Anda di halaman 1dari 4

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TERBUKA
Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan 15418
Telepon: 021-7490941 (Hunting)
Faksimile: 021-7490147 (Bagian Umum), 021 – 7434290 (Sekertaris Rektor)
Laman: www.ut.ac.id

TUGAS II

Kode/Mata Kuliah : EKSI 4205/Bank Dan Lembaga Keuangan Nonbank

1. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI), pada
salah satu pasalnya disebutkan bahwa BI adalah lembaga negara yang independen. Apa maksud
kalimat tersebut?
2. Jelaskan klasifikasi .bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan! Dan Apa yang menjadi kegiatan usaha dari
Bank-bank Tersebut!
3. Hukum perbankan di Indonesia menganut sistemperbankan ganda (dual banking system). Dan
jelaskan perbedaan Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Terangkan!

--- Selamat Mengerjakan ---

Petunjuk :

Jawaban Anda dalam tugas ini hendaknya jangan hanya pengetahuan yang bersifat umum, setiap
pendapat yang Anda kemukakan sebaiknya didukung oleh refenrensi yang bisa Anda ambil dari modul,
buku lain, ataupun dari artikel jurnal. Referensi pendukung juga daat dari internet. Cantumkan referensi
tersebutpada bagian akhir dari jawaban. Anda, dengan cara menuliskan nama penulis, tahun, judul tulisan,
alamat website dan tanggal kapan artikel tersebut diakses.

Selamat mengerjakan tugas, semoga sukses

Salam
Jawaban:

1. Dalam UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI), dinyatakan
pada salah satu pasalnya bahwa BI adalah lembaga negara yang independen. Maksud dari kata
Independen adalah sebagai lembaga negara yang bebas dari campur tangan pemerintah dan atau
pihak lainnya. Selanjutnya, dalam Pasal 9 dinyatakan bahwa pihak lain dilarang melakukan segala
bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas BI, dan demikian pula BI wajib menolak dan/
atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka melaksanakan
tugasnya. Independensi tersebut ditandai dengan diberikannya kewenangan penuh pada BI dalam
menetapkan target-target yang akan dicapai (goal independence) dan kebebasan dalam
menggunakan berbagai piranti moneter (instrument independence) dalam mencapai target
tersebut. Selanjutnya, dalam Pasal 10 ditegaskan bahwa BI memiliki kewenangan untuk
melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan
sasaran laju inflasi. Demikian pula, untuk lebih meningkatkan efektivitas pengendalian moneter
serta kapasitasnya sebagai lender of the last resort, dalam Pasal 11 dinyatakan bahwa pemberian
kredit oleh BI kepada bank dibatasi. Jangka waktu kredit kepada bank maksimal 90 hari dan
penggunaannya hanya untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek. Selain itu, kredit
tersebut harus dijamin dengan surat berharga yang bernilai tinggi dan mudah dicairkan yang
nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterima oleh bank.

2. Berikut penjelasan mengenai klasifikasi bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:
- Pada Pasal 1 (butir 2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dikatakan bahwa “Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi di atas dapat ditarik
beberapa kesimpulan, yaitu: Usaha pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana
simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun
bentuk-bentuk lainnya.
- Demikian dengan dikeluarkannya UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan UU
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tersebut, dunia
perbankan Indonesia mengalami perubahan yang cukup mendasar. Sebelum dikeluarkannya
UU Nomor 7 Tahun 1992 tersebut, bank-bank pemerintah seperti BNI 1946, Bank Bumi
Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor, Bank Rakyat Indonesia, Bank Pembangunan
Indonesia (Bapindo), dan Bank Tabungan Negara, mempunyai fungsi masing-masing sebagai
bank pembangunan, bank tabungan, maupun bank koperasi. Namun setelah dikeluarkan kedua
undang-undang di atas, sekarang kita sulit membedakan bank-bank pemerintah berdasarkan
fungsinya. Bank-bank pemerintah tersebut sekarang menjalankan fungsi sebagai bank umum.

Adapun jenis-jenis bank yang terkait di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, adalah sbb:

a. Bank Umum
Yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usahanya meliputi:
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
memberikan kredit; menerbitkan surat pengakuan hutang; membeli, menjual atau menjamin
atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya; surat-surat wesel
termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada
kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; surat pengakuan hutang dan kertas
dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan
surat-surat dimaksud; kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; Sertifikat
Bank Indonesia (SBI); Obligasi; memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah; menempatkan dana bank, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya; menerima pembayaran dari tagihan atas
surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga; menyediakan
tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; melakukan kegiatan penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak; melakukan penempatan dana dari nasabah
kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat; menyediakan
pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; melakukan kegiatan lain yang lazim
dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Kegiatan usahanya meliputi:
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; memberikan kredit;
menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; menempatkan dananya dalam bentuk
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan
pada bank lain.

3. Dual banking system atau system perbankan ganda yaitu terselenggaranya dua system perbankan
(konvensional dan syariah) secara berdampingan. Dalam sistem perbankan ganda ini, kedua
sistem perbankan secara sinergis dan bersama-sama memenuhi kebutuhan masyarakat akan
produk dan jasa perbankan, serta mendukung pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional. Dengan diterapkannya dual banking system di Indonesia maka terdapat dua system
perbankan yang diterapkan di Indonesia. Penerapan system perbankan ganda diharapakan dapat
memberikan alternatif transaksi keuangan yang lebih lengkap untuk masyarakat. Penerapan
system perbankan berganda dapat meningkatkan pembiayaan bagi sektor riil secara bersama-sama
antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.
Berikut penjelasan mengenai perbedaan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah, yaitu:
 Sistem Operasional
Bank Syariah : bank ini mengikuti aturan syariat Islam. Semua kegiatan operasional yang
dijalankan di bank syariah akan dilakukan berdasarkan ketentuan yang telah dikeluarkan
melalui fatwa MUI yang diambil berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat Islam.
Bank Konvensional : hal diatas tersebut tidak berlaku. Bank konvensional akan dijalankan
berdasarkan standar operasional perbankan yang telah ditetapkan Pemerintah dan tunduk pada
aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Hal ini diatur Pemerintah melalui lembaga keuangan
dan pihak-pihak lainnya yang dianggap berkepentingan dengan masalah tersebut.
 Cara Mengelola Dana
Bank Syariah : dalam bank syariah, dana nasabah yang diterima dalam bentuk titipan ataupun
investasi tidak bisa dikelola pada semua lini bisnis secara sembarangan. Pengelolaan dan
investasi yang dilakukan bank syariah harus berdasarkan syariat Islam. Di mana lini bisnis
yang dipilih haruslah yang memenuhi aturan syariat Islam.
Bank Konvensional : dalam bank konvensional, pengelolaan dana ini bisa dilakukan pada
berbagai lini bisnis yang dianggap aman dan menguntungkan. Selama pengelolaan dana ini
tidak menyalahi aturan dan hukum yang berlaku maka pihak bank memiliki kebebasan untuk
menjalankan dan mengelola dana tersebut pada berbagai lini bisnis yang dianggap bisa
memberikan keuntungan yang paling maksimal.
 Cara Membagi Keuntungan
Bank Syariah : dalam praktiknya, bank syariah tidak menerapkan sistem bunga pada layanan
mereka. Bank ini dijalankan berdasarkan syariat Islam. Penerapan bunga dilarang dan tidak
terjadi dalam bank syariah. Sebab hal tersebut dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam.
Bank syariah menggunakan sistem bagi hasil dan mendapatkan sejumlah keuntungan dari
sistem tersebut. Keuntungan inilah yang kemudian digunakan pihak bank (selaku pengelola)
untuk membiayai seluruh kegiatan operasional perbankan yang dijalankan.
Bank Konvensional : dalam bank konvensional, jelas dikatakan dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 bahwa bank konvensional menjalankan usaha secara konvensional dan
memberikan keuntungan dalam jumlah tertentu dalam bentuk suku bunga bagi nasabahnya.
Suku bunga ini akan diatur berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pihak pemerintah
melalui lembaga keuangan dan perbankan di mana besaran suku bunga tersebut haruslah
menguntungkan pihak bank. Sebab keuntungan inilah yang juga akan digunakan untuk
menjalankan seluruh kegiatan operasional di bank konvensional.
 Metode Transaksi
Bank Syariah : secara khusus, beberapa transaksi dalam bank syariah telah diatur berdasarkan
fatwa MUI, antara lain akad al-Mudharabah (bagi hasil), al-Musyarakah (perkongsian), al-
Musaqat (kerja sama tani), al-Ba’i (bagi hasil), al-Ijarah (sewa-menyewa), dan al-Wakalah
(keagenan).
Bank Konvensional : berbeda halnya dengan bank konvensional, semua aturan serta kebijakan
transaksi di bank ini telah diatur dan dijalankan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai