Anda di halaman 1dari 10

“E-learning pada Masa Pandemi Covid-19”

Meivy Ashlama Maulida


043619244
Sastra Inggris UPBJJ – Jakarta

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini berisi
tentang uraian dan pembahasan “E-learning pada masa pandemi Covid-19”.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

26 November 2021

Meivy Ashlama Maulida

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 6
A. Kesimpulan ................................................................................................ 6
B. Saran .......................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Covid-19, krisis kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia,
diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Januari 2020 sebagai
wabah penyakit virus corona baru dan dilaporkan sebagai pandemi pada Maret 2020,
(WHO, 2019). Pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa sekolah dan perguruan
tinggi di berbagai negara diharuskan ditutup sementara. Pendidikan tatap muka telah
berakhir di berbagai sekolah, universitas, dan perguruan tinggi. Ini akan berdampak
negatif pada kegiatan pendidikan, karena jarak sosial sangat penting pada tahap ini.
(Lestari, 2020)
Kemudian, intensi pendidikan berusaha mencari alternatif cara untuk mengatasi
keadaan sulit ini. (Dhawan, 2020). Ditutupnya kegiatan tatap muka dalam belajar ini
mendorong tumbuhnya kegiatan pendidikan online untuk menjaga kegiatan
pembelajaran tetap berjalan dan tidak ada gangguan pendidikan. Banyak fakultas telah
terlibat dalam cara terbaik untuk menawarkan materi kursus online, melibatkan
mahasiswa, dan melakukan evaluasi. (Mukhtar et al, 2020). Masalah ini akan membuat
teknologi baru diterima oleh organisasi yang sebelumnya resisten untuk beradaptasi.
Ini adalah waktu yang sulit bagi sektor pendidikan untuk menghadapi situasi saat ini.
(Kaur, 2020).
E-Learning digambarkan sebagai pengalaman belajar menggunakan berbagai
perangkat elektronik (misalnya komputer, laptop, smartphone, dll) dengan ketersediaan
internet dalam kondisi lingkungan sinkron atau asinkron. E-leraning bisa menjadi
platform yang membuat proses pendidikan lebih berpusat pada siswa, kreatif dan
fleksibel. (Singh, 2019 ; Rusman, 2011 ; Rumania, 2003). E-learning dipandang oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan WHO sebagai alat yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan, terutama di negara-negara berkembang. (Colace,
2006)
Pendidikan di berbagai negara, termasuk Indonesia telah menerapkan berbagai
strategi kreatif untuk memerangi krisis, menggunakan berbagai perangkat
lunak/aplikasi seperti Google Classroom, Zoom dan Microsoft Teams untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran online. Agar tidak hanya menyelesaikan kursus tetapi juga untuk
tetap berhubungan dengan para pembelajar, kelas virtual E-learning ini digagas untuk
menumbuhkan kepastian dan kepercayaan diri para pelajar di tempat mereka belajar
selama pandemi COVID-19. (Kaur, 2020)

Diharapkan dengan penerapan E-learning, peran pengajar akan berubah dari


model tradisional teacher-centric menjadi student-centric yang sesuai dengan
kurikulum baru yang diterapkan di dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam makalah

1
ini akan dibahas lebih dalam terkait perkembangan E-learning pada masa pandemi
covid-19 di Indonesia disertai hambatan-hambatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan E-learning pada masa pandemi covid-19?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang di hadapi dalan penerapan E-learning pada
masa pandemi covid-19 di Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan disusunnya makalah ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui perkembangan E-learning pada masa pandemi covid-19 di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapan E-
learning pada masa pandemic covid-19 di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Corona Virus Disease atau yang lebih dikenal dengan Covid-19 merupakan jenis virus
corona baru yang menyerang sistem pernafasan manusia (Pratiwi, 2020; Wijayanengtias &
Claretta, 2020). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan, ibu
kota Provinsi Hubei China, dan sejak itu menyebar secara global ke seluruh dunia tanpa
kecuali. Kondisi ini mempengaruhi setiap sektor kehidupan manusia dengan sangat cepat.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada
sistem pendidikan di seluruh dunia.

Selain dampak ekonomi yang terukur dalam jangka pendek dan jangka panjang, terjadi
keruntuhan yang tidak berwujud pada lembaga pendidikan (Basilaia & Kvavadze, 2020).
Secara khusus, pendidik, sumber daya intelektual paling kritis dari organisasi pendidikan mana
pun, harus menghadapi berbagai jenis kesulitan, termasuk keuangan, fisik dan mental, karena
Covid-19. Pandemi Covd-19 mengharuskan hampir seluruh aktivitas manusia beralih ke media
digital, termasuk layanan pendidikan. Kini, layanan pendidikan harus beradaptasi dengan
metode pembelajaran online. Perubahan ini menjadi tantangan bagi pendidikan Indonesia, yang
juga harus mempersiapkan peserta didik untuk beradaptasi menghadapi tantangan era Society
5.0.

E-learning tidak dianggap segabai fenomena baru, ada tren global yang meningkatkan
dalam penggunaan pembelajaran elektronik atau E-learning dalam dekade terakhir dalam
beberapa lembaga pendidikan di negara berkembang telah mengadopsi tren ini baru-baru ini.
(Hannafin, 2003; Horner, 2018; Bates, 2003; Munir, 2009). Namun, teknologi ini belum
tersebar merata di semua bangsa dan budaya. (Prasojo, 2011). Lebih dari sembilan bulan telah
berlalu sejak WHO mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi, dengan pergeseran mendadak
ke pengajaran online dan pembelajaran elektronik. Selanjutnya, ketidakpastian masa depan
tentang Kembali ke kehidupan normal dan menghentikan pandemi mengakibatkan
ketergantungan pada E-learning terutama di pendidikan tinggi.

Seperti negara-negara lain, Indonesia juga menghadapi tantangan yang signifikan


dalam pendidikan tinggi dan mengubah sistem pendidikan tatap muka ke pembelajaran virtual.
Tahun 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan sebuah
kebijakan melalui Surat Edaran Nomor 3 tahun 2020 (Kemendikbud, 2020) terkait dengan
resiko penyebaran Covid-19 dan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 (Kemendikbud, 2020)
terkait dengan kebijakan pada masa darurat Covid-19. Kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kemendikbud tersebut dilakukan guna mencegah siklus penularan Covid19. Kedua kebijakan
Kemendikbud tersebut terkait dengan pencegahan Covid-19 oleh satuan pendidikan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan serta pembelajaran keluarga selama masa darurat Covid-19.
Kebijakan pembelajaran di rumah disebut kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau
biasanya pembelajaran online (online).

3
Potret tiga bulan pertama pembelajaran berbasis online menangkap variasi praktik
pembelajaran siswa Indonesia. Akses yang tidak merata terhadap sarana dan prasarana
perbedaan kemampuan mengajar jarak jauh, jenis dan lokasi sekolah, serta lingkungan siswa
di rumah berkontribusi terhadap variasi tersebut. (Alifia, 2020). Pembelajaran jarak jauh sangat
bergantung pada jangkauan jaringan, namun data menunjukkan bahwa jangkauan sangat
bervariasi antar wilayah. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018 lebih banyak desa di
Jawa yang mendapat sinyal kuat dibandingkan wilayah lain di Indonesia, disusul masing-
masing di Sumatera, Sulawesi, Bali dan Kalimantan. Hanya 25 persen Maluku dan Papua yang
mendapat sinyal kuat. (Alifia, 2020)

Dibawah pembatasan jarak sosial COVID-19 yang memaksa orang untuk tinggal di
rumah, orang tua memainkan peran penting dalam mendukung pembelajaran anak-anak
mereka. Tetapi tidak semua orang tua memiliki kapasitas untuk memberikan dukungan ini.
Mereka yang berasal dari keluarga miskin mengalami kesulitan dalam mendukung pembelajarn
berbasis rumah anak-anaknya karena keterbatasan fasilitas seperti tidak memiliki smartphone
atau data internet. (Alifia, 2020). Situasinya rumit jika keluarga hanya memiliki satu
smartphone tetapi lebih dari satu anak belajar dari jarak jauh. Sedangkan siswa dengan kinerja
di atas rata-rata di kelas cenderung memiliki lingkungan rumah yang mendukung. Mereka
tinggal di daerah perkotaan, dengan akses yang lebih baik ke fasilitas selama pembelajaran
jarak jauh. Orang tua mereka yang terdidik secara aktif berpartisipasi dalam membimbing
mereka belajar dari rumah serta berkomunikasi dengan guru mereka secara teratur. (Alifia,
2020)

Anak-anak dengan orang tua berpendidikan rendah dan yang tinggal di daerah
pedesaan, cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain daripada belajar. Orang tua
mereka biasanya tidak mengetahui Pendidikan anak-anak mereka dan mereka cenderung
kurang berpartisipasi dalam pembelajaran anak-anak karena mereka tidak tahu bagaimana
mengisi peran itu. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa anak-anak dari latar belakang sosial
ekonomi yang lebih rendah menderita kerugian yang lebih besar secara proporsional karena
penutupan sekolah COVID-19. Pendidikan dan pembelajaran yang mereka lewatkan memiliki
dampak negatif yang dramatis dalam jangka Panjang. (Alifia, 2020)

Kebijakan pemerintah ‘satu ukuran untuk semua’ gagal mengatasi masalah karena
situasinya bervariasi untuk guru, siswa dan orang tua. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) perlu mempertimbangkan intervensi khusus yang lebih baik untuk guru dan
siswa di daerah dengan infrastruktur terbatas. Ini harus melibatkan penjadwalan kunjungan
guru tambahan atau mendirikan lebih banyak sekolah terbuka. Sekolah juga dapat menilai
kebutuhan siswa dan orang tua untuk dukungan belajar seperti pedoman yang lebih rinci untuk
orang tua, dukungan pulsa telepon dan pelatihan bagi guru untuk beradaptasi dengan
lingkungan belajar yang baru. (Alifia, 2020).

Untuk menghindari kesenjangan lebih lanjut dalam pendidikan, guru perlu mengetahui
tingkat kemampuan siswa mereka selama periode pembelajaran berbasis rumah sampai sekolah
dibuka kembali sepenuhnya. Sekolah, dengan bantuan dinas Pendidikan kabupaten, dapat

4
melakukan penilaian berkala untuk mengidentifikasi tingkat belajar siswa. Guru perlu
menerapkan pendekatan pengajaran yang berbeda berdasarkan kebutuhan siswa mereka.
Kemendikbud dapat mengembangkan pedoman praktis untuk pendekatan ini bagi guru,
bersama dengan memberikan dukungan atau platform bagi guru untuk meningkatkan
kemampuan mereka dalam menerapkannya. Pemerintah juga harus mengembangkan sistem
untuk memantau guru dan siswa selama periode pembelajaran jarak jauh. Dalam jangka
panjang, pemerintah harus mendorong pemerataan pembangunan infrastruktur. Pemerintah
juga harus berinvestasi dalam reformasi pendidikan guru seperti mengembangkan kurikulum
khusus untuk pembelajaran jarak jauh dan pendidikan darurat serta penguasaan teknologi
pengajaran.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
E-learning kurang dimanfaatkan di masa lalu, terutama di negara-negara
berkembang. Namun, krisis pandemic COVID-19 saat ini memaksa seluruh dunia
untuk mengandalkan kegiatan pembelajaran online untuk menunjang kegiatan
Pendidikan. Dalam keberjalanannya selama masa pandemi, E-learning di Indonesia
masih menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Adapun tantangan dan hambatan
tersebut terlihat dari banyak faktor, seperti keterbatasan jaringan di wilayah terpencil,
tidak tersedianya sarana belajar online yang memadai, latar belakang sosial ekonomi
siswa yang rendah serta tingkat kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran
online yang rendah.

B. Saran
Dalam jangka panjang, pemerintah Indonesia harus mendorong pemerataan
pembangunan infrastruktur. Pemerintah juga harus berinvestasi dalam reformasi
pendidikan guru seperti mengembangkan kurikulum khusus untuk pembelajaran jarak
jauh dan pendidikan darurat serta penguasaan teknologi pengajaran. Selain itu, untuk
menghindari kesenjangan lebih lanjut dalam pendidikan, guru perlu mengetahui tingkat
kemampuan siswa mereka selama periode pembelajaran berbasis rumah untuk
mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif.

6
DAFTAR PUSTAKA

Alifia, Ulfah. 2020. COVID-19 is widening Indonesia’s education gap. Economics, politics
and Public Policy in East Asia and the Pacific.
Basilaia, G., & Kvavadze, D. (2020). Transition to online Education in Schools during a SARS-
CoV-2 Coronavirus (COVID-19) Pandemic in Georgia. Pedagogical Research, 5(4).
https://doi.org/10.29333/pr/7937
Bates, A. W., & Poole, G. (2003). Effective teaching with technology in higher education. San
Fransisco: Jossey Bass.
Colace F, De Santo M, Pietrosanto A. evaluation Models for E-learning Platform: An AHP
Approach. Frontiers in Education Conference, 36th Annual. San Diego, CA: Institute of
Electrical and Electronics Engineers; 2006:1-6.
Dhawan S. online learning: A panacea in the time of COVID-19 crisis. J Educ Technol Syst.
2020;49(1):5-22.
Hannafin M, Oliver K, Hill J. R, Glazer E, Sharma P. cognitive and learning factors in web-
based distance learning environments. In M. G. Moore & W. G. Anderson (Eds.),
Handbook of distance education (pp. 245-260). Mahwah, NJ: Erlbaum. 2003.
Kaur N, Dwivedi D, Arora J, Gandhi A. Study of the effectiveness of E-learning to
conventional teaching in medical undergraduates amid COVID-19 pandemic. Natl J
Physiol Pharm Pharmacol. 2020;10(7):1.
Kemendikbud, C. (2020). Edaran Tentang Pencegahan Wabah COVID-19 Di Lingkungan
Satuan Pendidikan Seluruh Indonesia. In Infect Dis Clin North Am (Vol. 33, Pp. 1-5).
Lestari, Fatma. 2020. Pengalaman Indonesia Dalam Menangani Wabah COVID-19.
Jakarta : Badan Nasional Penanggulangan Bencana., 2020.

Anda mungkin juga menyukai