Anda di halaman 1dari 13

Gugatan & Permohonan

Dewi Mayaningsih, S.H.,M.H.


Pemeriksaan Perkara
 Pengajuan Gugatan- Administrasi
 Mediasi
 Gugatan (P)
 Jawaban (T/jawaban atas gugatan)
 Replik (P/ penguat dalil penggugat, merupakan tanggapan penggugat atas
jawaban tergugat)
 Duplik (T/penguat dalil jawaban tergugat tanggapan terhadap Replik
pengugat)
 (setelah itu ada putusan sela /berlanjut sampai putusan akhir atau tidak)
 Pembuktian
 Kesimpulan Akhir
 Putusan Akhir (putusan ini ada putusan tetap yang berlanjut eksekusi
apabila putusan diterima para pihak dan putusan tidak tetap/putusan yang
tidak diterima salah satu pihak masih dalam proses hukum/mengajukan
upaya hukum.
Gugatan
 Suatu sengketa yang harus diselesaikan dan diputus oleh Pengadilan
(Jurisdictio Contentiosa)

 Hakim berfungsi sebagai Hakim yang mengadili dan memutus siapa diantara
pihak yang benar dan siapa yang tidak benar (Yudicative Power)

 Bentuknya Putusan (Constitutif dan Comdenatoir)

 Para pihak adalah Penggugat dan Tergugat

 Dasar pengajuan gugatan (perbuatan melawan hukum, ingkar janji, ganti


rugi, waris, perceraian dll)
Permohonan
 Permohonan tidak ada sengketa (Jurisdictio Voluntaire)
 Hakim hanya sekedar memberi jasa-jasa sebagai seorang tenaga tata
usaha negara (Executive Power)
 Pihak yang mengajukan disebut Pemohon
 Hakim mengeluarkan penetapan yang lazim disebut putusan declaratoir
(suatu putusan yang bersifat menetapkan atau menerangkan saja)
 Permohonan yang banyak diajukan ke Pengadilan Negeri adalah
permohonan pengangkatan anak, wali, pengampuan, perbaikan akta
catatan sipil, dan sebagainya.
Surat Gugatan
Gugatan

 Mencantumkan Tanggal
 Menyebutkan secara jelas identitas Penggugat dan Tergugat
 Ditandatangani /cap jempol setelah di waarmerking
 Dimasukkan dikepaniteraan tempat tinggal tergugat (asas actor sequitor
forum rei)
 Harus dengan surat permintaan (Surat Gugatan)
 Harus ditandatangani Penggugat atau Wakilnya
 Membayar uang muka biaya perkara
Surat Gugatan Menurut HIR

Gugatan menurut HIR :

 Harus menyebutkan tanggal, nama penggugat dan tergugat, tempat


tinggal, pekerjaan penggugat dan tergugat
 Harus menguraikan Posita (Fundamentum Petendi), yaitu kejadian yang
menjadi dasar gugatan : alasan berdasarkan keadaan dan alasan
berdasarkan hukum
 Harus mengemukakan hal yang diinginkan agar di putus oleh hakim
(Petitum) harus diperhatikan Pasal 178 ayat (3) HIR
Isi Surat Gugatan

1. Identitas Para pihak/ persona standi in judicio : nama, umur,


pekerjaan, agama dan alamat.
2. Posita / Fundamentum Petendi (memuat gambaran yang jelas
tentang duduk persoalannya, atau dengan kata lain dasar gugatan
harus dikemukakan dengan jelas. (Posita berdasarkan kenyataan dan
posita berdasarkan hukum)
3. Petitum (hal yang diinginkan diminta oleh penggugat agar diputus
kan/ditetapkan dan diperintahkan oleh hakim). Petitum harus lengkap
dan jelas.
Surat Gugatan

 Gugatan yang diajukan dapat :


1. Dikabulkan
2. Tidak Dikabulkan
a. Tidak diterima (no need of/ NO) apabila Isi Surat Gugatan tidak
berdasarkan hukum, Belum sampai pada pokok perkara dan upaya
hukum. Solusinya adalah surat gugatan diperbaiki.
b. Ditolak apabila Gugatan tidak beralasan, telah memperhatikan
pokok perkara, upaya hukum dan ne bis in idem (tidak dapat
menyidangkan 2 perkara yang sama). Solusinya adalah Banding
Surat Gugatan

 Merupakan tuntutan hak. Tuntutan hak dalam hal ini merupakan


suatu tindakan yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan hukum
yang diberikan oleh Pengadilan guna mencegah perbuatan main Hakim
sendiri (eigenrichting).
 Adanya kepentingan hukum. suatu tuntutan hak haruslah
mempunyai kepentingan hukum yang cukup.
 Merupakan suatu sengketa. Tuntunan hak yang dimaksud adalah
tuntutan perdata (burgerlijke vordering), yaitu tuntutan hak yang
mengandung sengketa, .
 Dibuat dengan cermat dan terang. Surat gugatan dapat diajukan
secara tertulis (Pasal 118 ayat (1) HIR/Pasal 142 ayat (1) RBg) maupun
secara lisan (Pasal 120 HIR/Pasal 144 ayat 1 RBg)
Pencabutan Gugatan

 Gugatan dapat di cabut oleh penggugat tanpa persetujuan tergugat jika


sebelum gugatan di periksa dan sebelum tergugat menjawab karena
kepentingan tergugat belum terserang dan penggugat dapat
mengajukan gugatan kembali.

 Gugatan tidak dapat dicabut kecuali atas persetujuan tergugat jika


tergugat telah menjawab gugatan karena kepentingan tergugat sudah
terserang dan tergugat sudah mengeluarkan biaya, tenaga dll. Oleh
karena itu tergugat dapat menganggap sebaiknya perkara dilanjutkan
dan jika gugatan dicabut, penggugat dianggap telah melepaskan
haknya dan tidak dapat mengajukan gugatan kembali.
Gugatan Lisan
 Pasal 120: Bilamana Penggugat buta huruf, maka surat gugatnya yang
dapat dimasukannya dengan lisan kepada ketua pengadilan negeri yang
mencatat gugatan itu.
 Pasal 131:
 Jika kedua belah pihak menghadap, akan tetapi tidak dapat diperdamaikan
(hal ini mesti disebutkan dalam pemberitahuan pemeriksaan), maka surat
yang dimasukkan oleh pihak-pihak dibacakan, dan jika salah satu pihak
tidak paham bahasa yang dipakai dalam surat itu diterjemahkan oleh juru
bahasa yang ditunjuk oleh ketua dalam bahasa dari kedua belah pihak.
 Sesudah itu maka penggugat dan tergugat didengar kalau perlu memakai
seorang juru bahasa.
 Jika juru bahasa itu bukan berasal dari juru bahasa pengadilan negeri yang
sudah disumpah, maka harus disumpah terlebih dahulu di hadapan ketua.
 Ayat ketiga dari pasal 154 berlaku bagi juru bahasa.
Pemberian Kuasa

 HIR tidak menganut asas verplichte procureur stelling (asas yang


mengharuskan memberi kuasa kepada kuasa hukum).
 Pasl 123 HIR hanya menyebutkan bahwa para pihak dapat dibantu/diwakili
oleh kuasanya jika dikehendaki. Hakim wajib memeriksa surat keterangan
yang diajukan kepadanya meskipun tidak mewakilkan pada kuasa.
 Tidak ada ketentuan seorang wakil/kuasa harus sarjana.
 Surat Kuasa Khusus : surat yang mewakili kewenangan seseorang kepada
pihak lain.
 Syarat Kuasa Khusus untuk berita acara di pengadilan yang dikuasakan
secara eksplisit disebutkan (mengenai penanganan perkara apa) yaitu
mengenai hal yang di ajukan ke pengadilan.
Surat Kuasa

 SURAT KUASA KHUSUS : Surat yang diberikan kepada kuasa hukum untuk
menyelesaikan perkara di pengadilan, sisebut khusus karena diberikan hanya
untuk menyelesaikan perkara di pengadilan, dapat dicabut secara sepihak
dengan pemberitahuan.

 SURAT KUASA SUBTITUSI (Surat Kuasa Limpahan): bisa seluruhnya atau


sebagian, harus ada pernyataan subtitusi dan harus memenuhi peraturan bea
materai (karena akan dijadikan barang bukti).

 SURAT KUASA ISTIMEWA : surat kuasa yang diberikan berkaitan dengan alat
bukti pengakuan dan sumpah, yaitu dimana ia sendiri harus melakukan
pengakuan atau sumpah tetapi dikuasakan kepada orang lain (penerima kuasa
istimewa).

Anda mungkin juga menyukai