Anda di halaman 1dari 17

RADEN INTAN AND PARTNERS

Jl. Pager alam No. 54, Tanjung Karang,


(0721)224425, Fax 424325
Email: Raden_intan@partners.com. Website: www. Radenintanlaw.co.id

SURAT GUGATAN

Perihal : Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action)


Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Tanjung Karang
Jl. P. Emir Moh. Noer No. 27, Durian Payung, Tanjung Karang Pusat
di
Bandar Lampung

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dawin Manalu, S.Pd.,M.Pd
Tempat/Tanggal Lahir: Tanjung Pinang, 24 September 1968
Umur : 46 Tahun
Alamat : Jl. Semanggi No. 12 Kecamatan Singekep
Kabupaten Lingga
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Sekolah SMPN 2 Mulya
1. Mayza Amelia, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. Yos Sudaso No. 3,
RT. 11, LK. 4, Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Teluk
Betung Selatan, Pekerjaan Wiraswasta
2. Meilinda Sari, Kewarganegaraan Indonesia, Jl. Yos Sudaso No. 12 RT. 12,
LK 4, Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Teluk Betuk Selatan,
Pekerjaan Pedagang
3. Sutarman, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. Yos Sudaso No. 60, RT.
11, LK. 4, Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Teluk Betung
Selatan, Pekerjaan Nelayan
4. Budi Santoso, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. Yos Sudaso No. 01,
RT. 10, LK. 4, Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Teluk
Betung Selatan, Pekerjaan Nelayan
5. Martono, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. Yos Sudaso No. 35, RT. 10,
LK. 4, Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Teluk Betung
Selatan, Pekerjaan Buruh
6. Sugeng Wahyono, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. Yos Sudaso No. 3,
RT. 09, LK. 4, Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Teluk
Betung Selatan, Pekerjaan Wiraswasta
Dengan ini memberi kuasa kepada:
1. Mery Farida, S.H.,M.H
2. Mia Lestari, S.H
3. Melinda Sopiani, S.H
4. Melva Christien Manurung, S.H.,M.H
5. Mira Diyana Sakti, S.H
Kesemuanya tersebut diatas adalah Warga Negara Indonesia yang memiliki
pekerjaan/berprofesi sebagai Advokat dan Penasihat Hukum yang tergabung dalam
Kantor Advokasi Dan Konsultan Hukum Raden Intan and Partners beralamat di Jl.
Pager alam No. 54, Tanjung Karang, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 25
Oktober 2015, selanjutnya disebut sebagai PARA PENGGUGAT.
Dengan ini mengajukan gugatan kepada :
Walikota Bandar Lampung, yang berkedudukan di Jl. Doktor Susilo No. 2, Kota
Bandar Lampung
I. OBJEK GUGATAN
1. Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor :
799/III.24/HK/2015 Tentang Perpanjangan Izin Reklamasi Dalam
Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit Dan Perairan Sekitarnya
Di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi Waras Oleh PT. Teluk
Wisata Lampung. Tertanggal 03 Agustus 2015

II. KEWENANGAN (KOMPETENSI) PENGADILAN MENGADILI


PERKARA
2. Bahwa Kompetensi (kewenangan) suatu badan pengadilan untuk
mengadili suatu perkara dapat dibedakan atas kompetensi relatif dan
kompetensi absolut. Kompetensi relatif berhubungan dengan
kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara sesuai dengan
wilayah hukumnya. Sedangkan kompetensi absolut adalah
kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara menurut
obyek, materi atau pokok sengketa;
3. Bahwa terkait perkara ini, apabila ingin mengetahui kompetensi
(kewenangan) peradilan, kompetensi relatif Pengadilan Tata Usaha
Negara yang akan mengadili perkara ini maka akan merujuk pada
Dalam Pasal 54 UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004 Jo.
UU No. 51 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara yang
diatur sebagai berikut :
” Gugatan sengketa tata usaha negara diajukan kepada Pengadilan
yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
tergugat”
4. Bahwa oleh karena objek gugatan ini adalah sengketa tata usaha
negara menyangkut diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara
berupa Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor :
799/III.24/HK/2015 Tentang Perpanjangan Izin Reklamasi Dalam
Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit Dan Perairan Sekitarnya
Di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi Waras Oleh PT. Teluk
Wisata Lampung. Tertanggal 03 Agustus 2015, maka berdasarkan
kompetensi absolut Pengadilan Tata Usaha Negara, yaitu Pengadilan
Tata Usaha berwenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara menurut obyek, materi atau pokok
sengketa.
5. Bahwa objek sengketa tersebut diatas sejatinya telah memenuhi syarat
berdasarkan Pasal 1 angka 9 UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 5
Tahun 2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara yang berbunyi “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha
negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata.”
a. Penetapan tertulis
Kata “Penetapan Tertulis” dalam unsur ini menunjukkan bahwa
objek gugatan TUN haruslah berupa suatu Keputusan Tertulis
(beschikking) dan bukanlah suatu peraturan (regeling) yang
diterbitkan dalam bentuk tertulis oleh badan atau Pejabat TUN.
Apabila merujuk pada pendapat E. Utrecht menyebutkan
“Beschikking” adalah suatu perbuatan berdasarkan hukum publik
bersegi satu, yaitu dilakukan oleh alat alat pemerintahan
berdasarkan kekuasaan yang istimewa;
Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa objek Gugatan TUN
ini yang disebutkan pada point 1 diatas merupakan suatu
keputusan yang diterbitkan dalam bentuk surat tertulis dan telah
ditandatangan oleh Tergugat, dan demikian unsur ini telah
terpenuhi;
b. Dikelurkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
Berdasarkan Pasal 1 angka 8 UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 9
Tahun 2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tata
Usaha Negara, yang dimaksud dengan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara adalah sebagai berikut :
“Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat
yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
Menurut Indroharto, S.H. didalam bukunya yang berjudul “Usaha
Memahami Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara Buku I
beberapa Pengertian Dasar Huum Tata Usaha Negara (Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 1993, Halaman 64)”telah menyebutkan
sebagai berikut :
“Yang dimaksud dengan badan atau pejabat TUN adalah
keseluruhan aparat pemerintahan yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku pada suatu saat melakukan suatu
bidang urusan pemerintahan.”
.....”jadi, yang menjadi patokan kedudukan struktural organ atau
pejabat yang bersangkutan dalam jajaran Pemerintahan bukan pula
nama resminya, melainkan fungsi Pemerintahan yang
dilaksanakannya pada suatu saat. Apabila fungsi yang
dilaksanakannya berdasarkan peraturan perundang-undangan
merupakan suatu tugas urusan pemerintahan (public service), maka
yang berbuat demikian itu menurut undang-undang ini dapat
dianggap sebagai Badan atau Pejabat TUN.”
Didalam perkara ini, Tergugat adalah Pejabat yang menjalankan
tugas dan wewenang yang diberikan wewenang oleh peraturan
perundang-undangan yang terdapat dalam Pasal 4 ayat (2) “
Daerah kabupaten/kota selain berstatus sebagai daerah juga
merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah kerja
bagi bupati/walikota dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan umu di wilayah Daerah kabupaten/kota.” Oleh
karena berdasarkan hal tersebut, maka objek gugatan TUN yang
disebutkan dalam point 1 diatas, telah terpenuhi
c. Berisi Tindakan Hukum Tata Usaha Negara Yang Berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan
Pada dasarnya dalam suatu negara hukum setiap tindakan hukum
pemerintahan atau Tata Usaha Negara selalu harus didasarkan
pada asas legalitas atau harus berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan tujuan memelihara kepentingan
antara Negara dan Rakyat
Dalam hukum administrasi negara dikenal 2 (dua) macam
perbuatan atau tindakan hukum pemerintah, yaitu (1)
Rechtshandelingen (golongan perbuatan/tindakan hukum) dan
Feitelijke handelingen (golongan yang bukan perbuatan/tindakan
hukum)
Bahwa dikarenakan objek gugatan tersebut merupakan perbuatan
atau tindakan pemerintah yang masuk dalam golongan
Rechtshandelingen (golongan perbuatan/tindakan hukum), maka
yang akan dibahas terkait golongan Rechtshandelingen (golongan
perbuatan/tindakan hukum) tersebut;
Bahwa yang termasuk dalam golongan Rechtshandelingen
(golongan perbuatan hukum) yaitu perubatan/ tindakan didalam
hukum publik dan perubatan/ tindakan didalam hukum privat;
Bahwa selanjutnya perbuatan/tindakan didalam hukum publik
tersebut terbagi 2 (dua), yaitu perbuatan/tindakan hukum bersegi
satu, dan perubatan/ tindakan hukum yang bersegi dua;
Bahwa adapun yang dimaksud bersegi satu adalah keputusan yang
dikeluarkan oleh pejabat TUN tersebut merupakan kehendak satu
pihak saja yaitu pejabat TUN itu sendiri. Jadi didalamnya tidak ada
perjanjian, jadi hubungan hukum yang diatur oleh hukum publik
hanya berasal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara
menentukan kehendaknya sendiri;
Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan
tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat dengan
menerbitkan objek sengketa perkara ini merupakan suatu
perbuatan/ tindakan hukum publik yang dimana perbuatan/
tindakan hukum tersebut bersegi satu yang mana mengeluarkan
keputusan tersebut berdasarkan keputusan Tergugat sendiri dengan
cara menentukan kehendaknya sendiri yang dimana berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
Dengan demikian, telah jelas secara hukum bahwa kewenangan
penerbitan objek sengketa dalam gugatan perkara ini telah
berdasarkan perundang-undagan. Oleh karena itu unsur ini telah
terpenuhi
d. Bersifat Konkret, Individual dan Final
Berdasarkan Penjelasan 1 angka 9 UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU
No. 5 Tahun 2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara, yang dimaksud bersifat konkrit, individual dan
final adalah sebagai berikut : “...Bersifat konkrit artinya objek
yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak
abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan,
umpamanya keputusan mengenai rumah si A, izin usaha bagi si B,
pemberhentian si A sebagai Pegawai Negeri.” Bersifat individual
artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditunjukan untuk
umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau
yang dituju itu lebih dari seseorang, tiap tiap nama orang yang
terkena putusan itu disebutkan. Bersifat final artinya sudah
definitif dan kareanya dapat menimbulkan akibat hukum.
Keputusan yang masih memerlukan persetujuan institusi atasan
atau institusi lain belum bersifat final karenanya belum dapat
menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak yang
bersangkutan..”
Berdasarkan ketentuan diatas, Objek Gugatan yang dikeluarkan
oleh Tergugat telah memenuhi sifat Konkrit, Individual, dan Final
sebagaimana diuraikan di bawah ini:
1) Bersifat Kongkret
Keputusan TUN yang menjadi objek Gugatan TUN didalam
perkara ini yang diterbitkan Tergugat telah memenuhi sifat
konkret (tidak abstrak) sebagaimana terlihat di objek gugatan
aqou tertulis “Surat Keputusan Tentang Perpanjangan Izin
Reklamasi Dalam Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit
Dan Perairan Sekitarnya Di Kelurahan Bumi Waras.....” yang
dimana tegas dan konkrit dijelaskan terkait Penetapan
perpanjangan izin reklamasi yang akan dilaksanakan oleh PT
Teluk Wisata Lampung atas persetujuan tergugat berdasarkan
objek perkara ini.
2) Bersifat Individual
Objek sengketa dalam perkara ini yang telah disebutkan pada
point 1 diatas memenuhi sifat individual karena objek perkara
ini itu tidak ditunjukkan untuk umum, tetapi untuk tertentu,
baik alamat maupun hal yang dituju sebagaimana terlihat
didalam keputusan tersebut “Perpanjangan Izin Reklamasi
Dalam Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit Dan
Perairan Sekitarnya Di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan
Bumi Waras Oleh PT. Teluk Wisata Lampung” yang dimana
berdasarkan hal tersebut dijelaskan jelas tertuju pada tempat
“Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi Waras Oleh PT.
Teluk Wisata Lampung” yang akan berdampak secara
langsung kepada seluruh warga yang menghuni dan/atau
memiliki tanah dan/bangunan di wilayah tersebut, yang
merupakan Para Penggugat dalam gugatan ini, dan dengan
demikian sifat individual telah terpenuhi oleh objek sengketa a
quo;
3) Bersifat Final
Objek sengketa dalam perkara a quo yang telah disebutkan
pada point 1 diatas memenuhi sifat final karena telah
menimbulkan akibat hukum sejak ia diterbitkan. Bahwa akibat
hukum yang timbul adalah saat ini Para Penggugat terancam
terhambat melakukan aktivitas mereka terutama mengurangi
tangkapan hasil laut akibat dari reklamasi pantai oleh Teluk
Wisata Lampung, sebagaimana disebutkan dalam objek
sengketa ini; Dengan demikian, sifat final telah terpenuhi oleh
objek sengketa ini;
Dengan membaca uraian dalam angka 1 sampai dengan 3 di
atas, maka dengan demikian unsur-unsur sifat konkret,
individual dan final yang dikehendaki dalam Pasal 1 angka 9
UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 5 Tahun 2004 Jo. UU No.
51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara telah
terpenuhi;
e. Menimbulkan Akibat Hukum Bagi Seseorang atau Badan Hukum
Perdata
Dengan diterbitkannya objek sengketa perkara ini yang telah
disebutkan pada point 1 diatas, maka telah menimbulkan sebuah
akibat hukum berupa akibat hukum perdata bagi ratusan orang
yang tinggal didaerah yang dimana disebutkan didalam objek
perkara ini. Akibat hukum tersebut berupa ancaman kerusakkan
ekosistem laut, Polusi Udara akibat debu dari tanah yang dibawa
kelokasi Pantai dan menurunnya hasil tangkapan nelayan yang
akhirnya berdampak pada kesejahteraan nelayan. berdasarkan
objek sengketa didalam perkara ini dengan demikian unsur ini pun
telah terpenuhi.
6. Bahwa dikarenakan Tergugat dalam hal ini Walikota Bandar
Lampung yang Berkedudukan di Jl. Doktor Susilo No. 2, Kota Bandar
Lampung yang dimana masuk dalam Ruang Lingkup Kompetensi
(kewenangan) mengadili Pengadilan Tata Usaha Negara Tanjung
Karang. Maka berdasarkan hal tersebut, yang berwenangan mengadili
Perkara ini adalah Pengadilan Tata Usaha Negara Tanjung Karang

III. LEGAL STANDING (KEDUDUKAN HUKUM) PARA PENGGUGAT


7. Bahwa berdasarkan Pasal 53 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU
No. 9 Tahun 2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara telah mengatur mengenai alasan pengajuan Gugatan
TUN di Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai berikut :
Pasal 53 ayat (1) : “Seseorang atau badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang
berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi.”
8. Bahwa Para Penggugat merupakan pihak yang disebutkan didalam
Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004 Jo. UU No.
51 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai
“Seseorang” yang merasa kepentingannya dirugikan oleh adanya
Suatu Keputusan Tata Usaha Negara yaitu Surat Keputusan Walikota
Bandar Lampung Nomor : 799/III.24/HK/2015 Tentang Perpanjangan
Izin Reklamasi Dalam Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit Dan
Perairan Sekitarnya Di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi
Waras Oleh PT. Teluk Wisata Lampung. Tertanggal 03 Agustus 2015
yang dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara dalam hal ini
Walikota Bandar Lampung
9. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 53 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986
Jo. UU No. 5 Tahun 2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, maka jelas Para Penggugat memiliki
kedudukan hukum (Legal Standing) atau alasan yang sah secara
hukum dalam mengajukan Gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta tersebut, dikarenakan akibat dikeluarkannya keputusan tersebut
hak milik yang merupakan bagian dari hak asasi dari “Para
Penggugat” direnggut oleh “Tergugat” tanpa adanya belas kasihan
serta hati nurani pada kami, padahal apabila dibandingkan dengan
“Tergugat”, kami “Para Penggugat” tidak mempunyai apa-apa. Kami
“Para Penggugat” hanyalah masyarakat biasa yang dimana telah
tinggal didaerah yang dimana disebutkan dalam objek sengketa
perkara ini berpuluh puluh tahun tanpa ada masalah sedikitpun. Kami
“Para Penggugat” hanya mempermasalahkan mengapa Objek sengketa
dalam perkara ini tersebut keluar tanpa adanya komuniasi yang baik
antara “Penggugat” dan “Tergugat”;
10. Maka berdasarkan hal tersebut, Para Penggugat mengajukan gugatan
ini telah memiliki kedudukan hukum (Legal Standing);

IV. TENTANG TENGGANG WAKTU PENGAJUAN GUGATAN TUN


11. Bahwa objek sengketa dalam perkara ini adalah Surat Keputusan
Walikota Bandar Lampung Nomor : 799/III.24/HK/2015 Tentang
Perpanjangan Izin Reklamasi Dalam Rangka Penataan Kawasan
Gunung Kunyit Dan Perairan Sekitarnya Di Kelurahan Bumi Waras
Kecamatan Bumi Waras Oleh PT. Teluk Wisata Lampung. Tertanggal
03 Agustus 2015
12. Bahwa objek sengketa dalam perkara ini berupa Surat Keputusan No.
799/III.24/HK/2015 yang dikeluarkan pada tanggal 03 Agustus 2015
13. Oleh karena Keputusan No. 799/III.24/HK/2015 yang dikeluarkan
pada tanggal 03 Agustus 2015, maka berdasarkan Pasal 55 UU No. 5
Tahun 1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009
tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang mengatur mengenai
tenggang waktu pengajuan Gugatan TUN sebagai berikut :
“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan
puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.“
Jangka waktu Pengajuan Gugatan terkait objek sengketa di Pengadilan
Tata Usaha Negara Berakhir Pada tanggal 03 November 2015
(Sembilan Puluh Hari);
14. Bahwa dikarenakan sampai dengan Gugatan ini didaftarkan pada
tanggal 01 November 2015 yang belum melampaui batas waktu
sebagaimana disebutkan dalam angka 11 di atas, maka Pengajuan
Gugatan terkait tenggang waktu mengajukan gugatan dalam perkara
ini tersebut telah terpenuhi;
15. Bahwa terkait jangka waktu tersebut berlaku prinsip “Pengadilan
Tidak Boleh Menolak Memeriksa dan Mengadili Suatu Perkara .” dan
prinsip tersebut tertuang secara eksplisit dalam Pasal 10 ayat (1) UU
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan
bahwa:
“Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili,dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.”
Kemudian selain itu, di dalam memeriksa, mengadili dan memutus
suatu perkara, maka hakim dituntut untuk menggali nilai-nilai yang
hidup dan tumbuh di masyarakat yang sesuai dengan rasa keadilan
hukum di masyarakat, kemudian tertuang juga secara eksplisit dalam
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan bahwa
“Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.”;
16. Maka berdasarkan point 10 diatas, terkait jangka waktu tersebut juga
merupakan kewenangan daripada Majelis Hakim yang menyidangkan
perkara ini untuk menilai apakah telah lewat jangka waktu atau tidak
terhadap perkara ini;
Oleh karena itu, berdasarkan alasan-alasan yang telah dijelaskan
diatas, maka Para Penggugat mengajukan perkara ini ke Pengadilan
Tata Usaha Negara Tanjung Karang berdasarkan alasan-alasan yang
patut dan sah berdasar hukum acara yang berlaku di Indonesia;

V. KEPENTINGAN PENGGUGAT YANG DIRUGIKAN


Bahwa berdasarkan pasal 53 ayat (1) dan (2) No. 5 Tahun 1986 Jo. UU
No. 9 Tahun 2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara yang mengatur mengenai kepentingan penggugat yang
dirugikan:
“(1) Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan
agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan
batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
dan/atau direhabilitasi.
(2) Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik”

Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun


1991 tentang Ganti Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan
Tata Usaha Negara, yang mengatur mengenai besarnya ganti kerugian
yang diterima penggugat:
“ Besarnya ganti rugi yang diperoleh penggugat paling sedikit Rp.
250.000-, (dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan paling banyak Rp.
5.000.000,- (lima juta rupah) dengan memperhatikan keadaan yang
nyata”

Bahwa berdasarkan penjelasan kedua dasar hukum diatas, maka


penggugat merasa dirugikan karena penggugat adalah warga di Kelurahan
Bumi Waras Kecamatan Bumi Waras, yang dibuktikan dengan kartu tanda
penduduk milik penggugat, yang merasa dirugikan akibat kegiatan
reklamasi pantai oleh PT Teluk Wisata Lampung berdasarkan izin
tergugat.
Bahwa akibat kegiatan tersebut, pengggugat mengalami kerugian yang
nyata-nyata diderita sebesar :
Hilangnnya beberapa jenis ikan dilaut seperti ikan rebun, teri dan kerapan,
semakin jauh wilayah tangkapan, makan semakin besar pula biaya bahan
bakar perahu yang digunakan.
- Harga solar per liter Rp.5.150
- Jumlah nelayan di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi
Waras 28 orang
- Jangka Waktu selama 35 Hari
Total Rp. 5.047.000,- (lima juta empat puluh
tujuh ribu rupiah)

VI. DASAR GUGATAN DAN POKOK PERKARA


Bahwa adapun alasan hukum yang diuraikan oleh Para Penggugat
berdasarkan Pasal 53 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 5 Tahun
2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
yaitu sebagai berikut:
a. Bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;
1. Bahwa yang dimaksud dari “Peraturan perundang-undangan yang
berlaku” yang bertentangan dengan Surat keputusan yang menjadi
objek sengketa perkara ini tersebut yakni “Peraturan
perundangundangan” yang diatur didalam Pasal 7 ayat (1) UU No.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan yaitu (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (2) Undang-Undang, (3) Tap MPRS, (4)
Peraturan Pemerintah, (5) Peraturam Presiden dan (5) Peraturan
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2. Bahwa peraturan perundang-undangan pertama yang dilanggar
oleh Tergugat ketika membuat Surat Keputusan yang menjadi
objek sengketa perkara ini adalah melanggar Pasal-Pasal yang
tertera didalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah yaitu diantaranya :
Pasal 14 ayat (6):
“ Penentuan Daerah Kabupaten/Kota pemghasil untuk
penghitungan bagi hasil kelautan adalah hasil kelautan yang
berada dalam batas wilayah 4 (empat) mil diukur dari garis pantai
kearah laut lepas dan atau kearah perairan kepulauan”

Pasal 58 :
“Penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57, dalam menyelenggarakan Pemerintah Daerah
berpedoman pada asa penyelenggaraan pemerintahan negara
yang terdiri atas : (1) Kepastian Hukum, (2) Tertib Penyelenggara
Negara, (3) Kepentingan Umum, (4) Keterbukaan, (5)
Proposionalitas, (6) Akuntabilitas, (7) Profesionalitas, (8)
Akuntabilitas, (9) efisiensi, (10) efektivitas, (11) keadilan”

Bahwa dikarenakan berdasarkan pasal 14 ayat (6) tersebut


menyatakan bahwa “Penentuan Daerah Kabupaten/Kota
penghasil untuk penghitungan bagi hasil kelautan” maka
pemerintah kota hanya memiliki kewenangan dalam hal hasil laut.

Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 14 ayat (6) yang menyatakan


bahwa “ yang dimaksud dengan “garis pantai” adalah batas
pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air
laut pasang tertinggi. Penggunaan “garis pantai” dalam
ketentuan ini diperuntukkan bagi penentuan wilayah administrasi
dalam pengelolaan laut. Batas wilayah 4 (empat) mil dalam
ketentuan ini semata-mata untuk keperluan penghitungan bagi
hasil kelautan, sedangkan kewenagan bidang kelautan sampai
dengan 12 (dua belas) mil tetap berada pada daerah provinsi”
maka berdasarkan penjelasan tersebut yang memiliki kewenangan
dalam mengelola lautan sampai dengan 12 mil adalah kewenangan
provinsi.

Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung


Nomor : 799/III.24/HK/2015 Tentang Perpanjangan Izin
Reklamasi Dalam Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit Dan
Perairan Sekitarnya Di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi
Waras Oleh PT. Teluk Wisata Lampung. Tertanggal 03 Agustus
2015 yang di tandatangani oleh Walikota Bandar Lampung
Herman HN disebutkan bahwa memberikan perpanjangan izin
reklamasi dalam rangka penataan kawasan gunung kunyit dan
perairan sekitarnya oleh PT teluk Wisata Lampung, Kelurahan
Bumi Waras, Kecamata Bumi Waras.
Akan tetapi apabila dikaitkan dengan ketentuan yang yang terdapat
dalam pasal 6 ayat (7) UU No. 23 tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah yang memiliki kewenangan mengeluarkan
izin adalah Daerah Provinsi yaitu Gubernur Lampung.
Bahwa berdasarkan pasal 58 khususnya Asas Akuntabilitas yang
berarti bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Bahwa bila dikaitkan dengan asas tersebut dalam surat keputusan


ini tidak dicantumkan hal-hal yang akan bermanfaat dan
kepentingan rakyat dengan di keluarkannya izin reklamasi ini.

Bahwa ternyata secara fakta hukum dikarenakan “tergugat” tidak


memiliki wewenang mengelurkan keputusan tersebut dan sampai
saat ini kepentingan rakyat tidak dilindungi, maka dapat dipastikan
pembuatan Surat Keputusan yang menjadi objek dalam perkara ini
cacat hukum dan melanggar Pasal 14 ayat (6) serta Pasal 58 UU
No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

3. Bahwa peraturan perundang-undangan pertama yang dilanggar


oleh Tergugat ketika membuat Surat Keputusan yang menjadi
objek sengketa perkara ini adalah melanggar Pasal-Pasal yang
tertera didalam Peraturan Presiden No. 122 tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil yaitu
diantaranya:
Pasal 15:
“Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan
melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin
pelaksanaan reklamasi”

Bahwa intisari dari pasal tersebut diatas sejatinya menjelaskan


bahwa “Setiap orang maupun pemerintah yang akan melakukan
reklamasi wajib memiliki izin dalam bentuk tertulis”

Bahwa apabila dikaitkan dengan Pasal 15 setiap permohonan


perpanjangan izin, dalam dictum Surat Keputusan dicantumkan
izin yang sebelumnya digunakan untuk melakukakn kegiatan
reklamasi tersebut, sebagai dasar dari perpanjangan izin tersebut.

Bahwa apabila dilihat dari surat keputusan ini “tergugat” ketika


mengeluarkan keputusan dalan dictum keputusan tersebut tudak
dicantumkan izin yang sebelumnya digunakan pada saat
melakukan reklamasi pertama kali. maka dapat dipastikan
pembuatan Surat Keputusan yang menjadi objek dalam perkara ini
cacat hukum dan melanggar Pasal 15 Peraturan Presiden No. 122
tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil

b. Bertentangan dengan asas umum pemerintahan yang baik


4. Bahwa asas-asas umum pemerintahan yang baik atau biasa disebut
Algemen beginselen van berhorlijk bertur (belanda) atau principles
generauz du droit coutumier (Prancis) merupakan patokan atau
prinsip dasar yang harus diikuti oleh seluruh Pejabat Tata Usaha
Negara atau Aparatur pemerintahan dalam melakukan suatu
tindakakan hukum;
5. Bahwa tindakan hukum yang biasa dilakukan oleh Pejabat Tata
Usaha Negara adalah membuat suatu keputusan yang dimana
keputusan tersebut mempunyai akibat hukum terhadap subjek
hukum lain yang merasa dirugikan;
6. Bahwa adapun pengaturan terkait dengan “Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik” dijelaskan dalam 2 (dua) Undang-
Undang, yaitu :
a) Penjelasan Pasal 53 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No.
5 Tahun 2004 Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara yang dimana menjelaskan asas-asas
pemerintahan yang baik meliputi : (a) asas kepastian hukum,
(b) tertib penyelenggaraan negara, (c) keterbukaan, (d)
proporsionalitas, (e) proporsionalitas, dan (f) akuntabilitas
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
b) Kemudian Pasal 1 angka 17 UU No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan disebutkan bahwa “Asas Asas
Pemerintahan Yang baik” atau disingkat AUPB adalah Prinsip
yang digunakan acuan penggunaan wewenang bagi pejabat
pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau
tindakan dalam penyelenggaraan pemerinahan”, yang dimana
dilanjutkan pada Pasal 10 disebutkan bahwa beberapa asas
yang termasuk dalam Asas asas pemerintahan yang baik adalah
asas (1) kepastian hukum; (b) kemanfaatan; (c)
ketidakberpihakan; (d) kecermatan; (e) tidak menyalahgunakan
kewenangan; (f) keterbukaan; (g) kepentingan umum; dan (h)
pelayanan yang baik;
7. Bahwa apabila melihat secara keseluruhan baik itu Penjelasan
Pasal 53 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 5 Tahun 2004
Jo. UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
dan/ atau Pasal 1 angka 17 Jo. Pasal 10 UU No. 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan, maka adapun beberapa “asas-
asas umum pemerintahan yang baik yang dilanggar” oleh Tergugat
yang dimana antara lain : asas tidak menyalahgunakan
kewenangan, dan asas kecermatan.
Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan
8. Bahwa Asas “Tidak Menyalahgunakan Kewenangan" sesuai UU
adalah asas yang mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk
kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain dan tidak sesuai
dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut, tidak melampaui,
tidak menyalahgunakan, dan/atau tidak mencampuradukkan
kewenangan.”
9. Bahwa apabila menelisik pengertian dari asas “Tidak
Menyalahgunakan Kewenangan” tersebut, maka dapat ditafsirkan
kalau “Tergugat” dalam mengeluarkan Surat Keputusan yang
menjadi objek sengketa perkara ini telah melakukan tindakan
penyalahgunaan kewenangan berdasarkan alasan-alasan hukum
yang telah dijelaskan “Para Penggugat” diatas;
Asas Kecermatan
10. Asas “Kecermatan” sesuai UU adalah mengandung arti bahwa
suatu Keputusan dan/atau Tindakan harus didasarkan pada
informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas
penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan
sehingga Keputusan dan/ atau Tindakan yang bersangkutan
dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau
Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan.”
11. Bahwa berdasarkan “asas kecermatan” tersebut, “Tergugat” telah
“Tidak Cermat” didalam mengeluarkan Surat Keputusan yang
menjadi objek didalam perkara ini , sedangkan diketahui bahwa
sebelum mengeluarkan Surat keputusan tersebut “Tergugat” harus
cermat memperhatikan peraturan perundang-undangan yang
berlaku bahwa terhadap surat keputusan yang dikeluarkan harus
dicantumkan izin reklamasi yang dahulu sebagai dasar
pembentukan perizinan perpanjangan reklamasi. Akan tetapi
dkarenakan ketidakcermatan dari “Tergugat” maka Surat
Keputusan tersebut keluar tanpa mencantumkan surat izin yang
dahulu.

17. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka objek Sengketa


yang dikeluarkan oleh TERGUGAT yaitu Surat Keputusan Walikota
Bandar Lampung Nomor : 799/III.24/HK/2015 Tentang Perpanjangan
Izin Reklamasi Dalam Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit Dan
Perairan Sekitarnya Di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi
Waras Oleh PT. Teluk Wisata Lampung. Tertanggal 03 Agustus 2015
melanggar peraturan perundang-undangan dan tidak memenuhi Asas-
Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) dan/ atau karena
melanggar asas tidak menyalahgunakan kewenangan, dan asas
kecermatan.

VII. PETITUM
Bahwa berdasarkan penjelasan dan alasan hukum yang kami jelaskan
tersebut diatas, Para Penggugat mohon agar Majelis Hakim yang
terhormat yang memeriksa perkara a quo berkenan untuk memutuskan
hal-hal sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;
2. Memerintahkan Tergugat untuk membayar kerugian Penggugat
sebesar Rp. 5.047.000-, (lima juta empat puluh tujuh ribu rupiah)
3. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Walikota Bandar
Lampung Nomor : 799/III.24/HK/2015 Tentang Perpanjangan Izin
Reklamasi Dalam Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit Dan
Perairan Sekitarnya Di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi
Waras Oleh PT. Teluk Wisata Lampung. Tertanggal 03 Agustus 2015,
yang di tandatangani oleh Walikota Bandar Lampung yaitu Herma HN
4. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Keputusan Walikota
Bandar Lampung Nomor : 799/III.24/HK/2015 Tentang Perpanjangan
Izin Reklamasi Dalam Rangka Penataan Kawasan Gunung Kunyit Dan
Perairan Sekitarnya Di Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Bumi
Waras Oleh PT. Teluk Wisata Lampung. Tertanggal 03 Agustus 2015
5. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang
timbul didalam perkara ini;
Atau jika Pengadilan/ Majelis Hakim berpendapat lain mohon keputusan yang
seadil-adilnya berdasarkan hukum dan kebenaran.
Demikianlah gugatan ini diajukkan atas pertimbangan dari kebijakan Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara Tanjung Karang/ Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini kami ucapkan terima kasih

Hormat Kami,
Kuasa Hukum Penggugat

(Mery Farida, S.H.,M.H

Mia Lestari, S.H

Melinda Sopiani, S.H

Melva Christien M. S.H.,M.H

Mira Diyana, S.H)

Anda mungkin juga menyukai