Puji syukur Kami haturkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan sebuah makalah dengan topik "E-learning
pada masa pandemi covid-19".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun. kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah in. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis:
DAFTAR ISI
JUDUL....……………………………………………………….i
KATA PENGANTAR..............................………….ii
DAFTAR ISI........................................……………iii
RAB I PENDAHULUAN...……………………………….1
BAB II PEMBAHASAN...…………………………………4
DAFTAR PUSTAKA....……………………………………iv
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebaran pandemi Virus Corona atau COViD-19 telah memberikan tantangan tersendiri
bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi penularan virus tersebut
pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical distancing, hingga
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk tetap
diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Akibat dari kebijakan tersebut
membuat sektor pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi menghentikan proses
pembelajaran secara tatap muka. Sebagai gantinya, Proses pembelajaran dilaksanakan
secara daring yang bisa dilaksanakan dari rumah masing-masing siswa.
Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan Kbakan
pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19) menganjurkan
untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring. Kesiapan dari
pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari pelaksanaan pembelajaran
daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini memerlukan perangkat pendukung seperti
komputer atau laptop, gawai, dan alat bantu lain sebagai perantara yang (tentu saja harus
terhubung dengan koneksi internet). Dalam Statistika 2019 menunjukkan pengguna internet
di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta, tumbuh 13,39 dari 2017 yang sebanyak 84
pengguna. 2Pada tahun selanjutnya pengguna internet di Indonesia akan semakin
meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10.2% pada periode 2018-2023.
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency
Of International Concern (PHibIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia (KKMMD). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup
cepat dan menyebar ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Jumlah kasus terinfeksi terus
meningkat cukup signifikan pada waktu yang relatif cepat. Dalam kurun Waktu 6 bulan,
sudah 216 negara di dunia terjangkit virus ini. Menurut WHO, jumlah kasus terkonfirmasi
positif pada tanggal 25 Juni telah mencapai 9.296.202. dengan angka kematian mencapai
479.433 orang (https://Covid19.who.int).
Salah satu aplikasi gratis dan familiar diterapkan adalah aplikasi Google Classroom. Menurut
Arizona (2020 : 66), Pembelajaran online yang diterapkan dengan menggunakan media
Google classroom memungkinkan pengajar dan peserta didik dapat melangsungkan
pembelajaran tanpa melalui tatap muka di kelas dengan pemberian materi pembelajaran
(berupa slide power point, e-book, video pembelajaran dan tugas (mandiri atau kelompok),
sekaligus penilaian. Pengajar dan peserta didik dalam aplikasi in dimungkinkan untuk
berinteraksi melalui forum diskusi (stream) terkait dengan permasalahan materi dan
jalannya pembelajaran secara interaktif.
BAB II
PEMBAHASAN
Proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik.
Hal ini memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik secara online.
Dalam pelaksanaan, synchronous training mengharuskan pendidik dan peserta didik
mengakses internet secara bersamaan. Pendidik memberikan materi pembelajaran dalam
bentuk makalah atau slide presentasi dan peserta didik dapat mendengarkan presentasi
secara langsung melalui internet. Peserta didik juga dapat mengajukan pertanyaan atau
komentar secara langsung ataupun melalui chat window. Synchronous training merupakan
gambaran dari kelas nyata namun bersifat maya (virtual) dan semua peserta didik
terhubung melalui internet. Synchronous training sering juga disebut sebagai virtual
classroom (Hartanto, 2016).
Proses belajar berbasis -learning siswa-siswi membutuhkan sarana dan prasarana yang
mendukung agar pembelajaran dapat berlangsung dan memiliki kualitas pembelajaran
yang lebih baik (Rustiani,dkk., 2019). Sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah
smartphone (handphone pintar). komputer/laptop. aplikasi, serta jaringan internet yang
digunakan sebagai media dalam berlangsungnya pembelajaran berbasis e-learning. Namun,
tidak semua keluarga/orang tua mampu memenuhi sarana dan prasarana tersebut
mengingat status perekonomian yang tidak merata. Sehingga proses pembelajaran berbasis
e-learning tidak tersampaikan dengan sempurna. Seperti yang dialami oleh sebagian orang
tua murid di SD 11 Ampenan Mataram, kurangnya fasilitas membuat anak mereka tidak bisa
mengikuti pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.
Pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (online) dan online adalah suatu
keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaran sumber belajar
elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumber-sumber
belajar yang digunakan dalam ruang kelas. Artinya, e-learning bagaimanapun canggihnya
teknologi yang digunakan belum mampu menggantikan pelaksanaan pembelajaran
tatap muka karena metode interaksi tatap muka konvensional masih jauh lebih efektif
dibandingkan pembelajaran online atau elearning .Selain itu, keterbatasan dalam
aksesibilitas Internet, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (sofware), serta
pembiayaan sering menjadi hambatan dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar
online (Yaumi. 2018).
Keefektifan dalam KBBI adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, keberhasilan tentang
usaha atau tindakan, hal mulai berlakunya tentang undang-udang atau peraturan. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor
4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran
Coronavirus Disease (Covid19) yang berlaku untuk seluruh masyarakat yang mengenyam
pendidikan di Indonesia. Disamping keharusan belajar dalam jaringan yang menjadi
kendala lainnya adalah kurangnya fasilitas penunjang pembelajaran online seperti yang
dialami oleh beberapa murid di SD 11 Ampenan Mataram memang dapat dikatakan sebagai
sebuah kendala dalam proses berlangsungnya pembelajaran, namun usaha tetap harus
dilakukan semaksimal mungkin, mengingat, sebagai orang tua wajib memberikan yang
terbaik untuk anak-kanaknya termasuk harta berupa pendidikan. Disisi lain, tingkat
semangat belajar murid juga memicu akan efektif atau tidaknya pembelajaran online ini
mengingat budaya belajar tatap muka yang masih melekat dalam diri sehingga, selama
kegiatan belajar online ini tidak jarang banyak murid yang merasa jenuh atau bosan,
sehingga membuat hasil belajar yang diharapkan tidaklah efektif.
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran e-learning akan terus harus dilakukan mengingat belum tuntasnya wabah
Covid-19 di Indonesia dan membantu pencegahan penyebaran Covid-19 sehingga
sampai saat ini masih belum ditentukan kapan akan masuk sekolah kembali untuk
pembelajaran tatap muka. Kurangnya sarana dan prasarana yang dipengaruhi oleh faktor
ekonomi dan ketidaksiapan teknologi juga menjadi suatu hambatan dalam berlangsungnya
kegiatan belajar online. Sehingga hasil belajar yang diberikan oleh pemelajar tidak 100%
lancar atau efektif.
DAFTAR PUSTAKA