Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Ikhsan Nursidik

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042507005

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4159/KOMUNIKASI BISNIS

Kode/Nama UPBJJ : YOGYAKARTA

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

1. Komunikasi nonverbal menurut :


Fiske (2004: 281) adalah ''semua ekspresi eksternal selain kata-kata terucap atau tertulis
(spoken and written word), termasuk gerak tubuh, karakteristik penampilan,
karakteristik suara, dan penggunaan ruang danjarak
Harris (1990: 7) menyatakan komunikasi nonverbal mengacu pada bahasa tubuh, seperti
gerak-gerik tubuh.
Jandt (1998: 97) menyebut komunikasi nonverbal sebagai ''pesan yang disampaikan
tanpa menggunakan kata-kata''. Jandt membagi pengertian komunikasi nonverbal secara
sempit dan luas. Secara sempit, komunikasi nonverbal adalah ''penggunaan secara
intensional seperti dalam penggunaan simbol nonlisan untuk mengkomunikasikan pesan
tertentu''. Sedangkan secara luas, komunikasi nonverbal mengacu pada unsur-unsur
lingkungan yang dipergunakan manusia dalam berkomunikasi, seperti warna dinding
tempat percakapan berlangsung.
Menurut Jandt (1998: 104-116) ada 9 jenis Komunikasi nonverbal.
1. Proxemics (Kedekatan), untuk menunjukkan adanya ruang atau teritorial baku dan ruang
personal yang kita gunakan dalam berkomunikasi. Dengan proxemics ini kita membangun
jarak antara kita dan lawan komunikasi kita.
2. Kinesics (kinesik), untuk menunjukkan gerak-gerik atau sikap tubuh (gestures), gerak
tubuh (body movement), ekspresi wajah, dan kontak mata. Kinesics yang cukup populer
pada masyarakat kita adalah acungan jempol untuk pujian.
3. Chronemics (kronemik), yang berkaitan dengan cara kita menghargai waktu. Kronemik ini
akan tercermin dari cara kita menepati waktu bila berjanji.
4. Paralanguage (parabahasa), yang menunjuk pada unsur-unsur nonverbal suara dalam
percakapan verbal. Para bahasa ini meliputi karakter vokal seperti bicara yang disertai
senyum atau sedu sedan, sifat vokal seperti keras-pelan atau tinggi-rendah, dan segregasi
vokal seperti mengucapkan emmmhhh.
5. Kebisuan, yang dipandang agak membingungkan, karena membisu dipandang tidak
berkomunikasi. Kebisuan bisa mengkomunikasikan persetujuan, apatis, terpesona,
bingung, termenung, tidak setuju, malu, menyewal, sedih, tertekan, dan seterusnya.
6. Bapties, yang berkaitan dengan penggunaan sentuhan dalam berkomunikasi. Seperti saat
seorang ibu mengusap-usap kepala anaknya saat memberi nasihat pada anaknya.
7. Tampilan fisik dan busana, yang menunjuk tampilan fisik dan busana yang dikenakan.
Pelayat orang yang meninggal dunia mengenakan busana hitam untuk menyatakan rasa
duka.
8. Olfactics, yang terkait dengan penggunaan indra penciuman dalam berkomunikasi
nonverbal. Misalnya, wangi parfum atau bau kemenyan mengomunikasi sesuatu.
9. Oculesics, yang menunjuk pada pesan yang disampaikan melalui mata. Mata yang
membelalak atau melotot, misalnya, menyatakan kekaguman atau marah.

2. Selanjutnya Lesly menunjukkan beberapa hal yang menjadi ciri pesan yang efektif, yaitu:
a. Kesederhanaan. Karena yang paling efektif itu hampir semuanya dinyatakan secara
sederhana. Pesan yang baik itu adalah pesan yang bernas pikirannya yang disajikan
bahasan yang sederhana.
b. Jernih. Mengingat penerima pesan kita bukan semuanya orang yang berpendidikan tinggi.
Pesan yang baik itu, adalah pesan yang bisa dipahami oleh mereka yang tidak tamat SMP
sekalipun.
c. Bobot. Ini bukan berarti bobot itu ditentukan oleh panjang pesan melainkan oleh pesan
yang disampaikan.
d. Presisi. Berarti kita cermat menggunakan kata-kata. Ada baiknya kita tanya diri kita sendiri
mengenai makna dari kata-kata yang dipergunakan.
e. Substansi. Berarti pesan yang disampaikan harus bermakna dan menarik perhatian.
f. Bertujuan. Maksudnya, pesan yang disampaikan dimaksudkan untuk mendukung tujuan
komunikasi, bukan untuk menunjukkan kepandaian berkata-kata.
g. Organisasi. Ini membuat kita harus pandai menempatkan bagian pesan pada posisinya
yang tepat sehingga bisa menarik perhatian komunikan.
h. Keterkaitan. Kejelasan, konsistensi, dan kesatuan tampak sejak awal hingga bagian akhir
pesan.
i. Efektivitas. Memilih kata-kata yang tepat dan berdampak sehingga bisa mencapai tujuan
komunikasi.
j. Kredibilitas. Penyampai pesan adalah pihak yang dianggap memiliki kredibilitas.
k. Motivasi. Ini berarti penerima pesan terdorong untuk melakukan tindakan. Ini merupakan
titik puncak dari penyampaian pesan

3. Rapat sangat penting karena dilakukan dengan tujuan dan melahirkan efek tertentu
khususnya yang berkenaan dengan kinerja organisasi bisnis dan arus informasi yang berjalan
pada satu organisasi bisnis. Davis, Curtin, Floyd, dan Winsor (2000:186) menyatakan bahwa
rapat sangat efektif untuk memperoleh partisipasi dan sambutan yang aktif Rapat juga dapat
menjadi sebuah sarana untuk memperoleh informasi di atas meja dan menghasilkan umpan-
balik yang berguna. Rapat memungkinkan orang-orang memberikan kontribusi secara pribadi
dan membantu menghasilkan perasaan persahabatan yang mungkin tak ternilai harganya
dalam pelaksanaan proyek atau produk baru. Lebih jauh lagi, Curtin, Floyd, dan Winsor
(2000:186) menyebutkan adanya tiga faktor yang membuat rapat menjadi sangat penting
dalam dunia bisnis kontemporer, yaitu:
1. Kebutuhan beradaptasi untuk mempercepat perubahan dalam lingkungan bisnis;
2. Kebutuhan koordinasi yang lebih besar dari unit-unit bisnis dan pemerintah yang semakin
saling bergantung;
3. Pergerakan ke arah manajemen partisipatif, khususnya dalam pergerakan lingkaran
kualitas yang luas.

Menyelenggarakan Rapat yang efektif :

a. Model rapat apa pun pada dasarnya tidak terlalu banyak memperhatikan berapa banyak
orang yang hadir dalam rapat, namun lebih pada apa yang akan dihasilkan oleh rapat. Oleh
sebab itu, kita jangan terlalu memperhatikan jumlah peserta rapat dalam menetapkan model
rapat yang kita selenggarakan.

b. Sering kali kita lebih asyik membahas berapa lama waktu untuk rapat. Padahal dalam
perencanaan dan penyelenggaraan rapat, yang hendaknya lebih kita perhatikan bukanlah
berapa lama kita rapat melainkan seberapa baik kita memanf aatkan waktu rapat.
c. Form atau bentuk rapat seperti apa yang hendak kita selenggarakan, apakah rapat formal
yang biasanya menghasilkan keputusan yang mengikat atau rapat informal yang biasanya
dilakukan untuk mencairkan suasana atau sekedar membuka katup-katup komunikasi yang
mampat.

d. Prosedur rapat seperti apa yang hendak kita pilih. misalnya untuk pengambilan keputusan
apakah dilakukan secara musyawarah atau pemungutan suara. Bila dilakukan pemungutan
suara, bagaimana mekanisme pelaksanaannya. Bila dilakukan musyawarah siapa yang akan
memimpin dan bagaimana proses berjalannya musyawarah itu. Keluaran rapat seperti apa
yang kita inginkan akan mempengaruhi modal penyelenggaraan rapat. Untuk rapat formal
pengambilan keputusan tentu akan berbeda modelnya dengan rapat informal untuk
memecahkan kebuntuan di kalangan anggota satu tim.

e. Langkah tindak lanjut,yang penting kita perhatikan karena sering terjadi rapat terselenggara
dengan keputusan yang hanya menjadi catatan. Tidak ada langkah lebih lanjut yang justru
sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai