Anda di halaman 1dari 4

SURAT KUASA UMUM DAN KHUSUS

Ketentuan mengenai pemberian kuasa secara tersirat dapat kita temui dalam Pasal 1792 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata ("KUHPer"). Pemberian kuasa ini dapat diberikan dan diterima
dengan suatu akta umum, dengan surat di bawah tangan bahkan dengan sepucuk surat ataupun
dengan lisan. Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari
pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa(lihat Pasal 1793 KUHPer).

Pemberian kuasa ini dapat dilakukan secara khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan tertentu
atau lebih, atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan pemberi kuasa (lihat Pasal 1795
KUHPer).Dan untuk tujuan pemberian kuasa tersebut, pemberi kuasa dapat memberikan surat kuasa
(tertulis), antara lain:
a. Surat Kuasa Khusus
Surat kuasa khusus adalah pemberian kuasa yang dilakukan hanya untuk satu kepentingan
tertentu atau lebih (lihat Pasal 1975 KUHPer). Dalam surat kuasa khusus, di dalamnya dijelaskan
tindakan-tindakan apa saja yang boleh dilakukan oleh penerima kuasa. Jadi, karena ada tindakan-
tindakan yang dirinci dalam surat kuasa tersebut, maka surat kuasa tersebut menjadi surat kuasa
khusus.

b. Surat Kuasa Umum


Surat kuasa umum, berdasarkan Pasal 1796 KUHPer, dinyatakan bahwa pemberian kuasa yang
dirumuskan dengan kata-kata umum, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan.
Sehingga, surat kuasa umum hanya boleh berlaku untuk perbuatan-perbuatan pengurusan saja.
Sedangkan, untuk memindahtangankan benda-benda, atau sesuatu perbuatan lain yang hanya
boleh dilakukan oleh pemilik, tidak diperkenankan pemberian kuasa dengan surat kuasa umum,
melainkan harus dengan surat kuasa khusus.

Jadi, yang membedakan surat kuasa khusus dan surat kuasa umum antara lain adalah:
Perbedaan Surat Kuasa Umum Surat Kuasa Khusus

Dasar Hukum Pasal 1796 KUHPer Pasal 1975 KUHPer

Mencantumkan kata-kata Mencantumkan kata-kata


Judul
“Surat Kuasa Umum” “Surat Kuasa Khusus”

Meliputi 1 kepentingan atau lebih Meiputi pengurusan segala


dari pemberi kuasa yang kepentingan pemberian
Isi diperinci mengenai hal-hal yang kuasa
boleh dilakukan oleh penerima
kuasa
Lebih jauh mengenai surat kuasa ini simak:
- Kuasa Umum atau Kuasa Khusus?;
- Surat Kuasa dan Surat Tugas.
Dalam praktik, dikenal pula yang disebut dengan surat kuasa mutlak. Simak juga artikel
mengenai Surat Kuasa Mutlak.

Memang dalam praktiknya, kekurangan, ketidaktepatan dan kesalahan dalam pembuatan surat kuasa
tidak dapat dihindari. Namun, perlu digarisbawahi bahwa penerima kuasa tidak boleh melakukan apa
pun yang melampaui yang dikuasakan kepadanya (lihat Pasal 1797 KUHPer).

Adanya salah kaprah tentang konsep kuasa umum dan kuasa khusus dalam praktik juga
dibahas Rachmad Setiawan dalam buku “Hukum Perwakilan dan Kuasa.” Dia menulis antara lain
bahwa praktik mengartikan suatu kuasa khusus adalah kuasa yang harus dinyatakan secara terperinci
sehingga mengandung kriteria spesialitas. Kalau tak rinci maka dianggap kuasa umum. Praktik ini,
menurut Rachmad, sangat keliru. Pengertian khusus dan umum, menurutnya, tidak mengacu kepada
rinci atau tidak rincinya kuasa yang diberikan, melainkan dilihat apakah yang dikuasakan itu
mengandung tindakan hukum tertentu atau tidak tertentu alias semua tindakan hukum.

Dalam artikel hukumonline “Kuasa, ‘Jalan di Tempat’ Sejak Nusantara Merapat” lebih jauh
dijelaskan pendapat Rachmad sebagai berikut:

“… Kuasa Umum itu kuasa untuk melakukan tindakan apa saja, dan juga bisa hal tertentu saja.
Tapi sebatas tindakan pengurusan atau hal-hal umum. Perbuatannya, biasanya nggak terlalu
signifikan. ‘Pengurusan sehari-hari lah,’ paparnya. Dalam BW ada di Pasal 1796. Namun dari
kuasa umum ini, jika hendak melakukan penguasaan, diperlukan syarat-syarat. Disebutkan
bahwa tindakan penguasaan itu harus dinyatakan dengan tegas.

“Sedangkan kuasa khusus, lanjutnya, kuasa untuk satu dua perbuatan tertentu. Khusus,
paparnya, karena bisa melakukan tindakan hukum penguasaan. Mengacu pada BW ada di
1795. Contoh kuasa khusus ini adalah kuasa menyewakan rumah, mengakhiri sewa, dan bila
perlu menagih uang sewa rumah sekaligus kwitansinya. Sementara kalau kuasa umum tadi
hanya untuk mengurus rumahnya, urainya.”
Syarat & Prosedur Pendaftaran Gugatan Sederhana
A. PERSYARATAN
1. Surat Gugatan asli;
2. Jika Pemohon/Penggugat tidak dapat menulis, maka permohonan / gugatan dapat diajukan secara
lisan dihadapan Ketua Pengadilan Negeri dan yang akan memerintahkan orang untuk mencatat
permohonan/gugatan tersebut (144 RBg);
3. Melampirkan surat kuasa (jika menggunakan kuasa hukum) yang telah didaftarkan di kepaniteraan
hukum Pengadilan Negeri Prabumulih;
4. Bukti-Bukti yang menguatkan untuk mengajukan Gugatan/Permohonan, seperti KTP, Kartu
Keluarga, Surat Kuasa, Akte, dll
5. Penggugat adalah orang perseorangan / badan hukum;
6. Adanya hubungan hukum yang menjadi dasar sengketa dengan pihak Tergugat;
7.Tergugat berada dalam domisili/bertempat tinggal di wilayah hukum yang sama (Wilayah Hukum
PN Prabumulih)
8. Sengketa tidak berkaitan dengan hak atas tanah atau perkara lain yang diatur secara khusus
dalam peraturan perundang-undangan (Persaingan Usaha, Sengketa Konsumen, Perselesihan
Hubungan Industrial)
9. Nilai kerugian dalam gugatan paling banyak Rp 200.000.000,-

B. PROSEDUR
1. Mengisi formulir gugatan sederhana di kepaniteraan Pengadilan Negeri Prabumulih;
2. Membayar panjar biaya gugatan/permohonan melalui bank yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri
Prabumulih, dengan rincian sebagai berikut:

- Radius I (Kec. Cambai, Kec. Prabumulih Timur, Kec. Prabumulih Utara, Kec. Prabumulih Selatan :
Rp. 871.000,-
- Radius II (Kec. Prabumulih Barat) : Rp. 950.000,-
- Radius III (Kec. Rambang Kapak Tengah): Rp1.181.000,-

3. Memberikan bukti transfer pembiayaan panjar biaya perkara kepada petugas dan menyimpan
salinannya (arsip untuk penggugat/pemohon)
4.Menerima tanda bukti penerimaan gugatan/permohonan
5. Menunggu surat panggilan sidang dari Pengadilan Negeri Prabumulih yang disampaikan oleh Juru
Sita / Juru Sita Pengganti
6. Menghadiri sidang sesuai dengan jadwal yang ditentukan dengan membawa saksi & dokumen bukti-
bukti asli

C. TAHAP PERSIDANGAN
1. Pemeriksaan Pendahuluan
2. Penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak;
3. Pemeriksaan sidang dan perdamaian;
4. Pembuktian;
5. Putusan

Penyelesaian gugatan sederhana paling lama 25 (dua puluh lima) hari sejak sidang pertama

Upaya hukum dalam gugatan sederhana dikenal dengan “Keberatan” yang diajukan paling lambat 7
(tujuh) hari setelah putusan diucapkan atau setelah pemberitahuan putusan (jika para pihak tidak
hadir pada saat putusan dibacakan) dengan cara mengisi blanko permohonan keberatan di
kepaniteraan pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai