Anda di halaman 1dari 6

Soal

1. Jelaskan pengertian hukum acara perdata?


2. Jelaskan tujuan hukum acara perdata ?
3. Jelaskan dengan singkat sejarah hukum acara perdata ?
4. Jelaskan dan sebutkan hukum acara perdata ?
5. Jelaskan pengertian Perkara ? Sengketa ? & Beracara ?
6. Jelaskan lingkungan hukum peradilan
7. Jelaskan gugatan ? & syarat- syarat permohonan gugatan dan isi gugatan ?
8. Jelaskan perwakilan dalam perkara gugatan ?
9. Jelaskan pengertian surat kuasa secara umum ?
10. Jelaskan pengertian surat kuasa khusus ?
11. Jelaskan apa yg dimaksud putusan Verstek ?
12. Jelaskan apa yg dimaksud dengan jawaban tergugat ?
13. Apa yg dimaksud dengan gugatan rekonvensi ?
14.jelaskan gugatan intervensi ?
15. Jelaskan pembuktian dalam hukum acara perdata?
16. Sebutkan dan jelaskan alat-alat pembuktian?
17. Sebutkan pengertian putusan hakim ?
18. Sebutkan jenis-jenis putusan hakim ?
19. Jelaskan susunan isi putusan hakim ?
20. Jelaskan kekuatan putusan Putusan hakim ?
21. Jelaskan apa yg dimaksud dengan eksekusi ?
22. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis eksekusi ,?
23. Bagaimana prosedur eksekusi dapat dilaksanakan ?
24 jelaskan apa yg dimaksud upaya hukum biasa ? ( verzet dan banding )
25. Jelaskan upaya hukum luar biasa ?

Jawaban

1.Hukum acara perdata adalah serangkaian kaidah, prosedur, dan peraturan hukum yang
mengatur tentang pelaksanaan formil hukum perdata dalam tata hukum positif sebuah
negara.
Menurut Abdul Kadir Muhammad hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
mengatur proses penyelesaian perkara perdata lewat hakim (pengadilan) sejak diajukannya
gugatan sampai dengan pelaksanaan keputusan hakim.

2. Tujuan hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana cara
menjamin atau menegakkan pelaksanaan hukum perdata materiil

3.Hukum acara perdata mulai berkembang pada masa penjajahan Belanda. Di bawah
hukum Hindia Belanda, lingkungan peradilan dibedakan untuk golongan Eropa dan yang
dipersamakan dengannya pada satu pengadilan, dan untuk golongan Pribumi dan Timur
Asing (Tionghoa dan Arab) pada satu pengadilan lain.

4.Yang dimaksud dengan hukum acara perdata Menurut Abdul Kadir Muhammad hukum
acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara perdata
lewat hakim (pengadilan) sejak diajukannya gugatan sampai dengan pelaksanaan
keputusan hakim

5.Perkara dapat diartikan sebagai masalah atau persoalan yang memerlukan penyelesaian.
Secara teori, perkara dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

● Perkara yang mengandung sengketa/perselisihan dimana terdapat kepentingan atau


hak yang dituntut oleh pihak yang satu terhadap pihak lain.

● Perkara yang tidak mengandung sengketanya/perselisihan di dalamnya.


Sengketa : merupakan perbedaan kepentingan antar individu atau lembaga pada objek
yang sama yang dimanifestasikan dalam hubungan-hubungan diantara mereka.

Beracara : adalah pelaksanaan tuntutan hak baik yang mengandung sengketa maupun yang
tidak mengandung sengketa yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan. Pada umumnya
untuk beracara di pengadilan pada asasnya di kenakan biaya (pasal 182 HIR jo pasal 145
ayat 4 RBg.22 Feb 2014

6.Dalam Pasal 25 UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, ada empat
badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung. Keempat badan peradilan itu,
yakni badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer, dan peradilan tata usaha negara.

7.Gugatan merupakan permasalahan perdata yang mengandung sengketa antara 2 (dua)


pihak atau lebih yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana salah satu pihak
atau lebih yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana salah satu pihak sebagai
penggugat untuk menggugat pihak lain sebagai tergugat.
SYARAT-SYARAT PERMOHONAN
a. Surat Permohonan. Minimal 4 (Empat ) Rangkap
b. Foto Copy KTP
c. Foto Copy Kartu Keluarga (KK)
d. Foto Copy Bukti Pendukung
(Akte Kelahiran, Ijazah, Paspor, Sertifikat, dsb)
CATATAN :
1. Untuk gugatan/ permohonan tersebut harus disertai softcopy baik dalam bentuk CD.
2. Untuk advokat yang mendaftarkan Gugatan di Pengadilan Negeri Klaten. Surat Kuasa
harus disertai Berita Acara sumpah dari Pengadilan Tinggi, Kartu Identitas KTP, Kartu
Anggota Advokat yang masih berlaku yang didaftarkan di Kepaniteraan Muda Hukum
Pengadilan Negeri Klaten.
3. Fotocopy bukti agar dimeteraikan dengan meterai Rp. 6000,- dan dilegalisir di Kantor
Pos sebagai bukti surat.

Isi gugatan haruslah berdasarkan alasan-alasan dan fakta-fakta yang sebenarnya. Artinya
gugatan dapat dibuktikan kebenarannya dan sesuai dengan alat bukti yang diajukan.

8.Perwakilan atau pemberian kuasa ini diatur dalam Pasal 123 HIR, 147 RBg. Menurut
ketentuan pasal tersebut, pihak-pihak yang berperkara dapat menguasakan perkaranya
kepada orang lain dengan surat kuasa khusus (special authorization), sedangkan bagi
penggugat dapat juga dilakukan dengan mencantumkan pemberian kuasa itu dalam surat
gugatannya

9.secara umum, pengertian dari kuasa dapat dilihat dalam Pasal 1792 KUHPerdata yang
berbunyi : “Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan
kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan

10.Menurut Pasal 1975 KUHPer, surat kuasa khusus sendiri merupakan surat yang
digunakan untuk pemberian kuasa khusus pada satu atau lebih kepentingan tertentu.
Nantinya dalam surat tersebut akan berisi tindakan-tindakan rinci apa saja yang boleh
dilakukan oleh penerima kuasa dari pemberi kuasa

11.Putusan verstek merupakan putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim tanpa hadirnya
tergugat dan tanpa alasan yang sah meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut.
Putusan verstek ini merupakan pengecualian dari acara persidangan biasa sebagai akibat
ketidakhadiran tergugat atas alasan yang tidak sah.

12.Pasal 121 ayat (2) HIR jo. Pasal 145 ayat (2) RBg menentukan bahwa pihak tergugat
dapat menjawab gugatan penggugat baik secara tertulis maupun lisan. Namun dalam
perkembangannya, jawaban diajukan oleh pihak tergugat secara tertulis. Bila dikehendaki
jawaban yang diajukan tergugat secara tertulis itu dijawab kembali oleh penggugat secara
tertulis juga, yang disebut replik. Selanjutnya replik ini dapat dijawab kembali oleh pihak
tergugat, yang disebut duplik.
Jenis Jawaban Tergugat : Jawaban tergugat dapat terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara, yang disebut dengan
tangkisan atau eksepsi.
2. Jawaban yang langsung mengenai pokok perkara (verweer ten principale).

13.Gugatan rekonvensi merupakan hak yang diberikan kepada Tergugat untuk melawan
gugatan konvensi, maka pihak yang dapat ditarik sebagai Tergugat adalah hanya Penggugat
konvensi

14.intervensi adalah pihak ketiga yang semula tidak turut sebagai pihak dalam suatu perkara
yang sedang berjalan pada proses pemeriksaannya disidang Pengadilan, menerjunkan diri
sebagai pihak (penggugat intervensi) terutama untuk membela hak dan kepentingannya
sendiri, berhadapan penggugat dan tergugat semula.

15.Pembuktian dalam Perkara Perdata adalah upaya untuk memperoleh kebenaran formil
(formeel waarheid). Kebenaran formil didasarkan pada formalitas-formalitas hukum
sehingga akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat.

16.Sebagaimana diatur dalam pasal 164 HIR/284 RBG, alat-alat bukti yang sah menurut
hukum acara perdata terdiri dari:
Surat
Saksi-saksi
Persangkaan
Pengakuan dan
Sumpah.

17.Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo, yang dimaksud dengan putusan Hakim adalah
suatu pernyataan yang oleh Hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu,
diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu
perkara atau masalah antar pihak.

18.Putusan Hakim Dalam Acara Perdata


1. Putusan declaratoir. Putusan ini bersifat menerangkan dan menegaskan suatu
keadaan hukum semata-mata.
2. Putusan constitutif. Putusan ini meniadakan suatu keadaan hukum atau
menimbulkan suatu keadaan hukum baru.
3. Putusan condemnatoir. Putusan yang berisi penghukuman.

19.Bentuk dan susunan isi suatu putusan hakim secara singkat dan menyeluruh, dapat
dipahami memiliki beberapa bagian sebagai berikut, yaitu: bagian kepala Putusan; Nama
Pengadilan yang memutus dan jenis perkara; Identitas pihak-pihak; Duduk perkaranya
(bagian posita); Tentang pertimbangan hukum; Dasar hukum; Diktum

20.Kekuatan Mengikat (Bindende Kracht) Putusan hakim dimaksudkan untuk menyelesaikan


sengketa perkara dan menetapkan hak atau hukumnya atas dasar permintaan pihak untuk
diselesaikan perkaranya di pengadilan, sehingga pihak- pihak harus taat dan tunduk pada
putusan, harus dihormati dan dijalankan sebagaimana mestinya.

21.Eksekusi merupakan pelaksanaan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
atau pasti. Artinya putusan tersebut telah final karena tidak ada upaya hukum dari pihak
lawan perkara sehingga yang dieksekusi dapat berupa putusan : Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, Kasasi dan/atau Peninjauan Kembali.
menurut M. Yahya Harahap Eksekusi adalah pelaksanaan secara paksa putusan pengadilan
dengan bantuan kekuatan umum apabila pihak yang kalah (tereksekusi atau pihak tergugat)
tidak mau menjalankan secara sukarela.

22.Jenis jenis eksekusi sebagai berikut:


1.eksekusi pembayaran sejumlah uang adalah tindakan yang dilakukan secara paksa
terhadap pihak yang kalah (tergugat) dalam perkara perdata untuk membayar sejumlah
uang dari harta benda kekayaan tergugat dengan jalan penjualan lelang harta kekayaan
tergugat, sehingga mencukupi jumlah yang harus dibayar menurut putusan hakim dan
ditambah semua biaya sehubungan dengan pelaksanaan putusan tersebut. Dari hasil
penjualan lelang, dibayarkanlah kepada pihak penggugat (kreditur) sesuai dengan jumlah
yang disebutkan dalam amar putusan.
2.Eksekusi Untuk melakukan perbuatan Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 225 HIR/ Pasal
259 RBg, yang menggariskan orang tidak dapat dipaksakan memenuhi suatu prestasi yang
berupa perbuatan, akan tetapi pihak yang dimenangkan dapat meminta hakim agar
kepentingan yang akan diperoleh dinilai dengan uang.
3.Eksekusi Riil ( terhadap harta/barang-barang jaminan )Eksekusi riil yaitu penghukuman
pihak yang kalah untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, misalnya penyerahan barang,
pengosongan sebidang tanah atau rumah, pembongkaran, menghentikan suatu perbuatan
tertentu, dan lain-lain. Eksekusi riil dapat dilakukan langsung dengan perbuatan nyata,
sesuai dengan amar putusan tanpa memerlukan lelang.

23. Adapun proses eksekusi sebagai berikut:


Dalam pelaksanaan eksekusi, terdapat tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut: Adanya
permohonan eksekusi. Eksekusi akan dapat dijalankan apabila pihak yang kalah tidak
menjalankan putusan dengan sukarela, dengan mengajukan permohonan eksekusi oleh
pihak yang menang kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang.
Aanmaning
Permohonan eksekusi merupakan dasar bagi Ketua Pengadilan Negeri untuk melakukan
peringatan atau aanmaning. Aanmaning merupakan tindakan dan upaya yang dilakukan
Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara berupa “teguran” kepada Tergugat (yang
kalah) agar ia menjalankan isi putusan secara sukarela dalam waktu yang ditentukan
setelah Ketua Pengadilan menerima permohonan eksekusi dari Penggugat. Pihak yang
kalah diberikan jangka waktu 8 (delapan) hari untuk melaksanakan isi putusan terhitung
sejak debitur dipanggil untuk menghadap guna diberikan peringatan.
Permohonan sita eksekusi
Setelah aanmaning dilakukan, ternyata pihak yang kalah tidak juga melakukan amar dari
putusan maka pengadilan melakukan sita eksekusi terhadap harta pihak yang kalah
berdasarkan permohonan dari pihak yang menang. Permohonan tersebut menjadi dasar
bagi Pengadilan untuk mengeluarkan Surat Penetapan yang berisi perintah kepada Panitera
atau Jurusita untuk melakukan sita eksekusi terhadap harta kekayaan tergugat, sesuai
dengan syarat dan tata cara yang diatur dalam Pasal 197 HIR. Penetapan sita eksekusi
merupakan lanjutan dari penetapan aanmaning.
Penetapan eksekusi
Setelah adanya permohonan sita eksekusi maka tahap selanjutnya adalah dikeluarkannya
Penetapan Eksekusi yang berisi perintah Ketua Pengadilan Negeri kepada Panitera dan
jurusita untuk menjalankan eksekusi.
Lelang
Setelah Pengadilan mengeluarkan Penetapan Eksekusi berikut Berita Acara Eksekusi maka
tahap selanjutnya adalah lelang. Lelang merupakan penjualan di muka umum harta
kekayaan termohon yang telah disita eksekusi atau menjual di muka umum barang sitaan
milik termohon yang dilakukan di depan juru lelang atau penjualan lelang dilakukan dengan
perantaraan atau bantuan kantor lelang dan cara penjualannya dengan jalan harga
penawaran semakin meningkat atau semakin menurun melalui penawaran secara tertulis
(penawaran dengan pendaftaran).

24.Upaya Hukum Biasa: Perlawanan/verzet


Suatu upaya hukum terhadap putusan di luar hadirnya tergugat (putusan verstek). Dasar
hukum verzet dapat dilihat di dalam pasal 129 HIR. Verzet dapat dilakukan dalam
tempo/tenggang waktu 14 hari (termasuk hari libur) setelah putusan putusan verstek
diberitahukan atau disampaikan kepada tergugat karena tergugat tidak hadir.
Syarat verzet adalah (pasal 129 ayat (1) HIR):
1. keluarnya putusan verstek
2. jangka waktu untuk mengajukan perlawanan adalah tidak boleh lewat dari 14 hari dan jika
ada eksekusi tidak boleh lebih dari 8 hari; dan
3. verzet dimasukan dan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di wilayah hukum
dimana penggugat mengajukan gugatannya.
25.Upaya Hukum Luar Biasa: Peninjauan Kembali
Apabila terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan yang ditentukan dengan undang-undang,
terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat dimintakan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung dalam perkara perdata dan pidana oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. [pasal 66-77 UU no 14/1985 jo. UU no 5/2004].

Anda mungkin juga menyukai