Tempat Mengajukan Gugatan Secara garis besar pasal 118 HIR/142 RGB mengatur hal
tersebut yang mangatakan:
1. Gugatan perdata yang dalam tingkat pertama masuk wewenang Pengadilan Negeri, harus
diajukan dengan surat gugatan yang ditandatangani oleh Penggugat atau oleh orang yang
dikuasakan terletak tempat tinggal tergugat. Apa itu tempat tinggal? Pasal 17 BW
menyatakan, bahwa tempat tinggal seseorang adalah tempat dimana seseorang menempatkan
pusat kediamannya. Hal ini dapat dilihat dari KTP.
2. Jika tidak diketahui tempat tinggalnya, gugatan diajukan pada PENGADILAN NEGERI
tempat kediaman tergugat. Hal ini dapat dilihat dari rumah tempat kediamannya.
3. Apabila tergugat terdiri dari dua orang atau lebih, gugat diajukan pada tempat tinggal
salah seorang dari para tergugat, terserah pilihan dari penggugat.
4. Apabila tergugat ada dua, yaitu seorang yang berhutang dan penjaminnya, maka gugatan
diajukan kepada PENGADILAN NEGERI pihak yang berhutang, sehingga secara analogis
dengan ketentuan tersebut, apabila tempat tinggal tergugat dan turut tergugat berbeda,
gugatan harus diajukan di tempat tinggal tergugat.
5. Apabila tempat tinggal dan tempat kediaman tergugat tidak diketahui gugatan diajukan
kepada ketua PENGADILAN NEGERI tempat tinggal Penggugat.
6. Kalau gugatan itu tentang benda tidak bergerak, dapat juga diajukan kepada ketua
PENGADILAN NEGERI dimana barang tetap terletak. Jika benda tak bergerak tersebut
berada di beberapa wilayah PENGADILAN NEGERI, maka gugatan diajukan kepada ketua
salah satu PENGADILAN NEGERI, menurut pilihan Penggugat.
Selain itu terdapat ketentuan-ketentuan lain dalam BW dan RV yang merupakan pengecualian
dalam HIR/RBG, yang mengatur kemana mengajukan gugatan, yaitu:
1. Apabila dalam hal tergugat tidak cakap, gugatan diajukan kepada ketua PENGADILAN
NEGERI orang tuanya, walinya atau pengapunya. (pasal 21 BW)
2. Yang menyangkut Pegawai Negri, yang berwenang untuk mengadili adalah
PENGADILAN NEGERI di daerah mana ia bekerja. (pasal 20 BW)
3. Buruh yang menginap ditempat tinggal majikannya, yang berwenang mengadili adalah
Pengadilan Negeri tempat tinggal majikannya. (pasal 22 BW)
4. Tentang hal kepailitan yang berwenang untuk mengadili, adalah Pengadilan Negeri yang
menyatakan tergugat pailit. (Pasal 99 ayat (15) RV)
5. Tentang Penjaminan (vrijwaning) yang berwenang untuk mengadilinya adalah
Pengadilan Negeri yang pertama dimana pemeriksaan dilakukan. (pasal 99 ayat (14) RV).
Ketentuan tersebut berbeda dengan HIR/RBG dimana gugatan diajukan kepada pihak yang
berhutang.
Tahapan Dan Tatacara Mengajukan Gugatan Atau Permohonan:
1. Tahap Persiapan
Sebelum mengajukan permohonan atau gugatan ke pengadilan perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Pihak yang berpekara.
Setiap orang yang mempunyai kepentingan dapat menjadi pihak dalam berpekara di
pengadilan.
Pihak yang berpekara di pengadilan dapat menghadapi dan menghadiri pemeriksaan
persidangan sendiri atau mewakilkan kepada orang lain untuk menghadiri persidangan di
pengadilan
Kewenangan Pengadilan
Kewenangan relative dan kewenangan absolut harus diperhatikan sebelum me,buat
permomohan atau gugatan yang di ajukan ke pengadilan.
2.Tahap pembuatan permohonan atau gugatan
Permohonan atau gugatan pada prinsipnya secara tertulis (pasal 18 HIR) namun para pihak
tidak bisa baca tulis (buta huruf) permohonan atau gugatan dapat dilimpahkan kepada hakim
untuk disusun permohonan gugatan keudian dibacakan dan diterangkan maksud dan isinya
kepada pihak kemudian ditandatangani olehketua pengadilan agama hakim yang ditunjuk
berdasarkan pasal 120 HIR.
Membuat permohonan pada dasarnya terdiri atas 3 (tiga) bagian adapun mengenai isi gugatan
atau permohonan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 maupun dalam HIR atau Rbg
tidak mengatur, karena itu diambil dari ketentuan pasal 8 No. 3 RV yang mengatakan bahwa
isi gugatan pada pokoknya memuat 3 (tiga) bagian yaitu:
Identitas para pihak.
Identitas para phak meliputi nama, umur, pekerjaan, agama, kewarganegaraan.
Posita (Uraian Perkara)
Berisi uraian kejadian atau fakta-fakta yang menjadi dasar adanya sengketa yang terjadi
dan hubungan hokum yang menjadi dasar gugtan.
Petitium (Permohonan)
Petitium atau tuntutan berisi rincian apa saja yag diminta dan diharapkan penggugat
untuk dinyatakan dalam putusan atau penetapan para kepada para pih.ak terutama pihak
tergughat dalam putusan perkara.
3. Tahap pendaftaran pemohon atau gugatan.
Setelah permohonan atau gugatan dibuat kemudian didaftarkan di kepaniteraan
pengadilan yang berwenang memeriksa dengan membayar biaya panjar perkara. Dengan
membayar biaya panjar perkara maka penggugat atau pemohon mendapatkan nomor perkara
dan tinggal menunggu panggilan sidang.
Perkara yang telah terdaftar di pengadilan oleh panitera disampaikan kepada ketua
pengadilan untuk dapat menunjuk Majelis Hakim yang memeriksa, memutus, dan mengadili
perkara dengan suatu penetapan yang disebut Penetapan Majelis Hakim (PMH) yang terdiri
satu orang hakim sebagai ketua majelis dan dua orang hakim sebagai hakim anggota serta
panitera sidang. Apabila belum ditetapkan panitera yang ditunjuk, majelis hakim dapat
menunjuk panitera sidang sendiri.
4. Tahap Pemeriksaan Permohonan Atau Gugatan
Pada hari sidang telah ditentukan apabila satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir
maka persidangan ditunda dan menetapkan hari sidang berikutnya kepada yang hadir
diperintahkan menghadiri sidang berikutnya tanpa dipanggil dan yang tidak hadir dilakukan
pemanggilan sekali lagi. Dalam praktek pemanggilan pihak yang tidak hadir dilakukan
maksimal 3 (tiga) kali, apabila :
Penggugat tidak hadir setelah pemanggilan maka kemudian gugatan dinyatakan gugur.
Tergugat tidak hadir setelah pemanggilan maka kemudian pemeriksaan dilanjutkan
dengan putusan verstek atau putusan tanpa hadirnya pihak tergugat.
Terdapat beberapa tergugat yang hadir dan ada yang tidak hadir setelah pemanggilan,
maka kemudian pemeriksaan tetap dilakukan dan kepada yang tidak hadir dianggap tidak
menggunakan haknya untuk membela diri.
Penggugat dan tergugat hadir setelah pemanggilan, maka Pemeriksaan dilanjutkan sesuai
dengan hukum yang berlaku.
1. Jawaban tergugat dapat terdiri dan tiga macam yaitu:
Eksepsi atau tangkisan yaitu jawaban yang tidak langsung mengenai
pokok perkara.
Jawaban tergugat mengenai pokok perkara (verweer ten principale).
Rekonvensi yaitu gugat balik atau gugat balas yang diajukan tergugat
kepada penggugat.
2. Intervensi adalah suatu perbuatan hukum oleh pihak ketiga yang mempunyai
kepentingan dalam gugatan tersebut dengan jalan melibatkan diri atau dilibatkan oleh salah
satu pihak dalam suatu perkara perdata yang sedang berlangsung. Pihak Intervensi tersebut
dapat berperan sebagai Penggugat Intervensi atau pun sebagai Tergugat Intervensi.
Voeging (menyertai) adalah ikut sertanya pihak ketiga untuk bergabung kepada
penggugat atau tergugat. Dalam hal ada permohonan voeging, Hakim memberi
kesempatan kepada para pihak untuk menanggapi, kemudian dijatuhkan putusan sela, dan
apabila dikabulkan, maka dalam putusan harus disebutkan kedudukan pihak ketiga
tersebut.
Intervensi /tussenkomst (menengah) adalah ikut sertanya pihak ketiga untuk ikut dalam
proses perkara tersebut, berdasarkan alasan ada kepentingannya yang terganggu.
Intervensi diajukan karena pihak ketiga yang merasa bahwa barang miliknya
disengketakan/diperebutkan oleh Penggugat dan Tergugat.
Kemudian, permohonan intervensi dikabulkan atau ditolak dengan Putusan Sela. Apabila
permohonan intervensi dikabulkan, maka ada dua perkara yang diperiksa bersama-sama
yaitu gugatan asal dan gugatan intervensi.
Vrijwaring (ditarik sebagai penjamin) adalah penarikan pihak ketiga untuk bertanggung
jawab (untuk membebaskan Tergugat dari tanggung jawab kepada
Penggugat). Vrijwaring diajukan dengan sesuatu permohonan dalam proses pemeriksaan
perkara oleh Tergugat secara lisan atau tertulis.