Anda di halaman 1dari 13

(Hukum Tata Usaha Negara)

1. Alat bukti dalam hukum Tatausaha Negara

- Surat, atau tulisan


- Keterangan Ahli
- Keterangan saksi
- Pengakuan para pihak
- Pengetahuan hakim
(sesuatu yang diketahui umum tidak perlu dibuktikan)

2. Putusan pengadilan Tata Usaha Negara yang memiliki kekuatan hukum tetap namun tidak
dilaksanakan oleh tergugat, maka terhadap pejabat yang bersangkutan dapat dikenakan :

- Upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dan atau sanksi administratif serta
pengumuman dimedia massa

3. Perubahan pertama kali Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 diatur dalam UU No.9 Tahun 2004

4. Jangka waktu untuk mengajukan gugatan Sengketa tata Usaha Negara, sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah 90 (Sembilan puluh) hari.

5. Sebelum pemeriksaan pokok Sengketa Tata usaha Negara dimulai, Hakim wajib mengadakan
pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas disebut juga sengan istilah
Dismissal Process

(Perdata)
6. Apabila tergugat terdiri dari dua orang atau lebih, gugatan diajukan kepada: (Pasal 118 ayat 2 HIR)
pengadilan Negeri pada tempat tinggal salah satu tergugat

7. eksepsi mengenai tidak berwenangnya Pengadilan Negeri untuk mengadili suatu perkara
perdata berkaitan dengan wilayan pengadilan disebut Eksepsi Kompetensi relatif.
Eksepsi dalam konteks hukum acara perdata bermakna tangkisan atau bantahan (objection). Bisa juga
berarti pembelaan (plea) yang diajukan tergugat terhadap materi gugatan penggugat. Namun, tangkisan
atau bantahan yang diajukan dalam bentuk eksepsi ditujukan kepada hal yang menyangkut syarat
formalitas gugatan yaitu jika gugatan yang diajukan mengandung cacat atau pelanggaran formil yang
mengakibatkan gugatan tidak sah. Konsekuensi jika gugatan tersebut tidak sah adalah gugatan tidak
dapat diterima (inadmissible).Dengan demikian keberatan yang diajukan dalam bentuk eksepsi tidak
ditujukan dan tidak menyinggung bantahan terhadap pokok perkara (verweer ten principale).

Secara garis besar eksepsi dikelompokkan sebagai berikut:

1. Eksepsi kompetensi

a. Tidak berwenang mengadili secara absolut


Kompetensi absolut berkaitan dengan kewenangan absolut 4 (empat) lingkungan pengadilan (Peradilan
Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Agama, dan Peradilan Militer), Peradilan Khusus
(Arbitrase, Pengadilan Niaga, dan lain-lain).

b. Tidak berwenang mengadili secara relatif

Kompetensi relatif berkaitan dengan wilayah hukum dari suatu pengadilan dalam satu lingkungan peradilan
yang sama, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 118 Herziene Inlandsch Reglement (“HIR”)

Menurut Pasal 134 HIR maupun Pasal 132 Reglement op de Rechsvordering (“Rv”), eksepsi kewenangan
absolut dapat diajukan oleh tergugat setiap saat selama proses pemeriksaan berlangsung di persidangan
tingkat pertama sampai sebelum putusan dijatuhkan. Sedangkan menurut Pasal 125 ayat (2) dan Pasal
133 HIR eksepsi tentang kompetensi relatif diajukan bersamaan dengan pengajuan jawaban pertama
terhadap materi pokok perkara. Tidak terpenuhinya syarat tersebut mengakibatkan hak tergugat untuk
mengajukan eksepsi relatif menjadi gugur. Pasal 136 HIR memerintahkan hakim untuk memeriksa dan
memutus terlebih dahulu pengajuan eksepsi kompetensi tersebut sebelum memeriksa pokok perkara.
Penolakan atas eksepsi kompetensi dituangkan dalam bentuk putusan sela (Interlocutory), sedangkan
pengabulan eksepsi kompetensi, dituangkan dalam bentuk bentuk putusan akhir (Eind Vonnis).

2. Eksepsi syarat formil

a. Surat kuasa khusus tidak sah

Surat kuasa khusus dapat dinyatakan tidak sah karena sebab-sebab tertentu, misalnya suarat kuasa
bersifat umum (Putusan Mahkamah Agung no.531 K/SIP/1973), surat kuasa tidak mewakili syarat formil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 HIR, surat kuasa dibuat bukan atas nama yang berwenang
(Putusan Mahkamah Agung no. 10.K/N/1999).

b. Error in Persona

Suatu gugatan/permohonan dapat dianggap error in persona apabila diajukan oleh anak dibawah umur
(Pasal 1330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”)), mereka yang berada dibawah
pengampuan/curatele (Pasal 446 dan Pasal 452 KUH Perdata), seseorang yang tidak memiliki kedudukan
hukum/legal standing untuk mengajukan gugatan (persona standi in judicio).

c. Nebis in Idem

Nebis in Idem adalah sebuah perkara yang memiliki para pihak yang sama, obyek yang sama, dan materi
pokok yang sama sehingga perkara tersebut tidak dapat diperiksa kembali.

d. Gugatan Prematur

Suatu gugatan/permohonan disebut prematur apabila ada faktor hukum yang menangguhkan adanya
gugatan/permohonan tersebut, misalnya gugatan waris disebut prematur jika pewaris belum meninggal
dunia.

e. Obscuur Libel

Obscuur libel dapat disebut secara sederhana sebagai “tidak jelas”. Ketidakjelasan misalnya terletak pada:

1. hukum yang menjadi dasar gugatan,


2. ketidakjelasan mengenai objek gugatan, misalnya dalam hal tanah tidak disebutkan luas atau letak
atau batas dari tanah tersebut.
3. petitum yang tidak jelas, atau
4. terdapat kontradiksi antara posita dan petitum

Menurut Pasal 125 ayat (2) jo. Pasal 133 dan Pasal 136 HIR eksepsi lain dan eksepsi kompetensi relatif
hanya dapat diajukan secara terbatas, yaitu pada jawaban pertama bersama sama dengan bantahan pokok
perkara. Tidak terpenuhinya syarat tersebut mengakibatkan hak tergugat untuk mengajukan eksepsi
menjadi gugur. Berdasarkan Pasal 136 HIR penyelesaian eksepsi lain diluar eksepsi kompetensi diperiksa
dan diputus bersama-sama dengan pokok perkara. Dengan demikian pertimbangan dan amar putusan
mengenai eksepsi dan pokok perkara, dituangkan bersama secara keseluruhan dalam putusan akhir.
Apabila eksepsi dikabulkan maka putusan bersifat negatif, sedangkan apabila eksepsi ditolak maka
putusan bersifat positif berdasarkan pokok perkara.

8. Dalam hal tergugat atau para tergugat setelah dipanggil secara patut lebih dari satu kali, namun tidak
hadir dalam persidangan dan juga tidak mengirimkan wakilnya, maka perkara diputus secara Verstek

9. Kekuatan pembuktian surat terletak pada Keasliannya.

(bukti ad informandum => informasi tambahan, tergantung majelis hakimmenilainya)

10. Gugatan Rekonvensi = gugatan balik

11. gugatan konvensi = gugatan awal atau gugatan asli

12. Vrijwaring adalah turut sertanya pihak ketiga dalam perkara atas permintaan salah satu
pihak, biasanya tergugat untuk ikut menanggung atau membebaskan tergugat dari gugatan.
Bentuk ini adalah penanggungan (vrijwaring) merupakan bentuk yang mirip dengan
intervensi tetapi tidak dapat digolongkan kepada intervensi.

13. Untuk menjamin pelaksaan suatu putusan perlu dimintakan sita revindikatur khusus berupa benda
bergerak.

14. derden Verzet = > perlawanan dari pihak ketiga, Memang pada azasnya putusan pengadilan
hanya mengikat para pihak yang berperkara dan tidak mengikat pihak ketiga. Namun tidak
tertutup kemungkinan ada pihak ketiga yang dirugikan oleh suatu putusan pengadilan

15. kewajiban bagi hakim untuk menawarkan perdamaian (mediasi) kepada para pihak yang berperkara,
selain diatur dalam pasal 130 HIR juga diatur dalam Perma No. 1 tahun 2008

16. jangka waktu untuk mendiasi paling lama adalah 40 (empat puluh) hari.

17. Perbaikan gugatan dapat dilakukan oleh penggugat pada saat sebelum tergugat mengajukan
jawaban

18. dalam hal Tergugat sudah memberikan Jawaban, Penggugat masih dapat mencabut gugatan dengan
syarat asal ada persetujuan dari Tergugat

19. pengikutsertaan pihak ketiga atau intervensi dalam suatu perkara terdiri dari :
- Voeging => adalah ikut sertanya pihak ketiga dalam perkara yang sedang yang sedang
berlangsung antara penggugat dan tergugat dengan bersikap memihak kepada salah satu
pihak
- Tussenkomst => adalah pencampuran pihak ketiga atas kemauan sendiri ikut dalam proses, di
mana pihak ketiga ini tidak memihak baik kepada Penggugat maupun kepada Tergugat,
melainkan ia hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri.
20. Alat bukti dalam HIR Pasal 164 adalah : Surat, saksi, persangkaan, pengakuan, dan
sumpah (284 Rbg dan pasal 1886 KUHP)
21. Upaya hukum terhadap putusan Verstek disebut Verzet

22. Gugatan dinyatakan gugur apabila Penggugat tidak hadir.


23. Setiap orang dapat mengajukan tuntutan hak, akan tetapi agar tuntutan hak dapat
dikabulkan (disamping harus membuktikan gugatannya) maka ia harus mempunyai
kepentingan Hukum.
24. Pengertian mediasi menurut PERMA No.1 tahun 2008 adalah Penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan para pihak dengan dibantu mediator.

Tambahan catatan

Hukum Perdata terkait dengan 2 hal yaitu:

- Pasal 1365 => tentang Perbuatan melawan Hukum


- Pasal 1243 => tentang wanprestasi

(Hukum Pidana)
25. Pemberitahuan yang disampaaikan oleh seorang karena hak dan kewajiban berdasarkan undang-
undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi
peristiwa pidana disebut LAPORAN.

26. Tersangka merupakan seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.

27. Dalam ruang siding Pengadilan sudah ditentukan posisi/tempat dari hakim, penuntut umum,
penasihat hukum dan panitera berada, Menurut KUHAP dimanakah posisi/tempat panitera berada:
terletak dibelakang sisi kanan tempat hakim ketua siding.

28. Hakim Pengadilan Negeri yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84, guna
kepentingan pemeriksaan berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama
30 (tiga puluh) hari.

29. Tenggang waktu mengajukan upaya hukum kasasi menurut KUHAP adalah 14 (empat belas) hari
setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa
30. Jika seorang tersangka atau saksi yang dipanggil memberikan alas an yang patut dan wajar bahwa ia
tidak dapat datang kepada penyidik yang melakukan pemeriksaan, maka penyidik dapat
mendatangi kediamannya. (Pasal 113 KUHAP)

31. Permohonan kasasi demi kepentingan hukum disampaikan oleh Jaksa Agung.

32. Surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum berisi/memuat (KUHAP Pasal 143):

- unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan

- menyebutkan cara tindak pidana dilakukan

- menyebutkan keadaan-keadaan yang melekat pada tindak pidana yang di dakwakan

- Mencantukan waktu dan tempat tindak piadana yang didakwakan

33. Dalam penyelidikan sudah dianggap selesai penyidik menyerahkan tanggungjawab tersangka dan
barang bukti kepada Kejaksaan/penuntut umum (Pasal 110 ayat (1) KUHAP)

34. Jenis penahanan dalam KUHAP Pasal 22:

- Penahanan Rumah tahanan Negara

- Penahanan Rumah

- Penahanan Kota

Ayat (4) Masa penagkapan dan atau penahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Ayat (5) untuk penahanan kota pengurungan tersebut seperlima dari jumlah lamanya waktu penahanan
sedangkan untuk penahanan rumah sepertiga dari jumlah lamanya waktu penahanan.

35. Alasan dilakukannya penahanan terhadap tersangka :

- Diduga akan melarikan diri

- dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti

- diduga akan mengulangi tindak pidana

36. Penasehehat hukum dapat mengajukan saksi yang meringankan, saksi ini disebut saksi a De Charge.

Testimonium de auditu pada prinsipnya tidak dapat dikatakan saksi karena tidak mengalami
mendengar, dan melihat secara langsung.

Saksi a charge => saksi yang memberatkan terdakwa.


Saksi Verbalisan adalah saksi dalam pemeriksaan di tingkat penyidikan

37. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981.

38. Pasal 10 KUHP mengatur tentang jenis-jenis hukuman yaitu hukuman pokok dan hukuman
tambahan. Yaitu :

Hukuman pokok:

- hukuman mati
- penjara
- kurungan
- denda
- tutupan (UU No. 20/1946)

Hukuman tambahan

- Pencabutan beberapa hak tertentu


- Perampasan barang tertentu
- Pengumuman keputusan hakim

39. Alasan yang dapat dijadikan dasar permintaan peninjauan kembali yang diatur KUHAP:

- apabila ditemukan Novum baru

- apabila terdapat kehilafan yang nyata dalam pemeriksaan

- apabila dalam putusan tersebut terdapat keterangan-keterangan saling bertentangan

- apabila terdapat keadaan baru, yang apabila diketahui pada saat sidang berlangsung, putusan yang
akan dijatuhkan akan membebaskan terdakwa atau melepaskannya dari segala tuntutan hukum

- apabila dalam putusan suatu perbuatan dinyatakan terbukti, akantetapi pernyataan itu tidak diikuti
dengan pemidanaan.

40. Waktu yang diperlukan penyidik untuk menentukan sikap apakah seorang Tersangka yang
ditangkap, akan diteruskan dengan penahanan atau tidak adalah 1 (satu) hari.

Hukum Islam
41. Bidang-bidang sengketa orang beragama Islam yang menjadi kewenangan pengadilan agama
sebagai berikut :
Perkawinan-Perceraian + pengangkatan anak secara hukum Islam, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf,
Zakat, Infaq, Shadaqah, Ekonomi syari’ah. (Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama)

42. Peradilan dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Berdasarkan
ketentuan tersebut maka setiap penetapan dan diputuskan oleh Pengadilan Agama haruslah
dimuat dengan kalimat “Bismillahirrahmanirrahim diikuti dengan Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”

43. Cerai Gugat adalah cerai yang diajukan oleh isteri terhadap suami

44. Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila:

- Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama (perkawinan dapat dibatalkan
apabila para pihak tidak memenuhi persyaratan untuk melangsungkan perkawinan)

45. Alasan perceraian dalam hukum Islam :

- salah satu pihak zina atau menjadi pemabuk, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan,
- Salah satu pihak meinggalkan pihak lainnya selama 2 tahun berturut-turut
- Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuma yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung
- salah sati pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
- salah satu pihak mendapat cafata badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai suami/isteri
- antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan idak ada harapan
akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
- Suami melanggar taklik-talak
- Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.

46. dalam putusan permohonan talak yang telah berkekuatan hukum tetap dan telah ditetapkan sidang
penyaksian ikrar talak, maka tenggang waktu yang diberikan kepada pemohon untuk mengikrarkan
talaknya adalah 6 (enam) bulan.

47. pihak yang hendak mewakafkan dapat menyatakan ikrar wakaf dihadapan pejabat pembuat Akta
Ikrar Wakaf.

48. yang dimaksud dengan Mut’ah adalah pemberian bekas suami kepada isteri y ang dijatuhi talak
berupa benda atau uang dan lainnya

49. yang dimaksud dengan Khuluk adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan
memberikan tebusan kepada dan atas persetujuan suaminya.
50. Li’an adalah sumpah suami yang menuduh isterinya melakukan zina, sementara suami tidak
memiliki bukti-bukti atas tuduhan zina akibatnya suami –isteri harus bercerai dan tidak boleh rujuk
untuk selama-lamanya.

51. Waktu tunggu bagi seorang janda apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu
ditetapkan selama 130 (seratus tiga puluh) hari (psl 153 ayat 2)

52. Akibat hukum yang timbul apabila permohonan Talak (suami) setelah 6 (enam) bulan sejak putusan
Pengadilan Agama dibacakan tidak mengucapkan talak adalah Ikatan Perkawinan tetap Utuh.

53. Putusan cerai talak salah satu amar (dictum( berbunyi memberikan ijin kepada pemohon untuk
menjatuhkan talak kepada isterinya.

54. Penambahan kalimat yang terdapat pada Kepala Putusan Pengadilan Agama yang berbeda dengan
Undang-undang Kekuasan Kehakiman adalah Bismillahirrahmanirrahim

55. cerai Talak adalah cerai y ang diajukan oleh Suami terhadap isterinya

56. Isteri mengajukan gugatan cerai kepada Pengadilan Agama tempat tinggal Isteri atau Penggugat.

57. Eksekusi terhadap putusan cerai talak adalah mengucapkan ikrar talak dalam sidang penyaksian
ikrar talak.

58. Tujuan Perkawinan mernutu Kompilasi Hukum Islam adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah
tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah.

Tambahan catatan:

Nadir => orang yang diberi kuasa untuk mengurus wakaf

PHI (perselisihan hubungan industrial)


59. Tenggang waktu penyelesaian perselisihan hubungan Industrial pada pengadilan hubungan
industrial adalah 50 (lima puluh) hari sejak sidang pertama.

60. Berdasarkan pengertian perselisihan, maka dikenal 4 obyek perselisihan, yaitu:

- Perselisihan Hak, Perselisihan kepentingan, Perselisihan pemutusan hubungan kerja dan


perselisihan antar srikat pekerja dalam satu perusahaan

61. Untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial, surat gugatan harus dilampiri
dengan Risalah perundingan dihadapan mediator atau Konsiliator

62. perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau
peraturan terhadap ketentuan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja sama disebut perselisihan HAK.
63. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian PErselisihan Hubungan Industrial
merupakan hukum formil dari Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

64. Setelah pengadilan hubungan industrial telah terbentuk, terhadap perselisihan hubungan industrial
atau PHK yang diselesaikan P4P atau lembaga lain yang setingkat dan belum diputus, maka yang
berwenang menyelesaikan adalah pengadilan Hubungan Industrial.

65. Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran
hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak disebut perselisihan PHK.

66. Bipartit merupakan istilah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh
dengan Pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan Industrial.

67. gugatan perselisihan hubungan Industrial di pengadilan Hubungan Industrial kepada penggugat tidak
dikenakan beaya termasuk eksekusi yang nilai gugatannya dibawah 150 juta rupiah.

68. waktu yang diperlukan untuk berunding sebagai pengusaha dan pekerja dalam penyelesaian
perselisihan hubungan Industrial adalah 30 (tigapuluh) hari

69. Unsur-unsur yang terdapat dalam Hubungan Kerja adalah adanya Pekerjaan, perintah dan upah.

70. Hubungan kerja didasarkan atas Perjanjian Kerja

71. terhitung sejak diterimanya/diberitahukannya keputusan PHK, maka tenggang waktu yang
dibolehkan bagi buruh untuk mengajukan gugatan melalui pengadilan hubungan industrial adalah 1
(satu) tahun.

72. Majelis hakim pengadilan hubungan Industrial dalam mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan hukum, perjanjian yang ada, kebiasaan dan keadilan.

73. Majelis hakim dalam pemeriksaan acara biasa perselisihan hubungan Industrial terdiri dari dua
hakim ad hoc dan satu hakim ketua.

74. Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial adalah Hukum Acara Perdata pada
pengadilan dalam lingkungan pengadilan umum, kecuali yang diatur secara khusus dalam undang-
undang Nomor 2 Tahun 2004

Tambahan catatan

Bipartit juga dapat dilakukan dengan cara berkirim surat.

Dalam kasus PHI tidak dikenal adanya pengadilan Tinggi tetapi langsung KASASI.

Kode Etik Profesi Advokat / Etika Profesi


75. Orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Advokat disebut Advokat

76. Profesi Advokat diatur dalam UU No. 18 Tahun 2003 yang ditetapkan di Jakarta Tanggal 05 April
2003, Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 49.
77. Induk Organisasi Advokat yang dibentuk oleh delapan organisasi profesi advokat untuk memenuhi
syarat Undang-Undang Advokat adalah Perhimpunan Advokat Indonesia

78. Secara nasional cikal bakal organisasi Advokat di Indonesia baru muncul di awal terbentuknya
Persatuan Advokat Indonesia (PAI) di Jakarta bersamaan dilakukan Seminar Hukum Nasional
tepatnya pada tanggal 14 Maret 1963

79. Sebelum lahirnya organisasi Advokat yang dibentuk oleh delapan organisasi, maka delapan
organisasi tersebut bersama-sama melakukan kegiatan verifikasi/herregistrasi advokat dengan
menggunakan nama Komite Kerja Advokat Indonesia.

80. Hakim, Jaksa, Kepolisian, Advokat sebagai penegak hukum selain diatur oleh Undang-undang,
mempunyai fungsi masing-masing yaitu : Hakim Mewakili kepentingan Negara, Jaksa dan
kepolisian mewakili kepentingan pemerintah, advokat mewakili kepentingan masyarakat

81. PERADI lahir dan dideklarasikan pada 21 Desember 2004

82. Kode Etik Advokat berlaku untuk semua organisasi/assosiasi Advokat di Indonesia telah disahkan
pada tanggal 23 Mei 2002 di Jakarta oleh 7 Assosiasi Advokat yang tergabung menjadi satu wadah
tunggal yang selanjutnya disebut Komite Kerja Advokat Indinesia (KKAI), 7 organisasi tersebut:

- Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN)

- Asosiasi Advokat Indonesia (AAI)

- Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI)

- Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI)

- Srikat Pengacara Indonesia (SPI)

- Assosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI)

- Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM)

(untuk pembentukan PERADI ditambah dengan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI))

83. Perbuatan Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan diantaranya adalah Mengabaiikan atau
menelantarkan kepentingan kliennya, melanggar Kode Etik Advokat Indonesia, melanggar Sumpah /
Janji Advokat, mengundurkan diri saat posisi Klien sangat memerlukan Advokat dan dapat
menimbulkan kerugian, melakukan perbuatan yang menimbulkan pelanggaran hukum.

84. Jika Advokat diangkat menjadi pejabat Negara maka yang bersangkutan harus cuti dari tugas
profesi Advokat selama memangku jabatan tersebut.

85. istilah Officium nobile dimengerti sebagai profesi terhormat, senantiasa menjunjung tinggi profesi
Advokat.

86. Wilayah kerja Advokat sesuai dengan undang-undang advokat adalah Selruh wilayah republic
Indonesia
87. Beberapa pasal dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat telah dilakukan
Judicial review ke ke Mahkamah Konstitusi dan telah mendapat keputusan sebagai berikut :
Putusan MKRI No.006/PUU-II/2004 Tanggal 13 Desember 2004

88. Klien adalah orang, Badan Hukum atau lembaga lain yang menerima Jasa Hukum dari Advokat

89. Pasal 16 UU Advokat, Advokat tidak dapat dituntut dalam menjalankan tugas profesinya dengan
itikat baik dengan perkara Perdata dan Pidana

90. Advokat wajib memegang rahasia jabatan sejak awal, bahkan setelah berakhirnya hubungan
dengan klien

91. bermacam tindakan yang dikenakan kepada advokat seperti Teguran lisan, tertulis dan
pemberhentian sementara 3 sampai 12 bulan dan pemberhentian tetap

92. Jenis hukuman yang dapat dijatuhi oleh Dewan Kehormatan adalah Peringatan Keras,
Pemberhentian Sementara, Pemecatan.

93. yang dilakukan oleh seorang Advokat terlebih dahulu jika menerima berkas perkara dari kliennya
adalah menanyakan apakah berkas perkaranya pernah dikuasakan kepada Kuasa Hukum atau orang
lain

94. Jabatan rangkap yang dilarang bagi seorang advokat adalah Ketua / anggota DPR/DPRD,
Ketua/anggota DPD, Notaris, termasuk jabatan tertentu dalam partai.

95. Advokat dilarang menghubungi secara langsung saksi dari pihak lawan karena melanggar kode etik
advokat Indonesia

96. Seorang Advokat boleh mencari publisitas bagi dirinya di media massa asalkan untuk menegakkan
prinsi-prinsip hukum.

97. Arti hak Retensi adalah menahan surat-surat asli/penting

98. Seorang Advokat boleh menolak calon Kliennya dengan pertimbangan tidak sesuai dengan
Keahliannya dan bertentangan dengan hati nurani

99. Advokat boleh mengundurkan diri sebagai kuasa asal tidak merugikan kepentingan klien

100. Hubungan advokat dengan teman sejawatnya dalam menjalankan profesinya di masyarakat,
Advokat harus menjunjung tinggi nilai-nilai profesinya dengan dilandasi sikap saling menghormati,
saling menghargai dan saling mempercayai sesame profesi.

101. Jika seorang Advokat dijatuhi sanksi berupa pemberhentian sementara untuk waktu tertentu, maka
Advokat tersebut tidak dapat menjalankan profesinya, baik di dalam atau diluar sidang

102. Dalam sidang pemeriksaan perkara pelanggaran Kode Etik Advokat, baik pengadu maupun pihak
yang teradu harus hadir secara pribadi dan jika dikehendaki dapat didampingi oleh penasehat

(TUN)
103. Yang termasuk dalam unsur putusan adalah Penetapan Tertulis, Bersifat konkrit, Individual dan
final, dan menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata

104. Dalam acara Pemeriksaan Persiapan kepada Penggugat diberikan waktu 30 hati untuk
memperbaiki gugatan/melengkapinya dengan data yang diperlukan, apabila dalam jangka waktu
itu Penggugat tidak memperbaiki/melengkapinya, maka hakim akan mengeluarkan putusan
bahwa gugatan tidak dapat diterima, terhadap putusan tersebut maka Penggugat dapat
mengajukan Gugatan baru.

105. Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan pengadilan tersebut dapat ditetapkan
kewajiban yang harus dilakukan oleh badan atau pejabat Tata usaha Negara yang mengeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara, Berupa:

- Kewajiban pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan


- Pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan dan menerbitkan Keputusan Tata
Usaha Negara yang baru
- Penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara

106. Alat bukti dalam Tata Usaha Negara, yaitu : Surat/Tulisan, Keterangan Ahli, Keterangan saksi,
pengakuan para pihak dan pengetahuan Hakim

107. Tujuan dilaksanakannya pemeriksaan persiapan menurut UU No. 5 Tahun 1986 adalah untuk
menyatakan Hakim wajib memberi nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan.

108. Apabila Tergugat dalam Perkara TUN tidak bersedia melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, terhadap pejabat yang bersangkutan dikenakan upaya paksa
berupa pembayaran sejulah uang paksa dan/atau sanksi administrative

109. Untuk mengakhiri perkara Tata Usaha Negara hakim dapat memberikan putusan sebagai berikut :
Gugatan ditolak, gugatan dikabulkan, gugatan tidak diterima dan gugatan gugur.

110. Dalam sengketa Tata Usaha Negara apakah dibolehkan gugatan balik (rekonpensi): Tidak dikenal
gugatan rekonpensi dalam TUN.

111. Undang-undang yang mengatur tentang Peradilan Tata Usaha Negara : UU No.5 Tahun 1986, UU
no 51 Tahun 2009, UU No. 9 Tahun 2004 (ketiganya mengatur tentang hukum Acara TUN)

112. Yang harus dipersiapkan pada saat melakukan gugatan di Peradilan TUN adalah gugatan sedapat
mungkin disertai Surat Putusan TUN yang disengketakan

113. Masuknya pihak ketiga dalam PTUN terjadi karena, permintaan pihak tergugat, permintaan pihak
penggugat, Prakarsa Hakim.

NB :

Inzage : pemeriksaan berkas perkara oleh para pihak sebelum dikirimkan ke pengadilan tinggi atau
tingkat Banding.

Anda mungkin juga menyukai