Anda di halaman 1dari 8

Nama : Majedi

Nim : 1721-5080-51
Prodi : Hukum Keluarga
Mata Kuliah : Hukum Acara Perdata
Dosen : Makmur Ratno Jaya S.,H M.H

RESUME GUGATAN KONTENTIOSA


A. Pengertian
Perkataan contentiosa atau contentious, brasal dari bahasa latin, salah satu
ari perkataan itu, yang dekat kaitannya dengan penyelesaian sengketa perkara
adalah penuh smangat bertanding atau berpolemik. Itu sebabnya penyelesaian
perkara yang mengandung sengketa, disebut yurisdiksi contentiosa atau
contentiosa jurisdiction, yaitu kewenangan peradilan yang memeriksa perkara
yang berkenaan dengan masalah persengketaan (jurisdiction of court that is
concerned with contested matters) antara pihak yang bersengketa (between
contending parties).
Gugatan contentiosa inilah yang dimaksud dengan gugatan perdata dalam
praktik. Sedang penggunaan gugatan contentiosa, lebih bercorak pengkajian
teoritis untuk membedakannya dengan gugatan voluntair. Dalam perundang-
undangan, istilah yang dipergunakan adalah gugatan perdaata gugatan saja
Prof. sudikno mertokusumo, juga mempergunakan istilah gugatan, berupa
tuntutan perdata (burgerlijke vordering) tentang hak yang mengandung sengketa
dengan pihak lain. Begitu juga prof. R. subekti, memeprgunakan sebutan gugatan,
diajukan ke PN dalam bentuk surat gugatan.
Bertitik tolak dari penjelasan diataas, yang dimaksud dengan gugatan
perdata dalah gugatan contentiosa yang mengandung sengketa diantara pihak
yang berperkara yang pemeriksaan peneyelesaiannya diberikan dan diajukan
kepada pengadilan dengan posissi para pihak:
1. Yang mengajukan penyelesaian sengketa disebut dan bertindak sebagai
penggugat

1
2. Sedangkan yang ditarik sebagai pihak lawan dalam penyelesaian, disebut dan
berkedudukan sebagai tergugugat
Dengan demikian , ciri yang melekat pada gugatan pada gugatan perdata:
a. Permasalahan hukum yang diajukan kepengadilan mengandung sengketa
(deputes, defferences),
b. Sengketa terjadi diantara para pihak, paling kurang diantara dua para pihak,
c. Berarti gugatan perdata bersifat partai (party), dengan komposisi, pihak yang
satu bertindak dan berkedudukan sebgai penggugat dan pihak yang lain,
berkedudukan sebagai tergugugat
.
B. Bentuk gugatan
1. Bentuk lisan
Bentuk gugatan lisan, diatur dalam pasal120 HIR (pasal 144RBG) yang
menegaskan:
Bilamana tergugat buta huruf maka surat gugatannya dapat dimasukkan
dengan lisan kepada ketua pengadilan negeri, yang mencatat gugatan atau
menyuruh mencatatatnya.
a. Syarat formil gugatan lisan
Penggugat tidak bisa membaca dan menulis. Dengan kata lain, penggugat buta
aksara. Dalam pasal 120HIR, hanya disebut buta aksara, tidak termasuk orang
yang buta hukum atau yang kurang memahami hukum. Juga tidak disyaratkan
mampu secara financial sebagai syarat yang diakumulasi dengan buta aksara,
memebuat ketentuan ini kurang adil. Alasannya orang kaya tetapi buta aksara,
ppada dasarnya dapat memebiyayai pengacara, sehuingga kurang layak mendapat
bantuan dari ketua PN
b. Cara mengajukan gugatan lisan
Pengajuan gugatan dilakukan dengan:
 Diajukan dengan lisan,
 Kepada ketua PN dan

2
 Menjelaskan menerangkan isi dan maksud gugatan. Pengajuan gugatan secara
lisan, disampaikan sendiri oleh penggugat. Tiadak boleh diwakilkan oleh kuasa
atau pengacara yang ditunjukkannya.
c. Fungsi ketua PN
 Ketua PN wajib memeberi layanan,
 Pelayanan yang harus diberikan ketua PN:
-Mencatat atau menyuruh mencatat gugatan yang disampaikan penggugat, dan
-Merumuskan sebaik mungkin gugatan itu dalam bentuk tertulis yang diterangkan
penggugat.

2. Bentuk tulis
Gugatan yang paling diutamakan adalah gugatan dalam bentuk tertulis.
Hal ini ditegaskan dalam pasal 118 ayat (1) HIR (pasal 142 RBG). Menurut pasal
ini, gugatan perdata harus dimasukkan ke PN dengan surata permintaan yang
ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya. Berdasarkan ketentuan tersebut
yang berhak dan berwenang memebuat dan mengajukan gugatan perdata adalah
sebagai berikut:
a. Penggugat sendiri
Surat gugatan dibuat dan ditandatangani oleh penggugat sendiri, kebolehan
penggugat memebuat, mendatangani, dan menagjuan sendiri gugatan ke PN,
adalah karena HIR maupun RBG, tidak menganut sistem verplichte procureur
stelling yang mewaibkan penggugat harus memberi kuasa kepada yang
berpredikat pengacara atau advokat untuk mewakilinya.
b. Kuasa
Pasal 118 ayat (1) HIR, memeberi hak dan kkewenangan kpeada kuasa atau
wakilnya untk memebuat, mendatangani, mengajukan ataupun mengajuka surat
gugatan kepada PN.

3
C. Formulasi surat gugatan
Formulasi surat gugatan adalah perumusan (formulation) surat gugatan
yang dianggap yang memenuhi syarat formil menurut ketentuan huum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Rumusan dalam surat gugatan antaralain:
1. Ditujukan (dialamatkan) kepada PN sesuai dengan kompetensi relatif
2. Diberi tanggal
3. Ditandatangani atau kuasa, dengan dibubuhi cap jempol
4. Identitas ara pihak misalnya yang berkaitan dengan nama lengkpa, alamat
atau tenpat tinggal, dan idenntitas lain supaya lebih lengkap, karena lebih lengkap
akan lebih baik.

5. Fundamentum petendi
Yaitu dasar gugatan atau dasar tuntutan (positum atau bentuk jamaknya posita
gugatan/atau dalil gugatan).
Unsur-unsur fundamentum petendi antaralain:
a) Dasar hukum (rechtelijke grond)
b) Dasar fakta (feitelijke grond)

6. Petitum gugatan
Yang berisi pokok tuntutan penggugat, berupa deskripsi yang jelas menyebut
satu persatu dalam akhir gugatan tentang hal-hal apasaja yang menjad pokok
tuntutan penggugat yang harus dinyatakan atau diembankan kepada tergugat.
Bentuk-bentuk petitum:
a. Tunggal
Petitum yang menyebutkan satu persatu pokok tuntutan tidak di ikuti dengan
susunan deskripsi petitum lain yang berifat alternatif atau subsidair
b. Alternatif

7. Gugatan asesor (accesoir)


Yaitu gugatan tambahan (additional claim) terhadp gugatan pokok.

4
a. Syarat-syarat gugatan asesor
 Tidak dapat berdiri sendiri
 Hanya dapat ditempatkan dan ditambahkan dalam gugatan pokok
b. Jenis gugatan asesor
 Gugatan provisi, berdasarkan pasal 180 ayat (1)HIR, berbentuk permintaan
agar PN menjatuhkan putusan provivsi yang diambil sebelum perkara pokok
diperiksa.
 Gugatan tambahan ppenyitaan berdasarkan pasal 226 dan pasl 227 HIR,
pengadilan menempatkan obyek sengketa yang berada dalam penyitaan untuk
menjaga kemungkianan barang-barang dihilangkan atau diasingkan tergugat
selama proses perkara berlangsung.

D. Tata cara pemeriksaan gugatan kontentiosa


1. Sistem pemeriksaaaan secara contradictoir
a. Dihadiri kedua belah pihak secara in person atau kuasa
b. Proses pemeriksaan berlangsung secara optegenspraak yaitu memberikan hak
dan kesempatan upportunity kepada tergugat untuk memebantah dalil penggugat.
2. Asas pemeriksaan
a. Mempertahankan tata hukum perdata (burgerlijke rechtsorde)
b. Meneyerahkan sepenuhnya kewajiban mengemukakan fakta dan kebenaran
kepada para pihak
c. Tugas hakim menemukan kebenaran formil
d. Persidangan terbuka untuk umum
e. Audi alteram partem yaitu mendengarkan permasalahan kedua belah pihak
secara seimbang.
f. Asas imparsialitas yakni kejujuran, adil dan tidak memihak

5
E. Pengguguran gugatan
1. Syarat-syarat pengguran gugatan
 Penggugat telah dipanggil secara patut
 Penggugat tidak hadir tana alasan yang sah (unreassonable default)
 Pengggugura dilakukan secara ex-officio, adalah kewenagnga hakim untuk
menggugurkan gugatan apabila sudah memenuhi syarat untuk itu.
2. Rasio pengguguran gugatan
 Sebagai hukuman kepada pengggugat
 Memebebaskan tergugat dari kesewenang-wenangan

F. Pencabutan gugatan
1. Alasan pencabutan gugatan
a. Penabutan gugatan kebutuhan praktik
b. HIR maupun RBG tidak mengatur pencabutan gugatan
c. Pencabutan merupakan hak pengggugat, baik selama pemeriksaaa belum
berlangsung ataupun atas persetujuan tergugat apabila pemeriksaan sudah
berlangsung
2. Cara pencabutan
a. Bisa dilakukan oleh penggugat sendiri secara pribadi atau kuasa yang
ditunjuk
b. Pencabutan gugatan yang belum diperiksa dilakukan dengan surat
c. Pencabutan gugatan yang sudah diperiksa dilakukan dalam sidang
3. Akibat hokum pencabutan
a. Pencabutan mengakhiri perkara
b. Tertutup segala upaya hokum bagi para pihak
c. Para pihak kembali kepada keadaan semula
d. Biaya perkara dibebankan kepada penggugat
4. Pengajuan kembali gugatan yang telah dicabut dengan

6
G. Perubahan gugatan
1. Batas waktu mengajukan perubahan gugatan
a. Sampai saat perkara diputus
b. Batas waktu pegajuan pada hari sidang pertama
c. Sampai pada tahap replik-duplik
2. Syarat perubahan gugatan:
a. Mengajukan perubahan pada sidang yang pertama yang dihadiri tergugat
b. Memberi hak kepada tergugat menanggapi
c. Tidak menghambat acara pemeriksaan

H. Penggabungan gugatan
Yaitu penggabungan beberapa gugatan dalam satu gugatan disebut juga
komulasi gugatan, yang menggabungkan lebih dari satu tuntutan hukum kedalam
saru gugatan.
Ada 2 (syarat) pokok penggabungan gugatan, yaitu:
1. Terdapat hubungan erat
Menurut Soepomo “antara gugatan-gugatan yang digabung itu harus ada
hubungan batin” (innerlijke samenhang). Dalam praktek, tidak mudah
mengkonstruksi hubungan erat antara gugatan yang satu dengan yang lain;
2. Terdapat hubungan hokum
Terdapat hubungan hukum antara para penggugat atau antara para
tergugat. Jika dalam komunikasi subyektif yang diajukan beberapa orang
sedangkan diantara mereka maupun terhadap obyek perkara sama sekali tidak ada
hubungan hukum, gugatan wajib diajukan secara terpisah dan sendiri-sendiri.
Dalam hal ini pun tidak mudah menentukan apakah di antara para penggugat atau
tergugat terdapat hubungan hukum atau tidak.

7
I. Pihak dalam gugatan
Ada beberapa yang menjadi patokan untuk menempatkan pihak yang tepat
dalam gugatan:
a. Pihak dalam perkara yang timbul dari perjanjian
b. Menarik seluruh penggarap, apabila penguasaan secara kolektif
c. Pihak ketiga dari siapa tanah diperoleh pemebeli harus ikut ditarik sebagai
tergugat
d. Pihak dalam gugatan rekonvensi, hanya terbatas pada diri penggugat konvensi
e. Tidak semua ahli waris jadi pihak
f. Yang sah bertindak mewakili perseroan terbatas (PT)
g. Cabang atau perwaklan dapat bertindak atau ditarik sebagai pihak
h. Persekutuan komanditer (CV= commanditaire vennotshap) atau persekutuan
firma, tidak dapat bertindak sebagai persona standi in judicio
i. Keduddukan penanggung sebagai pihak
j. Majian atau atasan harus ikut ditarik sebagai pihak atas perbuatan melawan
hukum yang dilakukan bawahan
k. Pihak yang menjadi penyebab cekcok, tidak dapat bertindak sebagai
penggugat menuntut perceraian
l. Isteri kedua tidak berhak menggugat harta bersama suami dengan isteri
pertama
m. Yang harus ditarik sebagai pihak adalah pemberi kuasa
n. Penggantian pihak karena meninggal
o. Gugatan harta bersama terhadap pihak ketiga, cukup suami atau isteri
p. Orang asing dapat ditarik sebagai tergugat
q. Eksekusi putusan pengadilan indonesia terhadap WNA terbentur pada doktrin
teritorial soverignty.

Anda mungkin juga menyukai