Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

E-LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID-19

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:

ERSYA ELIN ANEKE PUTRI

047859637

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS TERBUKA

SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa kasih dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas segala berkat dan rahmatNya yang melimpah sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia.

Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Silvia Permatasari atas
kesempatan yang diberikan dalam Tugas Tutorial 2 ini.

Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu saya menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan.
Untuk itu, saya selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar saya dapat
selangkah lebih maju dan lebih belajar lagi. Besar harapan agar kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Terimakasih.

Surabaya, 3 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan tantangan


tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi penularan virus
tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical distancing,
hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk
tetap diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Akibat dari kebijakan tersebut
membuat sektor pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi menghentikan proses
pembelajaran secara tatap muka. Sebagai gantinya, proses pembelajaran dilaksanakan secara
daring yang bisa dilaksanakan dari rumah masing-masing siswa.

Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19)
menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring.
Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari pelaksanaan
pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini memerlukan perangkat
pendukung seperti komputer atau laptop, gawai, dan alat bantu lain sebagai perantara yang
tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet. Data Statistika 2019 menunjukkan
pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta, tumbuh 13,3% dari 2017 yang
sebanyak 84 pengguna. Pada tahun selanjutnya pengguna internet di Indonesia akan
semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,2% pada periode 2018-2023.

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia (KKMMD). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup
cepat dan menyebar ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Jumlah kasus terinfeksi
terus meningkat cukup signifikan pada waktu yang relatif cepat. Dalam kurun waktu 6 bulan,
sudah 216 negara di dunia terjangkit virus ini. Menurut WHO, jumlah kasus terkonfirmasi
positif pada tanggal 25 Juni telah mencapai 9.296.202, dengan angka kematian mencapai
479.433 orang (https://Covid19.who.int/).

1
Dampak dari adanya COVID-19 menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi
merosot, menjatuhkan nilai tukar rupiah, harga barang naik, terutama alat-alat kesehatan.
Penanggulangan ekstrem seperti Lockdown suatu daerah bahkan suatu negara pun dilakukan
sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit tersebut (Zahrotunni’mah, 2020 :
248). Menurut Hongyue dan Rajib (dalam Ginting : 2020), dampak pandemik terhadap
perekonomian, sosial, keamanan, serta politik akan mempengaruhi kondisi psikologis dan
perubahan perilaku yang sifatnya lebih luas dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Perubahan perilaku tersebut mencakup perilaku hidup sehat, perilaku menggunakan
teknologi, perilaku dalam pendidikan, perilaku menggunakan media sosial, perilaku
konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku sosial keagamaan. Menurut Roycnhansyah (2020),
perilaku masyarakat pada masa pandemi mengalami perubahan diantaranya yaitu WFH,
everything virtual, transport mode choice, sampai dengan controll access. Penggunaan
teknologi yang tadinya lebih banyak sebagai pendukung kerja sekunder atau malah rekreasi,
berubah menjadi fasilitas kerja utama. Hal ini juga berdampak pada sistem pendidikan
di Indonesia. Dalam sektor pendidikan misalnya, pengajar dan peserta didik akan terbiasa
melakukan interaksi pembelajaran jarak jauh.

Banyak aplikasi pembelajaran online yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan
akhir-akhir ini. Menurut pendapat Molinda (2005), yang dikutip oleh Arizona (2020 :
66), Pembelajaran online merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, CD-ROOM (secara
langsung dan tidak langsung). Pembelajaran online menghubungkan pembelajar (peserta
didik) dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik
terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau
berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchronous).

Salah satu aplikasi gratis dan familiar diterapkan adalah aplikasi Google Classroom.
Menurut Arizona (2020 : 66), Pembelajaran online yang diterapkan dengan menggunakan
media goggle calssroom memungkinkan pengajar dan peserta didik dapat melangsungkan
pembelajaran tanpa melalui tatap muka di kelas dengan pemberian materi pembelajaran
(berupa slide power point, e-book, video pembelajaran, tugas (mandiri atau kelompok),
sekaligus penilaian. Pengajar dan peserta didik dalam aplikasi ini dimungkinkan untuk
berinteraksi melalui forum diskusi (stream) terkait dengan permasalahan materi dan jalannya
pembelajaran secara interaktif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

E-Learning merupakan sebuah metode pembelajaran berbasis internet atau belajar


online yang harus dijalani semua siswa-siswi hingga mahasiswa-mahasiswa di Indonesia
bahkan seluruh wilayah didunia yang terpapar pandemic Covid-19 guna menyambung proses
belajar tatap muka yang terkendala karena social distancing atau tidak berkerumun untuk
membantu mencegah penyebaran Covid-19.Di Indonesia, sistem e-learning bukan lagi
sesuatu yang asing, hanya saja tidak semua sekolah pernah menerapkan sistem ini, terutama
sekolah-sekolah yang berada didaerah terpencil atau didesa-desa. Pada dasarnya, e-learning
memiliki dua tipe yaitu synchronous dan asynchronous. Synchronous berarti pada waktu yang
sama.

Proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik. Hal
ini memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik secara online.
Dalam pelaksanaan, synchronous training mengharuskan pendidik dan peserta didik
mengakses internet secara bersamaan. Pendidik memberikan materi pembelajaran dalam
bentuk makalah atau slide presentasi dan peserta didik dapat mendengarkan presentasi
secara langsung melalui internet. Peserta didik juga dapat mengajukan pertanyaan atau
komentar secara langsung ataupun melalui chat window. Synchronous training merupakan
gambaran dari kelas nyata, namun bersifat maya (virtual) dan semua peserta didik terhubung
melalui internet. Synchronous training sering juga disebut sebagai virtual classroom
(Hartanto, 2016).

Proses belajar berbasis e-learning siswa-siswi membutuhkan sarana dan prasarana yang
mendukung agar pembelajaran dapat berlangsung dan memiliki kualitas pembelajaran yang
lebih baik (Rustiani,dkk., 2019). Sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah
smartphone (handphone pintar), komputer/laptop, aplikasi, serta jaringan internet yang
digunakan sebagai media dalam berlangsungnya pembelajaran berbasis e-learning. Namun,
tidak semua keluarga/orang tua mampu memenuhi sarana dan prasana tersebut mengingat
status perekonomian yang tidak merata. Sehingga proses pemberlajaran berbasis e-learning
tidak tersampaikan dengan sempurna. Seperti yang dialami oleh sebagian orang tua murid di
SD Banyuajuh 6 Kamal, kurangnya fasilitas membuat anak mereka tidak bisa mengikuti
pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.

3
Pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online adalah suatu
keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaan sumber belajar
elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumber-sumber
belajar yang digunakan dalam ruang kelas. Artinya, e-learning bagaimanapun canggihnya
teknologi yang digunakan belum mampu menggantikan pelaksanaan pembelajaran tatap
muka karena metode interaksi tatap muka konvensional masih jauh lebihefektif dibandingkan
pembelajaran online atau elearning.Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas Internet,
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), serta pembiayaan sering
menjadi hambatan dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar online (Yaumi, 2018).

Keefektifan Pembelajaran Online Salma, dkk (2013 :105) menjelaskan persiapan


sebelum memberikan layanan belajar merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan belajar, terutama pada online learning di mana adanya jarak antara pebelajar dan
pemelajar. Pada pemberlajaran ini pemelajar harus mengetahui prinsipprinsip belajar dan
bagaimana pebelajar belajar. Rovai (Mahardika:2002) menyatakan bahwa alat
penyampaian bukanlah faktor penentu kualitas belajar, melainkan disain mata pelajarn
menentukan keefektifan belajar. Salah satu alasan memilih strategi pembelajaran adalah
untuk mengangkat pembelajaran bermakna.Sehingga efektif atau tidaknya pembelajaran
dapat diidentifikasi melalui perilaku-perilaku antara pemelajar dan pembelajar. Bagaimana
respon pebelajar terhadap apa yang disampaikan oleh pemelajar.

Keefektifan dalam KBBI adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, keberhasilan


tentang usaha atau tindakan, hal mulai berlakunya tentang undang-udang atau
peraturan.Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Coronavirus Disease (Covid19) yang berlaku untuk seluruh masyarakat yang
mengenyam pendidikan di Indonesia. Disamping keharusan belajar dalam jaringan yang
menjadi kendala lainnya adalahkurangnya fasilitas penunjang pembelajaran online seperti
yang dialami oleh beberapa murid di SD Banyuajuh 6 kamal memang dapat dikatakan sebagai
sebuah kendala dalam proses berlangsungnya pembelajaran, namun usaha tetap harus
dilakukan semaksimal mungkin, mengingat, sebagai orang tua wajib memberikan yang
terbaik untuk anakanaknya termasuk harta berupa pendidikan. Disisi lain, tingkat semangat
belajar murid juga memicu akan efektif atau tidaknya pembelajaran online ini mengingat
budaya belajar tatap muka yang masih melekat dalam diri sehingga, selama kegiatan belajar

4
online ini tidak jarang banyak murid yang merasa jenuh atau bosan, sehingga membuat hasil
belajar yang diharapkan tidaklah efektif.

5
BAB III

PENUTUP

Pembelajaran e-learning akan terus harus dilakukan mengingat belum tuntas nya
wabah Covid-19 di Indonesia dan membantu pencegahan penyebaran Covid-19 sehingga
sampai saat ini masih belum ditentukan kapan akan masuk sekolah kembali untuk
pembelajaran tatap muka. Kurang nya sarana dan prasarana yang dipengaruhi oleh faktor
ekonomi dan ketidaksiapan teknologi juga menjadi suatu hambatan dalam berlangsungnya
kegiatan belajar online.Sehingga hasil belajar yang diberikan oleh pemelajar tidak 100% lancar
atau efektif.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Adit, A. (2020). 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud, Gratis!.


https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/123204571/12-aplikasi-pembelajaran-
daring- (Online) Tersedia : kerjasama-kemendikbud-gratis?page=all (Diakses : 25
Juni 2020)

2. Arizona, Kurniawan. et.all. (2020). Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah Satu Solusi
Kegiatan Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19 . Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan. Volume 5 No 1 Mei 2020. (Online) Tersedia
:https://jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/download/111/99. DOI:
10.29303/jipp.v5i1.111 (Diakses : 7 November 2020)

3. Dewi, Wahyu Aji Fatma. (2020) Dampak Covid-19 terhadap Implementasi


Pembelajaran Daring diSekolah Dasar Edukatif. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1
April 2020. (Online) Tersedia :https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/89
(Diakses : 7 November 2020)

4. Faisal, Sanafiah, (2001). Format-format Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

5. Ginting, Henndy. (2020). Perubahan Perilaku sebagai Respon terhadap Wabah COVID-
19. Tulisan Edukasi HIMPSI di Masa Pandemi COVID-19 – Seri 14. (Online)
Tersedia : https://Covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/perubahan-perilaku-
sebagai-respon-terhadapwabah-Covid-19 (Diakses : 7 November 2020)

6. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Fuad, Zainul, dkk. 2019. Metode Penelitian Kelautan dan Perikanan.Malang : UB
Press. Hartanto, W. (2016). Penggunaan ELearning sebagai Media Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(1), 1–18. "Indonesia confirms first cases of
coronavirus". Bangkok Post (dalam bahasa Inggris). Reuters. 2 Maret 2020. Diakses
tanggal 7 November 2020.

7. Prawiradilaga, Salma, dkk. 2016. MOZAIK TEKNOLOGI PENDIDIKAN : ELEARNING.


Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP. Ratcliffe, Rebecca (2 Maret 2020). "First

7
coronavirus cases confirmed in Indonesia amid fearsnation is ill-prepared for an
outbreak". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November 2020.

8. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Rustiani, R.,
Djafar, S., Rusnim, R., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E. (2019, October).
Measuring Usable Knowledge: Teacher’s Analyses of Mathematics for Teaching
Quality and Student Learning. In International Conference on Natural and Social
Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp. 239-245). Bandung : Alfabeta. Utarini, Adi.
2020. Tak Kenal Maka Tak Sayang: Penelitian Kualitatif Dalam pelayanan
Kesehatan.Yigyakarta : Gadjah Mada University Press.

9. Yaumi, Muhammad. 2018. MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN. Jakarta :


PRENADAMEDIA GROUP. Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Jakarta: KENCANA.

Anda mungkin juga menyukai