Anda di halaman 1dari 10

c

Versi: 03 Juni 2021

KETERANGAN
SAKSI
Prof. Dr. Ahmad
Tabrani
dalam
Perkara di Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU/-
X/2021 tentang
Pengujian Undang-undang Republik Indonesia No 2 Tahun
2020
Terhadap UUD
NKRI 1945

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi,

Sehubungan dengan permohonan pengujian Undang Undang Republik


Indonesia No 2 tahun 2020 , selanjutnya disebut UU Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keunangan , terhadap Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, selanjutnya disebut UUD NRI 1945, yang
dimohonkan oleh Christo Aryo, dkk, selaku Advokat yang ditunjuk oleh
Ananda Melania yang selanjutnya disebut Pemohon, sesuai registrasi di
kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 112/PUU/-X/2021 tanggal 8
Februari 2021 , dengan perbaikan permohonan No. 114/PUU-X/2012
tanggal 3 Maret 2021 , perkenankan saya sebagai Saksi Fihak Pemerintah
memberikan keterangan sebagai berikut:

A. Pokok Permasalahan
Pokok permasalahan yang diajukan oleh Pemohon adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Bahwa Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020


tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 memungkinkan terjadinya potensi tindak pidana
korupsi bertentangan dengan pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pasal
c
3

27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
menyebutkan biaya yang dikeluarkan pemerintah selama penanganan
pandemi Covid-19 termasuk di dalamnya kebijakan bidang perpajakan,
keuangan daerah, bagian pemulihan ekonomi nasional, bukan merupakan
kerugian negara,. Selanjutnya pasal ini dianggap bertentangan dengan Pasal
5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme.----------------------------------------------------------------------

2. Bahwa Pemohon menilai bahwa Pasal 27 Ayat (2) dan (3) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 juga
bermasalah. Kedua pasal itu mengatur tentang imunitas atau kekebalan
hukum para pejabat yang melaksanakan Perppu Nomor 2 Tahun 2020.
Pasal 27 Ayat (2) menyebutkan bahwa sejumlah pejabat yang
melaksanakan Perppu Nomor 2 Tahun 2020 tak dapat dituntut, baik
secara perdata maupun pidana asalkan dalam melaksanakan tugas
didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan..------------------------

3. Bahwa hak untuk diperlakukan sama di muka pengadilan merupakan hal

yang sangat penting dan merupakan prinsip umum dari “rule of law”

maka, Negara wajib untuk menjamin perlakuan yang sama bagi warga

negaranya.--------------------------

4. Bahwa semua orang memiliki hak yang sama dan tidak boleh ada pembeda

atas dasar apapun, baik ras, agama,suku, identitas dan sebagainya. Hal ini

menunjukkan bahwa lembaga peradilan harus memastikan bahwa

mengenai kepastian hukum, parap pejabat harus memiliki hak dan

kewajiban yang sama dengan masyarakat


c
4

umum.---------------------------------------------------------------------------------

---------

5. Bahwa kepastian hukum adalah peraturan dibuat dan diundangkan secara

pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Maka jelas dalam artian

tersebut suatu peraturan yang dibuat harus mencerminkan kepastian

hukum dan tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) yang

berpotensi menimbulkan ketidakpastian hukum sehingga bertentangan

dengan Pasal 27 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2020.--------------------------------------


c

B. Keterangan Saksi

Sebagai saksi yang ikut terlibat dalam penyusunan rancangan UU


Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
perkenankan saya memberikan keterangan tentang pemikiran dan
suasana kebatinan dalam penyusunan pasal-pasal yang dimintakan uji
materiil oleh Pemohon sebagai berikut:

1. Penyusunan RUU Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas


Sistem Keuangan berawal dar sebagamana terdapat dalam putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 238/PUU-VII/2009, yaitu , pertama
adanya kebutuhan mendesak untuk meyelesaikan masalah hukum
secara cepat berdasarkan Undang – undang , kedua kekosongan
hukum atau Undang-undang yang saat ini tidak memadai, ketiga,
kekosongan hukum tidak dapat diatasi dengan cara membuat
undang – undang dengan prosedur biasa yang cukup lama
sedangkan keadaan mendesak tersebut perlu kepastian untuk
diselesaikan. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang
terakait kegentingan memaksan tersebut , maka pada tanggal 31
Maret 2020, presiden menerbitkan Perpu 1 Tahun 2020 yang
sangat sesuai dengan kewenangannya berdasarkan Pasal 22 ayat
(1) UUD 1945.

2. Penyusunan UU Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas


Sistem Keuangan bertujuan pertama, untuk memberikan landasan
hukum bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan dan langkah
– langkah extraordinary dibidang keuangan negara dan sektor
keuangan, dala penangan krisis kesehatan, kemanusiaan,
ekonomi, dan keuangan bentuk antisipasi dalam rangka
penanganan pandemi covid dan/ atau implikasinya berupa
ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
stabilitas sistem keuangan.
c

3. Para penyusun juga sangat menyadari terdapat pembatasan –


pembatasan dalam UU ini pertama, kewenangan menetapkan
defisit melampaui 3% dari PDB hanya berlaku paling lama
sampai dengan berakhirnya tahun anggaran 2022 ( dalam jangka
waktu kirang lebih 2 tahun atau bisa kurang dari waktu tersebut
jika recorvery ekonomi dapat berjalan lebih cepat); dan
penyesuaian besaran defisit tersebut dilakukan secara
bertahap.kedua, pelebaran defisit tersebut tetap dalam koridor
jumlah pinjaman yang dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan
pelebaran defisit tersebut yang dibatasi maksimal 60% dari PDB
sesuai Undang – undang keuangan negara.

4. Karena itu pemerintah dalam melaksanakan UU ini dan nantinya


akan ditetapkan sebagai Undang – undang nantinya akan terus
bekerja sama dengan DPR dalam kaitan DPR melaksanakan
fungsi pengawasan. Yang mana pemerintah sangat menghargai
peran DPR dalam mengawasi pelaksanaan UU 1 Tahun 2020
selama ini.

5. Dalam hal ini para penyusun sejak awal telah menyadari bahwa
pemberian relaksasi kewenangan dalam pemerintahan harus
dilakukan dengan tetap memperhatikan tata kelola yang baik
( good governance ) sebagaimana dicantumkan dalam ketentuan
pasal 12 ayat (1) UU Tahun 2020.

6. Tata kelola tersebut diwujudkan dalam bentuk proses penetapan


kebijakan yang transparan daln pelaksanaannya dalam peaturan
perundang – undangan pelaksanaan UU No 1 Tahun 2020. Yang
mana pemerintah juga sangat setuju dengan berbagai pandangan
Anggota DPR agar UU yang telah ditetapkan nantinya benar –
benar dijalankan dengan tata kelola yang baik dan
menghindari/mencegah terjadinya moral hazard.

7. Dalam UU No 1 Tahun 2020 ini juga diatur bahwa anggaran


c

dalam rangka pelaksanaan kebijakan keuangan negara dan


langkah – langkah yang dilakukan pemerintah dilaporkan dalam
laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP), sehingga dapat
diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan sesuai dengan Ketentuan
Peraturan Perundang – undangan.

8. Dalam UU No 1 Tahun 2020, terdapat pandangan terhadap


ketentuan pasal 27 yang mengatur mengenai perlindungan hukum
bagi pelaksana perpu No 1 Tahun 2020 tahun 2020 sepanjang
dilakulan dengan itikad baik dan sesuai dengan Peraturan
Perundang – undangan. Bukan hanya dimaksudkan untuk
memberikan imunitas absolud, namun juga kepada memberikan
confidence dan kepercayaan bagi pelaksanaan UU ini dalam
kerangka hukum dan sistem hukum yang akan melindunginya
dalam pelaksaan dan kewenangan berdasarkan Perpu No 1 Tahun
2020.

9. Ketika menyusun UU No 1 tahun 2020 tentang tentang Kebijakan


Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud serta guna
memberikan landasan hukum yang kuat bagi Pemerintah dan
lembaga terkait untuk mengambil kebijakan dan langkah-langkah
tersebut dalam waktu yang sangat segera, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) dan atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan;

10. Terganggunya aktivitas ekonomi akan berimplikasi kepada


perubahan dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Tahun Anggaran 2020 baik sisi Pendapatan
Negara, sisi Belanja Negara, maupun sisi Pembiayaan. Potensi
c

perubahan APBN Tahun Anggaran 2020 berasal dari


terganggunya aktivitas ekonomi atau pun sebaliknya. Gangguan
aktivitas ekonomi akan banyak berpotensi mengganggu APBN
Tahun Anggaran 2020 dari sisi Pendapatan Negara.Respon
kebijakan keuangan negara dan fiskal dibutuhkan untuk
menghadapi risiko pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19), antara lain berupa peningkatan belanja untuk mitigasi risiko
kesehatan, melindungi masyarakat dan menjaga aktivitas usaha.
Tekanan pada sektor keuangan akan mempengaruhi APBN Tahun
Anggaran 2020 terutama sisi Pembiayaan.

11. Sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-


VII/2009, kondisi tersebut di atas telah memenuhi parameter
sebagai kegentingan yang memaksa dalam rangka penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang antara lain:
karena adanya kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan
masalah hukum secara cepat berdasarkan Undang-Undang;
Undang-Undang yang dibutuhkan belum ada sehingga terjadi
kekosongan hukum atau tidak memadainya Undang-Undang yang
saat ini ada; dan kondisi kekosongan hukum yang tidak dapat
diatasi dengan cara membuat Undang-Undang secara prosedur
biasa yang memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan
keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk
diselesaikan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dalam
kegentingan yang memaksa, sesuai dengan ketentuan Pasal 22
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Presiden berwenang menetapkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang.
c

C.Kesimpulan
Berdasarkan apa yang saya dengar, saya alami, dan saya ketahui
ketika ikut dalam penyusunan UU Pendidikan Tinggi dapat saya
rumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa pemohon adalah warga negara indonesia yang mewakili

sekelompokorang/masyarakat yang memiliki kepentingan yang

sama,serta berhak atas pengakuan,jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan

hukum; berhak bebas dari perlakuan diskriminatif dan

mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan perlakuan tersebut.

Oleh karena itu, pemohon berhak untuk mengajukan pengujian

undang-undang yang bertentangan dengan konstitusi negara

Republik Indonesia.--------------------------------------------

2. Bahwa pemohon adalah merupakan individu/Warga Negara

Indonesia yang berkerja sebagai Ketua Perhimpunan Masyarakat

Taat Hukum di Bandarlampung, adalah sebuah lembaga

penyuluhan hukum kepada masyarakat demi mewujudkan

masyarakat yang mengerti hukum, sehingga masyarakat yang

mengerti hukum sehingga masyarakat diinginkan kedepannya

untuk dapat memperjuangkan hak-haknya pada setiap peraturan

per-undang-undangan serta mencapai hukum yang diharapkan

akan melindungi,menjamin, dan berkeadilan bagi masyarakat luas

sebagai perwujudan negara

hukum.--------------------------------------------------------

3. Bahwa menurut pemohon, Bahwa Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah


c

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 memungkinkan

terjadinya potensi tindak pidana korupsi, karena tersebut

mengandung kerancuan dan ketidakjelasan penafsiran, pemohon

juga menilai bahwa Pasal 27 Ayat (2) dan (3) bermasalah. Kedua

pasal itu mengatur tentang imunitas atau kekebalan hukum para

pejabat yang melaksanakan Perppu Nomor 1 Tahun 2020, hal ini

merupakan bentuk dari ketidakpastian hukum, sehingga menurut

pemohon pasal tersebut dinilai berpotensi bertentangan dengan

pasal Pasal 1 Ayat (3), Pasal 23 Ayat (1) dan Ayat (2), Pasal 27

UUD 1945, dan Pasal 28D Ayat (1) UUD

1945--------------------------------------------------------------

4. Bahwa pemohon memiliki kedudukan hukum sebagai pemohon

pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan

Stabilitas Sistem Keuangan memiliki hubungan sebab akibat

(causal verband) antara kerugian konstitusional berupa hak-atas

kepastian hukum dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tersebut karena pada pasal

27 ayat (1), (2), (3) bertentangan dengan pasal Pasal 1 Ayat (3),

Pasal 23 Ayat (1) dan Ayat (2), Pasal 27 UUD 1945, dan Pasal

28D Ayat (1) UUD 1945. Selain itu, pengajuan permohonan

Undang-Undang nomor 2 tahun 2020 adalah perwujudan dari

kepedulian pemohon untuk menjamin kepastian hukum yang


c

berkeadilan bagi rakyat Indonesia-------------------------------

Demikianlah keterangan saya sebagai saksi berdasarkan fakta dan kejadian


yang saya alami dan saya ketahui sebagai Saksi yang ikut serta dalam
penyusunan UU Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan. Terima kasih atas perhatian Ketua dan anggota Majleis Hakim
terhormat.

Jakarta, 21 April
2021 Saksi
Pemerintah,

Ahmad Tabrani

Anda mungkin juga menyukai