Anda di halaman 1dari 6

EKSEPSI

EKSEPSI ADALAH :
Bantahan tergugat untuk menangkis tuntutan penggugat, yang tidak mengenai
pokok perkara, akan tetapi jika berhasil dapat menyudahi pemeriksaan atau
mengandaskan gugatan.
Eksepsi juga merupakan salah satu jawaban tergugat selain jawaban pokok perkara
dan rekonvensi.

JENIS EKSEPSI MENURUT PENGATURANNYA :


1.    Eksepsi Prosesuil (eksepsi yang diatur dalam hukum acara perdata), menurut
sifatnya eksepsi ini terdiri dari :
a.    Eksepsi Peremtoir (Premptoire Exeptie) adalah eksepsi yang bersifat menyudahi,
misalnya tergugat menyatakan gugatan res judicata (satu perkara tidak boleh
diajukan dua kali).

b.    Eksepsi Deklinatoir (Declinatoire Exeptie) adalah eksepsi yang bersifat mengelakkan,
misalnya eksepsi yang menyatakan gugatan diajukan pada Pengadilan yang tidak
berwenang, baik tidak berwenang mengadili menurut kompetensi absolut (Pasal 134
HIR) maupun kompetensi relatif (Pasal 113 HIR). Disini tergugat mengelak dari
kompetensi Pengadilan. Apabila dikabulkan maka gugatan tersebut diputus tidak
dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard/ NO). Tapi Penggugat dapat
mengajukan baru pada Pengadilan yang berwenang.

c.    Eksepsi Diskualifikatoir (Disqualificatoire Exeptie) adalah eksepsi yang sifatnya


mendiskualifikasi kedudukan pihak berpekara, dengan mengatakan Penggugat
dan/atau tidak mempunyai kedudukan sebagaimana dimaksudkan dalam gugatan.
Misalkan Penggugat menggugat atas nama suatu Perseroan Terbatas, padahal ia
bukan direkturnya, maka Tergugat dapat mengajukan eksepsi, bahwa Penggugat
tidak berwenang mewakili, contoh lain, tergugat digugat padahal bukan ia yang
pinjam melainkan saudaranya.

Termasuk disqualificatoire exeptie adalah eksepsi yang menyatakan gugatan


penggugat kurang dalam meyebut pihak penggugat dan/atau tergugat, yaitu apabila
dalam sengketa tersebut terdapat subyek hukum yang belum dimasukkan sebagai
pihak Penggugat dan/atau pihak Tergugat.

d.    Eksepsi Obscur libel (Obscure Libel Exeptie) adalah eksepsi yang didasarkan pada
dalil gugatan penggugat gelap atau samar-samar. Menurut RV suatu surat gugat
terdiri dari dua bagian, yaitu fundamentum petendi (yang berisi uraian peristiwa dan
dasar hukum gugatan) serta petitum (apa yang dituntut). Fundamentum petendi
harus memenuhi syarat jelas dan lengkap, sedangkan petitum harus memenuhi
syarat terang dan pasti. Apabila gugatan tidak memenuhi nya maka gugatan
tersebut adalah obscure libel/samar-samar.

e.    Eksepsi Chicaneus Process (Chicaneus Process Exeptie) adalah eksepsi yang
menyatakan proses apus-apusan. Yaitu berupa gugatan yang diajukan dengan tanpa
adanya sengketa hukum yang melandasi guagatan tersebut. Dengan kata lain antara
penggugat dengan tergugat tidak pernah terjadi sengketa hukum.

2.    Eksepsi Materiil (yang berdasarkan ketentuan materil), jenisnya :


a.    Dilatoire Exeptie (Exeptie Dilatoir) yaitu eksepsi yang sifatnya menunda atau
menangguhkan. Misalnya mengajukan eksepsi yang berbunyi : gugatan belum tiba
saatnya, karena tergugat harus mengembalikan pinjaman tanggal 1 Agustus 2011,
sekarang baru tanggal 1 April 2011. Apabila dikabulkan maka gugatan dinyatakan
tidak dapat diterima /NO.

b.    Premptoire Exeptie (Eksepsi Peremptoir) yaitu eksepsi yang bersifat menyudahi.
Misalkan Tergugat menyatakan gugatan sudah lewat waktu (daluarsa), apabila
hakim menyetujui maka hakim memutus gugatan ditolak (weigere), maka perkara
selesai dalam arti tergugat tidak bisa menggugat lagi. Jika dikabulkan gugatan
dinyatakan NO.

c.    Gugatan Penggugat tidak didukung oleh fakta atau peristiwa, sifat eksepsi ini adalah
Eksepsi Chicaneus Process, jika antara penggugat dengan tergugat tidak pernah
terjadi peristiwa atau perbuatan sebagaimana diuraikan dalam gugatan. Jika
dikabulkan gugatan ditolak dan tidak dapat mengajukan gugatan baru.

Mengenai daluarsa (verjaaring) ada yang memasukkannya ke dalam kategori pokok


perkara, bukan eksepsi. Jenis daluarsa :
1.    Jangka Panjang : yaitu seorang menempati sebidang tanah dapat menjadi pemilik
tanah tersebut kalau sudah menempatinya selama 30 tahun tanpa ada gangguan
(Pasal 1963 jo. 1967 KUHPerdata).
2.    Jangka Pendek : yaitu seorang menginap dan makan pada suatu rumah penginapan
sekaligus rumah makan. Tuntutak pembayaran hanya dapat diajukan dalam waktu
satu tahun (Pasal 1968 Ayat (2) KUHPerdata).

TEKHNIK MENGAJUKAN EKSEPSI :


Menentukan Kompetensi
Kompetensi relatif diajukan tidak boleh didahului oleh jawaban yang lain karena
terikat ketentuan Pasal 133 HIR, apabila diajukan terlambat maka eksepsi tersebut
akan ditolak karena terlambat (tardieft).
Kompetensi absolut dapat diajukan kapanpun (Pasal 134 HIR).
Menganalisis Isi Gugatan
Gugatan harus berisi fundamentum petendi yang memuat peristiwa dan dasar
hukumnya yang bersifat jelas dan lengkap. Dan berisi petitum yang memuat apa
yang dituntut yang bersifat terang dan pasti.
Apabila uraian fundamentum petendi tidak jelas dan lengkap, atau petitumnya tidak
terang dan pasti, maka tergugat dapat mengajukan eksepsi yang isinya gugatan
obscure libel/gugatan gelap/samar-samar.
Menganalisis Pihak
1.    Pencatuman Pihak Secara Lengkap, jika para pihak yang diajukan tidak lengkap,
maka tergugat dapat mengajukan eksepsi gugatan kurang dalam menyebut pihak.
2.    Kedudukan Hukum Para Pihak, dilihat apakah seorang bertindak sendiri untuk dirinya
sendiri (in person) atau bertindak sebagai wakil.
Apabila bertindak sebagai wakil, maka harus diperhatikan kedudukan hukumnya
untuk mewakili, sehingga perlu memperhatikan tentang perwakilan (vetegen
wodiging).
Menurut Hukum Perdata, perwakilan terjadi dalam hal seorang yang tidak
cakap berbuat hukum (onbekwaan), orang yang meninggalkan urusannya, dan
perkumpulan.
Bagi perkumpulan, wakilnya adalah siapa yang menurut anggaran dasar atau
ketentuan dasar diberi wewenang bertindak untuk dan atas nama perkumpulan yang
bersangkutan.
Apabila dalam gugatan disebut orang yang tidak mempunyai kedudukan
mewakili baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat, maka pihak tergugat
dapat mengajukan eksepsi diskualifikatoir.

Menganalisis Perumusan Pihak


Dalam hal perkumpulan, perkumpulan yang berbadan hukum dapat maju sendiri
atau diwakili sebagai Penggugat atau diajukan sebagai Tergugat karena dianggap
cakap melakukan cakap melakukan perbuatan hukum (bekwaam). Sedangkan
perkumpulan yang bukan badan hukum harus diwakili karena dianggap tidak cakap
melakukan perbuatan hukum (onbekwaam).
Menganalisis Pokok Perkara
1.    Prestasi sudah Opeisbaar
Salah satu syarat agar suatu gugatan berhasil adalah gugatan diajukan tepat pada
waktunya. Dalam menganalisis gugatan, maka tergugat juga harus menganalisis
apakah gugatan yang diajukan tersebut sudah saatnya untuk diajukan. Misalnya
debitor wajib membayar utangnya pada tanggal 1 Desember, baru tanggal 27
Agustus sudah digugat oleh kreditor untuk membayar utangnya. Dalam hal ini
tergugat dapat mengajukan eksepsi dilatoir.
2.    Gugatan belumVerjaar
Verjaaring (lewat waktu, daluarsa) dikenal dalam hukum perdata barat (Pasal 1963,
1967, 1968 KUH Perdata), namun tidak dikenal dalam hukum perdata adat. Apabila
gugatan diajukan setelah terjadinya daluarsa, maka gugatan dapat mengajukan
eksepsi peremptoir.
3.    Res Judicata
Satu perkara tidak boleh digugat dua kali. Apabila gugatan diajukan untuk perkara
yang sudah pernah diajukan dan diadili oleh Pengadilan, maka tergugat dapat
mengajukan eksepsi peremptoir.
4.    Gugatan Beralasan
Menurut Hukum Acara Perdata, agar berhasil gugatan harus didukung oleh peristiwa
yang diuraikan dalam bagian fundamentum petendi untuk mendukung pettitum.
Apabila dalam fundamentum petendi tidak ada uraian peristiwa namun tidak
mendukung petitum, maka tergugat dapat mengajukan eksepsi obscur libel.

Dalam Putusan MA No. 565K/Sip/1973, tertanggal 21 Agustus 1979, yang


menyatakan :
Gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima atas alasan, dasar gugatan tidak
sempurna, karena hak penggugat atas tanah sengketa tidak jelas.
EKSEPSI IN PERSONA

Jenis eksepsi :
a.    Eksepsi Prosesual (proscessuele Exeptie), yaitu eksepsi yang berkenaan dengan
syarat formil gugatan, apabila tidak terpenuhi maka gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima (niet onvantkelijke verklaard) :
Eksepsi tidak berwenang mengadili (Exceptie Van Onbeveogheid) :
a.    Tidak berwenang secara absolut
b.    Tidak berwenang secara relatif

b.    Eksepsi Prosecual di luar eksepsi kompetensi :


1.    Eksepsi surat kuasa khusus tidak sah
a.    Surat kuasa bersifat umum, yang berdasarkan Pasal 1795 KUHPerdata dan bukan
surat kuasa khusus yang dimaksud Pasal 123 HIR, sesuai dengan putusan MA
No.531 K/Sip/1973 tanggal 25 Juli 1974
b.    Surat kuasa tidak memenuhi syarat formil yang digariskan Pasal 123 ayat (1) dan
SEMA No. 1 tahun 1071 (23 Januari 1971) jo. SEMA No. 6 tahun 1994 (14 Oktober
1994), sesuai dengan ketentuan tersebut surat kuasa khusus (bijzondere schriftelijke
machtging), harus dengan jelas dan tegas menyebut :
-      Secara spesifik kehendak untuk berperkara di PN tertentu sesuai dengan kompetensi
relatif
-      Identitas para pihak yang berperkara
-      Menyebut secara ringkas dan konkrit pokok perkara dan objek yang diperkarakan
-      Mencantumkan tanggal serta tanda tangan pemberi kuasa
Semua syarat diatas bersifat kumulatif, oleh karena itu apabila salah satu syarat
tidak terpenuhi, surat kuasa tidak sah karena mengandung cacat formil.
Sebagaimana Putusan MA No. 1712 K/Pdt/1984 yang menegaskan, surat kuasa yang
tidak menyebut pihak atau subjek maupun objek perkara, dianggap tidak memenuhi
syarat yang digariskan Pasal 123 ayat (1) HIR dan SEMA No. 1 tahun 1971
c.    Surat kuasa dibuat orang yang tidak berwenang, sebagaimana Putusan MA No. 10
K/N/1999
d.    Surat kuasa yang tidak menyebut kompetensi relatif
e.    Surat kuasa substitusi yang tidak sah, karena penerbitannya didasarkan dari surat
kuasa yang tidak memuat klausul tentang pemberian hak kepada penerima kuasa
untuk memberi kuasa substitusi
f.     Surat kuasa yang dibuat di luar negeri , yang ternyata tidak dilegalisasi konsulat
jenderal atau perwakilan RI yang ada di negara tersebut.

2.    Eksepsi Error in Persona


a.    Eksepsi diskualifikasi (gemis aanhoedanigheid), yang bertindak sebagai penggugat
bukan orang yang berhak, sehingga orang tersebut :
-      tidak mempunyai hak dan kapasitas untuk menggugat.
-      Tidak cakap melakukan tindakan hukum
Penggugat tidak memiliki persona standi in judicio di depan PN atas perkara
tersebut.
b.    Keliru pihak yang ditarik sebagai tergugat, karena tidak adanya hubungan hukum
antara para pihak, sebagaimana Putusan MA No. 601 K/Sip/1975, misal : seorang
pengurus yayasan yang digugat secara pribadi untuk mempertanggung jawabkan
sengketa yang berkaitan dengan yaaysan, dengan demikian, orang yang ditarik
sebagai tergugat tidak tepat, karena yang semestinya ditarik sebagai tergugat
adalah yayasan.
c.    Exceptio plurium litis consortium, yaitu apabila orang yang ditarik sebagai
tergugat/penggugat tidak lengkap, sebagaimana Putusan MA No. 621 K/Sip/1975,
ternyata sebagian objek harta perkara, tidak dikuasai tergugat, tetapi telah menjadi
hak milik pihak ketiga, dengan demikian, oleh karena pihak ketiga tersebut tidak ikut
digugat, gugatan dinyatakan mengandung cacat

c. Eksepsi hukum materiil (materiele exceptie) :


1. eksepsi dilatoria
Gugatan penggugat belum dapat diterima untuk diperiksa sengketanya di
Pengadilan, karena masih prematur, dalam arti gugatan yang diajukan masih
terlampau dini.
Sifat atau keadaan prematur melekat pada :
-      Batas waktu untuk menggugat sesuai dengan jangka waktu yang disepakati dalam
perjanjian, belum sampai
-      Batas waktu untuk menggugat belum sampai, karena telah dibuat penundaan
pembayaran oleh kreditur atau berdasarkan kesepakatan antara kreditur dan debitur
2. eksepsi peremptoria
Eksepsi yang berisi sangkalan, yang dapat menyingkirkan (set aside) gugatan
karena masalah yang digugat tidak dapat diperkarakan.
a.    Exceptio temporis (eksepsi daluarsa), selain dasar waktu untuk memperoleh suatu,
juga menjadi landasan hukum untuk membebaskan seseorang dari suatu perikatan
setelah lewat jangka waktu tertentu, sebagaimana diatur dalam Pasal 1967
KUHPerdata dan seterusnya, antara lain :
- tuntutan hak kebendaan atau yang bersifat perseorangan menurut Pasal 1967
KUHPerdata : gugur setelah lewat 30 tahun
- tuntutan para guru, para pengusaha rumah penginapan, dan para buruh menurut
Pasal 1968 KUHPerdata : gugur setelah lewat 1 tahun
- tuntutan para dokter, pengusaha sekolah berasrama berdasarkan Pasal 1969
KUHPerdata : gugur setelah lewat 2 tahun
- tuntutan para Advokat dan Notaris menurut Pasal 1970 KUHPerdata : gugur setelah
lewat 2 tahun
Sebagaimana Putusan MA No. 707 K/Sip/1972, Putusan MA No. 408 K/Sip/1973,
Putusan MA No. 147 K/Sip/1955
b.    Eksepsi non pecuniae mumeratae, yang berisi sangkalan tergugat (tertagih), bahwa
uang yang dijanjikan untuk dibayar kembali, tidak pernah diterima
c.    Exceptio doli mali, keberatan mengenai penipuan yang dilakukan dalam perjanjian
d.    Exceptio metus, gugatan yang diajukan penggugat bersumber dari perjanjian yang
mengandung paksaan
e.    Exceptio non adimpleti contractus, seseorang tidak berhak menggugat, apabila dia
sendiri tidak memenuhi apa yang menjadi kewajibannya dalam perjanjian
f.     Exceptio domini, tangkisan yang diajukan tergugat terhadap gugatan, yang berisi
bantahan yang menyatakan objek barang yang digugat bukan milik penggugat,
tetapi milik orang lain atau milik tergugat.
Penerapan eksepsi tersebut pada dasarnya sama dengan sengketa milik, yang
membebani para pihak memikul wajib bukti. Apabila tergugat mengajukan exceptie
dominii bearti secara tekhnis, tergugat menyangkal gugatan. Oleh karena itu sesuai
dengan ketentuan Pasal 163 HIR dan Pasal 1865 KUHPerdata, penggugat dibebani
wajib bukti untuk membuktikan dalil gugatannya, yaitu bahwa objek gugatan adalah
miliknya.
g.    Exceptio litis pendentis, sengketa yang digugat penggugat, sama dengan perkara
yang sedang diperiksa oleh Pengadilan yang disebut juga eksepsi sub-judice yang
berarti gugatan diajukan masih tergantung (aanhanging) atau masih berlangsung
atau sedang berjalan pemeriksaannya di Pengadilan .
h.    Exceptional circumstances, yaitu sangkalan yang meminta gugatan disingkirkan atas
alasan tergugat berada dalam keadaan lain dari yang biasa, force majeur.
i.     Exceptie pacti conventi, sangkalan yang meminta gugatan digugurkan atas alasan,
penggugat telah membuat persetujuan bahwa sengketa tersebut tidak akan digugat
(that the plaintiff had agreed not to sue).

Anda mungkin juga menyukai