KANTOR HUKUM
ADVOKAT/PENGACARA dan KONSULTAN HUKUM
Ir.H. ACHMAD WAHYUDI, SH.MH. & Associates
Jl. Ikan Teri No.34-B Sobo, Telp./Fax.(0333) 422999 BANYUWANGI e-mail : ir.wahyudi@gmail.com
NOTA PEMBELAAN
DALAM PERKARA PIDANA NOMOR : 596 /Pid.B/2011/PN.Bwi.
Bahwa kami Penasihat Hukum atas nama Terdakwa :
Nama : H. ALI IMRON ABDULLAH Bin ABDULLAH
Tempat Lahir : Banyuwangi
Umur/Tanggal Lahir : 39 Tahun / 01 April
1972
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengasuh Pondok Pesantren ASWAJA
Alamat : Dusun Cempokosari RT. 002/RW.004, Desa Sarimulyo,
Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi.
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 21 Juli 2011, dengan
memperhatikan hasil pemeriksaan perkara a quo di muka persidangan
Pengadilan Negeri Banyuwangi, dengan ini menyampaikan Nota
Pembelaan (Pleidooi) sebagai berikut :
Bahwa sesuai dengan Surat Dakwaan Nomor Register Perkara : PDM-
183/Ep.2/BWNGI/07/2011 tanggal 11 Juli 2011, Surat Penetapan Hakim
Pengadilan Negeri Banyuwangi Nomor: 700/Pen.Pid/2011/PN.Bwi tanggal 18
Juli 2011 Terdakwa telah dihadapkan di depan persidangan dengan dakwaan :
Dakwaan Pertama
Terdakwa didakwa melakukan pelanggaran sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 82 UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Atau
Dakwaan Kedua
Terdakwa didakwa melakukan pelanggaran sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 289 KUHPidana.
Atau
Dakwaan Ketiga
Terdakwa didakwa melakukan pelanggaran sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 290 ke-2 KUHPidana.
Bahwa selanjutnya di dalam Surat Tuntutan Nomor Register Perkara :
PDM-183/Ep.2/BWNGI/07/2011, yang diajukan pada persidangan hari Kamis
tanggal 13 Oktober 2011, Sdr. Jaksa Penuntut Umum berkeyakinan dan
menyimpulkan bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melanggar tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 290 ke-2 KUHPidana sebagaimana Dakwaan Ketiga. Dan
menuntut agar Pengadilan Negeri Banyuwangi menjatuhkan hukuman kepada
Terdakwa dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dipotong tahanan
sementara.
Bahwa keterangan Saksi Korban tidak dibawah sumpah yang mengaku telah
dicabuli oleh Terdakwa, perlu dinilai kebenarannya :
- Apakah keterangan saksi korban itu dapat dipercaya atau tidak, maka perlu juga
dilihat cara hidup, kesusilaan, sikap, prilaku saksi korban sehari-hari atau segala
sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan
itu dipercaya.
- Apakah keterangan saksi korban itu ada persesuaian dengan keterangan saksi
lain atau alat bukti sah yang lain.
Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dipersidangan terungkap fakta tentang:
- sikap/prilaku saksi korban selama menjadi santriwati di Pondok Pesantren Aswaja
dinilai kurang baik, diantaranya saksi korban banyak bicara, sulit diatur, sering
membuat gaduh, dan sering melanggar peraturan Pondok Pesantren diantaranya
membawa HP, padahal peraturan di Ponpes Aswaja tidak diperbolehkan
membawa HP, dan ketika ditegur oleh gurunya, gurunya didorong oleh korban
hingga jatuh. Sehingga kami Penasihat Hukum Terdakwa berkeyakinan
bahwa keterangan Saksi Korban tidak dapat dipercaya.
- keterangan saksi korban bahwa waktu kejadiannya (tempus delicti) adalah pada
hari Selasa tanggal 15 Maret 2011 jam 09:30 WIB adalah tidak ada
persesuaian dengan keterangan para saksi a de charge. Keadaan yang
sebenarnya adalah pada jam dan tanggal tersebut saksi korban masih mengikuti
ujian di sekolah yang jaraknya dengan Pondok Pesantren Aswaja sekitar 5
kilometer dan baru pulang sampai ke Ponpes Aswaja sekitar jam 12:00 WIB.
Bahwa Para saksi yang lain yang diajukan oleh Sdr. Jaksa / Penuntut Umum
yaitu Saksi Antok Avianto, Saksi Sukatini dan Saksi Suprapto (a charge
/verbalisant) yang memberikan keterangan dibawah sumpah dimuka
persidangan, menurut kami Penasihat Hukum Terdakwa dalam perkara a quo
adalah tidak memenuhi syarat sebagai saksi menurut Pasal 1 Butir 26 KUHAP
yang menyatakan bahwa Saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang
suatu perkara/peristiwa yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri.
Bahwa para saksi menerangkan Terdakwa dan istrinya datang bermaksud
meminta maaf kepada saksi, terdakwa sampai menyembah-nyembah dan
meminta maaf, serta meminta agar perkara ini tidak dilanjutkan. Permintaan maaf
tersebut dilakukan terdakwa bukan karena perbuatan cabul, akan tetapi
permohonan maaf itu dilakukan Terdakwa supaya laporan polisi dicabut karena
dapat mengganggu PSB (Penerimaan Siswa Baru) selain itu terdakwa juga
pernah menghukum korban.
Bahwa jika dihubungkan dengan ketentuan Pasal 185 Ayat (2) KUHAP yang
berbunyi “Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari pemikiran saja
bukan merupakan keterangan saksi”, maka keterangan yang disampaikan oleh
ketiga saksi tersebut (Saksi Antok Avianto, Saksi Sukatini, dan Saksi
Suprapto) bukan merupakan keterangan saksi.
Bahwa keterangan Saksi yang lain dan selebihnya yang diajukan oleh Jaksa
Penunutut Umum (Saksi Solihatul Fahmi dan Saksi AB. Ilham), tidak diperoleh
fakta yang mengarah pada terjadinya perkara/peristiwa a quo, justru memberikan
keterangan yang bertolak belakang dengan yang diterangkan oleh Saksi Korban.
Bahwa oleh karena itu keterangan seorang saksi korban saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan
(asas Unus Testis Nullus Testis) sesuai pasal 185 ayat (2) KUHAP.
Sehingga kami berkesimpulan bahwa Keterangan Saksi Korban dan atau
Saksi A Charge tidak mempunyai kekuatan sebagai alat bukti.
B. SURAT HASIL VISUM ET REPERTUM
Bahwa selain mengajukan saksi-saksi, Sdr. Jaksa/Penuntut Umum juga telah
mengajukan surat hasil Visum Et Repertum Dokter Puskesmas Benculuk
Banyuwangi No. 053/058/429.178/2011 tanggal 31 Mei 2011 yang ditanda
tangani oleh dr. H.MUHAMMAD FATHONI, yang kesimpulannya menyatakan
tidak dapat disimpulkan adanya persetubuhan.
Sehingga kami berkesimpulan bahwa surat hasil Visum Et Repertum tersebut
tidak dapat membuktikan dakwaan dalam perkara a quo.
C. KETERANGAN TERDAKWA
Bahwa Terdakwa dipersidangan menerangkan yang pada pokoknya sebegai
berikut :
- Bahwa Terdakwa pernah diperiksa oleh penyidik Polri sebanyak tiga kali,
pertama pada tanggal 27 Mei 2011 jam 18:00 Wib (tidak didampingi PH), kedua
tanggal 03 Juni 2011 jam 13:30 Wib, dan ketiga tanggal 15 Juni 2011 jam 09:00
Wib.
- Bahwa terdakwa dilaporkan ke polisi pada tanggal 26 Mei 2011, besok sorenya
terdakwa bersama istrinya datang menemui pelapor/Bapak korban dirumahnya
untuk minta maaf, kedatangan pertama terdakwa tidak diterima, kedatangan
kedua sudah ada polisi.
- Bahwa terdakwa minta maaf bukan karena masalah ini, tetapi terdakwa pernah
melempar korban dengan kursi dan membentak-bentak korban.
- Bahwa terdakwa kemudian dibawa ke Polsek Cluring oleh Polisi bernama
Suprapto.
- Bahwa malamnya terdakwa diperiksa di Polsek Cluring, yang melakukan
pemeriksaan adalah Saksi Suprapto.
- Bahwa keterangan Terdakwa dalam pemeriksaan pertama adalah tidak benar/
dicabut, keterangan Terdakwa dalam pemeriksaan kedua dan ketiga adalah yang
benar.
- Bahwa keterangan pertama tidak benar/ dicabut karena diberikan pada saat
terdakwa sudah capek diperiksa/sudah malam sekitar jam 22:00 WIb, dan
Terdakwa diiming-imingi kalau cepat mengaku akan dipulangkan.
- Bahwa ternyata malam itu terdakwa langsung ditahan.
- Bahwa Terdakwa sudah dimaafkan oleh Pelapor tanggal 7 Juni 2011.
- Bahwa terdakwa tidak merasa bersalah melakukan perbuatan cabul.
D. PETUNJUK
Bahwa alat bukti petunjuk diatur dalam Pasal 188 KUHAP yang berbunyi :
1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak
pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan
siapa pelakunya.
2. Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari :
a. Keterangan Saksi;
b. Surat;
c. Keterangan terdakwa.
Bahwa adanya syarat petunjuk yang satu dengan yang lain harus terdapat
persesuaian, maka dengan demikian berakibat bahwa sekurang-kurangnya perlu
ada 2 (dua) petunjuk untuk memperoleh bukti yang sah atau sebuah alat bukti
petunjuk dengan satu buah bukti lain ada persesuaian dalam keseluruhan yang
dapat menimbulkan alat bukti. Pengertian diperoleh berarti alat bukti petunjuk
bukan merupakan alat bukti langsung (indirect bewijs).
Bahwa sebagaimana telah diuraikan diatas mengenai keterangan saksi-saksi
baik itu saksi korban yang masih muda usia, yang oleh karenanya tidak
disumpah meskipun ada persesuaian satu dengan lainnya tidak merupakan alat
bukti, sedangkan saksi-saksi lainnya yang telah disumpah tidak memenuhi syarat
sebagai saksi menurut Pasal 1 Butir 26 KUHAP.
Bahwa petunjuk-petunjuk dari berbagai alat bukti dipersidangan setelah
menggunakan redenering atau suatu pemikiran, maka tidak ditemukan tentang
adanya suatu persesuaian antara kenyataan yang satu dengan kenyataan yang
lain atau antara suatu kenyataan dengan tindak pidananya sendiri yang
didakwakan.
Bahwa justru sebaliknya, dari keterangan Saksi Solihatul Fahmi, Saksi AB.
Ilham, Saksi Arif Rusman dan Saksi Nur Rohman serta hasil visum et repertum,
apabila disesuaikan dengan keterangan terdakwa, maka
menjadi petunjuk bahwa Terdakwa tidak melakukan perbuatan pidana
sebagaimana yang didakwakan.