Hukum Acara Perdata Indonesia bersumber dari berbagai peraturan, sebutkan dan jelaskan
sumber-sumber Hukum Acara Perdata yang Anda ketahui?
Jawab :
Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin
ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara hakim .
Hukum acara perdata hanya digunakan untuk menjamin hukum materiil perdata agar ditaati.
Ketentuan –ketentuan dalam hukum acara perdata pada umumnya tidaklah membebani hak
dan kewajiban kepada seseorang sebagaimana dijumpai dalam hukum materiil perdata tetapi
melaksanakan serta mempertahankan / menegakkan kaidah hukum materiil perdata yang ada.
Didalam hukum acara perdata dikenal sumber hukum yang menjadi bahan acuan,bukan saja
yang terbatas pada kategori sumber hukum, tetapi dijumpai juga sumber hukum yang tidak
dikenal .
Sumber hukum acara perdata adalah tempat dimana ditemukan peraturan hukum acara perdata
yang berlaku di negera indonesia yaitu :
1. Herziene Indonesisch Reglement (HIR)
Hukum acara perdata dalam HIR dituangkan pada Pasal 115 - 245 yang termuat dalam BAB
IX, serta beberapa Pasal yang tersebar antara lain Pasal 372 - 394. Pasal 115 s/d Pasal 117
HIR tidak berlaku lagu sehubungan dihapusnya pengadilan kabupaten oleh UU No. 1 Darurat
(Drt) Tahun 1951, dan peraturan mengenai banding dalam Pasal 188 - 194 HIR juga tidak
berlaku lagi dengan adanya Undang - Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Pengadilan
Ulangan dijawa dan Madura. Sumber hukum acara ini berlaku untuk Jawa dan Madura.
7. Yurisprudensi
Merupakan sumber hukum acara perdata ,antara lain putusan MA tertanggal 14 April
1971 No. 99 K/Sip /1971 yang menyeragamkan hukum acara dalam perceraian bagi
mereka yang tunduk pada BW dengan tidak membedakan antara permohonan untuk
mendapatkan izin guna mengajukan gugat percaraian dan gugatan perceraian itu sendiri .
Dalam arti bahwa hakim harus mengusahakan terwujudnya perdamaian di dalam
persidangan sebagaimana diatur dalam pasal 53 HOCI.
9. Perjanjian Internasional .
Hal ini terjadi misalnya pada perjanjian kerja sama di bidang peradilan antara Republik
Indonesia dan Kerajaan Thailand . Di dalam perjanjian ini terdapat kesepakatan
mengadakan kerja sama dalam menyampaikan dokumen-dokumen pengadilan dan
memperoleh bukti-bukti perkara hukum perdata dan dagang . Setiap warga dari kedua
belah pihak akan mendapat keleluasaan berperkara dan menghadap ke pengadilan di
wilayah pihak yang lainnya dengan syarat yang sama seperti warga Negara pihak itu.
Masing-masing pihak akan menunjuk satu instansi yang berkewajiban untuk mengirimkan
dan menerima permohonan penyampaian dokmen panggilan . Insatansi untuk Republik
Indonesia adlah Direktorat Jendral Pembinaan Badan Peradilan Umum Departemen
Kehakiman, sedangkan Kerajaan Thailand adalah Office of Judicial Affairs of the Ministry
of Justice.
2. Ketika Anda memiliki masalah hukum, namun Anda tidak mengetahui itu kewenangan siapa,
maka Anda harus tahu kasus yang terjadi tersebut dikategorikan sengketa apa. Menurut Anda
jenis-jenis dari sengketa hukum itu apa saja? Jelaskan jawaban Anda!
Jawab :
Sengketa adalah perselisihan yang timbul dalam masyarakat yang dapat disebabkan
perbedaaan kepentingan diantara masyarakat . apabila sengketa tersebut disebabkan suatu
peristiwa hukum maka sengketa tersebut dikenal dengan sengketa hukum . Namun , apabila
tidak ada dasar hukumnya maka hal tersebut bukan sengketa hukum .
Tindakan pertama dalam menyelesaikan sengketa hukum adalah penyelesaian secara damai.
Namun , apabila tidak tercapai perdamaian maka langkah yang dapat ditempuh adalah dengan
meminta bantuan pengadilan .
Penyelesaian sengketa hukum dengan pertolongan pengadilan diawali dengan diberikannya
peringatan (somasi) oleh pihak yang merasa dirugikan . Dan , apabila peringatan itu tidak
diindahkan/dipedulikan maka pihak yang dirugikan (penggugat) mempersiapkan gugatan yang
berisi tuntutan hak karena adanya sengketa hukum .
b. Sengketa Eksekusi .
Perlawanan terhadap pelaksanaan putusan (eksekusi) dibedakan menjadi :
Perlawanan dari pihak tereksekusi .
Pada pasal 197 ayat (8) mengatakan , eksekusi dapat dilakukan terhadap seluruh
harta kekayaan debitur tetapi eksekusi tidak boleh dilakukan terhadap hewan dan
perkakas yang benar-benar diperlukan untuk mencari nafkah .
Perlawanan dari pihak ketiga .
Dalam arti bukan pihak yang berperkara akan tetapi barang miliknya ikut serta
dieksekusi (sita), misalnya sepeda motor milik pihak ketiga yang sedang dipinjam
oleh tereksekusi ikut disita pada saat pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan
yang mengalahkan tereksekusi maka pihak ketiga dapat mengajukan perlawanan .
c. Sengketa Prayudisial .
Sengketa mengenai tidak diikutinya tertib proses , misalnya asas pemusatan
jawaban dilanggar. Maka dalam mengajukan jawabannya tergugat harus
memenuhi ketentuan tentang pemusatan jawaban . Jika hal ini tidak dilaksanakan
maka pihak lawan mengajukan keberatan .
Pelanggaran dalm pelaksanaan yurisdiksi voluntaria tidak dilakukan dalam siding
tertutup . jika hakim memaksakan siding tertutup maka dapat mengajukan
keberatan .
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, hakim untuk menjatuhkan putusan verstek yang berisi
diktum:
Berdasarkan Pasal 129 ayat (1) HIR atau Pasal 83 Rv, menegaskan bahwa:
"Tergugat, yang dihukum sedang ia tidak hadir (verstek) dan tidak menerima putusan itu, dapat
mengajukan perlawanan atas putusan itu."
Berdasarkan Pasal 125 ayat (3) HIR atau Pasal 78 Rv menyatakan bahwa:
Jika surat gugatan diterima, maka atas perintah meminta pemberitahuan keputusan pengadilan
negeri kepada orang yang itu serta menjelaskan pula kepadanya, bahwa ia berhak memajukan
perlawanan (verzet) di dalam tempo dan dengan cara yang ditentukan pada pasal 129 tentang
keputusan verstek di muka pengadilan. ”
Melihat kedua ketentuan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa apabila tergugat menerima
putusan verstek , maka tergugat berhak mengajukan perlawanan ( verzet ) terhadap
putusan verstek tersebut.
Upaya perlawanan / verzet dapat diajukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
pemberitahuan mengenai adanya putusan verstek kepada Tergugat apabila pemberitahuan
tersebut langsung disampaikan kepada yang bersangkutan. Jika pemberitahuan itu tidak
langsung diberitahukan kepada tergugat sendiri dan pada waktu aanmaning (peringatan)
tergugat, waktu sampai pada hari kedelapan sebelum aanmaning .
Jika tergugat tidak hadir pada waktu aanmaning , maka tenggang waktunya adalah delapan hari
sebelum sita eksekusi dilaksanakan, sesuai dengan ketentuan Pasal 129 ayat (2) HIR jo. Pasal 207
RBg. Perkara mengenai verzet terhadap verstekdidaftar dalam satu nomor perkara dengan
perkara mengenai verstek .
Hakim yang melakukan pemeriksaan perkara v erzet atas v erstek harus memeriksa gugatan
yang telah diputus verstek secara keseluruhan. Pemeriksaan perkara verzet dilakukan secara
biasa.
Apabila hearts Pemeriksaan v erzet parties Penggugat asal (Terlawan) Tidak Hadir, Maka
Pemeriksaan dilakukan Beroperasi contradictoire , akan tetapi apabila Pelawan Yang tidak Hadir,
Maka Hakim menjatuhkan Putusan verstek untuk review kedua kalinya.
Terhadap putusan verstek yang didasarkan kedua kali ini tidak dapat diajukan perlawanan,
tetapi bisa diajukan upaya hukum banding Pasal 129 ayat (5) HIR dan Pasal 153 ayat(5) RBg.
Sumber referensi : BMP ( HUKUM ACARA PERDATA ) , dan djkn.kemenkeu.com , hukumacara
perdata .go.id
TERIMA KASIH ….