Anda di halaman 1dari 52

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-MODUL DENGAN

MENGGUNAKAN APLIKASI AUTOPLAY PADA MATERI


ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA

SKRIPSI

OLEH :

WINDA AFAFA

NPM : 2211100220021

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BUDI UTOMO MALANG


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
MALANG 2022
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-MODUL DENGAN
MENGGUNAKAN APLIKASI AUTOPLAY PADA MATERI
ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo Malang untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh :

WINDA AFAFA

NPM : 2211100220021

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BUDI UTOMO MALANG

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

MALANG 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi oleh Winda Afafa ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Malang, April 2022


Pembimbing

Primadya Anantyarta, S.Pd., M.Pd.


NIDN: 0730098703
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi oleh Winda Afafa ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada

tanggal

Dewan Penguji I, (Ketua)

NIDN:

Dewan Penguji II, (Anggota)

Primadya Anantyarta, S.Pd., M.Pd.


NIDN: 0730098703

Mengesahkan, Mengetahui,
Dekan Fakultas Pendidikan Ketua Program Studi
Ilmu Eksakta dan Keolahragaan Pendidikan Biologi

As’Ad Syamsul Arifin


NIDN. NIDN.
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i
LEMBAR JUDUL............................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 5
1.5 Batasan Masalah.................................................................................... 8
1.6 Definisi Operasional.............................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bahan Ajar.............................................................................................
2.2 E-Modul.................................................................................................
2.3 Aplikasi Autoplay..................................................................................
2.4 Materi Archaebacteria dan Eubacteria..................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................
3.2 Model Penelitian....................................................................................
3.3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan................................................
3.4 Uji Coba Produk ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi edukatif

antara guru dan siswa. Tujuan dari interaksi edukatif tersebut meliputi

peningkatan kompetensi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik, diperlukan peran maksimal dari

seorang guru, baik dalam penyampaian materi, penggunaan metode dan

penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Guru diharapkan lebih kreatif

melakukan inovasi pembelajaran. Salah satu inovasi yang dimaksud adalah

penggunaan media yang dapat memberikan kemudahan peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran. Pemakaian media khususnya media elektronik sangat

menolong guru dalam mengajar di sekolah.

Pandemi Covid 19 mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia

termasuk pendidikan. Meningkatnya kasus Covid 19 di Indonesia memaksa

pemerintah untuk cepat tanggap dalam menanggulangi pandemi Covid 19.

Pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

dan menganjurkan seluruh warga Indonesia untuk melakukan social distancing

atau mengisolasi diri di rumah untuk mencegah penyebaran virus corona yang

semakin meningkat. Dengan diberlakukannya PSBB semua kegiatan di luar

rumah termasuk kegiatan belajar mengajar harus dilakukan di rumah.

Pelaksanaan pembelajaran mengalami beragam penyesuaian terhadap

protokol kesehatan yang harus diutamakan sehingga pelaksanaan pembelajaran


dilaksanakan secara daring (dalam jaringan/online). Berbagai macam tantangan

harus dihadapi oleh pelaksanaan pendidikan ini. Semua guru dituntut untuk

mampu melaksanakan pelaksanaan pendidikan secara daring, selain itu para siswa

juga dituntut untuk belajar secara mandiri di rumah, tidak hanya itu sarana belajar

seperti buku elektronik masih terbatas menjadi masalah dalam pelaksanaan

pendidikan secara online.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih

untuk membuat proses pembelajaran yang menyenangkan dan menarik tidaklah

sulit. Menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dapat

memanfaatkan teknologi, seperti membuat bahan ajar yang menarik untuk

menunjang proses pembelajaran berlangsung. Menurut Prastowo, bahan ajar

dikelompokkan bedasarkan bentuk dan cara kerjanya. Bahan ajar menurut

bentuknya berupa bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, dan bahan ajar pandang

dengar. Bahan ajar menurut cara kerjanya terdiri dari: bahan ajar tidak

diproyeksikan, bahan ajar diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan

bahan ajar media komputer. Sesuai perkembangan jaman bahan ajar tidak hanya

berupa buku tetapi juga juga dapat diambil dari internet ataupun dari sumber lain

berupa jurnal, artikel, buku elektronik (e-book), dan modul elektronik (e-modul),

sehingga memudahkan peserta didik untuk mengakses berbagai materi yang akan

dipelajari.

E-modul (modul elektronik) merupakan versi elektronik dari sebuah

modul yang sudah dicetak yang dapat dibaca pada komputer dan dirancang

dengan software yang diperlukan. E-modul merupakan alat atau sarana

pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi


yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya secara elektronik. Sedangkan

menurut Wijayanto Modul elektronik atau e-modul merupakan tampilan informasi

dalam format buku yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan hard

disk, disket, CD, atau flashdisk dan dapat dibaca dengan menggunakan komputer

atau alat pembaca buku elektronik.5 E-modul sangat baik dipakai untuk

meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Archaebacteria dan Eubacteria merupakan salah satu materi pada siswa

kelas X SMA. Materi ini membahas mengenai pengertian dari Archaebacteria dan

Eubacteria, struktur bakteri, ciri-ciri dan peranana Archaebacteria dan Eubacteria

dalam kehidupan manusia. Banyak kendala yang muncul untuk menyampaikan

materi ini, diantaranya terbatasnya bahan ajar yang digunakan di sekolah seperti

buku paket, rendahnya minat baca siswa karena bahan ajar yang kurang interaktif

dan menarik, tingkat pemahaman siswa masih kurang. Siswa cenderung

menginginkan bahan ajar yang disertai gambar-gambar menarik dan musik atau

multimedia lainnya sebagai pendukung pembelajaran, sehingga tidak

menimbulkan rasa bosan pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa

juga menginginkan bahan ajar berisi materi yang lengkap dan materi yang ada

dalam bahan ajar tersebut tidak melenceng dengan materi yang diajarkan.

Perkembangan teknologi menuntut pendidik untuk melakukan inovasi

dalam proses pembelajaran untuk menjadikan pembelajaran dikelas lebih menarik,

mudah dan mudah di pahami yaitu dengan memanfaatkan berbagai program yang

mampu menghasilkan sebuah media pembelajaran interaktif. Salah satunya adalah

Autoplay Media Studio. Autoplay Media Studio merupakan salah satu media
pembelajaran berbasis komputer yang dapat digunakan sebagai media

pembelajaran.

Autoplay Media Studio merupakan perangkat lunak untuk membuat

perangkat lunak multimedia dengan mengintegrasikan berbagai tipe media

misalnya gambar, suara, video, teks, dan flash ke dalam presentasi yang dibuat.

Dengan aplikasi ini kita dapat membuat tampilan autorun presentation yang

didalamnya terdapat tombol-tombol panggil yang berguna untuk menampilkan

berbagai macam file seperti: video, foto, Ms.Word, flash dan berbagai macam file

lainnya. Autoplay Media Studio memungkinkan pengguna untuk membuat

multimedia interaktif, meskipun pengguna bukan seorang programmer. Dengan

kreativitas pengguna dapat membuat proyek yang terlihat profesional dengan

memanfaatkan program ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka

rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah: bagaimana bentuk

pengembangan bahan ajar e-modul dengan menggunakan aplikasi Autoplay pada

materi Archaebacteria dan Eubacteria?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian

pengembangan ini adalah: untuk mengembangkan bahan ajar e-modul dengan

menggunakan aplikasi Autoplay pada materi Archaebacteria dan Eubacteria.


1.4 Manfaat Penelitian

Pengembangan bahan ajar e-modul dengan menggunakan aplikasi

Autoplay dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait, yaitu:

A.Bagi Pendidik

E-modul yang merupakan produk penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan ajar untuk membantu kegiatan pembelajaran siswa. Hasil penelitian

juga diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi pendidik dalam

mengembangkan bahan ajar e-modul sendiri.

B. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber belajar yang

bervariasi bagi peserta didik sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk

belajar mandiri dan kreatif dalam proses pembelajaran untuk mencapai

penguasaan kompetensi.

C. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang mengembangkan e-modul untuk bekal

mengajar dan sebagai informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

1.5 Batasan Masalah

Ruang lingkup dan batasan masalah dalam penelitian pengembangan ini

adalah sebagai berikut:

A. Pengembangan bahan ajar e-modul dengan menggunakan aplikasi

Autoplay yang dapat diakses secara online melalui internet ataupun

secara offline.

B. Pengembangan e-modul menggunakan materi Archaebacteria dan

Eubacteria pada siswa kelas X SMA.


C. Uji coba produk dilakukan dengan uji coba skala kecil pada 10 orang

peserta didik Kelas X SMA.

D. Penelitian ini dilakukan pada masa pandemi sehingga menyebabkan

keterbatasan penelitian.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional atau definisi istilah ditujukan agar dapat menyamakan

persepsi sehingga tidak terjadi salah penafsiran antara peneliti dan pembaca.

Definisi operasional yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar e-modul

dengan menggunakan aplikasi Autoplay adalah sebagai berikut:

A. E-modul yang dikembangkan merupakan bahan ajar yang disesuaikan

dengan kebutuhan pembelajaran pada siswa kelas X SMA menggunakan

kurikulum 2013, berisikan materi Archaebacteria dan Eubacteria, ringkasan

serta latihan soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik sesuai dengan

kompetensi dasar yang ingin dicapai.

B. E-modul dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan 4D

(Define, Design, Develop and Disseminate) yang dilakukan hanya sampai

pada tahap Develop.

C. Materi Archaebacteria dan Eubacteria merupakan materi yang terdiri dari

struktur bakteri, ciri-ciri dan peranan Archaebacteria dan Eubacteria pada

kehidupan manusia.

D. Software yang digunakan dalam penyusunan e-modul adalah Autoplay

Media 8.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bahan Ajar

Bahan ajar menurut Prastowo (2013) merupakan bahan materi pelajaran

yang disusun secara sistematis dan digunakan oleh pendidik dan peserta didik

dalam proses pembelajaran. Bahan ajar tersebut dapat dijadikan sebuah pedoman

dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga bahan aja disusun dengan unik dan

spesifik. Unik dalam artian bahan ajar tersebut hanya dapat digunakan oleh

peserta didik dengan kriteria tertentu dalam suatu proses pembelajaran tertentu.

Sementara spesifik memiliki artian bahwa isi bahan ajar memang dirancang

sedemikian rupa hanya untuk mencapai tujuan tertentu dari pesera didik dengan

kriteria tertentu. Sistematika cara penyampaiannya pun disesuaikan dengan

karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa yang menggunakannya. Bahan

ajar umumnya dikembangkan oleh pendidik sesuai dengan kebutuhan

pembelajarannya.

Bahan ajar dengan beragam bentuk ini sangat penting dimanfaatkan dan

dipergunakan oleh pendidik dalam mendukung proses pembelajaran. Menurut

Panggabean & Danis (2020), dalam perspektif pendidik bahan ajar dapat berperan

sebagai penghemat waktu mengajar, pengubah posisi guru dari seorang pengajar

menjadi seorang fasilitator dan sebagai pendukung pembelajaran efektif dan

interaktif. Sementara, dalam perspektif peserta didik bahan ajar dapat berperan

dalam mendukung peserta didik belajar mandiri dimana saja dan kapan saja sesuai

dengan kecepatan belajar yang dimiliki. Panggabean & Danis (2020) juga
menyatakan bahwa bahan ajar dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi

belajar dari peserta didik.

Panggabean & Danis (2020) menyatakan terdapat 2 jenis bahan ajar yang

dikelompokkan berdasarkan bentuk bahan ajar, yaitu bahan ajar non-cetak dan

bahan ajar cetak. Bahan ajar non-cetak merupakan semua bahan ajar yang tidak

disajikan dalam bentuk fisik, contohnya yaitu:

A. Bahan ajar dengar atau audio, yang disajikan dalam bentuk file yang dapat

didengarkan berulang dengan tujuan melengkapi keperluan pembelajaran.

Contoh bahan ajar audio yaitu: radio, kaset, CD dan lain sebagainya.

B. Bahan ajar bergerak atau audio visual, yang disajikan dalam bentuk file

yang dapat bersuara dan bergerak (video) dengan tujuan melengkapi

keperluan pembelajaran. Contoh bahan ajar video yaitu: DVD, video

pembelajaran dan lain sebagainya.

C. Bahan ajar interaktif atau multimedia yang disajikan dalam bentuk

komunikasi dua arah. Umumnya bahan ajar interaktif merupakan kombinasi

dari teks, gambar, audio ataupun video dengan tujuan dan perlakuan

tertentu. Contoh bahan ajar interaktif yaitu: DVD interaktif.

Sedangkan bahan ajar cetak merupakan semua bahan ajar yang disajikan

dalam bentuk fisik, contohnya yaitu:

A. Buku teks atau buku pelajaran merupakan bahan ajar yang berisikan ilmu

pengetahuan yang dapat digunakan oleh pendidik sebagai sumber ajar dan

referensi. Buku teks bersifat aktual dan disajikan dalam bahasa yang baik

dan mudah dimengerti serta dilengkapi dengan gambar dan keterangan

pendukung.
B. Handout merupakan bahan ajar yang disiapkan oleh pendidik dengan tujuan

untuk memperkaya pengetahuan peserta didik, handout umumnya berisikan

beberapa gagasan dan pernyataan yang mendukung sumber ajar.

C. Modul merupakan bahan ajar yang disiapkan oleh pendidik dengan tujuan

memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri, modul umumnya

berisikan KD yang akan dicapai dalam pembelajaran. Modul disajikan

dalam bahasa yang baik dan menarik serta dilengkapi dengan ilustrasi untuk

mendukung pembelajaran mandiri peserta didik.

D. Lembar Kegiatan Siswa (worksheet) merupakan bahan ajar yang disiapkan

oleh peserta didik dengan tujuan menilai kecakapan peserta didik. Lembar

kerja umumnya berisikan perintah dan tugas yang harus dikerjakan oleh

peserta didik secara individu maupun berkelompok sesuai dengan KD yang

akan dicapai.

Bahan ajar yang sangat umum dikembangkan oleh pendidik adalah bahan

ajar berbentuk modul dan lembar kerja siswa. Penggunaan modul pembelajaran

dinilai dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran

serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Setiyadi dkk., 2017).

2.2 E-Modul

Modul merupakan bahan ajar cetak yang disiapkan oleh pendidik agar dapat

dipelajari secara mandiri oleh peserta didik tanpa didampingi oleh pendidik.

Dalam pengembangan modul terdapat beberapa karakteristik yang harus

diperhatikan Panggabean & Danis (2020), yaitu sebagai berikut:


A. Self-Instructional, peserta didik diasumsikan mampu membelajarkan diri

sendiri tanpa bergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakteristik ini,

maka modul haruslah berisikan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

contoh dan ilustrasi menarik, soal-soal latihan, self-assessment, rangkuman

materi beserta referensi. Materi yang disajikan bersifat kontekstual sesuai

dengan lingkungan pengembangan serta menggunakan bahasa komunikatif

dan mudah dipahami oleh peserta didik

B. Self-Contained, modul yang dikembangkan berisi materi pembelajaran

secara menyeluruh dalam satu kompetensi. Hal ini dilakukan agar peserta

didik dapat mempelajari materi secara tuntas.

C. Stand Alone, modul yang dikembangkan harus dapat berdiri sendiri dan

tidak bergantung pada media pembelajaran lain dalam penggunaannya.

D. Adaptive, modul yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan

perkembangan teknologi dan informasi. Sehingga isi modul dapat

digunakan secara berulang pada kurun waktu tertentu.

E. User Friendly, modul yang dikembangkan harus bersifat membantu

pembelajar dan tidak membingungkan dari segi bahasa ataupun ilustrasi.

Perkembangan pendidikan dan teknologi pendidikan mempengaruhi

kemajuan inovasi bahan ajar. Salah satu inovasi pengembangan bahan ajar adalah

modul eketronik (e-modul) yang dikembangkan dengan menambahkan video

pembelajaran dan beberapa fitur menarik untuk membangun motivasi belajar

peserta didik (Utami & Yuwaningsih, 2020). Kemendikbud (2017) juga

mengeluarkan Panduan Praktis Penyusunan E-Modul sebagai upaya pelatihan

pendidik dalam mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan Kurikulum 2013
serta memanfaatkan penggunaan teknologi. Menurut Kemendikbud (2017), e-

modul merupakan bahan ajar yang disajikan secara sistematis oleh pendidik

dengan format elektronik dimana semua kegiatan pembelajaran dihubungkan

menggunakan tautan atau link sehingga dapat digunakan secara mandiri oleh

peserta didik. Karakteristik e-modul menurut Kemendikbud (2017) memiliki 5

poin yang sama dengan pernyataan karakteristik modul dari Panggabean & Danis

(2020) dengan penambahan sebagai berikut:

A. Penggunaan font, spasi dan tata letak yang konsisten.

B. Penyajian e-modul menggunakan sebuah media elektronik yang berbasis

computer.

C. E-modul di desain dengan memanfaatkan berbagai fungsi media elektronik

mulai dari teks, gambar, audio dan video sehingga dapat disebut sebagai

multimedia.

D. E-modul di desain dengan memanfaatkan berbagai fitur dalam aplikasi

software yang digunakan.

E. E-modul di desain dengan kreatif dan menarik dan tetap memperhatikan

prinsip pembelajaran yang ada.

E-modul memiliki keunggulan dan kelemahan dalam pengembangan dan

pada pelaksanaan pembelajarannya. E-modul dinilai dapat meningkatkan motivasi

peserta didik, karena pembelajaran akan berjalan interaktif dan sesuai dengan

dapat memfasilitasi kemampuan belajar tiap-tiap peserta didik. Kelemahan dalam

mengembangkan e-modul ada pada waktu pengerjaan dan biaya pengembangan

yang masih tergolong tinggi. Pendidik sebagai fasilitator juga dituntut untuk tekun

memantau proses pembelajaran yang berlangsung serta harus memberikan


konsultasi dan motivasi kepada tiap individu peserta didik (Kemendikbud, 2017).

Prosedur penyusunan e-modul menurut Kemendikbud (2017) memiliki tiga

tahapan, yaitu: tahap analisis kebutuhan e-modul, tahap desain e-modul dan tahap

penyempurnaan e-modul.

Tahap analisis kebutuhan e-modul merupakan kegiatan menganalisis silabus

dan RPP pada mata pelajaran terkait guna mendapatkan informasi terkait

kebutuhan modul. Isi modul harus disesuaikan dengan RPP dengan menjelaskan

KD yang dibutuhkan dalam pengembangan e-modul. Tahap selanjutnya adalah

tahap desain e-modul dengan menetapkan kerangka e-modul terlebih dahulu

sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Kerangka e-modul meliputi:

A. Cover yang berisikan judul modul, nama mata pelajaran dan topik

pembelajaran yang ada dalam modul.

B. Kata pengantar yang berisikan informasi pendukung penggunaan e-modul

dalam proses pembelajaran.

C. Daftar isi yang berisikan kerangka e-modul.

D. Glosarium yang berisikan daftar istilah atau kata-kata asing yang digunakan

dalam e-modul dan disusun berdasarkan urutan abjad.

E. Pendahuluan yang berisikan deskripsi KD dan IPK yang digunakan dalam

e-modul, penjelasan singkat mengenai isi e-modul, waktu yang diperlukan

dan petunjuk penggunaan e-modul.

F. Kegiatan pembelajaran yang berisikan tujuan pembelajaran, uraian materi,

rangkuman, tugas, lembar kerja keterampilan, latihan soal dan penilaian diri.

G. Evaluasi yang meliputi tes kompetensi pengetahuan, tes kompetensi

keterampilan dan penilaian sikap.


H. Kunci jawaban serta pedoman penskoran

I. Daftar referensi atau daftar Pustaka

J. Lampiran

Pada tahap penyempurnaan e-modul, dilakukan uji validasi untuk

mengetahui apakah bahan ajar e-modul yang dikembangkan dapat dinilai sebagai

bahan ajar yang valid dan baik digunakan dalam proses pembelajaran, proses

validasi ini dilakukan oleh beberapa ahli terkait.

2.3 Aplikasi Autoplay

Autoplay Media Studio 8 merupakan software untuk membuat perangkat

lunak multimedia dengan mengintegrasikan berbagai tipe media misalnya gambar,

suara, video, teks dan flash ke dalam presentasi yang dibuat. Perangkat lunak

autoplay media studio dapat digunakan untuk pengembangan aplikasi multimedia,

aplikasi computer based training, sistem autoplay/autorun menu CD-ROM,

presentasi marketing interaktif, CD business card dan lain-lain.

2.4 Materi Archaebacteria dan Eubacteria

A. Struktur Tubuh Bakteri

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar dan struktur

tambahan. Struktur dasar dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri, meliputi

dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula

penyimpan makanan. Sedangkan struktur tambahan hanya dimiliki oleh jenis

bakteri tertentu. Struktur ini meliputi : kapsul, flagel, pili, fimbria, klorosom,
vakuola gas dan endospora. Untuk dapat memahami struktur bakteri, dapat

dipelajari gambar di bawah ini.

Gambar 1. Sel Bakteri Sumber : (Panji, 2015)

1. Struktur Dasar

a. Dinding Sel

Kebanyakan bakteri mempunyai dinding sel. Dinding sel bersifat

kaku dan terletak diantara kapsula dan membran sitoplasma. Dinding sel

bakteri tersusun atas protein (polipeptida pendek) yang berikatan dengan

polisakarida (Peptidoglikan). Adanya dinding sel menyebabkan bentuk

bakteri menjadi tetap. Dinding sel berfungsi untuk melindungi sel bakteri

terhadap lingkungannya.

Fungsi dinding sel adalah:

• Memberi perlindungan terhadap protoplasma

• Berperan penting dalam perkembangbiakan sel

• Mengatur pertukaran zat dari luar sel dan oleh karena itu dinding sel

• Mempengaruhi kegiatan metabolisme dan melindungi protoplasma

dari pengaruh zat-zat racun


• Sebagai pertahanan bakteri agar dapat bertahan hidup dalam

lingkungannya

• Mempertahankan tekanan osmotik bakteri. Tekanan osmotik di

dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir.

b. Membran Sel/Membran Plasma

Membran sel merupakan bungkus dari protoplasma. Membran sel

terletak di dalam dinding sel dan tidak terikat dengan dinding sel.

Membran sel tersusun atas molekul lemak dan protein (Fosfollpid) mirip

dengan struktur membrane sel eukariot. Membran sel bersifat

semipermeabel. Membran sel mengandung enzim respirasi. Fungsi

membran sel antara lain :

• Membungkus protoplasma

• Transpor bahan makanan secara selektif.

• Mengatur pertukaran mineral dari sel dan ke luar sel

• Pada spesies aerob merupakan tempat transport elektron dan

oksidasi-fosforlasi.

• Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada

biosintesa DNA.

• Berperan dalam proses pembelahan sitoplasma menjadi 2 bagian,

diikuti dengan pembentukan dinding pemisah.

c. Sitoplasma

Sitoplasma adalah cairan yang terdapat di dalam sel, disebut juga

dengan protoplasma. Sitoplasma tersusun atas koloid yang mengandung

berbagai molekul organik seperti karbohidrat, lemak, protein, dan


mineral. Sitoplasma merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi

metabolisme. Komponen-komponen sitoplasma terdiri dari inti, ribosom,

granula sitoplasma/granula penyimpanan makanan dan plasmid.

d. Inti/Nukleoid

Deoksiribonukleat Acid atau DNA bakteri tidak tersebar dalam

sitoplasma, tetapi terdapat pada daerah tertentu yang disebut

inti/nukleoid. Adanya inti pada bakteri dapat dilihat dengan

mikroskop electron, ini merupakan daerah yang tidak tembus cahaya

elektron. Inti bakteri tidak memiliki membran sehingga termasuk dalam

organisme prokariotik. DNA berfungsi mengendalikan sintesis protein

bakteri dan merupakan zat pembawa sifat.

e. Ribosom

Ribosom merupakan suatu partikel sitoplasma. Kumpulan

polyribosom merupakan rantai ribosom yang menempel pada mRNA.

Ribosom bakteri terletak menyebar di sitoplasma. Hal ini terjadi karena

bakteri tidak mempunyai membrane inti. Organel ini berfungsi sebagai

tempat sintesis protein. Ribosom tersusun dari protein, jika dilihat dari

mikroskop, ribosom terlihat seperti struktur kecil yang melingkar.

f. Granula Sitoplasma/granula penyimpan makanan

Granula berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan

karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan. Sama

seperti ribosom, granula penyimpanan makanan tersebar pada sitoplasma.

Granula penyimpanan ini berfungsi untuk menyimpan makanan pada

beberapa bakteri. Di dalam sitoplasma sel prokariot, terdapat granula-


granula yang mengandung berbagai substansi, seperti glikogen,

metafosfat anorganik, asam polihidroksibutirat, belerang atau senyawa

yang mengandung nitrogen, yang biasanya digunakan sebagai cadangan

nutrisi bagi sel, substansi cadangan tersebut di kenal dengan badan

inklusi. Jenis inklusi tertentu terdapat di dalam satu spesies bakteri,

sedangkan pada spesies lain tidak memilikinya. Oleh karena itu, jenis

inklusi sering kali digunakan untuk mengidentifikasi spesies bakteri.

g. Plasmid

Selain DNA, bakteri juga mempunyai plasmid (DNA

sirkuler/berbentuk lingkaran). Kebanyakan bakteri memiliki plasmid.

Plasmid dapat dengan mudah didapat oleh bakteri. Namun, bakteri juga

mudah untuk menghilangkannya. Plasmid dapat diberikan kepada bakteri

lainnya dalam bentuk transfer gen horizontal. Plasmid mengandung gen-

gen tertentu, misalnya gen patogen dan gen kebal antibiotik. Plasmid juga

mampu memperbanyak diri. Dalam satu sel bakteri bisa terbentuk kurang

lebih 20 Plasmid.

2. Struktur Tambahan

Struktur tambahan hanya dimiliki oleh jenis bakteri tertentu. Yang

termasuk kedalam struktur tambahan adalah kapsul, flagelum, pilus/pili,

klorosom, vakuola gas dan endospora.

a. Kapsul

Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada

jenis bakteri tertentu. Kebanyakan bakteri mempunyai lapisan lendir yang

menyelubungi dinding sel seluruhnya Jika lapisan lendir ini cukup tebal
maka bungkus ini disebut kapsula. Tidak semua bakteri memiliki kapsula.

Kapsul tersusun atas polisakarida dan air. Hanya bakteri bersifat patogen

yang mempunyai kapsul. Fungsi kapsul adalah untuk melindungi diri dari

kekeringan, sebagai pengikat antar sel dan mempertahankan diri dari

antitoksin yang dihasilkan oleh sel inang.

b. Bulu Cambuk (Flagella)

Flagella atau bulu cambuk adalah suatu benang halus yang keluar dari

sitoplasma dan menembus dinding sel yang digunakan bakteri sebagai

alat pergerakan. Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan

flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang

berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus

jarang sekali memiliki flagel. Flagel adalah alat gerak pada bakteri

sehingga membantu bakteri untuk mendekati makanan atau menjauh jika

ada racun atau bahan kimia. Beberapa bakteri hanya memiliki satu flagel,

namun yang lainnya memiliki dua atau bahkan banyak flagel.

c. Pili

Pili adalah benang-benang halus yang menonjol keluar dari dinding

sel. Pili mirip dengan flagel tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter

lebih kecil dan tersusun dari protein. Kebanyakan terdapat pada bakteri

gram negative. Panjang pili sekitar 0.5-20 mikron. Pili tersusun

melingkari sel, dan mempunyai jumlah kurang lebih 150 buah tiap sel.

Seperti flagel, pili juga berpangkal pada protoplasma. Pili mengandung

protein yang disebut pillin. Pada garis besarnya pili merupakan alat untuk

melekat, misalnya dengan adanya pili sel-sel beberapa bakteri dapat


melekat dekat dengan permukaan medium cair dimana kadar oksigennya

lebih baik. Pili juga dapat melekatkan sel satu dengan sel lainnya. Fungsi

pelekatan sel ini penting pada peristiwa konjugasi. Konjugasi adalah

peristiwa penggabungan sel-sel jantan dengan betina. Sel-sel bakteri

jantan dilengkapi dengan Pili khusus yang disebut Pili sex.

d. Klorosom

Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran

plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk

proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang

melakukan fotosintesis.

e. Vakuola gas

Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan

berfotosintesis. Dengan mengatur jumlah gas dalam vakuola gasnya,

bakteri dapat meningkatkan atau mengurangi kepadatan sel mereka secara

keseluruhan dan bergerak ke atas atau bawah dalam air.

f. Endospora (Spora)

Jika kondisi lingkungan tidak sesuai untuk pertumbuhan bakteri,

maka beberapa bakteri akan membentuk endospora (spora). Endospora

yaitu struktur berbentuk bulat atau bulat lonjong, bersifat sangat kuat

melawan panas, kondisi kering bahkan zat kimia yang dapat merusak

bakteri, sukar dicat dan sangat resisten terhadap faktor-faktor luar yang

buruk. Fungsi spora pada bakteri bukan sebagai alat reproduksi seperti

halnya pada fungi. Spora bakteri mempunyai arti lain yaitu bentuk bakteri

yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk


dari luar. Pada saat pembentukan endospora ini bakteri dalam keadaan

tidak aktif.

Keadaan ini bisa berlangsung selama beberapa tahun. Apabila kondisi

lingkungan sudah memungkinkan, maka endospora akan membentuk sel

aktif kembali. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik,

dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan

menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu

tinggi dan zat kimia. Jadi, jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan,

maka bakteri pembentuk spora akan mengubah bentuk vegetatifnya

menjadi spora. Kondisi tersebut dinamakan fase sporulasi. sebaliknya jika

kondisi lingkungan menguntungkan maka spora akan tumbuh menjadi sel

bakteri baru (sel vegetatif). Kondisi ini dinamakan fase germinasi. Bakteri

yang membentuk spora adalah genus Bacillus sp dan Clostridium sp

selain itu juga ada beberapa spesies dari Sarcina sp. dan Vibrio sp.

B. Reproduksi/Perkembangikan Bakteri

Reproduksi Bakteri ialah perkembang-biakan bakteri. Bakteri mengadakan

pembiakan dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Pembiakan secara

aseksual dilakukan dengan pembelahan biner, sedangkan pembiakan seksual

dilakukan dengan cara transformasi, transduksi , dan konjugasi. Namun, proses

pembiakan cara seksual (paraseksual) berbeda dengan eukariota lainnya sebab

dalam proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana

biasanya pada eukariot, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika

(rekombinasi genetik). Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri.


• Aseksual/Vegetatif

a. Pembelahan Biner

Bakteri melakukan reproduksi melalui suatu proses yang disebut

pembelahan biner, dimana sel induk membelah menjadi dua sel dan

seterusnya. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan bakteri mengikuti

pertumbuhan logaritma, yaitu satu bakteri akan menghasilkan 16 bakteri

dalam 4 generasi. Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali.

Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan,

bakteri demikian merupakan bentuk koloni. Pada keadaan normal bakteri

dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan

berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel bakteri. Rata-

rata waktu pembelahan bakteri bisa sangat bervariasi (misalnya: 20 menit

untuk Eschericia coli, 24 jam untuk Mycobacterium tuberculosis), makin

pendek waktu pembelahan, makin cepat laju multiplikasinya. Faktor lain yang

mempengaruhi waktu pembelahan antara lain: jumlah nutrient, suhu dan pH

lingkungan.

Gambar 2. Pembelahan Biner pada Bakteri Sumber : (Mas Yog, 2019)


• Seksual

a. Transformasi

Merupakan pemindahan sebagian materi genetika berupa DNA atau

hanya satu gen dari satu bakteri ke bakteri lain. Pada proses transformasi

tersebut DNA bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel

bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara

transformasi ini hanya terjadi pada beberapa spesies saja Contohnya :

Streptococcus pnemoniaeu, Neisseriagonorrhoeae, Haemophillus,

Bacillus, dan Pseudomonas. Diduga transformasi ini merupakan cara

bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri

Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen

yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal

antibiotik karena transformasi. Proses ini pertama kali ditemukan oleh

Frederick Grifith tahun 1982.

Gambar 3. Transformasi pada Bakteri Sumber : (Panji, 2017)

b. Transduksi

Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu

ke bakteri lain dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan

ganda DNA dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh
bakteriofage (virus bakteri). Bila virus–virus baru sudah terbentuk dan

akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang nonvirulen

(menimbulkan respon lisogen) memindahkan DNA dan bersatu dengan

DNA inangnya, Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA

bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam

DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya.

Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal dengan

partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang dinamakan

Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua

Lederberg pada tahun 1952.

Gambar 4. Transduksi pada Bakteri Sumber : (Mas Yog, 2019)

c. Konjugasi

Merupakan pemindahan sebagian materi genetik (DNA) dari satu

bakteri ke bakteri lain yang belum diketahui jantan dan betinanya melalui

suatu kontak langsung. Artinya, terjadi transfer DNA dan sitoplasma dari

sel bakteri donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus yang disebut

tabung konjugasi. Ujung pilus akan melekat pada sel penerima dan DNA
dipindahkan melalui tabung tersebut. Selanjutnya di dalam sel penerima

terjadi penggabungan DNA (rekombinasi DNA) antara DNA dari sel

donor dan DNA sel penerima yang diikuti penggabunga sitoplasma

(plasmogami). Setelah konjugasi, bakteri melakukan pembelahan biner

kembali. Kemampuan sel donor memindahkan DNA dikontrol oleh faktor

pemindahan (transfer faktor = faktor F ).

Gambar 5. Konjugasi pada Bakteri Sumber : (Anonim, 2017)

C. Pengelompokan Bakteri

Bergey’s Manual ed. 8 terakhir membagi Prokariota dalam 4 divisi utama,

berdasarkan ciri khas dinding selnya yaitu :

a. Archaebacteria

b. Gracilicutes : Bakteri Gram Negatif

c. Firmicutes : Bakteri Gram Positif

d. Tenericutes : Bakteri tanpa dinding sel

b, c, d termasuk ke dalam Eubacteria


a. Archaebacteria

Archaebacteria berasal dari bahasa Yunani yaitu Archaio yang artinya kuno,

yaitu kelompok bakteri yang dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan,

namun membran plasmanya mengandung lipid. Ciri-ciri Archaebacteria:

 Prokariotik

 Dinding selnya tersusun dari protein

 Membran selnya mengandung ether yang berangkai dengan lipid dan

terikat pada gliserol

 Memiliki kemampuan mengatur ketebalan membrane selnya

 Mempunyai satu jenis RNA polimerase

 Tidak mampu membentuk endospora

 Mampu hidup di lingkungan ekstrim (mirip dengan lingkungan kehidupan

awal di bumi)

 Tidak sensitif terhadap antibiotik

 Memiliki gen panyandi protein

Pengelompokan Archaebacteria:

a. Halofilik : hidup di kadar garam tinggi, memiliki kemampuan metabolisme

fototrofik untuk mensintesis ATP. Contoh : Halococcus, Halobacterium

b. Metanogenik : hidup di lingkungan kurang Oksigen. Bersifat anaerobik

obligat dan khemosintetik. Metabolisme membentuk gas metana (CH4)

melalui reduksi karbondioksida. Hidup di tempat dengan kadar metana

tinggi. Contoh : Methanobacterium (berperan dalam menghasilkan biogas)

metanogen pada rumen rayap yaitu Lachnospira multipara, Ruminococcus

albus.
c. Pereduksi sulfur : hidupnya memerlukan hidrogen dan sulfur sebagai

sumber energy.

d. Termoasidofilik (Termofil ekstrim) : hidup di daerah bersuhu tinggi

(kawah vulkanik) dengan suhu optimum 70o-75oC dan bersulfur (bersifat

asam), sebagai agen pengoksidasi sulfur, sering dijumpai pada mata air

panas dan lingkungan yang asam. Contoh : Sulfolobus yang hidup di mata

air sulfur. Hipertermofilik : hidupnya memerlukan senyawa sulfur

tereduksi untuk metabolisme. Senyawa sulfur tereduksi digunakan sebagai

akseptor elektron untuk melangsungkan respirasi anaerob.

e. Thermoplasma : merupakan prokariot tanpa dinding sel dan mirip

mikoplasma. Thermoplasma merupakan asidofilik, aerobik

khemoorganotrof dan termofilik. Umumnya dijumpai pada bekas tambang

batubara.

b. Eubacteria

Eubacteria berasal dari bahasa Yunani, yaitu Eu yang artinya sejati, yaitu

dapat diartikan sebagai bakteri sejati. Ciri-ciri Eubakteria:

 Prokariotik

 Dinding selnya tersususun dari polimer karbohidrat dan protein

 Beberapa mampu membentuk endospora

 Habitat dimana-mana (air, udara, tanah, bersimbiosis dengan makhluk

hidup lain)

 Bersifat saprofitik, fotosintetik, parasitik atau patogenik pada organisme

lain

 Sensitif terhadap antibiotik


Pengelompokan Eubacteria menurut Bergey’s Manual of Determinative

Bacteria yaitu dibagi menjadi 3 kelompok.

a. Gracilicutes : Eubacteria gram negatif berdinding sel

b. Firmicutes : Eubakteria gram positif berdinding sel

c. TenericutesEubacteria tidak berdinding sel (contoh Mycoplasma)

D. Peranan Bakteri

1. Bakteri menguntungkan

a. Bakteri pengurai

Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta

sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan

protein,karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak,

dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu

keberadaan bakteri ini sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan

dengan cara ini bakteri membersihkan dunia dari sampah-sampah

organik.

b. Bakteri nitrifikasi

Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu

menyusun senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara aerob di

dalam tanah. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:

 Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini

dinamakan nitritasi.

 Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya

dinamakan nitratasi.
Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena

menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi

sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk sumber air minum, nitrat

yang berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan pertumbuhan

ganggang di permukaan air menjadi berlimpah.

c. Bakteri nitrogen

Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas

dari udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap

oleh tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara,

bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah

pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis.

Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum,

Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen

yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu

Rhizobium leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul

atau bintil-bintil akar. Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium

banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan

Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan

karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya

mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar),

maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat

mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa

nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan


demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan

tanah.

d. Bakteri usus

Bakteri Eschericia coli hidup di kolon (usus besar) manusia, berfungsi

membantu membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin

B12, danvitamin K yang penting dalam proses pembekuan darah. Dalam

organ pencernaan berbagai hewan ternak dan kuda, bakteri anaerobik

membantu mencernakan selusosa rumput menjadi zat yang lebih

sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding usus.

e. Bakteri fermentasi

Tabel 2. Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme

Nama Produk Bahan


No. atau Baku Bakteri yang Berperan
Makanan
1. Yoghurt susu Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus
thermophilus
2. Mentega susu Streptococcus lactis
3. Terasi ikan Lactobacillus sp
4. Asinan buah- buah- Lactobacillus sp
buahan buahan

5. Sosis daging Pediococcus cerevisiae


6. Kefir susu Lactobacillus bulgaricus
dan Srteptococcus lactis

7. Keju susu Lactobacillus casei


8. Nata de Coco air kelapa Acetobacter xylinum
f. Bakteri penghasil antibiotik

Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:

• Bacillus brevis

• Bacillus polymyxa

• Streptomyces griceus

2. Bakteri merugikan

a. Bakteri perusak makanan

Beberapa spesies pengurai tumbuh di dalam makanan. Mereka

mengubah makanan dan mengeluarkan hasil metabolisme yang berupa

toksin (racun). Racun tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia.

Contohnya:

• Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali

terdapat pada makanan kalengan

• Pseudomonas cocovenenans, menghasilkan asam bongkrek, terdapat

pada tempe bongkrek

• Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan

b. Bakteri denitrifikasi

Jika oksigen dalam tanah kurang maka akan berlangsung

denitrifikasi, yaitu nitrat direduksi sehingga terbentuk nitrit dan akhirnya

menjadi amoniak yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Contoh

bakteri yang menyebabkan denitrifikasi adalah Micrococcus denitrificans

dan Pseudomonas denitrificans.

c. Bakteri patogen
Merupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan penyakit

pada manusia,hewan dan tumbuhan.

Tabel 3. Bakteri penyebab penyakit pada manusia

No. Nama Bakteri Penyakit yang


Ditimbulkan
1. Salmonella typhosa Tifus

2. Shigella dysenteriae Disentri basiler

3. Vibrio comma Kolera

4. Haemophilus influenza Influensa

5. Diplococcus pneumoniae Pneumonia (radang paru-paru)

6. Mycobacterium TBC paru-paru


tuberculosis

7. Clostridium tetani Tetanus

8. Neiseria meningitis Meningitis (radang selaput otak)

9. Neiseria gonorrhoeae Gonorrhaeae (kencing nanah)

10. Treponema pallidum Sifilis atau Lues atau raja singa

11. Mycobacterium leprae Lepra (kusta)

12. Treponema pertenue Puru atau patek

13. Corynebacterium Difteri


diphtheria
Tabel 4. Bakteri penyebab penyakit pada hewan

No. Nama Bakteri Penyakit yang


Ditimbulkan

1. Brucella abortus Brucellosis pada sapi


2. Streptococcus agalactia Mastitis pada sapi
(radang payudara)

3. Bacillus anthracis Antraks


4. Actinomyces bovis Bengkak rahang pada
sapi

5. Cytophaga columnaris Penyakit pada ikan

Tabel 5. Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan

No. Nama Bakteri Penyakit yang


Ditimbulkan
1. Xanthomonas oryzae Menyerang pucuk batang
padi
2. Xanthomonas campestris Menyerang tanaman
kubis
3. Pseudomonas Penyakit layu pada famili
solanacaerum terungterungan
4. Erwinia amylovora Penyakit bonyok pada
buah-buahan

2.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian terkait pengembangan bahan ajar berbantukan aplikasi Autoplay

berdasarkan kebutuhan pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh peneliti-

peneliti terdahulu. Berikut beberapa penelitian yang relevan dan berhubungan

dengan penelitian pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai

berikut:

1. Anis Amilia (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Media Autoplay untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Materi

Struktur Tumbuhan Siswa Kelas IV MI Khadijah Malang”. Penelitian


tersebut menggunakan model pengembangan Borg and Gall. Prosedur

Pengembangan peneliti adaptasi menjadi empat tahap, yaitu tahap Pra-

pengembangan, tahap pengembangan produk, tahap validasi dan revisi,

tahap uji coba lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah media

pembelajaran dengan menggunakan program software Autoplay Studio 8

yang materinya disertai dengan gambar-gambar yang berhubungan dengan

materi, video animasi menggunakan software flash player yang

berhubungan dengan pembelajaran, dan kuis pintar yang menggunakan

aplikasi Quiz Creator.

2. Khairun Nisa, Mustika Wati, dan Andi Ichsan Mahardika (2019) dalam

penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran

Berbantuan Aplikasi Autoplay Media Studio pada Pokok Bahasan Fluida

Dinamis di SMA”. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan

yang mengacu pada model pengembangan ADDIE. Subjek ujicoba

adalah siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 9 Banjarmasin. Data

diperoleh melalui lembar validasi media, lembar keterlaksanaan

aktivitas guru, dan tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan, (1)

media ajar yang dinyatakan valid, (2) kepraktisan media ajar adalah

terlaksana dengan sangat baik, dan (3) efektivitas media ajar dinyatakan

efektif. Simpulan penelitian adalah bahwa media pembelajaran

menggunakan Autoplay Media Studio yang dikembangkan layak

untuk digunakan.

3. Felisia Nopratilova dan Primadya Anantyarta (2018) dalam penelitiannya

yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Autoplay


pada Materi Sistem Ekskresi”. Penelitian ini merupakan penelitian

pengembangan yang mengacu pada model pengembangan ADDIE

yang memiliki tahap: 1) analysis, 2) design, 3) develop, 4) Implement, 5)

Evaluate. Tahap yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar ini

dibatasi hanya 3 tahap, yaitu analysis, design, dan develop. Berdasarkan

penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil tingkat kelayakan bahan ajar

berbasis multimedia autoplay pada materi sistem ekskresi sangat layak

digunakan dalam pembelajaran.

Perbedaan mendasar penelitian relevan dengan penelitian yang akan

dikembangkan adalah pada tingkatan pendidikan yang dijadikan sebagai subjek

penelitian. Dimana beberapa penelitian relevan mengangkat tingkat pendidikan

SD/MI sebagai ranah penelitian, sementara peneliti mengangkat tingkat

pendidikan SMA. Mata pelajaran pada bahan ajar yang dikembangan juga

berbeda, pada penelitian ini peneliti akan mengembangkan bahan ajar e-modul

pada mata pelajaran IPA dengan materi Archaebacteria dan Eubacteria.

2.6 Kerangka Berpikir


Kondisi saat ini
Penelitian pengembangan ini dapat diringkas dengan kerangka berpikir
Adanya Pandemi Covid 19
sebagai berikut: pembelajaran
menyebabkan
dilakukan secara daring (online) Solusi Alternatif
Guru kurang inovatif dalam Pengembangan inovasi pada bahan
memberikan materi pembelajaran ajar yang dimiliki menjadi e-modul
Bahan ajar berupa buku elektronik
(e-modul) masih sedikit
Hasil belajar siswa rendah

E-modul dikembangkan dengan


menggunakan model
Pengembangan bahan ajar e-modul pengembangan 4D (Define,
dengan menggunakan software untuk Design, Develop and Disseminate)
meningkatkan hasil belajar siswa yang dilakukan hanya sampai pada
tahap Develop

E-modul menggunakan software


Autoplay
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Research and

Development atau penelitian pengembangan. Menurut Sugiyono (2015),

penelitian dan pengembangan merupakan sebuat metode untuk menghasilkan

sebuah produk tertentu serta menguji keefektifan dari produk tersebut. Pengujian

ini dilakukan untuk mengetahui keberfungsian dari produk yang dihasilkan pada

penggunaan oleh masyarakat. Penelitian pengembangan juga dilakukan dengan

mengikuti langkah-langkah pengembangan secara siklus. Langkah pengembangan

terdiri atas kajian atas permasalahan yang ditemui, pengembangan produk

berdasarkan penemuan masalah, uji coba produk pada lapangan dan revisi produk

berdasarkan hasil uji coba lapangan yang telah dilakukan.

Penelitian pengembangan pada bidang pendidikan diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas dari bidang pendidikan tersebut, dengan jumlah

banyak serta kualitas yang bagus dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran

(Sugiyono, 2015). Produk yang telah dikembangkan selanjutnya akan divalidasi

oleh beberapa ahli dengan tujuan untuk menilai rancangan produk, apakah dapat

dikatakan produk valid atau tidak. Setelahnya, produk yang dikembangkan akan

di uji cobakan di lapangan guna mendapatkan hasil dari penelitian pengembangan.

Pada penelitian ini, produk yang akan dikembangkan adalah bahan ajar berbentuk

e-modul dengan menggunakan aplikasi Autoplay pada materi Archaebacteria dan

Eubacteria untuk siswa kelas X SMA.

3.2 Model Penelitian


Model pengembangan yang akan digunakan untuk mengembangkan produk

bahan ajar berupa e-modul adalah model 4D (Define, Design. Develop and

Disseminate). 4D merupakan model yang dikembangkan oleh Thiagarajan dan

Semmel. Terdapat 4 tahapan pengembangan produk, yaitu: define atau

pendefinisian, design atau perancangan, develop atau pengembangan dan

disseminate atau penyebaran. Karena keterbatasan penelitian, maka penelitian ini

dicukupkan pada tahap develop atau pengembangan produk saja. Produk yang

dikembangkan merupakan bahan ajar berbentuk e-modul yang selanjutnya akan

diuji validitas dan kepraktikalitasan produknya.

3.3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Menurut Panggabean & Danis (2020), model pengembangan 4D memiliki 4

tahapan pengembangan, yaitu: define (pendefinisian), design (perancangan),

develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran). Penjelasan setiap

tahapannya adalah sebagai berikut:

A. Tahap pendefinisian (define)

Merupakan kegiatan mendefinisikan dan menentukan kebutuhan

pembelajaran pada sebuah proses pembelajaran dengan mengumpulkan

informasi-informasi terkait. Tahap pendefinisian terbagi menjadi lima

langkah, yaitu:

1. Analisis awal (front-end analysis) merupakan kegiatan menganalisis

dan mengetahui akar dari permasalahan yang digunakan dalam

mengembangkan sebuah produk. Dalam hal ini, peneliti melakukan


studi pendahuluan pada siswa SMA kelas X. Wawancara juga

dilakukan pada guru biologi kelas X SMA.

2. Analisis peserta didik (learner analysis) merupakan kegiatan

menganalisis kebutuhan peserta didik SMA kelas X. Wawancara

dilakukan pada peserta didik kelas X di SMA untuk mendapatkan

jawaban yang lebih akurat.

3. Analisis tugas (task analysis) merupakan kegiatan menganalisis KI dan

KD yang terdapat pada RPP terkait materi yang akan dikembangkan

pada produk bahan ajar e-modul, dalam hal ini adalah Archaebacteria

dan Eubacteria.

4. Analisis konsep (concept analysis) merupakan kegiatan menentukan

dan merancang isi materi yang akan dimuat dalam pengembangan

produk bahan ajar e-modul.

5. Analisis tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives)

merupakan kegiatan menentukan indikator pencapaian kompetensi

(IPK) melalui penyusunan tujuan pembelajaran yang akan dimuat

dalam pengembangan produk bahan ajar e-modul.

B. Tahap perancangan (design)

Setelah mendapatkan permasalahan, maka tahapan selanjutnya adalah

tahapan perancangan produk. Tahap perancangan terbagi menjadi empat

langkah, yaitu:

1. Penyusunan tes (criterion-test construction) merupakan kegiatan

menyusun instrumen tes yang digunakan sebagai pengukur kemampuan

peserta didik pada saat menggunakan produk pada proses pembelajaran.


2. Pemilihan media (media selection) merupakan kegiatan memilih media

pembelajaran yang dinilai cocok dalam mengembangkan produk bahan

ajar e-modul. Pemilihan media disesuaikan dengan hasil analisis pada

tahap pendefinisian, dan diharapkan media yang digunakan dapat

membantu permasalahan dari peserta didik. Dalam hal ini, peneliti

memilih e-modul berbantukan aplikasi Autoplay.

3. Pemilihan format (format selection) merupakan kegiatan merancang

pembentukan format produk yang dinilai cocok dengan kebutuhan

materi pembelajaran. Pemilihan format disesuaikan dengan media yang

digunakan dalam mengembangkan produk.

4. Desain awal (initial design) merupakan kegiatan merancang produk

bahan ajar e-modul berupa draft, setelahnya diberikan masukan dan

saran dari dosen pembimbing dengan tujuan memperbaiki dan

menyempurnakan produk.

C. Tahap pengembangan (develop)

Tahapan pengembangan merupakan kegiatan memperbaiki dan

menyempurnakan produk bahan ajar e-modul yang dikembangkan. Tahapan

ini terbagi menjadi dua langkah, yaitu:

1. Validasi ahli (expert appraisal) merupakan kegiatan mendapatkan

validasi dari para ahli sebelum melakukan kegiatan uji coba produk.

Masukan dan saran yang didapatkan kemudian dijadikan bahan untuk

merevisi produk. Ahli yang diperlukan dalam menilai produk ini adalah

ahli materi dan ahli media. Hasil penilaian para ahli selanjutnya

menjadi penentu kevalidan produk yang dikembangkan, yaitu bahan


ajar berupa e-modul. Adapun kisi-kisi validasi ahli materi dan ahli

media disajikan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Validasi Ahli Materi

Jumlah
No Aspek Penilaian Indikator
Item

Bagian I. Penilaian Materi E-Modul Archaebacteria dan Eubacteria

1 Kompetensi Dasar Ada KD 1

(KD) dan Tujuan Ada tujuan pembelajaran


1
Pembelajaran

2 Kelengkapan Materi Pokok Meliputi KD 1

Materi Tidak terjadi pengulangan


1
materi

3 Keakuratan Materi Kebenaran konsep 1

Aplikasi kontekstual 1

4 Penyajian Materi Materi berurutan sesuai KD 1

Materi berhubungan secara


1
fungsional

Materi disusun secara


1
sistematis

5 Evaluasi Ada latihan soal 1

Ada kunci jawaban 1

Bagian II. Kebenaran Konsep Materi E-Modul Archaebacteria dan

Eubacteria

1 Struktur Bakteri Dinding sel 1

Membran sel/membran
1
plasma

Sitoplasma 1
Inti/nukleoid 1

Ribosom 1

Granula Stoplasma/granula
1
penyimpanan makanan

Plasmid 1

Kapsul 1

Bulu cambuk 1

Pili 1

Klorosom 1

Vakuola gas 1

Endospora/spora 1

2 Reproduksi Bakteri Pembelahan biner 1

Transformasi 1

Transduksi 1

Konjugasi 1

3 Pengelompokan Archaebacteria 1

Bakteri Eubacteria 1

4 Peranan Bakteri Bakteri pengurai 1

Bakteri nitrifikasi 1

Bakteri nitrogen 1

Bakteri usus 1

Bakteri fermentasi 1

Bakteri penghasil antibiotik 1

Bakteri perusak makanan 1

Bakteri denitrifikasi 1

Bakteri patogen 1

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Validasi Ahli Media


Jumlah
No Aspek Penilaian Indikator
Item
1 Visualisasi E- E-modul sesuai dengan
1
modul Sistem standar bahan ajar

Resporasi pada E-modul sesuai dengan materi


1
Manusia isi pembelajaran

2 Desain E-modul Konsistensi tata letak 1

Desain memiliki pusat


1
pandang baik

Komposisi tata letak dan tata


1
isi

Komposisi warna 1

3 Tipografi Judul E- Identitas judul 1

modul Komposisi warna 1

4 Ilustrasi E-modul Judul menggambarkan konten


1
materi ajar

5 Desain Isi E- Kejelasan paragraf 1

modul Kesesuaian spasi 1

Kejelasan judul bab dan sub


1
bab

Tata letak judul, sub bab,


1
ilustrasi dan keterangan lain

Ada visualisasi 1

6 Tipografi Isi E- Penulisan isi bernas 1

modul Kesesuaian background warna 1

7 Ilustrasi Mampu mengungkap


1
Multimedia makna/arti objek

Ilustrasi membantu
1
menjelaskan konsep

8 Kelayakan Bahasa Ketepatan bahasa 1

Ketepatan tata bahasa dan 1


ejaan

Kebakuan istilah 1

Keutuhan makna 1

9 Kelengkapan Judul utama


1
Penyajian

Judul bab 1

Batang tubuh 1

2. Uji coba produk (development testing) merupakan kegiatan uji coba

lapangan terbatas dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari

penggunaan produk bahan ajar e-modul dalam proses pembelajaran rill.

Uji coba dilakukan dengan uji keterbacaan skala kecil.

D. Tahap penyebaran (disseminate)

Merupakan tahapan penyebaran produk, namun pada penelitian ini

tidak difokuskan pada tahap penyebaran.

3.4 Uji Coba Produk

Adapun ketentuan dalam uji coba produk adalah sebagai berikut:

A. Desain uji coba

Produk bahan ajar berupa e-modul yang dinilai sudah valid dan layak oleh

ahli materi dan ahli media, selanjutnya dilakukan uji coba lapangan. Uji

coba ini merupakan implementasi dari tahapan pengembangan (develop)

pada model pengembangan 4D. Uji coba dilakukan untuk mengetahui

kepraktisan dari produk yang dikembangkan, uji coba dilakukan dengan uji

keterbacaan e-modul mengingat pada masa pandemi saat ini.

B. Subyek uji coba


Subyek uji coba kepraktisan adalah siswa-siswi kelas X SMA. Penelitian

dilaksanakan pada tahun ajaran 2021/2022 dengan rentang waktu penelitian

selama bulan September 2022.

C. Jenis data

Data yang diperoleh pada penelitian pengembangan produk ini berupa data

kuantitatif. Data kualitatif yang didapatkan merupakan masukan, kritik dan

saran dari responden saat uji kepraktisan dilaksanakan, dan dapat digunakan

sebagai acuan dalam melakukan revisi produk.

D. Instrumen pengumpulan data

Instrumen merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data. Instrumen pada tahap uji coba merupakan sebuah

angket respon pengguna.

E. Teknik analisis data

Data yang diperoleh menggunakan instrumen penelitian selanjutnya

dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Gambar dan Tahapan Reproduksi Bakteri dengan Konjugasi.
(Online), (https://www.biologijk.com/2017/07/reproduksi-bakteri-secara-
konjugasi.html, diakses pada 6 Januari 2022).

Ardiansyah, R., Corebima, A. D., & Rohman, F. (2016). Analisis Kebutuhan


Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Materi Genetik pada Matakuliah
Genetika di Universitas Negeri Malang. Seminar Nasional Pendidikan
Dan Saintek 2016, 2016, 1.

Depdiknas. (2008). Teknik Penyusunan Modul. 1–14.

Fitri, E. R., & Pahlewi, T. (2020). Pengembangan LKPD Berbantuan Kvisoft


Flipbook Maker pada Mata Pelajaran Teknologi Perkantoran di SMKN
2 Nganjuk. JPAP: Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran, 9(2),
281–291. https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpap/article/view/9871

Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas. 2020. Bakteri Kebal Antibiotik Jadi


Ancaman Kesehatan di Tengah Pandemi Virus Corona, (Online),
(https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/06/163200523/bakteri-
kebal-antibiotik-jadi-ancaman-kesehatan-di-tengah-pandemi- virus?
page=all#page2., diakses pada 15 Desember 2021).

Hutahaean, A. L., Siswandari, & Harini. (2019). Pemanfaatan E-Module Interaktif


Sebagai Media Pembelajaran di Era Digital. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED ISBN : 978-623-92913-0-
3, 2018, 298–305.

Indonesia, Agc. 2012. 76 Gambar Bentuk Sel Paling Keren. (Online),


(https://www.gambar.pro/2012/07/76-gambar-bentuk-bentuk-sel-paling-
keren.html, diakses pada 5 Januari 2022).

Irianto, Agus. Tinjauan Umum Mikrobiologi Lingkungan. (Online),


(http://repository.ut.ac.id/4410/1/BIOL4326-M1.pdf, diakses pada 3
Januari 2022).

Lestari, E. P., Nupikso, G., & Riyani, E. I. (2015). Pengaruh Penggunaan Bahan
Ajar Online terhadap Prestasi Mahasiswa Universitas Terbuka. Jurnal
Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh, 16(1), 1–9.
Meganada hiaranya putrid, sukini, yodong. 2017. Mikrobiologi bahan ajar
keperawatan gigi. (Online),
(http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/mikrobiologi_bab1-9.pdf, diakses pada 15
Desember 2021).

Panji. 2015. Struktur Sel Bakteri. (Online),


(https://www.edubio.info/2015/08/struktur-sel-bakteri.html, diakses pada
23 Desember 2021).

Kemendikbud. (2017). Panduan Praktis Penyusunan E-Modul. 1–57.

Anda mungkin juga menyukai