger, C. 1998. Teaching 86-89. DOI:
Children Science: A project-based approach. Boston: http://dx.doi.org/10.1128/jmbe.v17i1.997
McGraw-Hill College.
Wilcoxon, C., Shand, S.M., dan Shand, R.F. 1999.
Kusnadi, Rustaman, N.Y., Redjeki, S., Aryantha, I.N.P. Kitchen Microbiology (It's Easier than You
2012. Analisis Kemunculan Keterampilan Think!). The American Biology Teacher, 61 (1):
Spesifik Lab Mikrobiologi Melalui 34-38.
Pembelajaran Mikrobiologi Berbasis Proyek
Inkuiri “Mini-Riset” Mahasiswa Biologi. Jurnal Yip, C-W. 2010. A Basic Microbiology Course for High
Pengajaran MIPA, 17 (1): 53-59. School Students. The American Biology
Teacher, 72 (8): 485-488.
Lestari, P.B. dan Wijayanti, T. 2016. Pengaruh Model
Reciprocal Teaching Dipadukan dengan Think
Pair Share terhadap Kemampuan Metakognisi
Mahasiswa MK Mikrobiologi IKIP Budi
Utomo. JEMS (Jurnal Edukasi Matematika
dan Sains). 4 (1): 36 – 42. Tersedia online di:
http://e-
journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JEMS

Lord, T. 1998. Cooperative learning that really works in


biology teaching: using constructivist-based
activities to challenge student teams. American
Biology Teacher, 60: 580–588.

Madigan, M. Martinko, J. (editor). 2006. Brock Biology of


Microorganisms (13th ed.). Pearson Education.
p. 1096. ISBN 0-321-73551-X.

1216

Anda mungkin juga menyukai