Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

E-LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :
CHRIS FALDO DWICHANDA DAELI
NIM : 043868778

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


UNIVERSITAS TERBUKA
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan  makalah kebidanan “E-Learning pada masa pandemic
Covid-19” dengan baik. Makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan
partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun makalah yang
telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
baik di Universitas Terbuka maupun lingkungan masyarakat.
.

Nias Barat , 20 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................iv
BAB I

PENDAHULUAN

Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan tantangan tersendiri
bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi penularan virus tersebut pemerintah
mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical distancing, hingga pembatasan sosial
berskala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk tetap diam di rumah, belajar,
bekerja, dan beribadah di rumah. Akibat dari kebijakan tersebut membuat sektor pendidikan seperti
sekolah maupun perguruan tinggi menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka. Sebagai
gantinya, proses pembelajaran dilaksanakan secara daring yang bisa dilaksanakan dari rumah masing-
masing siswa.

Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan
pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19) menganjurkan untuk
melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring. Kesiapan dari pihak penyedia
layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari pelaksanaan pembelajaran daring. Pelaksanaan
pembelajaran daring ini memerlukan perangkat pendukung seperti komputer atau laptop, gawai, dan
alat bantu lain sebagai perantara yang tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet. Data
Statistika 2019 menunjukkan pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta, tumbuh
13,3% dari 2017 yang sebanyak 84 pengguna. 2Pada tahun selanjutnya pengguna internet di Indonesia
akan semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,2% pada periode 2018-2023.

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency
of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan menyebar ke luar
wilayah Wuhan dan negara lain. Jumlah kasus terinfeksi terus meningkat cukup signifikan pada waktu
yang relatif cepat. Dalam kurun waktu 6 bulan, sudah 216 negara di dunia terjangkit virus ini.
Menurut WHO, jumlah kasus terkonfirmasi positif pada tanggal 25 Juni telah mencapai 9.296.202,
dengan angka kematian mencapai 479.433 orang (https://Covid19.who.int/).

Dampak dari adanya COVID-19 menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi merosot,


menjatuhkan nilai tukar rupiah, harga barang naik, terutama alat-alat kesehatan. Penanggulangan
ekstrem seperti Lockdown suatu daerah bahkan suatu negara pun dilakukan sebagai upaya untuk
meminimalisir penyebaran penyakit tersebut (Zahrotunni’mah, 2020 : 248). Menurut Hongyue dan
Rajib (dalam Ginting : 2020), dampak pandemik terhadap perekonomian, sosial, keamanan, serta
politik akan mempengaruhi kondisi psikologis dan perubahan perilaku yang sifatnya lebih luas dalam
jangka waktu yang lebih panjang. Perubahan perilaku tersebut mencakup perilaku hidup sehat,
perilaku menggunakan teknologi, perilaku dalam pendidikan, perilaku menggunakan media sosial,
perilaku konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku sosial keagamaan. Menurut Roycnhansyah (2020),
perilaku masyarakat pada masa pandemi mengalami perubahan diantaranya yaitu WFH, everything
virtual, transport mode choice, sampai dengan controll access. Penggunaan teknologi yang tadinya
lebih banyak sebagai pendukung kerja sekunder atau malah rekreasi, berubah menjadi fasilitas kerja
utama. Hal ini juga berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia. Dalam sektor pendidikan
misalnya, pengajar dan peserta didik akan terbiasa melakukan interaksi pembelajaran jarak jauh.

Banyak aplikasi pembelajaran online yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan akhir-
akhir ini. Menurut pendapat Molinda (2005), yang dikutip oleh Arizona (2020 : 66), Pembelajaran
online merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, CD-ROOM (secara langsung dan tidak langsung).
Pembelajaran online menghubungkan pembelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (database,
pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling
berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan secara tidak
langsung/asynchronous).

Salah satu aplikasi gratis dan familiar diterapkan adalah aplikasi Google Classroom. Menurut
Arizona (2020 : 66), Pembelajaran online yang diterapkan dengan menggunakan media goggle
calssroom memungkinkan pengajar dan peserta didik dapat melangsungkan pembelajaran tanpa
melalui tatap muka di kelas dengan pemberian materi pembelajaran (berupa slide power point, e-
book, video pembelajaran, tugas (mandiri atau kelompok), sekaligus penilaian. Pengajar dan peserta
didik dalam aplikasi ini dimungkinkan untuk berinteraksi melalui forum diskusi (stream) terkait
dengan permasalahan materi dan jalannya pembelajaran secara interaktif.
BAB II

PEMBAHASAN

E-Learning merupakan sebuah metode pembelajaran berbasis internet atau belajar online
yang harus dijalani semua siswa-siswi hingga mahasiswa-mahasiswa di Indonesia bahkan seluruh
wilayah didunia yang terpapar pandemic Covid-19 guna menyambung proses belajar tatap muka yang
terkendala karena social distancing atau tidak berkerumun untuk membantu mencegah penyebaran
Covid-19.Di Indonesia, sistem e-learning bukan lagi sesuatu yang asing, hanya saja tidak semua
sekolah pernah menerapkan sistem ini, terutama sekolah-sekolah yang berada didaerah terpencil atau
didesa-desa. Pada dasarnya, e-learning memiliki dua tipe yaitu synchronous dan asynchronous.
Synchronous berarti pada waktu yang sama.

Proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik. Hal ini
memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik secara online. Dalam
pelaksanaan, synchronous training mengharuskan pendidik dan peserta didik mengakses internet
secara bersamaan. Pendidik memberikan materi pembelajaran dalam bentuk makalah atau slide
presentasi dan peserta didik dapat mendengarkan presentasi secara langsung melalui internet. Peserta
didik juga dapat mengajukan pertanyaan atau komentar secara langsung ataupun melalui chat
window. Synchronous training merupakan gambaran dari kelas nyata, namun bersifat maya (virtual)
dan semua peserta didik terhubung melalui internet. Synchronous training sering juga disebut sebagai
virtual classroom (Hartanto, 2016).

Proses belajar berbasis e-learning siswa-siswi membutuhkan sarana dan prasarana yang
mendukung agar pembelajaran dapat berlangsung dan memiliki kualitas pembelajaran yang lebih baik
(Rustiani,dkk., 2019). Sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah smartphone (handphone
pintar), komputer/laptop, aplikasi, serta jaringan internet yang digunakan sebagai media dalam
berlangsungnya pembelajaran berbasis e-learning.Namun, tidak semua keluarga/orang tua mampu
memenuhi sarana dan prasana tersebut mengingat status perekonomian yang tidak merata. Sehingga
proses pemberlajaran berbasis e-learning tidak tersampaikan dengan sempurna. Seperti yang dialami
oleh sebagian orang tua murid di SD Banyuajuh 6 Kamal, kurangnya fasilitas membuat anak mereka
tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.

Pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online adalah suatu keputusan
demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaan sumber belajar elektronik (e-learning) dan
kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam ruang
kelas. Artinya, e-learning bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan belum mampu
menggantikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka karena metode interaksi tatap muka
konvensional masih jauh lebihefektif dibandingkan pembelajaran online atau elearning.Selain itu,
keterbatasan dalam aksesibilitas Internet, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software),
serta pembiayaan sering menjadi hambatan dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar online
(Yaumi, 2018).

Keefektifan Pembelajaran Online Salma, dkk (2013 :105) menjelaskan persiapan sebelum
memberikan layanan belajar merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan belajar,
terutama pada online learning di mana adanya jarak antara pebelajar dan pemelajar. Pada
pemberlajaran ini pemelajar harus mengetahui prinsipprinsip belajar dan bagaimana pebelajar belajar.
Rovai (Mahardika:2002) menyatakan bahwa alat penyampaian bukanlah faktor penentu kualitas
belajar, melainkan disain mata pelajarn menentukan keefektifan belajar. Salah satu alasan memilih
strategi pembelajaran adalah untuk mengangkat pembelajaran bermakna.Sehingga efektif atau
tidaknya pembelajaran dapat diidentifikasi melalui perilaku-perilaku antara pemelajar dan pembelajar.
Bagaimana respon pebelajar terhadap apa yang disampaikan oleh pemelajar.

Keefektifan dalam KBBI adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, keberhasilan tentang
usaha atau tindakan, hal mulai berlakunya tentang undang-udang atau peraturan.Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid19)
yang berlaku untuk seluruh masyarakat yang mengenyam pendidikan di Indonesia. Disamping
keharusan belajar dalam jaringan yang menjadi kendala lainnya adalahkurangnya fasilitas penunjang
pembelajaran online seperti yang dialami oleh beberapa murid di SD Banyuajuh 6 kamal memang
dapat dikatakan sebagai sebuah kendala dalam proses berlangsungnya pembelajaran, namun usaha
tetap harus dilakukan semaksimal mungkin, mengingat, sebagai orang tua wajib memberikan yang
terbaik untuk anakanaknya termasuk harta berupa pendidikan. Disisi lain, tingkat semangat belajar
murid juga memicu akan efektif atau tidaknya pembelajaran online ini mengingat budaya belajar tatap
muka yang masih melekat dalam diri sehingga, selama kegiatan belajar online ini tidak jarang banyak
murid yang merasa jenuh atau bosan, sehingga membuat hasil belajar yang diharapkan tidaklah
efektif.
BAB III

PENUTUP

Pembelajaran e-learning akan terus harus dilakukan mengingat belum tuntas nya wabah
Covid-19 di Indonesia dan membantu pencegahan penyebaran Covid-19 sehingga sampai saat ini
masih belum ditentukan kapan akan masuk sekolah kembali untuk pembelajaran tatap muka. Kurang
nya sarana dan prasarana yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan ketidaksiapan teknologi juga
menjadi suatu hambatan dalam berlangsungnya kegiatan belajar online.Sehingga hasil belajar yang
diberikan oleh pemelajar tidak 100% lancar atau efektif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adit, A. (2020). 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud, Gratis!.


https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/123204571/12-aplikasi-pembelajaran-daring-
(Online) Tersedia : kerjasama-kemendikbud-gratis?page=all (Diakses : 25 Juni 2020)
2. Arizona, Kurniawan. et.all. (2020). Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah Satu Solusi
Kegiatan Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19 . Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan.
Volume 5 No 1 Mei 2020. (Online) Tersedia
:https://jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/download/111/99. DOI: 10.29303/jipp.v5i1.111
(Diakses : 7 November 2020)
3. Dewi, Wahyu Aji Fatma. (2020) Dampak Covid-19 terhadap Implementasi Pembelajaran Daring
diSekolah Dasar Edukatif Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 April 2020. (Online) Tersedia :
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/89 (Diakses : 7 November 2020)
4. Faisal, Sanafiah, (2001). Format-format Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
5. Ginting, Henndy. (2020). Perubahan Perilaku sebagai Respon terhadap Wabah COVID-19.
Tulisan Edukasi HIMPSI di Masa Pandemi COVID-19 – Seri 14. (Online) Tersedia :
https://Covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/perubahan-perilaku-sebagai-respon-
terhadapwabah-Covid-19 (Diakses : 7 November 2020)
6. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Fuad,
Zainul, dkk. 2019. Metode Penelitian Kelautan dan Perikanan.Malang : UB Press. Hartanto, W.
(2016). Penggunaan ELearning sebagai Media Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(1),
1–18. "Indonesia confirms first cases of coronavirus". Bangkok Post (dalam bahasa Inggris).
Reuters. 2 Maret 2020. Diakses tanggal 7 November 2020.
7. Prawiradilaga, Salma, dkk. 2016. MOZAIK TEKNOLOGI PENDIDIKAN :
ELEARNING.Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP. Ratcliffe, Rebecca (2 Maret 2020). "First
coronavirus cases confirmed in Indonesia amid fearsnation is ill-prepared for an outbreak". The
Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November 2020
8. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Rustiani, R., Djafar, S.,
Rusnim, R., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E. (2019, October). Measuring Usable Knowledge:
Teacher’s Analyses of Mathematics for Teaching Quality and Student Learning. In International
Conference on Natural and Social Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp. 239-245).
Bandung : Alfabeta. Utarini, Adi. 2020. Tak Kenal Maka Tak Sayang: Penelitian Kualitatif
Dalam pelayanan Kesehatan.Yigyakarta : Gadjah Mada University Press.
9. Yaumi, Muhammad. 2018. MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN. Jakarta :
PRENADAMEDIA GROUP. Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dam
Penelitian Gabungan. Jakarta: KENCANA.

Anda mungkin juga menyukai