Anda di halaman 1dari 13

Tugas 2 Buatlah sebuah makalah dengan topik “E-learning pada masa pandemi covid-19”.

Adapun garis besar dalam membuat makalah harus mengacu pada poin-poin berikut ini.

a. Layout

1) Diketik di ukuran A4 dengan batas normal dan spasi normal

2) Batas minimal 7 halaman dan maksimal 15 halaman

b. Rujukan

1) Sumber rujukan di atas tahun 2000

2) Rujukan harus minimal bersumber dari

a) Jurnal nasional (5 sumber)

b) Jurnal internasional (3 sumber)

c) Buku nasional (5 sumber)

d) Buku internasional (2 sumber)

c. Makalah minimal memuat

1) Halaman judul

2) Kata pengantar

3) Daftar isi

4) Bagian pendahuluan

5) Bagian isi/pembahasan

6) Bagian penutup

7) Daftar rujukan (mengaju pada gaya APA edisi 7)

d. Tidak plagiasi

Nama : Imelda Stefany

Nim : 030536977

BAHASA INDONESIA / MKWU4108

i
MAKALAH
E-LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :
Imelda Stefany

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS TERBUKA

ii
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kebidanan “E-Learning pada masa pandemic
Covid-19” dengan baik. Makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan
partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan
satu per-satu.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun
makalah yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi
kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Universitas Terbuka maupun lingkungan masyarakat.
.

JAKARTA, 31 Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... iv

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan tantangan


tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi penularan virus
tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical distancing,
hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk
tetap diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Akibat dari kebijakan tersebut
membuat sektor pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi menghentikan proses
pembelajaran secara tatap muka. Sebagai gantinya, proses pembelajaran dilaksanakan secara
daring yang bisa dilaksanakan dari rumah masing-masing siswa.

Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19)
menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring.
Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari pelaksanaan
pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini memerlukan perangkat
pendukung seperti komputer atau laptop, gawai, dan alat bantu lain sebagai perantara yang
tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet. Data Statistika 2019 menunjukkan
pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta, tumbuh 13,3% dari 2017 yang
sebanyak 84 pengguna. 2Pada tahun selanjutnya pengguna internet di Indonesia akan
semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,2% pada periode 2018-2023.

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia (KKMMD). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat
dan menyebar ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Jumlah kasus terinfeksi terus
meningkat cukup signifikan pada waktu yang relatif cepat. Dalam kurun waktu 6 bulan, sudah
216 negara di dunia terjangkit virus ini. Menurut WHO, jumlah kasus terkonfirmasi positif
pada tanggal 25 Juni telah mencapai 9.296.202, dengan angka kematian mencapai 479.433
orang (https://Covid19.who.int/).

1
Dampak dari adanya COVID-19 menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi
merosot, menjatuhkan nilai tukar rupiah, harga barang naik, terutama alat-alat kesehatan.
Penanggulangan ekstrem seperti Lockdown suatu daerah bahkan suatu negara pun dilakukan
sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit tersebut (Zahrotunni’mah, 2020 :
248). Menurut Hongyue dan Rajib (dalam Ginting : 2020), dampak pandemik terhadap
perekonomian, sosial, keamanan, serta politik akan mempengaruhi kondisi psikologis dan
perubahan perilaku yang sifatnya lebih luas dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Perubahan perilaku tersebut mencakup perilaku hidup sehat, perilaku menggunakan
teknologi, perilaku dalam pendidikan, perilaku menggunakan media sosial, perilaku
konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku sosial keagamaan. Menurut Roycnhansyah (2020),
perilaku masyarakat pada masa pandemi mengalami perubahan diantaranya yaitu WFH,
everything virtual, transport mode choice, sampai dengan controll access. Penggunaan
teknologi yang tadinya lebih banyak sebagai pendukung kerja sekunder atau malah rekreasi,
berubah menjadi fasilitas kerja utama. Hal ini juga berdampak pada sistem pendidikan di
Indonesia. Dalam sektor pendidikan misalnya, pengajar dan peserta didik akan terbiasa
melakukan interaksi pembelajaran jarak jauh.

Banyak aplikasi pembelajaran online yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan
akhir-akhir ini. Menurut pendapat Molinda (2005), yang dikutip oleh Arizona (2020 : 66),
Pembelajaran online merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, CD-ROOM (secara
langsung dan tidak langsung). Pembelajaran online menghubungkan pembelajar (peserta
didik) dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik
terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau
berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchronous).

Salah satu aplikasi gratis dan familiar diterapkan adalah aplikasi Google Classroom.
Menurut Arizona (2020 : 66), Pembelajaran online yang diterapkan dengan menggunakan
media goggle calssroom memungkinkan pengajar dan peserta didik dapat melangsungkan
pembelajaran tanpa melalui tatap muka di kelas dengan pemberian materi pembelajaran
(berupa slide power point, e-book, video pembelajaran, tugas (mandiri atau kelompok),
sekaligus penilaian. Pengajar dan peserta didik dalam aplikasi ini dimungkinkan untuk

2
berinteraksi melalui forum diskusi (stream) terkait dengan permasalahan materi dan jalannya
pembelajaran secara interaktif.

3
BAB II

PEMBAHASAN

E-Learning merupakan sebuah metode pembelajaran berbasis internet atau belajar


online yang harus dijalani semua siswa-siswi hingga mahasiswa-mahasiswa di Indonesia
bahkan seluruh wilayah didunia yang terpapar pandemic Covid-19 guna menyambung proses
belajar tatap muka yang terkendala karena social distancing atau tidak berkerumun untuk
membantu mencegah penyebaran Covid-19.Di Indonesia, sistem e-learning bukan lagi
sesuatu yang asing, hanya saja tidak semua sekolah pernah menerapkan sistem ini, terutama
sekolah-sekolah yang berada didaerah terpencil atau didesa-desa. Pada dasarnya, e-learning
memiliki dua tipe yaitu synchronous dan asynchronous. Synchronous berarti pada waktu yang
sama.

Proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik.
Hal ini memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik secara online.
Dalam pelaksanaan, synchronous training mengharuskan pendidik dan peserta didik
mengakses internet secara bersamaan. Pendidik memberikan materi pembelajaran dalam
bentuk makalah atau slide presentasi dan peserta didik dapat mendengarkan presentasi
secara langsung melalui internet. Peserta didik juga dapat mengajukan pertanyaan atau
komentar secara langsung ataupun melalui chat window. Synchronous training merupakan
gambaran dari kelas nyata, namun bersifat maya (virtual) dan semua peserta didik terhubung
melalui internet. Synchronous training sering juga disebut sebagai virtual classroom
(Hartanto, 2016).

Proses belajar berbasis e-learning siswa-siswi membutuhkan sarana dan prasarana


yang mendukung agar pembelajaran dapat berlangsung dan memiliki kualitas pembelajaran
yang lebih baik (Rustiani,dkk., 2019). Sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah
smartphone (handphone pintar), komputer/laptop, aplikasi, serta jaringan internet yang
digunakan sebagai media dalam berlangsungnya pembelajaran berbasis e-learning.Namun,
tidak semua keluarga/orang tua mampu memenuhi sarana dan prasana tersebut mengingat
status perekonomian yang tidak merata. Sehingga proses pemberlajaran berbasis e-learning
tidak tersampaikan dengan sempurna. Seperti yang dialami oleh sebagian orang tua murid di

4
SD Banyuajuh 6 Kamal, kurangnya fasilitas membuat anak mereka tidak bisa mengikuti
pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.

Pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online adalah suatu
keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaan sumber belajar
elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumber-sumber
belajar yang digunakan dalam ruang kelas. Artinya, e-learning bagaimanapun canggihnya
teknologi yang digunakan belum mampu menggantikan pelaksanaan pembelajaran tatap
muka karena metode interaksi tatap muka konvensional masih jauh lebihefektif dibandingkan
pembelajaran online atau elearning.Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas Internet,
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), serta pembiayaan sering
menjadi hambatan dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar online (Yaumi, 2018).

Keefektifan Pembelajaran Online Salma, dkk (2013 :105) menjelaskan persiapan


sebelum memberikan layanan belajar merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan belajar, terutama pada online learning di mana adanya jarak antara pebelajar
dan pemelajar. Pada pemberlajaran ini pemelajar harus mengetahui prinsipprinsip belajar
dan bagaimana pebelajar belajar. Rovai (Mahardika:2002) menyatakan bahwa alat
penyampaian bukanlah faktor penentu kualitas belajar, melainkan disain mata pelajarn
menentukan keefektifan belajar. Salah satu alasan memilih strategi pembelajaran adalah
untuk mengangkat pembelajaran bermakna.Sehingga efektif atau tidaknya pembelajaran
dapat diidentifikasi melalui perilaku-perilaku antara pemelajar dan pembelajar. Bagaimana
respon pebelajar terhadap apa yang disampaikan oleh pemelajar.

Keefektifan dalam KBBI adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, keberhasilan


tentang usaha atau tindakan, hal mulai berlakunya tentang undang-udang atau
peraturan.Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Coronavirus Disease (Covid19) yang berlaku untuk seluruh masyarakat yang
mengenyam pendidikan di Indonesia. Disamping keharusan belajar dalam jaringan yang
menjadi kendala lainnya adalahkurangnya fasilitas penunjang pembelajaran online seperti
yang dialami oleh beberapa murid di SD Banyuajuh 6 kamal memang dapat dikatakan sebagai
sebuah kendala dalam proses berlangsungnya pembelajaran, namun usaha tetap harus

5
dilakukan semaksimal mungkin, mengingat, sebagai orang tua wajib memberikan yang
terbaik untuk anakanaknya termasuk harta berupa pendidikan. Disisi lain, tingkat semangat
belajar murid juga memicu akan efektif atau tidaknya pembelajaran online ini mengingat
budaya belajar tatap muka yang masih melekat dalam diri sehingga, selama kegiatan belajar
online ini tidak jarang banyak murid yang merasa jenuh atau bosan, sehingga membuat hasil
belajar yang diharapkan tidaklah efektif.

6
BAB III

PENUTUP

Pembelajaran e-learning akan terus harus dilakukan mengingat belum tuntas nya
wabah Covid-19 di Indonesia dan membantu pencegahan penyebaran Covid-19 sehingga
sampai saat ini masih belum ditentukan kapan akan masuk sekolah kembali untuk
pembelajaran tatap muka. Kurang nya sarana dan prasarana yang dipengaruhi oleh faktor
ekonomi dan ketidaksiapan teknologi juga menjadi suatu hambatan dalam berlangsungnya
kegiatan belajar online.Sehingga hasil belajar yang diberikan oleh pemelajar tidak 100% lancar
atau efektif.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Adit, A. (2020). 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud, Gratis!.


https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/123204571/12-aplikasi-
pembelajaran-daring- (Online) Tersedia : kerjasama-kemendikbud-gratis?page=all
(Diakses : 25 Juni 2020)
2. Arizona, Kurniawan. et.all. (2020). Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah Satu
Solusi Kegiatan Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19 . Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan. Volume 5 No 1 Mei 2020. (Online) Tersedia
:https://jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/download/111/99. DOI:
10.29303/jipp.v5i1.111 (Diakses : 7 November 2020)
3. Dewi, Wahyu Aji Fatma. (2020) Dampak Covid-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring diSekolah Dasar Edukatif Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1 April
2020. (Online) Tersedia : https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/89
(Diakses : 7 November 2020)
4. Faisal, Sanafiah, (2001). Format-format Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
5. Ginting, Henndy. (2020). Perubahan Perilaku sebagai Respon terhadap Wabah
COVID-19. Tulisan Edukasi HIMPSI di Masa Pandemi COVID-19 – Seri 14. (Online)
Tersedia : https://Covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/perubahan-perilaku-
sebagai-respon-terhadapwabah-Covid-19 (Diakses : 7 November 2020)
6. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka
Cipta. Fuad, Zainul, dkk. 2019. Metode Penelitian Kelautan dan Perikanan.Malang :
UB Press. Hartanto, W. (2016). Penggunaan ELearning sebagai Media Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(1), 1–18. "Indonesia confirms first cases of
coronavirus". Bangkok Post (dalam bahasa Inggris). Reuters. 2 Maret 2020. Diakses
tanggal 7 November 2020.
7. Prawiradilaga, Salma, dkk. 2016. MOZAIK TEKNOLOGI PENDIDIKAN :
ELEARNING.Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP. Ratcliffe, Rebecca (2 Maret 2020).
"First coronavirus cases confirmed in Indonesia amid fearsnation is ill-prepared for an
outbreak". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November 2020

iv
8. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Rustiani, R.,
Djafar, S., Rusnim, R., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E. (2019, October). Measuring
Usable Knowledge: Teacher’s Analyses of Mathematics for Teaching Quality and
Student Learning. In International Conference on Natural and Social Sciences
(ICONSS) Proceeding Series (pp. 239-245). Bandung : Alfabeta. Utarini, Adi. 2020. Tak
Kenal Maka Tak Sayang: Penelitian Kualitatif Dalam pelayanan Kesehatan.Yigyakarta
: Gadjah Mada University Press.
9. Yaumi, Muhammad. 2018. MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN. Jakarta :
PRENADAMEDIA GROUP. Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dam Penelitian Gabungan. Jakarta: KENCANA.

Anda mungkin juga menyukai