Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING PADA


MASA PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas 2 pada mata kuliah Bahasa Indonesia
yang dibimbing oleh Ibu Septi Nurhayati

Dibuat Oleh:
ABDI FIRDAUS
049222602

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam karena
berkat izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia Adapun kajian yang di bahas dalam makalah ini yaitu “Implementasi
Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia”.
Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Pada makalah
ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin bahwa
penulisan makalah ini masih banyak memimiliki kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengucapkan mohon maaf.
Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Singkawang, 7 November 2022

Penyusun

ABDI FIRDAUS

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PEDAHULUAN .................................................................................. 4
1.1Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3Tujuan Pembuatan Makalah ................................................................ 5
BAB II ISI/PEMBAHASAN ......................................................................... 6
2.1Covid-19 di Indonesia .......................................................................... 6
2.2Pembelajaran Berbasis E-Learning ...................................................... 6
2.3Implementasi E-learning Pada Masa Pandemi Covid-19 .................... 7
2.4Kendala Implementasi Pembelajaran Berbasis E-Learning ................. 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12
3.1Kesimpulan ......................................................................................... 12
3.2Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Surat Edaran Nomor 2 dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI pasca pandemi Corona Virus Disease 19 (Covid-19). Surat
Edaran Nomor 3 Tahun 2020 (Kemendikbud, 2020c) dan 4 Tahun 2020
(Kemendikbud, 2020d). Pendidikan dan Kebudayaan memiliki dua kebijakan
yaitu terkait pencegahan virus Covid-19 di lembaga pendidikan dan penerapan
kebijakan pendidikan pada saat darurat saat virus menyebar. kebijakan
pembelajaran jarak jauh (online), atau pembelajaran online. Pembelajaran kini
dapat dilakukan secara online berkat kemajuan teknologi, informasi, dan
internet. Akibatnya, muncul banyak istilah, seperti “e-learning”, yang mengacu
pada pembelajaran yang menggunakan perangkat elektronik.
Dalam konteks pandemi Covid-19, pembelajaran berbasis e-learning
mengacu pada pembelajaran yang dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh
daripada pembelajaran tatap muka melalui perangkat elektronik seperti
komputer desktop, laptop, atau smartphone milik guru, siswa. , atau orang tua
(Nurkolis & Muhdi, 2020). Proses pembelajaran telah berubah sejak
diperkenalkannya e-learning. Misalnya, pembelajaran kini dapat berlangsung
tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah atau di mana pun. Buku, modul,
dikte, dan media cetak lainnya bukan satu-satunya jenis bacaan atau sumber
referensi. Buku dan artikel online dapat digunakan untuk memberikan bahan
ajar kepada sebanyak mungkin orang. Di Indonesia, e-learning telah digunakan
sejak lama, namun tidak semua siswa dapat mengaksesnya (Yuniarti & Hartati,
2020).
Sayangnya, guru Indonesia belum memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dan internet secara luas di kelas. Hal ini terlihat dari hanya
9% guru di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menggunakan
fasilitas e-learning melalui rumah. saluran pembelajaran, sedangkan 22% guru
di Kementerian Agama melakukannya (Kemenag, 2020b), dan bahwa 1% siswa
di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama
melakukannya. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan bagaimana implementasi
pembelajaran berbasis e-learning diterapkan di Indonesia pada masa pandemi

4
Covid-19. Akibatnya, pandemi COVID-19 telah mendorong sekolah-sekolah di
seluruh Indonesia untuk menerapkan pembelajaran berbasis e-learning, yang
akan kami bahas secara detail dalam makalah ini. .
1.2Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang di atas, maka penyusun makalah mengambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1.Apa itu Covid-19 yang terjadi di Indonesia?
2.Apa itu proses pembelajaran berbasis e-learning?
3.Bagaimana implementasi e-learning pada masa pandemic Covid-19 di
Indonesia?
4.Apasaja kendala-kendala yang ditemukan dalam implementasi e-learning
pada masa pandemic Covid-19 di Indonesia?
1.3Tujuan Pembuatan Makalah
Dengan adanya rumusan masalah diatas, maka tujuan dibuatnya makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui apa itu Covid-19 yang terjadi di Indonesia?
2.Untuk mengetahui apa itu proses pembelajaran berbasis e-learning?
3.Untuk mengetahui bagaimana implementasi e-learning pada masa
pandemic Covid-19 di Indonesia?
4.Untuk mengetahui apasaja kendala-kendala yang ditemukan dalam
implementasi e-learning pada masa pandemic Covid-19 di Indonesia?

5
BAB II
ISI/PEMBAHASAN
2.1Covid-19 di Indonesia
Istilah "Virus Corona 2019" mengacu pada penyakit yang telah menyebar ke
seluruh dunia sejak akhir tahun 2019.Covid-19, yang merupakan singkatan
dari Corona Virus Disease 2019, adalah nama yang lebih umum untuk penyakit
virus ini. Ini adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus Corona,
yang pertama kali muncul di daerah Wuhan, China, pada akhir tahun 2019, dan
ditandai dengan demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Gejala awal Covid-19
dapat berlangsung antara satu hingga empat belas hari dan Penularan antara
hewan dan manusia. Potensi kematian pasien akibat penyakit ini semakin
berbahaya. Selain itu, risiko kematian tidak dapat disangkal karena cara
penularannya yang cepat dan sederhana.
Per 18 Januari 2021, data terbaru menunjukkan bahwa 93.194.922 orang di
seluruh dunia telah dinyatakan positif virus Covid-19. Ada 896.642 kasus
positif virus Covid-19 yang dikonfirmasi di Indonesia saja. Indonesia memiliki
Covid-19 tertinggi angka kematian di Asia Tenggara, sebesar 8,9% (WHO,
2020). Menurut Gugus Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
anak-anak merupakan 11,3% dari total kasus Covid-19 di Indonesia.
Pembelajaran jarak jauh digunakan untuk mencegah penyebaran Covivirus-19
ke seluruh kampus dan sekolah. Pembelajaran jarak jauh diperkirakan
mengurangi potensi penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah dan kampus
karena mendorong jarak sosial dan meminimalkan keramaian. (Firman &
Rahayu, 2020). Dimana disebut sebagai e-learning atau pembelajaran online
(Sara et al., 2020)
2.2Pembelajaran Berbasis E-Learning
Pembelajaran yang dilakukan dengan alat bantu dikenal sebagai e-learning,
yang merupakan sistem pembelajaran online. Menurut (Sarıtaş et al., 2015)
perangkat pembelajaran jarak jauh sinkron yang inovatif memberikan
pembelajaran alternatif, adaptif, dan kaya peluang yang sangat memenuhi
persyaratan dan kebutuhan siswa di abad 21. E-learning juga termasuk
pembelajaran dengan bantuan perangkat elektronik (Susanti, 2021) dimana

6
memungkinkan untuk belajar tanpa harus bertemu langsung di ruang kelas.
Menurut (Maudiarti, 2018), e-learning adalah strategi baru untuk
mendistribusikan desain pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
interaktif, dan pembelajaran yang baik kepada semua orang kapan saja dengan
memanfaatkan fitur dan sumber daya dari berbagai teknologi digital selama
materi pembelajaran sesuai untuk lingkungan yang terbuka, fleksibel, dan
belajar.
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam penerapan e-
learning, yaitu diantaranya:
1)Menyiapkan konten yang sesuai dengan capaian pembelajaran
2)Menggunakan metode pembelajaran, dengan menyediakan contoh dan
praktik untuk memudahkan dalam belajar
3)Menggunakan teks dan gambar dengan tampilan yang menarik serta
mudah dibaca
4)Pembelajaran dapat dilakukan secara langsung dengan instruktur
ataupun belajar secara individu
5)Menyiapkan sumber belajar lain yang berhubungan dengan konten
6)Membangun wawasan bersama tentang penggunaannya, sehingga nanti
bisa tercapai tujuan pembelajaran (surjono 2010).
2.3Implementasi E-learning Pada Masa Pandemi Covid-19
Sistem e-learning dapat diimplementasikan secara synchronous (pada
waktu yang sama), asynchronous (pada waktu yang berbeda), atau kombinasi
keduanya. Di internet, sering ada formulir asinkron yang langsung dan
terintegrasi melalui portal khusus. Kelas asinkron memungkinkan siswa dan
guru untuk berpartisipasi dalam proses belajar dan mengajar dari lokasi mana
pun kapan pun karena mereka berada di kelas virtual yang sama pada waktu
dan lokasi yang berbeda.
Perencanaan, pengukuran kebutuhan siswa, sistem pendukung, kompetensi
guru, desain materi, platform yang tepat, dan evaluasi hasil belajar siswa
adalah semua pertimbangan penting ketika menerapkan e-learning (Lynch,
2002). Menurut ahli lain, e-learning memperhitungkan siswa, guru, materi
pembelajaran, teknologi atau platform yang digunakan, dan lingkungan belajar

7
(Inoue, 2007). Platform dalam sistem e-lerning yaitu learning management
system (LMS) merupakan pembentuk lingkungan belajar virtual (Coates,
2006). Menurut (Palloff & Pratt, 2013) e-learning akan berhasil jika
mempertimbangkan akses dan teknologi, pedoman dan prosedur, partisipasi
siswa yang maksimal, pembelajaran kolaboratif yang dilaksanakan oleh guru,
dan interaksi. Oleh karena itu, aspek siswa, guru, fasilitas pendukung, materi,
evaluasi, interaksi, platform teknologi yang digunakan, dan sistem manajemen
pembelajaran harus dipertimbangkan dalam kebijakan dan dampak
implementasi e-learning.
Guru yang berkualitas merupakan komponen penting dalam pendidikan,
khususnya dalam pengembangan e-learning. Menurut (Darmadi, 2015), guru
yang profesional harus memiliki keterampilan TIK yang kuat dan mampu
memasukkannya ke dalam proses belajar mengajar. guru untuk dapat membuat
kelas virtual interaktif sehingga guru dan siswa tetap dapat saling berbicara
secara online (Wahyono et al., 2020). Kemudian, beberapa guru memutuskan
untuk menggunakan aplikasi media sosial untuk mengajar siswa tentang mata
pelajaran yang mereka ajarkan. Beberapa bahkan memberikan tugas kepada
siswa tanpa memberikan semua informasi yang diperlukan. Di sisi lain, siswa
menyatakan ketidakpuasan tentang ketidakmampuan mereka untuk memahami
materi melalui aplikasi. Mereka mengaku kesulitan untuk mengecek materi
dan tugas yang diberikan karena media yang digunakan beragam. Kekurangan
pengetahuan siswa diperparah dengan tidak adanya umpan balik langsung
yang berdampak pada hasil belajar.
Berdasarkan media yang digunakan guru untuk mengimplementasikan e-
learning, sebagian besar (63%) menggunakan media audio visual untuk
mengirim dan menerima pesan dari siswa. 29% guru menggunakan media
visual, 5% teks, dan 3% audio. Berdasarkan temuan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, guru juga paling banyak menggunakan WhatsApp, yakni
42% di antaranya. Platform kelas virtual digunakan oleh 16% guru. Telepon
atau SMS digunakan oleh 17% guru. Video conferencing digunakan oleh 11%
guru.di rumah-rumah (Kemendikbud, 2020a:13). Namun, jika siswa tidak
mendapat bimbingan dan pengawasan dari orang tuanya di rumah atau tidak

8
mendapat penjelasan dari guru, pembelajaran e-learning tidak akan efektif.
Menurut analisis Susilowati, E., dan Azzasyofia (2020), 68 juta orang
Indonesia siswa menggunakan kebijakan belajar di rumah, menurut data
UNESCO. Kebiasaan baru ini memberi tekanan pada Anda dan mengharuskan
Anda untuk terbiasa dengan pola kebiasaan baru.(Sati et al., 2022).
Lembaga pendidikan maupun industri telah mengimplementasikan e-
Learning dengan menggunakan bermacam-macam perangkat lunak LMS baik
komersial maupun non komersial/open source. Menurut Suartama, (2014),
LMS komersial yang paling popular yaitu Blackboard, WBT Systems TopClass
dan WebCT sedangkan LMS non komersial yang paling terkenal yaitu
MOODLE (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) Lebih
lanjut (Putri et al., 2014) mengungkapkan bahwa aktivitas pembelajaran yang
didukung oleh aplikasi MOODLE antara lain (1) Assignment (penugasan); (2)
Chat (dialog teks); (3) Forum (diskusi); (4) Kuis (Ujian/Test) (5) Journal (6)
Resource (Bahan kursus) dan (7) Survey (jajak pendapat). Sampai tahun 2018,
terdapat lebih dari 150.0000 ribu situs eLearning yang tersebar di 160 negara
yang dikembangkan melalui MOODLE (Elyas, 2018).
2.4Kendala Implementasi Pembelajaran Berbasis E-Learning
Dalam hal ini, terdapat beberapa kendala-kendala yang ditemukan
dilapangan pada saat proses implementasi pembelajaran berbasis e-learning
yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Kendala-kendala tersebut adalah
sebagai berikut:
1)Kendala Pegadogi
Studi Muhdi (2021) menemukan bahwa guru PAUD masih menghadapi
tantangan pedagogis karena kendala implementasi di sekolah. Penyebabnya
adalah guru tidak pernah menerima pendampingan langsung dalam
pelaksanaan e-learning, tidak pernah memiliki pengalaman menerapkan e-
learning, atau belum pernah mendapatkan pelatihan e-learning. Sebagian besar
pendidik menggunakan e-learning sendiri-sendiri. Pelaksanaan Pegadogi
terkendala oleh kurangnya profesionalisme guru, kurangnya waktu, dan materi
pelajaran yang tidak dapat digunakan dalam e-learning aplikasi (Asiah, 2016).

9
Selain itu, banyak guru mengakui bahwa mereka tidak dapat
mendukung pembelajaran dengan smartphone dan perangkat elektronik
lainnya. Kemampuan orang tua untuk menggunakan perangkat
elektronik dan gadget mereka untuk mendukung pembelajaran anak-anak
mereka di rumah menjadi salah satu kendala pedagogis. maraknya
penggunaan smartphone untuk media sosial. Sementara itu, pihak terkait
seperti Disdikbud dan Kementerian Agama tidak memberikan saran
kepada orang tua tentang bagaimana cara mengantar anaknya ke sekolah
selama masa Covid-19. berbicara tentang bagaimana stres mereka
mengajari dan membimbing anak-anak mereka untuk belajar di rumah.
2)Kendala Teknologi
Prasarana dan fasilitas e-learning terkait dengan kendala teknologi
yang dihadapi pendidik, siswa, atau orang tua siswa. Ketersediaan
jaringan telepon seluler dan infrastruktur internet terkait dengan kendala
infrastruktur. Sementara itu, beberapa orang tua siswa dihadapkan pada
pembatasan Dikenakan oleh fasilitas terkait kepemilikan smartphone.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengakui kendala
teknologi ini, melaporkan bahwa Indonesia memiliki 219.876 unit
pendidikan, termasuk sekolah dan madrasah.
Ada 179.097 unit listrik dan internet tersedia (82 persen), 33.227
unit tetapi tidak ada internet (15 persen), dan 7.552 unit (3%). Menurut
Kemendikbud, 2020a, total 40.779 lembaga, atau 18 persen, tidak
memiliki akses listrik atau internet. Meski guru dan siswa tidak hadir di
sekolah selama masa Covid-19, hal ini menjadi gambaran aksesibilitas
internet ke sekolah. Meski sebagian besar sekolah lebih murah daripada
rumah warga, lebih dari 20% siswa tidak memiliki akses ke internet.
3)Kendala Ekonomi
Keterbatasan kemampuan keuangan orang tua dan masyarakat secara
keseluruhan akibat diberhentikan sementara, banyak orang dalam situasi
pandemi ini kehilangan pekerjaan dan pendapatan.mereka tidak dapat
membeli kuota dan paket data, berlangganan wifi, atau membeli
elektronik perangkat karena sumber daya keuangan mereka yang terbatas.

10
E-learning juga terkendala kemampuan ekonomi guru, menurut
kemendikbud. Menurut kemendikbud (2020a:17-18), jaringan internet
yang tidak memadai dan tidak adanya kuota berdampak pada 20% guru.
Pendidikan dan kebudayaan segera mengeluarkan juknis bos reguler
2020 revisi sebagai respon atas kondisi tersebut (kemendikbud, 2020b).
Listrik dan layanan berlangganan dapat digunakan untuk pembelian
paket data, pulsa, atau layanan pendidikan online berbayar untuk
pendidik dan siswa, menurut dokumen.
4)Kendala Pembagian Waktu
Pembagian waktu dengan pelajar, Ketika melakukan pembelajaran e-
Learning pada saat wabah covid, para guru lebih banyak menghabiskan
waktu guna melayani peserta didik selama pembelajarn berlangsung, guru
tidak ada habisnya guna memberikan pelayanan maupun bimbingan
hanya karena pendidik ingin memberikan pelayanan baik dan maksimal
kepada peserta didik. Ini menjadikan problematika bagi guru sesuai data
ditemukan bahwa guru sulit guna membagi waktu dengan peserta didik
dan juga kesibukan dirumah, karena ketika pembelajaran langsung guru
hanya melayani pelajar sampai waktu pulang sekolah, lain hal dengan
pembelajaran e-Learning pada masa wabah covid dengan itu guru merasa
kewalahan (Wahyuni et al., 2020).

11
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Menurut Rahman (2018): 169-170, e-learning didefinisikan sebagai
pembelajaran melalui penggunaan perangkat elektronik, khususnya komputer.
Di masa pandemi COVID-19, penerapan e-learning sebagai sarana pengelolaan
pembelajaran sangat sesuai. .Sistem e-learning dapat diimplementasikan secara
synchronous (pada waktu yang sama), asynchronously (pada waktu yang
berbeda), atau kombinasi dari keduanya. Di internet, seringkali terdapat bentuk-
bentuk asynchronous yang bersifat langsung dan terintegrasi melalui portal
khusus.
Diharapkan para guru dapat membuat kelas virtual interaktif sehingga
guru dan siswa tetap dapat saling berkomunikasi secara online. Namun pada
kenyataannya di masa pandemi ini sebagian besar pendidik menyayangkan
sulitnya pembelajaran online. pembelajaran berbasis e-learning oleh guru untuk
siswanya, ada sejumlah kendala dalam hal ini. Kendala pendidikan, kendala
keuangan, kendala teknologi, dan kendala waktu berbagi adalah empat kategori
kendala.
3.2Saran
Sehingga kita dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas mengajar
kita. Guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa
lebih semangat belajar, seperti halnya dalam memanfaatkan media atau platform
dalam pembelajaran berbasis e-learning. Diharapkan siswa dapat memanfaatkan
media pembelajaran berbasis e-learning sebagai sarana memotivasi diri untuk
belajar, tidak digunakan untuk permainan atau kegiatan lain yang tidak
berkaitan dengan pembelajaran.

12
DAFTAR RUJUKAN
Asiah, N. (2016). Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui E-Learning
di SMA Budaya Bandar Lampung. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian
Pendidikan Agama Islam, 6(1), 77–101.
Coates, H. (2006). Student engagement in campus-based and online education:
University connections. Routledge.
Darmadi, H. (2015). Tugas, peran, kompetensi, dan tanggung jawab menjadi guru
profesional. Edukasi: Jurnal Pendidikan, 13(2), 161–174.
Elyas, A. H. (2018). Penggunaan model pembelajaran e-learning dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran. Warta Dharmawangsa, 56.
Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran online di tengah pandemi covid-19.
Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81–89.
Inoue, Y. (2007). Online education for lifelong learning. Igi Global.
Lynch, M. M. (2002). The online educator: A guide to creating the virtual classroom.
Routledge.
Maudiarti, S. (2018). Penerapan e-learning di perguruan tinggi. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 32(1), 51–66.
Nurkolis, N., & Muhdi, M. (2020). Keefektivan Kebijakan E-Learning berbasis Sosial
Media pada PAUD di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 212. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.535
Palloff, R. M., & Pratt, K. (2013). Lessons from the virtual classroom: The realities of
online teaching. John Wiley & Sons.
Putri, N. W. M. A., Jampel, I. N., & Suartama, I. K. (2014). Pengembangan E-
Learning Berbasis Schoology pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII di SMP Negeri
1 Seririt. Jurnal EDUTECH Undiksha, 2(1).
Sara, K., Witi, F. L., & Mude, A. (2020). Implementasi E-Learning Berbasis Moodle di
Masa Pandemi Covid 19. Journal Of Administration and Educational
Management (ALIGNMENT), 3(2), 181–189.
https://doi.org/10.31539/alignment.v3i2.1813
Sarıtaş, M. T., Yıldız, E., & ŞENEL, H. C. (2015). Examining the attitudes and
intention to use synchronous distance learning technology among pre-service
teachers: A qualitative perspective of technology acceptance model. American
Journal of Educational Research, 3(10A), 17–25.
Sati, S., Setiana, D., & Amelia, A. N. (2022). Implementasi Pembelajaran E-Learning
Terhadap Minat Belajar Peserta Didik di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Basicedu, 6(1), 51–57.
Surjono, H. D. (2010). Membangun course e-learning berbasis moodle. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Susanti, A. I. (2021). Media Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Penerbit NEM.
Wahyono, P., Husamah, H., & Budi, A. S. (2020). Guru profesional di masa pandemi
COVID-19: Review implementasi, tantangan, dan solusi pembelajaran daring.
Jurnal Pendidikan Profesi Guru, 1(1), 51–65.
Wahyuni, A. D., Hazana, U., & Fajri, N. (2020). Implementasi E-Learning Sejarah
Kebudayaan Islam Pada Masa Pandemi COVID-19 Di MTsN 4 Gunungkidul.
5(2), 131–140.
Yuniarti, R., & Hartati, W. (2020). PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PENERAPAN
E-LEARNING PADA MASA DARURAT COVID-19. 6(2), 158–167.
13

Anda mungkin juga menyukai