Anda di halaman 1dari 9

Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

PERTEMUAN 8
HAK MENGUASAI DARI NEGARA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai urutan kedua dari hak-hak
pengasaan atas tanah, Hak Menguasai Dari Negara adalah urutan kedua
setelah yang pertama adalah Hak Bangsa Indonesia. Mahasiswa dalam bab ini
harus mampu :

1. Menjelaskan bahwa Negara sebagai kuasa dan petugas Bangsa

2. Menjelaskan bahwa Hak Menguasai Negara sebagai hubungan publik


semata sehingga mahasiswa dapat membedakan antara Hak Menguasai
Negara dengan Hak Milik Negara yang ada saat Agraris Besluit berjalan
ketika zaman Hindia Belanda.

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 1.1:


NEGARA SEBAGAI KUASA DAN PETUGAS BANGSA

1. Pemberian Kuasa kepada Negara.


Pemberian kuasa dari Bangsa Indonesia kepada Negara sebagai
Organisasi Kekuasaan seluruh rakyat Indonesia (Badan Penguasa)
berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang terjadi pada tanggal
18 Agustus 1945 dan kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 2 UUPA,
menentukan sebagai berikut:1

1. Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
dan hal-hal sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air, dan
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu
pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi

1
H.M. Arba, Hukum Agraria Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 90-91
S1 Hukum Universitas Pamulang 78
Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

kekuasaan seluruh rakyat.

2. Hak menguasai dari negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk:

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,


persediaan, dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut;

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-


orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan
ruang angkasa;

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-


orang, dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan
ruang angkasa.

3. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut


pada ayat (2) pasal ini, digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, dan
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Republik Indonesia
yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.

4. Hak menguasai dari negara tersebut di atas, pelaksanaannya dapat


dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat
Hukum Adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan
kepentingan Nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan
Pemerintah.

Dari rumusan tersebut tujuan yang hendak dicapai adalah bahwa tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia dipergunakan untuk sebesar-besar nya
kemakmuran rakyat. Yang dimaksud dengan (“kemakmuran rakyat”).
Kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA
yaitu :

(1)“Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
memberikan wewenang untuk mempergunakan tanah yang
S1 Hukum Universitas Pamulang 79
Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

bersangkutan, emikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang
ada di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang
langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-
batas menurut undang-undang ini dan peraturan –peraturan hukum
yang tinggi.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


HAK MENGUASAI NEGARA SEBAGAI KEWENANGAN PUBLIK

2. Kewenangan Negara di bidang Pertanahan sebagai pelimpahan tugas


bangsa.
Hak menguasai dari negara ini adalah nama yang diberikan oleh UUPA
kepada lembaga hukum dan hubungan hukum yang konkret antara negara dan
tanah rakyat Indonesia. Kewenangan negara di bidang Pertanahan
merupakan pelimpahan tugas Bangsa. Kewenangan tersebut bersifat publik
semata-mata. Dalam Penjelasan II, bahwa UUPA berpangkal pada pendirian,
bahwa untuk mencapai apa yang ditentukan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD
1945, tidak perlu dan tidak pada tempatnya, bahwa Bangsa Indonesia atau
Negara bertindak sebagai pemilik tanah, karena Negara hanya sebagai
organisasi kekuasaan tertinggi dari seluruh rakyat (bangsa) bertindak selaku
badan penguasa.2 Dengan kata lain, subjek Hak Menguasai Negara adalah
Negara Republik Indonesia, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat
Indonesia. Sedangkan objek Hak Menguasai Negara adalah semua tanah
dalam wilayah Republik Indonesia, baik tanah-tanah yang tidak dihaki
maupun tanah-tanah yang sudah dihaki dengan hak-hak perorangan oleh
UUPA disebut tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Negara yang disebut
“Tanah Negara”. Hak Menguasai Negara yang disebut “Tanah Negara” ini
berbeda dengan “landsdomein” atau “milik negara” dalam rangka “domein
verklaring”. Penjelasannya adalah sebagai berikut: Agraris Wet merupakan
landasan politik pemerintahan Hindia Belanda di bidang pertanahan, yang
lebih meningkatkan kepentingan pengusaha Belanda. Dengan Agraris Wet
pengusaha belanda diberikan kemudahan untuk berusaha di Indonesia
khususnya di perkebunan kemudahan tersebut antara lain dengan

2
ibid
S1 Hukum Universitas Pamulang 80
Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

diberikannya hak Erfpach dengan jangka waktu 75 tahun. Agraris Besluit


merupakan peraturan pelaksanaan dari Agraris Wet yang terkenal dengan
pernyataan Domein menyatakan bahwa semua tanah yang pihak lain tidak
dapat membuktikannya sebagai aigendom adalah domeinn (milik) Negara.
Fungsi pernyataan Domein dari pernyataan Domein Verklaring adalah
sebagai sebagai landasan hukum bagi pemerintah yang mewakili Negara
sebagai pemilik tanah untuk memberikan tanah dengan hak-hak barat yang di
atur dalam KUHPerdata seperti Hak Erpach, Hak Opstal dan lain-lainnya,
dalam rangka Domein Verklaring pemberian tanah dengan Hak eigendom
dilakukan dengan cara pemindahan pembuktian pemilikan. Dibidang
pembuktian pemilikan dengan ketentuan Domein Verklaring maka tanah-
tanah yang tidak ada pemiliknya yaitu tanah-tanah yang tidak dimiliki oleh
perorangan atau badan hukum atau tanah-tanah yang tidak dapat dibuktikan
oleh yang menguasainya bahwa tanh yang bersangkutan dipunyai dengan hak
eigendom atau hak agrarisch eigendom adalah tanah Domein Negara.
Untuk mengingatkan kembali kita ulangi mengenai sistematika hak-
hak penguasaan atas tanah yang berlaku saat Indonesia telah merdeka ketika
sudah terjadi univikasi hukum dengan terbitnya UUPA Nomor 5 pada Tahun
1960, sistematika hak-hak penguasaan atas tanah adalah sebagai berikut3:
1. Hak Bangsa Indonesia, sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi,
beraspek perdata dan publik;
2. Hak Menguasai dari Negara yang disebut dalam Pasal 2, semata-mata
beraspek publik;
3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, beraspek perdata dan publik;
4. Hak-hak Perorangan/individual, semuanya beraspek perdata, terdiri atas :
a) Hak-hak atas tanah sebagai hak-hak individual yang semuanya secara
langsung ataupun tidak langsung bersumber pada hak bangsa
b) Wakaf, yaitu Hak Milik yang sudah diwakafkan dalam Pasal 49 UUPA
c) Hak Jaminan atas tanah yang disebut Hak Tanggungan
Hubungan hukum Negara dengan Bumi, air dan Ruang Angkasa
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya didasarkan pada
ketentuan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang terjadi pada tanggal 18 Agustus

3
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, Jakarta, Djembatan, 2008, hlm 24
S1 Hukum Universitas Pamulang 81
Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

1945 yang dirumuskan sebagai istilah “dikuasai”yang bukan berarti


dimiliki, akan tetapi pengertiannya adalah yang memberi wewenang
kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia
(seluruh rakyat Indonesia) atau sebagai Badan Penguasa untuk tingkatan
lebih tinggi.
Dalam ketentuan Pasal 2 UUPA dapat disimpulkan maksud dan
pengertiannya yaitu bahwa atas dasar dari Pasal 33 ayat (3 UUD 1945
pada tingkatan tertinggi kekuasaan oleh Negara untuk mengatur dan
menyelenggarakan peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan,
menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas bagian dari
bumi, air dan ruang angkasa, menentukan dan mengatur hubungan-
hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum
yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Untuk mengatur penggunaan, penyediaan, pemeliharaan dan
pemanfaatan tanah disebut wilayah Indonesia pada tanggal 24 September
1960 di undangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), fungsi UUPA adalah
sebagai unifikasi hukum tanah nasional dan unifikasi hak-hak atas tanah.
Hubungan Hukum tersebut Hak Menguasai Negara yang hanya bersifat
publik semata-mata, tidak meliputi dan tidak mempengaruhi yang
beraspek keperdataan yaitu hak kepunyaan yang tetap berada pada Bangsa
Indonesia.

Penyediaan tanah untuk seluruh bangsa Indonesia dilakukan oleh


negara. Peran Negara/Pemerintah sebagai wasit yang adil yang
menentukan aturan main yang ditaati oleh semua pihak dan menuntut
Negara juga tunduk pada aturan yang dibuatnya sendiri ketika turut
berperan sebagai aktor dalam aktivitas pemanfaatan tanah.4

Kewenangan negara yang disebut dalam Pasal 2 UUPA tersebut


adalah meliputi kewenangan bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Kewenangan di bidang legislatif adalah berupa mengatur dan menentukan,
yang dilaksanakan oleh Badan-Badan Legislatif Pusat, yaitu Majelis
Permusyawaratan Rakyat dalam bentuk Ketetapan MPR,
4
Maria S.W. Sumardjono, Tanah dalam Prespektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Yogyakarta,
Buku Obor, 2007, hlm 43
S1 Hukum Universitas Pamulang 82
Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

Presiden/Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dalam


membuat Undang-Undang, Pemerintah dalam bentuk membuat Peraturan
Pemerintah pengganti Undang-Undang, dan Peraturan Pemerintah sebagai
pelaksanaan Undang-Undang, serta Presiden dalam bentuk Peraturan
Presiden, dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional sebagai lembaga yang diberi wewenang di bidang pertanahan
berupa Peraturan dan Keputusan.

Kewenangan Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan


dan menentukan, yang dilakukan oleh Presiden, dibantu oleh para menteri
yaitu diantaranya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional. Atas kewenangan tersebut, maka Pemerintah Pusat diwajibkan
untuk membuat “rencana umum” tentang penyediaan, peruntukan, dan
penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa. Rencana umum tersebut dirinsi
lagi ke dalam “rencana regional dan rencana daerah”.Atas dasar
kewenangan membuat rencana tersebut, maka Pemerintah membuat
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, yang
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, dan selanjutnya Pemerintah membuat peraturan pula di
bidang Tata Guna Tanah, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
2004 tentang Tata Guna Tanah.

Kewenangan Yudikatif yaitu kewenangan lembaga Negara untuk


menyelesaikan sengketa-sengketa atau konflik-konflik pertanahan, baik
berupa konflik horizontal yaitu konflik antara pemegang hak atau antara
rakyat sendiri, maupun konflik vertikal yaitu konlik antara rakyat dengan
pemerintah yang merupakan wewenang dari Lembaga Peradilan, baik
Peradilan Umum, maupun Peradilan Tata Usaha Negara.5
UUPA yang mulai berlaku tanggal 24 September 1960 memuat
tentang ketentuan-ketentuan pokok Hukum Tanah Nasional, menyediakan
berbagai macam hak atas tanah. Hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal 16 UUPA yaitu Hak atas tanah primer (originair)
yaitu hak atas tanah yang langsung diberikan oleh negara kepada subyek
hak seperti Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan.Selain

5
HM. Arba, Hukum Agraria Nasional, op cit, hlm. 91-92
S1 Hukum Universitas Pamulang 83
Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

dengan Hak yang primer, kepada setiap orang dimungkinkan juga untuk
menguasai tanah dengan atas tanah dengan yang sekunder. Hak atas tanah
sekunder adalah hak untuk menggunakan tanah milik pihak lain berupa
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak menumpang,
Hak sewa, Hak gadai.
Menurut Soedikno Mertokusumo, yang dimaksud dengan hak atas
tanah adalah hak yang memberikan wewenang kepada yang empunya hak
untuk menggunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dihakinya.
Kata “Menggunakan” dalam Hak Atas Tanah digunakan untuk
kepentingan mendirikan bangunan (non-pertanian), sedangkan kata
“mengambil manfaat” dalam hak atas tanah mengandung pengertian
bahwa hak atas tanah digunakan untuk kepentingan pertanian, perikanan,
peternakan, dan perkebunan.
Sedangkan menurut Boedi Harsono arti hak atas tanah semuanya
memberi kewenangan untuk memakai bidang tanah tertentu dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang hakekatnya pemakaian tanah hanya dibatasi
dua tujuan pertama memenuhi tujuan untuk diusahakan misalnya untuk
pertanian, perkebunan, perikanan mungkin juga peternakan dan kedua
tanah dipakai sebagai tempat untuk membangun sesuatu untuk keperuan
macam-macam masing-masing diberi nama Hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai .6
Mengenai siapa-siapa saja yang dapat memiliki Hak Atas Tanah,
Pasal 9 (2) UUPA menegaskan bahwa untuk dapat menguasai tanah, setiap
orang dapat memperoleh hak atas tanah melalui permohonan hak yang
diikuti dengan pemberian hak oleh Negara. Kewenangan untuk
memberikan hak atas tanah diserahkan kepada pejabat yang berwenang
dalam hal ini pejabat di lingkungan Kantor Pertanahan sesuai dengan luas,
jenis, dan peruntukan tanahnya.
Kantor pertanahan adalah instansi vertikal dari Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia di
Kabupaten/Kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melalui Kepala
6
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Op.Cit, hlm.285-306.

S1 Hukum Universitas Pamulang 84


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

Kanwil BPN. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI)


institusi yang memiliki kewenangan melaksanakan tugas pemerintah di
bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Kewenangan
mencakup kegiatan kebijakan serta kegiatan pelayanan publik, baik
pelayanan kepada masyarakat, badan hukum swasta, sosial ataupun
keagamaan serta institusi pemerintah. Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia berusaha meningkatkan kualitas pelayanan di bidang
pertanahan, salah satunya dengan melaksanakan penertipikatan terhadap
permohonan hak atas tanah.
Pengertian Tanah Negara sekarang ini adalah tanah yang langsung
dikuasai oleh Negara yaitu tanah-tanah yang di atasnya tidak dikuasai
dengan suatu hak atas tanah ( pengertan dari Tanah Negara dalam arti
sempit). Tanah Negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh Negara,
penguasaan tersebut bersifat hukum publik yang memberikan wewenang
kepada Negara untuk mengelola tanah tersebut sehingga pemberian tanah
tersebut kepada seseorang atau pihak lain hanya dapat dilakukan dalam
rangka menjalankan kewenangan Negara yang bersifat hukum publik
tersebut. Sedangkan Jual Beli adalah merupakan perbuatan hukum perdata
dan karenanya tidak dapat dilakukan terhadap tanah Negara baik dilakukan
oleh Negara bukan merupakan pemilik tanh tersebut maupun pihak lain
yang menguasai tanah tersebut secara fisik.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apa yang menjadi dasar Hukum dari Hak Menguasai Negara.

S1 Hukum Universitas Pamulang 85


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

2. Apa perbedaan Hak Milik Negara saat berlakunya Agraris Wet dengan
Hak Milik Negara pada saat telaha lahirnya Undang-Undang Pokok
Agraria Nomor 5 Tahun 1960
3. Apa maksud dari pernyataan bahwa hak menguasai negara sebagai
pelimpahan tugas dari bangsa?

D. DAFTAR PUSTAKA

Buku

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan Undang-


Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Cetakan Kesembilan
(edisi revisi), Jakarta, Djambatan, 2003

Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, Jakarta, Karunika –Universitas


Terbuka,1988

Maria S.W. Sumardjono, Tanah dalam Prespektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya,
Yogyakarta, Buku Obor, 2007

Undang-Undang

Undang- Undang Dasar Republik Indonesaia Tahun 1945 Pasal 33 ayat 3

Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1945

S1 Hukum Universitas Pamulang 86

Anda mungkin juga menyukai