Anda di halaman 1dari 6

GUGATAN WANPRESTASI

Antara

FADLI RAIS sebagai PENGGUGAT

Melawan

PT MUNDUR MAJU sebagai TERGUGAT

Bandung, 21 Maret 2018

Yth.

Ketua Majelis Hakim

Nomor Register Perkara:220/Pdt.G/2018/PN


Bdg.

Pengadilan Negeri Bandung


Jl. LLRE Martadinata St No.74-80, Cihapit, Bandung

Hal: SURAT JAWABAN ATAS GUGATAN WANPRESTASI YANG DIAJUKAN


OLEH FADLI RAIS

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Hanni, S.H., LL.M. Advokat dan konsultan hukum pada Kantor Hukum Arfidea Kadri
Sahetapy-Engel Tisnadisastra Lawfirm, beralamat di The Plaza Office Tower, Jl.
M.H. Thamrin No.28-30, Kota Bandung berdasarkan Surat Kuasa Khusus pada
tanggal 27 Februari 2018 bertindak untuk dan atas nama:

PT MUNDUR MAJU, suatu Perseroan Terbatas yang didirikan menurut hukum


Negara Republik Indonesia yang berdomisili hukum di Jl. Cihanjuang No. 387,
Lembang yang dalam hal ini berkedudukan sebagai TERGUGAT.
Dengan ini mengajukkan EKSEPSI dan JAWABAN atas Surat Gugatan yang
diajukan pada tanggal 3 Maret 2018, di Pengadilan Negeri Bandung dengan Nomor
Register Perkara: 220/Pdt.G/2018/PN Bdg. atas Gugatan Wanprestasi oleh:
FADLI RAIS, Pekerjaan Pengusaha, beralamat di Jl. Leuwigajah No. 187, Kodya
Bandung sebagai PENGGUGAT.

Selanjutnya EKSEPSI dan JAWABAN TERGUGAT kami ajukan dengan alasan-


alasan hukum sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI

A. Kontradiksi antara Dasar Posita dan Petitum dalam Gugatan a quo yang
Ditinjau dari Tuntutan Ganti Rugi
1. Bahwa M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya berjudul Hukum Acara
Perdata: Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
Putusan Pengadilan, tahun 2017 pada hlm. 522-523 menjelaskan mengenai
ganti rugi yang dituntut dalam wanprestasi dan perbuatan melawan hukum
sebagai berikut:
“Tuntutan ganti rugi dalam wanprestasi, bertitik tolak dari
ketentuan berikut. Pasal 1237 KUHPerdata, mengatur jangka
waktu perhitungan ganti rugi yang dapat dituntut, yaitu terhitung
sejak saat terjadi kelalaian. Pasal 1236 dan 1243 KUHPerdata
mengatur tentang jenis dan jumlah ganti rugi yang dapat dituntut,
yang terdiri dari: kerugian yang dialami kreditur, keuntungan
yang akan diperoleh sekiranya perjanjian dipenuhi, dan ganti
rugi bunga atau interest.
Sebaliknya, Pasal 1365 KUHPerdata sebagai dasar hukum
PMH: tidak menyebut bagaimana bentuk ganti ruginya, juga
tidak menyebutkan rincian ganti rugi.”;
2. In casu, gugatan a quo mendalilkan bahwa TERGUGAT melakukan suatu
tindakan Wanprestasi. Namun dalam Petitumnya, nilai dan perhitungan dari
tuntutan ganti rugi tidak didasarkan pada nilai hubungan hukum yang lahir dari
perjanjian;
3. Padahal dalam Posita PENGGUGAT secara tegas mendalilkan bahwa
TERGUGAT telah melakukan wanprestasi berupa tidak dilakukannya
kewajiban dengan tuntutan kerugian dan permohonan sita jaminan;
4. Hal ini selaras dengan Prof. Dr. R. Wirdjono Prodjodikoro, S.H. dalam
bukunya Perbuatan Melawan Hukum, tahun 1993 pada hlm. 116 yang
menjelaskan mengenai perbedaan kerugian dalam perbuatan melawan hukum
dan wanprestasi sebagaimana dikutip sebagai berikut:
“Menurut teori klasik yang membedakan antara gugatan
wanprestasi dan gugatan melawan hukum, tujuan gugatan
wanprestasi adalah untuk menempatkan PENGGUGAT pada
posisi seandainya perjanjian tersebut terpenuhi (put the
plaintiff to the position if he would have been in had the contract
been performed). Dengan demikian ganti rugi tersebut adalah
berupa kehilangan keuntungan yang diharapkan (expectation
loss atau winstderving). Sedangkan tujuan gugatan
perbuatan melawan hukum adalah untuk menempatkan posisi
PENGGUGAT kepada keadaan semula sebelum terjadinya
perbuatan melawan hukum.”;
5. Sehingga apabila dihubungkan dengan minta ganti kerugian yang diajukan
oleh PENGGUGAT berupa pemenuhan prestasi dan sita jaminan atas benda-
benda kepemilikan TERGUGAT, maka hal tersebut dikatakan kontradiksi
dengan Posita yang didalilkan PENGGUGAT.
6. Atas dasar tersebut, telah jelas bahwa terdapat kontradiksi antara Posita terkait
Wanprestasi dan Petitum ganti kerugian Perbuatan Melawan Hukum, yang
mana hal ini tidak diperkenankan atau bertentangan dengan ketentuan yang
mana surat gugatan dapat dianggap obscuur libel
7. Sehingga gugatan a quo menjadi obscuur libel dan sudah sepatutnya
dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard).

Maka berdasarkan Eksepsi tersebut, kami mohon kepada Majelis Hakim pemeriksa
perkara untuk menetapkan keputusan sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Gugatan PENGGUGAT tidak dapat diterima (niet ontvankelijk


verklaard).
DALAM POKOK PERKARA:
A. Permohonan Sita Jaminan yang Diajukan Harus Ditolak Karena Tidak
Berdasar
1. Berdasarkan Pasal 227 Herziene Inlandsch Reglement/Reglemen Indonesia
yang Diperbaharui, permohonan sita jaminan hanya dapat diajukan apabila:
“Jika ada dugaan yang beralasan, bahwa seorang debitur,
sebelum keputusan hakim yang mengalahkannya dijatuhkan
atau boleh dijalankan, mencari akal untuk menggelapkan atau
melarikan barangnya, baik yang tak bergerak maupun yang
bergerak; dengan maksud untuk menjauhkan barang itu dari
kreditur atas surat permintaan orang yang berkepentingan, ketua
pengadilan boleh memberi perintah, supaya disita barang itu untuk
menjaga hak orang yang memerlukan permintaan itu; kepada si
peminta harus diberitahukan bahwa ia harus menghadap
persidangan pengadilan negeri berikutnya untuk mengajukan dan
menguatkan gugatannya.”
Permohonan Sita Jaminan yang diajukan oleh PENGGUGAT dalam Gugatan
harus ditolak karena permohonan yang dimaksud sama sekali tidak memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh perundang-undangan, terutama tidak
terdapat alasan atau bukti yang kuat untuk menunjukkan adanya sangkaan
bahwa TERGUGAT akan menggelapkan barang-barang atau harta
kekayaannya;
2. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh ahli hukum Retnowulan Sutantio,
S.H., dan Iskandar Oeripkartawinata, S.H., dalam bukunya Hukum Acara
Perdata Dalam Teori dan Praktek, tahun 1997, hlm. 100, menyatakan bahwa
penerapan Pasal 227 ayat (1) HIR tersebut harus memenuhi persyaratan yaitu
sebagai berikut:
a. “Harus adanya sangkaan yang beralasan, bahwa seseorang
yang berhutang sebelum putusan dijatuhkan atau
dilaksanakan mencari akal akan menggelapkan atau melarikan
barang-barangnya;
b. Barang yang disita itu merupakan barang kepunyaan orang yang
terkena sita, artinya bukan milik penggugat;
c. Permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
memeriksa perkara yang bersangkutan;
d. Permohonan diajukan secara tertulis;
e. Sita Jaminan dapat dilakukan atau diletakkan baik terhadap barang
yang bergerak dan tidak bergerak.”;
3. Lebih lanjut, PENGGUGAT sendiri tidak dapat membuktikan adanya sangkaan
yang beralasan bahwa TERGUGAT akan menggelapkan atau melarikan barang-
barangnya;
4. Dalam hal ini, TERGUGAT selalu menunjukkan itikad baiknya yang terlihat dari
adanya inisiasi musyawarah terkait stok material yang diajukan mengalami
kerusakan sehingga harus dilakukannya pengunduran waktu, pemberian
kesempatan dan waktu yang patut;

Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa PENGGUGAT harus dapat
membuktikan adanya persangkaan yang beralasan kuat dan perincian yang jelas
mengenai siapa pemilik dan apa bentuk barang yang akan disita tersebut, dengan
kata lain, jikalau persyaratan diatas tidak terpenuhi maka TERGUGAT memohon agar
Majelis Hakim yang terhormat berkenan menolak permohonan sita jaminan yang
diajukan oleh PENGGUGAT

Berdasarkan seluruh uraian di atas, TERGUGAT memohon kepada Majelis


Hakim Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan memutus perkara a quo
untuk memutus dengan amar putusan sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI:

1. Menerima dan mengabulkan eksepsi TERGUGAT.

2. Menyatakan gugatan PENGGUGAT tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk


verklaard);

3. Membebankan biaya perkara kepada PENGGUGAT.


DALAM POKOK PERKARA:

1. Menolak Gugatan Wanprestasi PENGGUGAT untuk seluruhnya;

2. Menghukum PENGGUGAT untuk membayar seluruh biaya perkara.


3. Menghukum PENGGUGAT untuk membayar biaya perkara.

atau
--EX AEQUO ET BONO EX MERITUS JUSTITIAE--

Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung berpendapat lain, kami mohon
putusan yang seadil-adilnya demi tercapainya keadilan yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan hormat,

Kuasa TERGUGAT

(Hanni)

Anda mungkin juga menyukai