Anda di halaman 1dari 8

Sejarah

Pembentukan UUPA
———————————
Evana Nimas A.W (220514748)
Cindy Chintya S. (220514758)
Alvina Cahya B.N (220514764)
Periode Pembentukan
1. Panitia Agraria
Yogyakarta,
2. Panitia Agraria Jakarta,
3. Panitia Soewahjo,
4. Rancangan Soenarjo,
5. Rancangan Sadjarwo.
1. Panitia Agraria
Yogyakarta
Panitia Agraria Yogyakarta dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden RI No.
16 Tahun 1948 pada tanggal 21 Mei 1948 di Yogyakarta, yang diketuai oleh
Sarimin Reksodihardjo (Kepala Bagian Agraria Kementerian Dalam Negeri).
Hasil Panitia Agraria Yogyakarta :
1. Dilepaskannya asas domein dan pengakuan hak ulayat,
2. Diadakannya peraturan yang memungkinkan adanya hak perseorangan
yang kuat (hak milik),
3. Diadakannya penyelidikan mengenai peraturan-peraturan di negara lain
untuk menentukan apakah orang asing dapat mempunyai hak milik atas
tanah,
4. Diadakannya penetapan luas minimum tanah bagi petani kecil agar
memperoleh hidup yang patut, dan untuk wilayah Jawa diusulkan 2
hektar,
5. Penetapan luas maksimum, dan untuk wilayah Jawa diusulkan 10 hektar
dengan tidak memandang macam tanah,
6. Skema hak-hak tanah berupa hak milik dan hak atas tanah kosong dari
negara dan daerah-daerah kecil serta hak-hak atas tanah orang lain
yang disebut hak magersari,
7. Diadakan registrasi tanah milik dan hak-hak menumpang yang penting
(annex kadaster).
2. Panitia Agraria
Jakarta
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 36 tahun 1951, Panitia
Agraria Yogyakarta dibubarkan dan digantikan oleh Panitia Agraria Jakarta
yang diketuai oleh Sarimin Reksodihardjo (Pada 1953 digantikan Singgih
Praptodihardjo).
Hasil Panitia Agraria Jakarta :
1. Mengadakan batas minimum pemilikan tanah, yaitu 2 hektar dengan
mengadakan peninjauan lebih lanjut sehubungan dengan berlakunya hukum
adat dan hukum waris,
2. Menentukan batas maksimum pemilikan tanah, yaitu 25 hektar untuk satu
keluarga,
3. Yang dapat memiliki tanah pertanian hanya warga negara Indonesia,
sedangkan badan hukum tidak diperkenankan,
4. Untuk pertanian kecil diterima bangunan-bangunan hukum : hak milik, hak
usaha, hak sewa dan hak pakai,
5. Hak ulayat disetujui untuk diatur oleh atau atas kuasa undang-undang
sesuai dengan pokok-pokok dasar negara.
3. Panitia Soewahjo
Pada tanggal 14 Januari 1956 dibentuk lah Panitia Urusan Agraria, panitia ini
diketuai oleh Soewahjo Soemodilogo. Pada tanggal 1 Januari 1957 Panitia ini
berhasil menyelesaikan tugasnya yaitu menghasilkan Naskah Rencana UUPA.
Isi Naskah Rencana UUPA :
1. Dihapuskannya asas domein dan diakuinya hak ulayat yang ditundukan
pada kepentingan umum (negara),
2. Asas domein diganti dengan hak kekuasaan negara atas dasar ketentuan
Pasal 38 Ayat (3) UUDS 1950 ; dalam hukum adat maupun hukum,
3. Dualisme hukum agrarian dihapuskan, diadakan kesatuan hukum yang
akan membuat lembaga-lembaga dan unsur-unsur yang baik, dalam
hukum adat maupun hukum barat,
4. Menentukan hak-hak tanah : hak milik sebagai hak yang terkuat, juga ada
hak usaha, hak bangunan, dan hak pakai,
5. Hak milik hanya dapat dimiliki oleh seluruh warga Indonesia,
6. Perlu diadakan penetapan batas maksimum dan minimum luas tanah yang
boleh dimiliki seseorang atau badan hukum,
7. Tanah pertanian pada asasnya harus dikerjakan dan diusahakan sendiri
oleh pemiliknya,
8. Perlu diadakan pendaftaran tanah dan perencanaan penggunaan tanah.
4. Rancangan Soenarjo
Rancangan Soenarjo diajukan oleh Menteri Agraria Soenarjo kepada Dewan
Menteri pada tanggal 15 Maret 1958. Dewan Menteri dalam sidangnya yang
ke-94 akhirnya menyetujui rancangan tersebut pada 1 April 1958. Selanjutnya
rancangan tersebut diajukan kepada DPR berdasarkan Amanat Presiden
tanggal 24 April 1958 No. 1307/HK.
Pada tanggal 16 Desember 1958 dalam sidang pleno DPR, Soenarjo menjawab
pemandangan umum DPR terhadap rancangannya. DPR membentuk panitia
adhoc dengan ketua AM. Tambunan.
Ketika Dekrit Presiden 1 Juli 1959 tentang pemberlakuan kembali Undang-
Undang Dasar 1945 dikeluarkan, maka Rancangan Undang-Undang Pokok
Agraria Soenarjo ditarik. Penarikan tersebut secara resmi dilakukan setelah
keluarnya Surat Pejabat Presiden tanggal 23 Mei 1960 No. 1532/HK/1960.
5. Rancangan Sadjarwo

Menteri Agraria Sadjarwo kemudian mengajukan rancangan yang


sudah disesuaikan dengan UUD 1945 dan Manifesto Politik Indonesia
dalam hal tersebut (pidato Presiden Soekarno tanggal 17 Agustus 1959)
Dalam sidang tanggal 22 Juli 1960 rancangan tersebut disetujui oleh
Kabinet Inti. Selanjutnya, dalam persidangan pada tanggal 1 Agustus
Kabinet Pleno menyetujui, dan dikeluarkan amanat presiden tanggal 1
Agustus 1960 No. 2584/HK/60 untuk mengajukan rancangan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR).
Setelah sidang pleno tanggal 14 September akhirnya rancangan
diterima oleh DPR-GR.
Pada hari Sabtu tanggal 24 September 1960, RUU akhirnya disahkan
menjadi UUPA oleh Presiden Soekarno.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai