Anda di halaman 1dari 7

Hukum Acara Perdata

Nama : Mohammad Amirudin Talaohu


NPM :202111127

FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2023
SOAL TUGAS HUKUM ACARA PERDATA :
1.Tuliskan pengertian dari :
a.Hukum perdata g. Petitum m. Pihak formil
b.Hukum acara perdata h. Penggugat n. Turut tergugat
c.Kompetensi absolute i. tergugat o. Surat kuasa
d.Kompetensi relative j. Pemohon p. sita
e.Perkara contentiosa k. Gugatan q. Conservatoir
f.Perkara voluntaria l. Pihak materiil r. Revindicatoir
s.Marital t. Pandbeslag v. Verstek
w.Replik x. Duplik y. intervensi

2.Jelaskan tujuan dan sifat dari hukum acara perdata!


3.Uraikan secara singkat sejarah hukum acara perdata!
4.Sebutkan sumber hukum acara perdata dan asas-asas hukum acara perdata?
5.Sebutkan dan jelaskan syarat dan isi dari gugatan menurut hukum acara perdata!
6.Jelaskan macam putusan MA dalam tingkat kasasi!
7.Sebutkan dan jelaskan perbedaan dari hukum acara perdata dan hukum acara pidana!

JAWABAN :
1. a. Hukum perdata adalah hukum atau aturan yang berpusat pada dua subjek hukum atau lebih,
dengan menitikberatkan masalah pada kepentingan pribadi Subjek hukum tersebut.
b. Hukum acara perdata ialah peraturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara
perdata lewat hakim (pengadilan)
c. Kompetensi absolut adalah wewenang badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara
tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain.
d. Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara
sesuai dengan wilayah hukumnya.
e. Perkara contentiosa, yaitu peradilan memeriksa perkara tentang persengketaan antara pihak
berperkara yang diajukan lewat surat gugatan. 
f. Perkara voluntaria adalah tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa diajukan ke
pengadilan untuk mendapatkan penetapan.
g. Petitum merupakan bagian gugatan yang memuat hal-hal apa yang secara konkret dituntut atau
diminta oleh Penggugat untuk dinyatakan atau diterapkan oleh Pengadilan dalam Putusan.
h. Penggugat adalah orang atau pihak yang merasa dirugikan haknya oleh orang atau pihak
lain (Tergugat).
i. Tergugat adalah orang atau pihak yang dianggap telah merugikan hak orang atau pihak lain
(Penggugat).
j. Pemohon adalah orang/institusi yang mengajukan keberatan atau permohonan atas ketidak
nyaman yang diterima melalui MK.
k. Gugatan dapat disimpulkan sebagai suatu tuntutan hak dari setiap orang atau pihak (kelompok)
atau badan hukum yang merasa hak dan kepentingannya dirugikan dan menimbulkan perselisihan
l. Materiil gugatan adalah syarat yang berkaitan dengan isi atau materi yang harus dimuat dalam
surat gugatan. 
m. Pihak formil yaitu pihak yang secara formil tampil dan beracara di depan pengadilan, yaitu
penggugat, tergugat dan kuasa hukum.
n. Turut Tergugat adalah orang atau pihak yang tidak berkepentingan langsung dalam perkara
tersebut, tetapi ada sangkut pautnya dengan pihak atau obyek perkara yang bersangkutan.
o. Surat kuasa adalah sebuah dokumen yang memberikan wewenang kepada pihak lain untuk
melakukan perbuatan hukum, untuk dan atas nama pemberi kuasa, karena pihak pemberi kuasa
sedang tidak dapat melakukannya sendiri. 
p. Sita adalah tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat (harta sengketa) secara paksa
berada dalam penjagaan yang dilakukan secara resmi berdasarkan perintah pengadilan atau
Hakim. 
q. Conservatoir beslag, merupakan tindakan dari pihak penggugat dalam bentuk permohonan
kepada Ketua Pengadilan Negeri, untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata.
r. Revindicatoir adalah penyitaan atas barang bergerak milik penggugat yang dikuasai oleh
tergugat (revindicatoir berasal dari kata revindicatoir, yang berarti meminta kembali miliknya).
s. Marital (marital beslag) ialah sita yang diletakkan atas harta bersama suami istri baik yang
berada ditangan suami maupun yang berada ditangan istri apabila terjadi sengketa perceraian
t. Sita pandbeslag ialah suatu permohonan yang dilakukan oleh yang menyewakan rumah maupun
tanah yang bertujuan agar terjaminnya suatu uang sewa yang harus dibayar oleh pihak
tergugat/penyewa.
u. Verstek atau Putusan Verstek adalah putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim tanpa
hadirnya Tergugat dan tanpa adanya alasan yang sah meskipun telah dipanggil secara resmi dan
patut.
v. Replik adalah jawaban balasan atas jawaban tergugat dalam perkara perdata. 
w. Duplik adalah jawaban tergugat atas replik yang diajukan penggugat.
x. Intervensi (latin) aslinya intervenire yaitu memberi kesempatan kepada siapapun yang
berkepentingan untuk melibatkan diri dalam suatu proses perdata yang sedang berjalan antara
pihak, yang dapat diajukan sebelum atau pada saat antara pihak berakhir.

2. Tujuan: Untuk merealisir pelaksanaan dari hukum perdata materiil atau  memperoleh
perlindungan hukum yang diberikan oleh lembaga peradilan untuk mencegah pemaksaan
kehendak pihak lain atau main hakim sendiri (Eigenrichting).Hukum Acara Perdata
bersifat memaksa dan tidak dapat disimpangi. Hakim yang memeriksa dan memutus perkara
perdata di pengadilan, terikat dengan ketentuan-ketentuan dalam Hukum Acara Perdata baik yang
bersumber dari HIR/ RBg, maupun dari peraturan lainnya.

3. Hukum acara perdata dalam tata hukum Indonesia mulai berkembang pada masa
penjajahan Belanda. Di bawah hukum Hindia Belanda, lingkungan peradilan dibedakan untuk
golongan Eropa dan yang dipersamakan dengannya pada satu pengadilan, dan untuk golongan
Pribumi dan Timur Asing (Tionghoa dan Arab) pada satu pengadilan lain.

Golongan Eropa dan yang dipersamakan dengannya diatur oleh Reglement op de Burgelijke


Rechtsvordering (RV) yang diundangkan oleh Staatsblad No. 52 Tahun 1847. Undang-undang ini
mengatur tata cara berperkara perdata di hadapan Raad van Justitie dan Residentie-gerecht.
Golongan Pribumi dan Timur Asing diatur menggunakan dua undang-undang perdata yang
berbeda, yaitu HIR dan RBg. Inlandsch Reglement (IR) diundangkan melalui Staatsblad No. 16
Tahun 1848 dan diperbaharui menjadi Herziene Indonesich Reglement (HIR)
melalui Staatsblad No. 44 Tahun 1941. HIR hanya berlaku untuk golongan Pribumi dan Timur
Asing yang berperkara di muka Landraad yang berada di Pulau Jawa dan Madura. Di luar Jawa
dan Madura, berlaku Reglement Voor de Buitengewesten (RBg), yang diundangkan
melalui Staatsblad No. 227 Tahun 1927. Yang dimaksud oleh wilayah-wilayah luar Jawa dan
Madura ini antara lain adalah Ambon, Aceh, Minangkabau, Palembang, Kalimantan, Minahasa,
dan lain-lain.

4. a. Sumber hukum acara perdata

 Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB).


 Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ketetapan produk
hukum dari Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas concordantie.
 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koopandhel (WvK).
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria. Keberadaan UU ini mencabut
berlakunya Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak atas tanah, kecuali hipotek. Undang-
undang Agraria secara umum mengatur mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan
hukum adat.
 UU Nomor 16 Tahun 2019 No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
 UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan benda berhubungan
dengan tanah.
 UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
 UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan.
 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, yang mengatur hukum
perkawinan, hukum kewarisan dan hukum perwakafan. Ketentuan ini berlaku hanya bagi
orang-orang yang beragama Islam.

b. Asas – asas hukum acara perdata

 Hakim bersifat menunggu


 Hakim bersifat pasif
 Persidangan terbuka untuk umum
 Mendengarkan kedua belah pihak
 Putusan harus disertai alasan
 Beracara dikenakan biaya
 Tidak harus mewakilkan dalam beracara
 Peradilan secara sederhana, cepat dan biaya ringan

5. a. Syarat gugatan
 Diajukan oleh yang punya kepentingan dan hubungan dengan perkara tersebut.

 Diajukan secara tertulis dan lisan (tapi sebaiknya tulisan)

 Orang yang belum dewasa dapat diwakili oleh wali.

 Orang yang dibawah pengampuan dapat diwakili oleh pengampunya.


 Badan Hukum diajukan oleh pengurusnya (direksi).
b. Isi.gugatan
 Identitas para pihak
 Fundamentum petendi / posita (uraian kejadian/peristiwa/duduknya perkara dan
hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis dari tuntutan).
 Petitum (tuntutan: pokok, tambahan)

6. a. Putusan Berdasarkan Sifatnya. Terdapat tiga jenis putusan hakim ditinjau dari sifatnya,
penjelasan masing – masing putusan hakim tersebut, yaitu sebagai berikut:
 Putusan Deklarator atau declatoir vonnis adalah pernyataan hakim yang tertuang
dalam putusan yang dijatuhkan, dimana pernyataan tersebut merupakan penjelasan
atau penetapan tentang sesuatu hak atau title maupun status. Pernyataan hakim
tersebut dicantumkan dalam amar atau diktum putusan. Dengan kata lain putusan
jenis ini hanya menegaskan status hukum sesuatu atau seseorang. Contoh putusan
Deklarator adalah pernytaan hakim bahwa sebuah ikatan perkawinan sah atau tidak
sah secara hukum, pernyataan bahwa pengguggat sah atau tidak sah sebagai ahli
waris, dan lain sebagainya.
 Putusan Konstitutif atau constitutief vonnis adalah putusan yang menciptakan hukum
baru atau pun meniadakan suatu keadaan hukum yang telah ada. Misalnya putusan
perceraian diman diputus bahwa pasangan suami – isteri resmi bercerai sehingga
pada keadaan yang demikian status hukum sebelumnya yakni sebagai pasangan
suami – isteri hapus sekali menciptakan status hukum baru, bahwa masing – masing
berstatus sebagai janda atau duda. Contoh lain, putusan yang membatalkan sebuah
perjanjian sehingga pada keadaan yang demikian para pihak tidak lagi terikat dalam
perjanjian.
 Putusan Kondemnator atau condemnatoir vonnis, yakni putusan yang amar
putusannya menghukum salah satu pihak yang berperkara untuk melakukan sesuatu
atau menyerahkan sesuatu kepada pihak lawan. Apabila pihak putusan tersebut tidak
dilaksanakan secara suka rela maka akan dilakukan eksekusi paksa oleh pengadilan
atas dasar permohonan penggugat.

b. Putusan Berdasarkan Kehadiran Para Pihak.  Kategori putusan ini juga dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
 Putusan Gugatan Gugur, yakni putusan yang dijatuhkan karena pihak penggugat
tidak menghadiri sidang pada hari yang telah ditentukan setelah dipanggil dengan
layak oleh juru sita pengadilan. Dalam putusan ini hakim dapat menyatakan bahwa
gugatan penggugat gugur dan penggugat tersebut dihukum membayar biaya perkara.
 Putusan Verstek, yakni putusan yang dijatuhkan oleh hakim apabila pada hari
pertama persidangan yang telah ditentukan pihak tergugat tidak menghadiri sidang
tanpa alasan yang sah meskipun telah dipanggil dengan layak oleh juru sita
pengadilan. Terhadap putusan verstek ini, pihak tergugat dapat mengajukan banding
dimana banding tersebut dikenal dengan istilah
 Putusan Kontradiktoir atau Contradictoir vonnis, yakni putusan atas dasar kehadiran
para pihak pada saat pembacaan putusan akhir. Oleh karena itu ada dua jenis putusan
kontradictoir, Pada saat pembacaan putusan diucapkan para pihak hadir dan Pada
saat pembacaan putusan diucapkan salah satu pihak tidak hadir.

7. Perbedaan dari Hukum Acara Perdata dan Hukun Acara Pidana, yakni :
a. Perbedaan mengadili
 Hukum acara perdata mengatur cara-cara mengadili perkara-perkara di muka
pengadilan-perdata oleh hakim perdata.
 Hukum acara pidana mengatur cara-cara mengadili perkara pidana di muka
pengadilan pidana oleh hakim pidana.

b. Perbedaan pelaksanaan:
 Pada acara perdata inisiatif datang dari pihak yang berkepentingan yang dirugikan.
 Pada acara pidana inisiatifnya itu datang dari penuntut umum (jaksa).

c. Perbedaan dalam penuntutan:


 Dalam acara perdata, yang menuntut si tergugat adalah pihak yang dirugikan.
Penggugat berhadapan dengan tergugat. Jadi tidak terdapat penuntut umum atau
jaksa.
 Dalam acara pidana, jaksa menjadi penuntut terhadap si terdakwa. Jaksa sebagai
penuntut umum mewakili negara, berhadapan dengan terdakwa. Jadi, disini terdapat
seorang jaksa.

d. Perbedaan alat-alat bukti:


 Dalam acara perdata sumpah merupakan alat pembuktian (terdapat 5 alat bukti yaitu:
tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah)
 Dalam acara pidana ada 4 alat bukti (kecuali sumpah).
e. Perbedaan penarikan kembali suatu perkara.

 Dalam acara perdata, sebelum ada putusan hakim, pihak-pihak yang bersangkutan
boleh menarik kembali perkaranya.
 Dalam acara pidana, tidak dapat ditarik kembali.

f. Perbedaan kedudukan para pihak.


 Dalam acara perdata, pihak-pihak mempunyai kedudukan yang sama. Hakim hanya
bertindak sebagai wasit, dan bersikap pasif.
 Dalam acara pidana, jaksa kedudukannya lebih tinggi dari terdakwa. Hakim juga turut
aktif.

g. Perbedaan dalam dasar keputusan hakim

 Dalam acara perdata, putusan hakim itu cukup dengan mendasarkan diri kepada
kebenaran formal saja (akta tertulis dan lain-lain)
 Dalam acara pidana, putusan hakim harus mencari kebenaran materiil (menurut
keyakinan, perasaan keadilan hakim sendiri)

h. Perbedaan macamnya hukuman

 Dalam acara perdata, tergugat yang terbukti kesalahannya dihukum denda, atau
hukuman kurungan sebagai pengganti denda.
 Dalam acara pidana, terdakwa yang terbukti kesalahannya dipidana mati, penjara,
kurungan atau denda, mungkin ditambah dengan pidana tambahan seperti: dicabut
hak-hak tertentu dan lain-lain.

i. Perbedaan dalam bandingan


 Bandingan perkara perdata dari Pengadilan Negeri ke Pengadilan Tinggi disebut
Appel.
 Bandingan perkara pidana dari Pengadilan Negeri ke Pengadilan Tinggi disebut
Revisi.

Anda mungkin juga menyukai