Pengertian
Hukum acara perdata :
Hukum yang mengatur prosedur dan proses penerapan hukum perdata materiil
oleh/melalui pengadilan, disebut juga sebagai hukum perdata formil.
Terdapat hubungan fungsional antara hukum perdata materiil dengan hukum acara perdata.
HAPER 9 SEPTEMBER
Komopetensi Relatif
- Tiap PN berkedudukan di tiap - tiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan
memiliki wewenang/kompetensi relatif di wilayah hukum Kabupaten atau Kota yang
bersangkutan.
- Landasan menentukan kompetensi relatif PN mengadili perkara perdata adalah Asas
“Actor Secuitur Forum Rei” yang artinya PN yang wilayah hukumnya meliputi tempat
tinggal pihak tergugat.
HAPER 15 SEPTEMBER
Gugatan :
Perkara yang didasari perselisihan/sengketa hak, minimal ada dua pihak berpekara, produk
pengadilan berupa putusan.
- Pihak berpekara memiliki opsi untuk menghadapi perkara secara sendiri atau
mewakilkan kepada orang lain melalui surat kuasa khusus
- Penerima kuasa bertindak untuk dan atas nama serta mewakili pemberi kuasa di
muka atau di luar pengadilan, artinya pemberi kuasa tidak wajib hadir dalam
pemeriksaan perkara
- Berlainan dengan perkara pidana, kedudukan dan peran penerima kuasa bertindak
mendampingi pemberi kuasa yang artinya pemberi kuasa tetap wajib hadir dalam
pemeriksaan perkara
Surat Kuasa
Surat kuasa harus disepakati oleh dua pihak (pemberi kuasa dan penerima kuasa).
Kuasa dapat dibuat secara tertulis dan dapat juga dikemukakan secara lisan di muka
Hakim (Pasal 1793 BW), untuk berhadapan di depan pengadilan wajib full tertulis.
Bentuk surat kuasa dalam bentuk surat kuasa di bawah tangan, atau dalam bentuk
akta otentik (Pasal 1793 BW)
Pemberi kuasa dan penerima kuasa harusah orang yang cakap untuk melakukan
perbuatan hukum (Pasal 1320 BW)
Makna khusus pada surat kuasa, yakni khusus untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu dan dalam tingkat peradilan tertentu (Pasal 1795)
Konsekuensinya, penerima kuasa berhak bertindak mewakili pemberi kuasa dalam
melakukan perbuatan hukum (Pasal 1797 BW)
Apabila surat kuasa memuat klausula substitusi, maka penerima kuasa melalui surat
kuasa substitusi berhak melimpahkan surat kuasa tersebut kepada pihak lain sebagai
penerima kuasa substitusi
Perbuatan hukum yang dilakukan oleh penerima kuasa atas nama pemberi kuasa
sebagaimana diatur dalam surat kuasa secara yuridis mengikat pemberi kuasa (Pasal
1799 BW)
Surat kuasa berakhir bisa karena dicabut oleh pemberi kuasa, kesepakatan dalam hal
pembatalan, dan salah satu pihak meninggal dunia (Pasal 1813 jo. Pasal 1814 BW)
Dengan berakhir berlakunya surat kuasa, maka berakhir juga hubungan hukum
antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa
HAPER 16 SEPTEMBER
HAPER 22 SEPTEMBER
Upaya Hukum
Setelah pemeriksaan 25 hari terdapat upaya hukum yang dapat dilakukan :
Para pihak dapat mengajukan keberatan paling lambat tujuh hari setelah putusan
diucapkan atau setelah pemberitahuan putusan
Putusan terhadap permohonan keberatan diucapkan paling lambat 7 hari setelah
tanggal penetapan majelis hakim
Putusan majelis hakim atas keberatan adalah putusan akhir sehingga tidak tersedia
upaya hukum banding, kasasi, atau peninjauan kembali
HAPER 23 SEPTEMBER
HAPER 29 SEPTEMBER
Alur Sengketa
Berikut merupakan alur awal sengketa perdata :
1. Pengajuan surat gugatan
2. Diberikan kepada Panitera PN
3. Membayar ongkos perkara
4. Panitera memberikan surat gugatan kepada Ketua PN
5. Diberikan nomor register peerkara
6. Ketua PN menunjuk Majelis Hakim
7. Penentuan hari sidang
Hari pertama sidang hakim mewajibkan para pihak menempuh mediasi (Pasal
17 Ayat 1 PERMA 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan)
Mediasi di Pengadilan
Ketua majelis hakim memiliki hak untuk memilih Mediator.
Proses Mediasi
Mencapai Kesepakatan
Pasal 27 :
1. Setelah berlangsung paling lama 30 hari dan atas kesepakatan dapat diperpanjang
30 hari (Pasal 24 Ayat 2 dan 3).
2. Menghadap kembali pada majelis hakim pemeriksa
3. Berhasil mencapai kesepakatan, lalu terdapat dua opsi :
a. Dapat meminta putusan dengan sebuah akta perdamaian
b. Wajib menyatakan pencabutan gugatannya atau perkara dinyatakan selesai
Jawaban I Tergugat
Jawab Jinawab :
1. Gugatan penggugat
2. Gugatan penggugat ditanggapi dengan jawaban Tergugat yang substansinya
meliputi:
1) Eksepsi
2) Dalam pokok perkara terdiri dari
- Jawaban dalam konvensi
- Gugatan dalam rekonvensi (tentative)
3. Jawaban tergugat ditanggapi replik penggugat
4. Replik penggugat ditanggapi dengan duplik tergugat
5. Pembuktian oleh pihak - pihak perkara
6. Konklusi penggugat dan tergugat
Eksepsi
Disebut sebagai tangkisan/bantahan, yang merupakan jawaban Tergugat yang menyangkut
aspek - aspek formalitas acara dan tidak langsung menyangkut substansi/pokok perkara.
Eksepsi bukan merupakan suatu keharusan untuk diajukan oleh Tergugat melainkan
tergantung pada urgensinya.
Contohnya adalah :
- Pengadilan tidak berwenang absolut/relatif mengadili perkara
- Gugatan penggugat kabur
- Gugatan penggugat premature
- Gugatan penggugat kurang pihak
- Penggugat tidak memiliki legal standing
- Dll
Terhadap putusan sela, terdapat dua kemungkinan para pihak berpekara yaitu :
1) Menerima putusan
2) Menyatakan keberatan dan bermaksud mengajukan upaya hukum
Pihak yang keberatan terhadap putusan sela dapat mengajukan upaya hukum banding ke
Pengadilan Tinggi, selanjutnya terhadap putusan Pengadilan Tinggi memungkinkan upaya
hukum kasasi ke Mahkamah Agung.
Pengiriman berkas banding terhadap putusan sela yang diktumnya menolak eksepsi
Tergugat, dijadikan satu dengan putusan akhir Pengadilan.
Jawaban yang mengandung bantahan/sangkalan harus dikemukakan secara jelas dan tegas,
sebab apabila tidak demikian dapat menimbulkan sangkaan telah aadanya pengakuan
secara diam - diam oleh Tergugat terhadap dalil dan argumentasi Penggugat.
Gugatan Balasan/Balik/Rekonvensi
Diajukan oleh Tergugat semula dalam konvensi, yang kemudian secara simultan
bertindak juga sebagai Penggugat dalam rekonvensi.
Gugatan rekonvensi diajukan bersama - sama dengan diajukannya jawaban pertama
oleh Tergugat dan diajukan ke Majelis Hakim PN yang memeriksa gugatan
semula/konvensi.
Bila gugatan rekonvensi diajukan melalui kuasa, maka harus ada penegasan dalam
surat kuasa tentang kebolehan mengajukan gugatan rekonvensi
Pemeriksaan & putusan Pengadilan terhadap gugatan konvensi dengan gugatan
rekonvensi dijadikan satu
Alasan diajukannya gugatan rekonvensi adalah :
a) Menjalankan asas peradilan sederhana
b) Menghemat biaya dan waktu
HAPER 6 OKTOBER
HAPER 7 OKTOBER
Replik Penggugat
Replik adalah tanggapan tertulis Penggugat untuk menanggapi/mematahkan dalil &
argumentasi Tergugat yang diuraikan dalam jawabannya.
Substansi replik pada umumnya bersifat “penguatan” atas argumentasi dan dalil - dalil
Penggugat yang telah dikemukakan dalam gugatannya.
Duplik Tergugat
Duplik adalah tanggapan tertulis yang diajukan oleh Tergugat untuk menanggapi atau
mematahkan dalil dan argumentasi Penggugat dalam replik dan gugatannya.
Substansi duplik pada umumnya bersifat “penguatan” terhadap dalil dan argumentasi
Tergugat yang telah dikemukakan dalam jawabannya semula.
Perubahan & pencabutan surat gugatan merupakan opsi Penggugat, sepanjang perkara
belum disidangkan dan Tergugat belum mengajukan jawabannya. Bila tergugat sudah
menjawab, maka perubahan & pencabutan surat gugatan bergantung setuju/tidaknya
Tergugat.
HAPER 13 OKTOBER
Pembuktian
Upaya pihak - pihak berpekara untuk meyakinkan hakim atas kebenaran dalil dan
argumentasi yang dikemukakan dalam persidangan.
HAPER 14 OKTOBER
Saksi Ahli
Perbedaan keterangan saksi dengan keterangan ahli :
Keterangan seorang saksi mengenai apa yang dialami saksi itu sendiri
Keterangan seorang ahli mengenai suatu penilaian mengenai hal yang sudah nyata
ada dan pengambilan kesimpulan mengenai hal itu
Jika terdapat perbedaan antara keterangan saksi dan keterangan ahli dalam proses
pembuktian maka yang dipakai adalah keterangan saksi disebabkan saksi tersebut yang
melihat, mendengar, dan mengalaminya.
Pemeriksaan Setempat
Definisi :
Pemeriksaan atau sidang yang dilakukan oleh hakim/majelis hakim perdata di tempat objek
perkara berada.
Hakim/majelis hakim tersebut datang ke tempat objek (biasanya tanah) tersebut untuk
melihat secara langsung keadaan objek atau tanah yang disengketakan.
Tujuan dari pemeriksaan setempat :
Untuk mengetahui dengan jelas dan pasti tentang letak, luas, dan batas - batas objek
(tanah) perkara
Untuk mengetahui tentang kuantitas dan kualitas objek perkara jika objek itu
merupakan barang yang dapat diukur jumlah dan kualitasnya (pencemaran
lingkungan hidup)
Panitera Pengganti membuat BAP setempat yang ditandatangani oleh Panitera Pengganti
tersebut dan Hakim atau Ketua majelis Hakim. Terkait biaya pemeriksaan setempat
dibebankan kepada Pihak yang meminta diadakan pemeriksaan setempat (biaya
transportasi, pembuatan sketsa tanah oleh BPN, biaya saksi dan ahli).
Nilai Kekuatan :
Pemeriksaan setempat tidak tercantum sebagai alat bukti dalam Pasal 164 HIR/Pasal 1886
BW. Akan tetapi, hasil pemeriksaan setempat merupakan fakta yang ditemukan hakim di
persidangan, oleh karenanya mempunyai daya kekuatan mengikat bagi hakim.
Jika objek sengketa terletak di wilayah hukum PN lain maka didelegasikan kepada PN daerah
tersebut.
HAPER 21 OKTOBER
HAPER 27 OKTOBER
UTS
HAPER 28 OKTOBER
UTS
HAPER 10 NOVEMBER
Penyitaan
Sita adalah tindakan meletakkan harta kekayaan tergugat atau benda objek sengketa di
bawah pengawasan pengadilan selama pemeriksaan perkara berlangsung.
Tujuan sita :
Mencegah harta kekayaan tergugat/benda objek sengketa dipindahtangankan
kepada pihak ketiga pada saat pemeriksaan perkara berlangsung
Menjamin pelaksanaan putusan pengadilan apabila gugatan penggugat dikabulkan
(mencegah gugatan illusoir)
Actio pauliana merupakan upaya hukum kreditur untuk membatalkan perbuatan debitur
yang merugikan kreditur melalui pengadilan asal dapat dibuktikan bahwa ketika perbuatan
dilakukan, debitur ataupun orang dengan siapa debitur berbuat, mengetahui bahwa
perbuatan itu dapat merugikan kreditur.
Prinsip Penyitaan
Terdapat beberapa prinsip :
Penyitaan harus berdasarkan permohonan (Pasal 227 Ayat (1) HIR)
Mendahulukan penyitaan benda bergerak (Pasal 197 Ayat (1) HIR)
Penyitaan dilakukan secara proporsional terhadap nilai gugatan (Pasal 197 Ayat (1)
HIR)
Larangan menyita barang tertentu (Pasal 197 Ayat (8) HIR)
Larangan menyita barang milik pihak ketiga (Pasal 1340 BW)
Benda yang telah disita dalam satu perkara, tidak dapat dikenai sita lagi (Pasal 463
Rv)
Larangan menyita barang milik negara (Pasal 50 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara)
Penguasaan objek sita selama pemeriksaan perkara tetap pada tersita (Pasal 197
Ayat (9) HIR)
Jenis Sita
Terdapat tiga jenis sita :
1. Sita revindikasi (revindicatoir beslag)
a) Pasal 226 HIR
b) Benda bergerak hak milik penggugat yang dikuasai oleh tergugat
c) Gugat kebendaan atas benda bergerak - gugatan revindikasi Pasal 574 BW
d) Gugat atas dasar hak reklame
e) Pemohon sita adalah penggugat sebagai pemilik benda bergerak
f) Pemohon sita juga dapat penjual yang barangnya belum dilunasi pembeli
2. Sita jaminan (conservatori beslag)
a) Pasal 227 HIR
b) Benda bergerak atau benda tidak bergerak milik tergugat
c) Benda tidak bergerak milik penggugat yang dikuasai oleh tergugat
d) Benda tidak bergerak yang menjadi objek sengketa
e) Gugatan atas dasar wanprestasi
f) Gugatan kebendaan atas benda tidak bergerak
g) Pemohon sita adalah penggugat
3. Sita matrimonial (matrimonial beslag)
a) Pasal 78 UU Nomor 7/1989 jis. UU Nomor 3/2006, UU Nomor 50/2009
b) Objek sita adalah harta bersama dalam perkawinan (bergerak maupun tidak)
c) Perkara perceraian, gugatan untuk menyelamatkan harta bersama (Pasal 186
BW)
d) Pemohon sita adalah penggugat maupun tergugat (suami/istri terhadap
suami/istri yang menguasai harta bersama)
e) Dalam praktik dikenal sebagai sita marital, dalam ketentuan BW hanya dapat
diajukan oleh istri terhadap suami (Pasal 215) atas harta kekayaan persatuan
karena berdasarkan ketentuan BW yang berwenang mengurus harta
kekayaan persatuan adalah suami (Pasal 124 BW)
HAPER 11 NOVEMBER
Alfest
HAPER 17 NOVEMBER
Permohonan Sita
Permohonan sita pada prinsipnya termasuk dalam jurisdiction voluntaria (perkara
yang bersifat non sengketa), namun selalu melekat pada perkara gugatan jurisdiction
contentiosa (perkara yang sifatnya sengketa)
o Jurisdictio voluntaria = perkara yang bersifta non sengketa (PDT.P), sehingga
hakim berkedudukan sebagai pejabat adminstrasi keadilan, inputnya
permohonan, nanti hakim akan menjatuhkan penetapan. Contoh :
permohonan ganti nama, permohonan adopsi, permohonan pembubaran PT
o Jurisdictictio contentiosa: perkara yang sifatnya sengketa (PDT.G), hakim
sebagai adjudicator, diinisasi dengan gugatan oleh penggugat dan hakim akan
menjatuhkan putusan
Permohonan sita dapat diajukan setiap saat dalam pemeriksaan perkara sepanjang
putusan atas perkara a quo belum berkekuatan hukum tetap (Pasal 227 HIR)
o Sita lisan bisa diajukan ketika pemohon buta huruf, syaratnya gugatan atau
pengajuan gugatan bisa diajukan ketika pemohon buta aksara
o Sita diajukan setiap saat pada semua tingkat sebelum putusan berkekuatan
hukum tetap (bersamaan dengan gugatan/terpisah dari gugatan)
o Sita termasuk jurisdictio voluntaria, kalau sita dikabulkan hakim akan
menjatuhkan pputusan sela yang dituangkan dalam penetapan sita. Sifatnya
melekat dengan gugatan, gugatan tanpa permohonan sita boleh tapi sita
harus ada gugatannya (ada posita, alasan permohonan sita, menyebutkan
secara rinci dan jelas barang yang disita)
Permohonan sita diperiksa oleh majelis hakim dalam suatu pemeriksaan insidentiil
dan diputus dalam putusan sela.
Apabila permohonan sita cukup beralasan, maka akan dikabulkan dan putusan sela
dalam bentuk penetapan sita akan dijatuhkan.
Apabila permohonan sita tidak beralasan, permohonan sita akan ditolak dalam
putusan sela.
Peletakan Sita
Pasal 197 HIR :
Panitera/juru sita berdasarkan perintah Ketua PN melakukan penyitaan dengan
mendatangi lokasi di mana barang yang dimohonkan sita berada
Peletakan sita dilakukan dengan membuat berita acara (proses verbal) dengan
disaksikan oleh dua orang saksi
Dalam tuntutan pembayaran ganti rugi, penyitaan dilakukan terlebih dahulu
terhadap benda bergerak, apabila tidak mencukupi dilakukan terhadap benda tidak
bergerak
Barang yang disita tetap berada di dalam penguasaan tersita
Pasal 463 Rv :
Apabila benda yang akan disita ternyata telah disita terlebih dahulu dalam perkara lain,
maka sita tidak dapat dilaksanakan, yang dapat dilakukan oleh panitera/juru sita adalah
melakukan sita perbandingan
Sita Perbandingan
Sita perbandingan/persamaan/penyesuaian dilakukan apabila barang yang akan disita telah
terlebih dahulu dikenai sita dalam perkara lain (Pasal 463 Rv).
Sita perbandingan dilakukan pula apabila barang yang akan disita ternyata telah terlebih
dahulu dibebani dengan jaminan kebendaan.
Upaya Hukum
Terhadap putusan pengadilan negeri atas permohonan sita dapat diajukan upaya hukum
banding bersama dengan putusan akhir (Pasal 228 HIR).
HAPER 18 NOVEMBER
Makna Putusan
Putusan adalah pendapat hukum hakim yang diberikan berdasarkan kewenangannya atas
perkara yang diserahkan kepadanya dengan tujuan untuk mengakhiri sengketa.
Prinsip
Terdapat prinsip putusan :
1. Memuat dasar alasan dan dasar hukum yang jelas (Pasal 178 Ayat (1) HIR)
2. Wajib mempertimbangkan semua bagian tuntutan (Pasal 178 Ayat (2) HIR)
3. Dilarang mengabulkan sesuatu yang tidak dituntut atau mengabulkan melebihi apa
yang dituntut (Pasal 178 Ayat (3) HIR)
4. Wajib diucapkan dalam suatu sidang yang terbuka untuk umum (Pasal 13 UU
48/2009 Kekuasaan Kehakiman)
Jenis Putusan
A. Jenis Putusan ditinjau dari kehadiran para pihak :
1) Putusan gugatan gugur
Ketika penggugat tanpa alasan yang sah tidak hadir di sidang yang sah
meskipun pemanggilannya sudah dilakukan secara patut (Pasal 124 HIR).
2) Putusan verstek
Ketika tergugat telah dipanggil secara patut tidak hadir dalam sidang pertama
tanpa alasan yang sah, jika tidak setuju bisa mengajukan verzet
3) Putusan contradictoir
Putusan atas gugatan penggugat dengan perlawanan tergugat, lawannya
putusan verstek, para pihak tergugat penggugat hadir, putusan dengan
perlawanan dari pihak tergugat. Kalau salah satu atau lebih tergugat tidak
hadir, putusan ini mengikat tergugat yang tidak hadir, kalau tidak setuju bisa
mengajukan banding.
Ketika ada pemeriksaan Voeging dan Tussenkomst, maka diputus dengan putusan insidentil.
Dalam praktik terdapat pula intervensi pihak ketiga dalam bentuk amicus curiae.
Amar Putusan
Sifatnya :
1. Declaratoir
Menegaskan suatu keadaan hukum yang sudah ada/menegahkan hukum saja.
2. Constitutief
Menimbulkan keadaan hukum yang baru/menghilangkan keadaan hukum yang
sebelumnya ada.
3. Condemnatoir
Formulasi Putusan
Pasal 184 HIR jo. Pasal 50 (1), Pasal 53 (2) UU Nomor 48/2009 :
1) Mencantumkan nomor perkara
2) Mencantumkan irah - irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
3) Mencantumkan identitas pihak - pihak yang berpekara
4) Memuat bagian tentang duduk perkara :
- Ringkasan gugatan dan jawaban
- Uraian proses mediasi
- Uraian proses pembuktian
5) Memuat bagian pertimbangan hukum :
- Penilaian alat bukti
- Pertimbangan atas tuntutan para pihak
- Memuat dasar hukum
6) Amar putusan
7) Bagian penutup
8) Rincian biaya perkara
9) Tanda tangan majelis hakim dan panitera pengganti
HAPER 24 NOVEMBER
Upaya Hukum
Upaya hukum merupakan hak yang diberikan oleh undang - undang bagi para pihak untuk
melawan putusan hakim dengan meninjau putusan itu pada pengadilan yang lebih tinggi.
Upaya hukum biasa adalah hak untuk mengajukan perlawanan terhadap putusan yang
belum berkekuatan hukum tetap/putusan yang masih dalam tenggang waktu untuk
mengajukan perlawanan.
Upaya hukum luar biasa adalah hak untuk mengajukan perlawanan terhadap putusan yang
sudah berkekuatan hukum tetap.
Jenis upaya hukum :
1) Upaya hukum biasa
o Verzet tegen verstek vonnis
o Keberatan atas putusan dalam perkara gugatan sederhana (Ketua PN yang
memutus)
o Banding
o Kasasi
2) Upaya hukum luar biasa
o Peninjauan kembali
o Derden verzet (perlawanan pihak ketiga)
o Para pihak dipanggil melalui surat pemanggilan atau berita acara pemanggilan
(relaas atau writ of summon), kalau para pihak sudah pernah hadir tidak diperlukan
lagi relaas.
o Verstek tidak selalu mengabulkan gugatan penggugat, kalau melawan hak dan tidak
beralasan maka gugatan tersebut bisa tidak dikabulkan.
o Verzet tegen verstek vonnis (perlawanan terhadap putusan verstek) adalah senjata
eksklusif bagi tergugat.
o Kalau penggugat hanya dapat mengajukan banding atas putusan verstek, maka
tertutup bagi tergugat untuk mengajukan verzet, tetapi perlawanan tergugat boleh
diajukan dalam tingkat banding.
o Verzet diajukan di pengadilan negeri yang memutus putusan verstek, kalau
keberatan ke pengadilan tinggi, kalau tetap mau melawan mengajukan juga ke
tingkat banding ; kalau penggugat banding serta memori banding.
Banding
Instansi yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan banding untuk perkara perdata
adalah Pengadilan Tinggi (Pasal 51 Ayat (1) UU Peradilan Umum).
Pada Pasal 4 Ayat (2) UU Peradilan Umum, dijelaskan bahwa Pengadilan Tinggi
berkedudukan di Ibukota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi.
Syarat Formil
Terdapat beberapa syarat formil :
1. Diajukan secara lisan/tertulis (Pasal 7 Ayat 1 UU 20/1947) oleh
pembanding/kuasanya.
2. Diajukan melalui panitera pengadilan negeri yang memutus perkara pada tingkat
pertama (Pasal 7 Ayat 1 UU 20/1947).
3. Diajukan dalam tenggang waktu 14 hari terhitung setelah pemberitahuan putusan
yang dimohonkan banding (Pasal 17 Ayat 1 UU 20/1947). Akan tetapi, jika terdapat
salah satu dari pihak tergugat tidak hadir saat pengumuman, jangka waktu tetap
sama meskipun tanggal pengumumannya berbeda.
4. Membayar panjar biaya perkara/banding (Pasal 7 Ayat 4 UU 20/1947).
Jika terdapat pihak yang tidak hadir, maka pemberitahuan putusan dilakukan melalui relaas.
Relaas putusan hanya memuat amar putusan saja.
- Apabila hari ke-14 jatuh pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur, maka penentuan
hari ke-14 jatuh pada hari kerja berikutnya
- Terhadap permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang waktu, tetap
dapat diterima dan dicatat dengan membuat surat keterangan panitera bahwa
permohonan banding telah lampau
Dapat mengajukan banding langsung setelah putusan dibacakan, tetapi harus tetap
keesokan harinya mengajukan ke panitera secara resmi untuk mendapatkan akta
permohonan banding.
HAPER 25 NOVEMBER
Memori banding dapat diajukan ke PN maupun PT dan alasan memori banding tidak
dibatasi, sepanjang tidak mengubah materi gugatan, karena pada dasarnya pemeriksaan
banding adalah pemeriksaan ulangan.
Pemeriksaan Banding
Pemeriksaan banding diperiksa dan diputus oleh hakim tinggi (Pasal 15 Ayat (1) UU
20/1947)
Ruang lingkup pemeriksaan :
- Pemeriksaan syarat administrasi yustisial (persyaratan formil permohonan
banding)
- Pemeriksaan pokok perkara (berdasarkan berkas perkara = putusan, berita
acara, alat bukti tulisan, memori, dan kontra)
Putusan Banding
Pengertian Pasal 8 UU 20/1947 :
Apabila Pengadilan Negeri menjatuhkan putusan verstek/tidak ada tergugat yang hadir,
maka tergugat apabila hendak melawan putusan verstek tidak boleh mengajukan banding,
tetapi boleh mengajukan verset.
Apabila penggugat mengajukan banding atas putusan verstek itu, maka tergugat tidak boleh
lagi mengajukan verset. Tergugat yang tidak dapat mengajukan verset, boleh mengajukan
perlawanannya dengan mengajukan banding sehingga dapat mengajukan kontra memori
banding.
Salinan putusan banding dan berkas perkara segera dikirimkan ke Pengadilan Negeri yang
memutus pada tingkat pertama. Panitera PN memberitahukan putusan banding kepada
para pihak.
HAPER 1 DESEMBER
Kasasi
Upaya hukum kasasi :
Kewenangan MA dalam pemeriksaan kasasi
Objek kasasi
Syarat formil permohonan kasasi
Pengajuan permohonan kasasi dan pencabutan permohonan kasasi
Kasasi maknanya adalah membatalkan semua putusan lingkungan peradilan yang ada
dibawah Mahkamah Agung. Mahkamah Agung merupakan lingkungan peradilan tertinggi di
Indonesia.
Kewenangan MA
Kewenangan MA dalam pemeriksaan kasasi perkara perdata diatur pada Pasal 24A Ayat (1)
UUD NRI 1945 serta Pasal 28 Ayat (1) UU Mahkamah Agung.
UUD NRI 1945 = yang digunakan hingga sekarang dan telah melalui 4 kali amandemen
UUD 1945 = naskah asli yang disahkan pada 18 Agustus 1945
Objek Kasasi
Pasal 29 UU MA menyatakan bahwa Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi
terhadap putusan Pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir dari semua Lingkungan
Peradilan.
Syarat Formil
Terdapat syarat formil dari permohonan kasasi :
1) Permohonan kasasi dapat diajukan hanya jika pemohon telah menempuh upaya
hukum banding, kecuali ditentukan lain oleh undang - undang (Pasal 43 Ayat 1 UU
MA). Dahulu ada namanya forum prorogasi yang dimana kedua belah pihak dapat
bersepakat tidak melewati upaya banding, langsung kasasi
2) Diajukan oleh pihak berpekara (principal maupun ahli warisnya) atau kuasanya (Pasal
44 Ayat 1 UU MA)
3) Diajukan secara tertulis atau lisan melalui Panitera Pengadilan Negeri yang memutus
perkara pada tingkat pertama (Pasal 46 Ayat 1 UU MA)
4) Diajukan dalam tenggang waktu 14 hari setelah pemberitahuan putusan/penetapan
yang dimohonkan kasasi kepada pemohon kasasi (Pasal 46 Ayat 1 UU MA)
5) Membayar panjar biaya perkara (Pasal 46 Ayat 3 UU MA), setelah membayar baru
dibuat akte permohonan kasasi.
6) Menyampaikan memori kasasi dalam tenggang waktu 14 hari setelah permohonan
kasasi dicatat/akta permohonan kasasi (Pasal 47 Ayat 1 UU MA)
Dengan terjadinya pewarisan, maka beralih lah seluruh hak dan kewajiban aktiva, pasiva,
harta, kekayaan dan hutang dari pewaris kepada ahli waris.
Jika terdapat salah satu syarat formil yang tidak dipenuhi salah satu, maka permohonan
kasasi tidak dapat diterima.
Jika permohonan kasasi belum diputus, tetapi sudah didaftarkan kemudian dicabut
permohonan kasasinya maka yang sudah dicabut tidak dapat diajukan permohonan kasasi
kembali meskipun tenggang waktu masih valid.
HAPER 2 DESEMBER
Memori Kasasi
Terdapat beberapa ketentuan :
Pemohon kasasi wajib menyerahkan memori kasasi dalam jangka waktu 14 hari
setelah pendaftaran permohonan kasasi (Pasal 47 Ayat (1) UU MA)
Memori kasasi memuat alasan - alasan permohonan kasasi (Pasal 47 Ayat (1) UU
MA)
Panitera wajib menyampaikan salinan memori kasasi kepada termohon kasasi dalam
waktu paling lama 30 hari (Pasal 47 Ayat (2) UU MA)
Termohon kasasi berhak menyampaikan kontra memori kasasi dalam tenggang
waktu 14 hari terhitung sejak ia menerima salinan memori kasasi (Pasal 47 Ayat (3)
UU MA)
Apabila tenggang waktu jatuh pada hari libur, maka tenggang waktu dianggap jatuh pada
hari kerja berikutnya.
Alasan Kasasi
Pasal 30 Ayat (1) UU MA :
Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan -
pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena :
a) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
b) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku
c) Lalai memenuhi syarat - syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang -
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan
Pasal ini bersifat limitative alternatif, tidak ada alasan lain selain yang sudah ditentukan di
pasal ini.
Eksepsi kompetensi relatif harus diajukan pada jawaban pertama tergugat, sedangkan
eksepsi kompetensi absolut dapat diajukan setiap saat pemeriksaan perkara (Pasal 134 HIR).
Jika eksepsi terkait kompetensi relatif diajukan setelah jawaban pertama baik banding
maupun kasasi, maka harus diabaikan dan tergugat dianggap menyetujui forum tersebut.
Alasan judex facti salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku :
1. Salah menerapkan ketentuan mengenai tenggang waktu upaya hukum
2. Salah menerapkan ketentuan daluwarsa
3. Salah menerapkan hukum pembuktian
4. Salah menginterpretasikan peraturan perundang - undangan
5. Putusan melanggar peraturan perundang - undangan
6. Putusan menerapkan ketentuan dalam peraturan perundang - undangan yang
dinyatakan tidak berlaku
Daluwarsa ada dua, yaitu daluwarsa dengan (acquisitive) memperoleh hak milik atas suatu
barang pada seiringnya waktu dan daluwarsa (extinctive) dengan jalannya waktu, hapuslah
tuntutan - tuntutan.
Alasan judex facti lalai memenuhi syarat - syarat yang diwajibkan peraturan perundang -
undangan :
1. Putusan tidak memenuhi syarat dalam Pasal 178 HIR
2. Putusan tidak memenuhi syarat dalam Pasal 184 HIR
3. Putusan tidak memenuhi syarat formil putusan yang diwajibkan peraturan
perundang - undangan, khususnya UU Kekuasaan Kehakiman
Prosedur
Urutan proses kasasi :
1) Pemohon kasasi
a. Pengajuan permohonan kasasi (14 hari)
b. Penyerahan memori kasasi (14 hari)
2) Termohon kasasi
a. Pemberitahuan permohonan kasasi (7 hari)
b. Penyampaian salinan memori kasasi (30 hari)
c. Penyerahan kontra memori kasasi (14 hari)
3) Inzage (pemeriksaan berkas perkara)
- Tidak ditentukan jangka waktunya, sepanjang berkas belum dikirim ke MA
4) Pengiriman berkas perkara
- 65 hari setelah permohonan kasasi
Pemeriksaan Kasasi
Pasal 40 Ayat (1) UU MA = diperiksa oleh majelis hakim dengan minimal tiga orang hakim
MA dalam pemeriksaan tingkat kasasi tidak terikat dengan alasan - alasan yang diajukan
oleh pemohon kasasi dan dapat memakai alasan - alasan hukum lain (Pasal 52 UU MA).
Mahkamah Agung merupakan judex iuris sehingga tidak lagi memeriksa fakta.
Apabila MA mengabulkan permohonan kasasi dan putusan judex facti yang dibatalkan
adalah putusan negatif (N.O), lebih lanjut :
o MA memerintahkan judex facti memeriksa dan memutus pokok perkara
o MA mengadili sendiri pokok perkara
HAPER 8 DESEMBER
Pihak yang mengajukan kasasi demi kepentingan hukum adalah legal standing dari Jaksa
Agung karena jabatannya (ex officio) dan diatur pada Pasal 45 Ayat (1) UU MA serta hanya
boleh diajukan satu kali (Pasal 45 Ayat (2) UU MA).
Objeknya sendiri adalah putusan pengadilan tingkat pertama atau pengadilan tingkat
banding pada lingkungan peradilan umum, agama, dan TUN (Pasal 45 Ayat (1) jo. Pasal 44
Ayat (1) UU MA).
Putusan MA dalam kasasi demi kepentingan hukum tidak memberikan dampak apapun
kepada pihak yang berpekara (Pasal 45 Ayat (3) UU MA).
Peninjauan Kembali
Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus permohonan
peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
diatur pada Pasal 28 Ayat (1) UU MA.
Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap adalah putusan yang mana telah digunakan
semua jalan hukum untuk melawan keputusan tersebut atau tidak dipergunakan karena
lewat waktunya (Pasal 195 HIR).
Syarat Formil
Terdapat beberapa syarat formil PK :
1. Permohonan peninjauan kembali diajukan oleh pihak yang berpekara, ahli warisnya,
atau kuasanya (Pasal 68 UU MA)
2. Permohonan peninjauan kembali diajukan kepada MA melalui Ketua PN yang
memutus perkara pada tingkat pertama (Pasal 70 Ayat (1) UU MA)
3. Pemohon wajib membayar panjar biaya perkara permohonan peninjauan kembali
(Pasal 70 Ayat (1) UU MA)
4. Permohonan peninjauan kembali diajukan secara tertulis (Pasal 71 Ayat (1) UU MA)
5. Permohonan peninjauan kembali diajukan dengan menyebutkan alasan permohonan
peninjauan kembali atau memori PK diajukan sekaligus (Pasal 71 Ayat (1) UU MA)
6. Permohonan peninjauan kembali diajukan dalam tenggang waktu (180 hari) yang
ditentukan sesuai dengan alasan peninjauan kembali (Pasal 69 UU MA)
HAPER 9 DESEMBER
b. Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat - surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan
o Bukti (novum) hanya terbatas pada alat bukti tulisan (surat)
o Bukti tulisan itu harus sudah dibuat (bertanggal) sebelum pemeriksaan
perkara
o Bukti tulisan itu baru ditemukan setelah putusan perkara itu berkekuatan
hukum tetap
o Bukti tulisan itu harus menentukan (decisive)
o Bukti tulisan itu tidak pernah diajukan sebagai alat bukti dalam pemeriksaan
perkara oleh para pihak
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang
dituntut
o Putusan mengabulkan sesuatu yang tidak dituntut
o Putusan mengabulkan lebih dari pada yang dituntut
e. Apabila antara pihak - pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang bertentangan satu dengan yang lain
o Terdapat dua atau lebih putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap dalam perkara dengan pihak - pihak yang sama dan fakta (soal dan
dasar) yang sama
o Putusan - putusan itu dijatuhkan oleh pengadilan yang sama atau sama
tingkatnya
o Putusan - putusan itu saling bertentangan (kontradiksi)
f. Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan
yang nyata (bersifat residual/sangat pengecualian/yangt terakhir)
o Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap yang dimohonkan peninjauan
kembali bertentangan dengan atau melanggar ketentuan hukum yang
berlaku
o Hukum yang dilanggar adalah baik hukum materiil maupun hukum formil
Ketentuan :
Apabila permohonan peninjauan melampaui tenggang waktu yang ditentukan,
berkas perkara tidak perlu dikirimkan ke MA (ditetapkan oleh Ketua PN).
Apabila tenggang waktu tersebut jatuh pada hari sabtu, minggu, atau hari libur,
maka tenggang waktu dianggap jatuh pada hari kerja berikutnya.
Pasal 75 UU MA :
Salinan putusan MA dalam perkara permohonan peninjauan kembali dikirimkan
kepada PN yang memutus perkara pada tingkat pertama
Panitera PN tersebut menyampaikan salinan putusan kepada pemohon dan
termohon dalam waktu 30 hari
HAPER 15 DESEMBER
Makna Eksekusi
Executie - eksekusi - pelaksanaan putusan - enforcement of judgement
Eksekusi atau pelaksanaan putusan adalah melaksanakan secara paksa putusan pengadilan
dengan bantuan kekuatan umum apabila pihak yang kalah (tereksekusi) tidak melaksanakan
putusan dengan sukarela.
Pengecualian Prinsip
Terdapat beberapa pengecualian :
1. Eksekusi putusan non-BHT
Eksekusi putusan ubv
Eksekusi putusan provisionil
2. Eksekusi hak jaminan kebendaan dan APU
Eksekusi sertifikat hak tanggungan
Eksekusi goresse akta hipotik
Eksekusi sertifikat jaminan fidusia
Eksekusi grosse akta pengakuan utang
3. Pelaksanaan putusan dengan amar deklaratoir dan konstitutif
Amar putusan deklaratoir dan konstitutif dapat dilaksanakan dengan
mencatatkan/mendaftarkan putusan tersebut pada instansi yang berwenang
ATAU
HAPER 16 DESEMBER
Tahapan Eksekusi
Terdapat empat tahapan :
1. Permohonan eksekusi
Diajukan secara lisan/tertulis kepada Ketua PN yang memutus pada tingkat pertama
(Pasal 196 jo. 195 HIR).
2. Aanmaning (peringatan)
Tereksekusi dipanggil dalam suatu sidang untuk memperingatkan agar melaksanakan
putusan secara sukarela (Pasal 196 HIR)
3. Sita eksekusi
Dilakukan penyitaan atas harta kekayaan tereksekusi (Pasal 197 HIR) dan apabila
telah dilakukan sita jaminan, maka sita jaminan demi hukum menjadi sita eksekusi.
4. Eksekusi
Eksekusi pembayaran sejumlah uang (Pasal 200 HIR) dan eksekusi riil (Pasal 1033 Rv.
Pasal 200 ayat (11)).
Jenis Eksekusi :
1. Eksekusi pembayaran sejumlah uang
a) Apabila termohon eksekusi setelah diperingatkan (aanmaning) untuk
melaksanakan putusan secara sukarela (tidak lebih dari 8 hari), tetapi tidak
melaksanakannya, KPN memerintahkan untuk dilakukan sita eksekusi atas
harta kekayaan termohon eksekusi (penetapan sita eksekusi)
b) Panitera/juru sita melakukan sita eksekusi (executoriale beslag) di tempat di
mana barang yang akan dieksekusi berada dengan membuat berita acara
serta disaksikan oleh dua orang saksi
c) Penjagaan yuridis atas barang yang disita dapat diserahkan yang tereksekusi,
petugas keamanan atau dititipkan di suatu tempat yang ditentukan
d) Sita eksekusi atas benda tidak bergerak harus didaftarkan pada instansi yang
berwenang (Kantor Pertanahan/BPN)
e) Terhadap barang - barang yang telah disita dilakukan penjualan lelang
(executoriale verkoop) dengan perantaraan kantor lelang/pejabat lelang yang
berwenang
f) Pejabat lelang membuat berita acara lelang (risalah lelang) sebagai alas hak
perolehan objek lelang bagi pemenang lelang
g) Hasil penjualan lelang digunakan sebagai pembayaran pemohon eksekusi
(sesuai jumlah dalam putusan), biaya eksekusi, dan biaya lelang, apabila
masih terdapat sisa dari hasil penjualan lelang merupakan hak termohon
eksekusi
Aanmaning --- Sita eksekusi --- Perintah penjualan lelang --- Pemenuhan putusan
2. Eksekusi riil
a) Apabila termohon eksekusi setelah diperingatkan (aanmaning) untuk
melaksanakan putusan secara sukarela (tidak lebih dari 8 hari), tetapi tetap
tidak melaksanakannya, KPN memerintahkan untuk dilakukan eksekusi
(penetapan perintah eksekusi)
b) Panitera/juru sita melakukan eksekusi dengan pemberitahuan terlebih
dahulu kepada termohon eksekusi. Pada hari yang ditentukan, panitera/juru
sita mendatangi tempat di mana objek yang akan dieksekusi berada dan
langsung menjalankan eksekusi secara fisik
c) Panitera/juru sita membuat berita acara eksekusi dengan disaksikan oleh dua
orang saksi
3. Parate eksekusi
Di luar pembahasan eksekusi atas putusan BHT terdapat parate eksekusi
a. Parate eksekusi merupakan pelaksanaan hak kreditur untuk melakukan
penjualan atas kekuasaannya sendiri terhadap objek jaminan kebendaan
melalui penjualan lelang, tanpa perlu izin dari hakim (fiat executie)
b. Parate eksekusi dilakukan berdasarkan titel eksekutorial yang diberikan
undang - undang atas objek jaminan kebendaan :
Pasal 6 UU Nomor 4/1996 (parate eksekusi HT)
Pasal 15 ayat (3) UU Nomor 42/1999 (parate eksekusi jaminan fidusia)
Pasal 16 ayat (1) UU Nomor 9/2006 jo. UU Nomor 9/2011 (parate
eksekusi hak jaminan resi Gudang
Pasal 1178 ayat (2) BW (parate eksekusi hipotek)
HAPER 22 DESEMBER
Tujuan dari perlawanan pihak ketiga agar benda milik pelawan (pihak ketiga) tidak menjadi
objek eksekusi (agar sita eksekusi atas benda milik pihak ketiga diangkat).
Mutatis mutandis adalah asas yang menyatakan bahwa pada dasarnya sesuai dengan
prosedur yang terdapat dalam ketentuan Peraturan Kepala ini tetapi memiliki kewenangan
melakukan perubahan prosedur pada hal-hal yang diperlukan atau penting sesuai dengan
kondisi yang mendesak.
HAPER 23 DESEMBER
Di dalam Indonesia/civil law disebut dengan private international law, sedangkan dalam
common law disebut dengan conflict of law.
Prinsip umum dalam penentuan yurisdiksi pengadilan nasional atas perkara perdata
internasional :
1) Apabila terdapat pilihan forum yang disepakati oleh para pihak (forum electus),
maka forum tersebut akan memiliki yurisdiksi
2) Apabila perkara itu mengenai suatu benda tidak bergerak, maka eksklusif menjadi
yurisdiksi forum di mana benda tidak bergerak itu berada (forum rei sitae)
3) Apabila tidak terdapat kesepakatan pilihan forum di antara para pihak, maka forum
yang memiliki yurisdiksi adalah forum yang memiliki kaitan erat dengan fakta atau
forum yang memiliki tujuan untuk melindungi pihak yang lemah
Ketika negara tidak meratifikasi Cape Town Convention 2001 pembiayaan pesawat udara
akan lebih tinggi.
Permintaan bantuan teknis peradilan berupa rogatory letter dan penyampaian dokumen
peradilan dalam masalah perdata dari pengadilan Indonesia kepada pengadilan asing
disampaikan oleh MA kepada Kemenlu untuk disampaikan ke Pengadilan Asing melalui
Perwakilan RI di negara ybs (Nota Kesepahaman antara Kemenlu dan MA 20 Februari 2018).
Antara Republik Indonesia dan Kerajaan Thailand telah terikat dengan Agreement on
Judicial Cooperation (8 Maret 1978) dengan ruang lingkup penyampaian dokumen peradilan
dan memperoleh bukti - bukti, tetapi hal ini tidak efektif