Anda di halaman 1dari 18

Bantaeng, 25 November 2019

Perihal : Nota Pembelaan/Pledoi


Kepada Yth. :
Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara Pidana No. 119/Pid.B/2019/PN BAN
Di –
Pengadilan Negeri Bantaeng

I. PENDAHULUAN

Assalamualaikum Wr. Wb. dan Salam Sejahtera

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Karena atas berkat
rahmat dan karunianyalah sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menghadiri jalannya
persidangan pada hari ini. Dan pada kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan penghargaan
yang setinggi tingginya kepada Majelis hakim yang mengadili perkara ini, yang dengan penuh
kearifannya memimpin jalannya persidangan ini guna memperoleh kebenaran materil dalam
mengungkap perkara ini, hingga sampailah kita pada tahap pembelaan.

Tak lupa juga kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Sdr. JPU yang
telah melaksanakan tugasnya sebagai abdi Negara, yang telah dengan segala upaya telah
membantu menemukan kebenaran yang ditinjau dari sudut kepentingannya sebagai penuntut
umum yaitu dari pandangan yang subyektif dari sisi yang objektif terhadap perkara yang kita
hadapi sekarang ini. Berbeda dengan kami Pembela atau penasihat hukum yang mempunyai
pandangan yang objektif dari posisi yang subjektif, namun hendaknya pembelaan yang kami
ajukan ini dinilai semata mata sebagai peninjauan perkara yang sedang kita hadapi sebagai
persoalan hukum, khususnya hukum acara pidana dilihat dari sudut pembelaan.

Berdasarkan penetapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bantaeng Nomor : 119/Pid.B/2019/PN


Ban tanggal 03 Oktober 2019, telah diperhadapkan terdakwa dengan identitas sebagai berikut :

Nama : ACHMAD MUJAHID Bin SALEH


Tempat lahir : Bantaeng
Umur/Tanggal Lahir : 20 Tahun / 06 Oktober 1999
Jenis Kelamin : Laki – Laki.
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jl. B.Barania, Kel.Pallantikang, Kec.Bantaeng,Kab.Bantaeng
A g a m a : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan :-

halaman 1 dari 18
Berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 09 Oktober 2019, telah memberikan kuasa kepada:
1. MUHAMMAD NURFAJRI, S.Hi,
2. TAHIRUDDIN, S.H., M.H.
3. AGUM ISWHARA CANDRA, S.H.

Advokat-advokat/ Advokat Pendamping/ Advokat Magang pada Kantor Advokat Fajri Karel &
Rekan, Beralamat/ berkedudukan di BTN Lamalaka Indah L.9 No.20 Kelurahan Lembang,
Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan.
Terdakwa tersebut dengan didampingi oleh Penasihat Hukum diperhadapkan kedepan
persidangan karena didakwa dengan dakwaan Ke Satu Primair melanggar Pasal 338 jo. Pasal 55
ayat (1) ke. 1, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Subsidair 338 jo. Pasal 56 ayat (1)
ke. 1, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Atau Ke Dua melanggar Pasal 170 ayat (2)
ke. 3, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Ke Tiga Primair melanggar Pasal 351 ayat
(1) jo. Pasal 55 ayat (1) ke. 1, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Subsidair Pasal 351
ayat (3) jo. Pasal 56 ayat (1) ke. 1, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Majelis Hakim Yang Mulia.


Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yth.
Hadirin Sidang Yang Berbahagia.

Setelah membaca surat tuntutan JPU dengan teliti dan seksama, maka dalam kesempatan ini
perkenankanlah kami menyatakan sependapat dengan sebahagian tuntutan JPU, dan untuk itu
kami akan menguraikannya dalam pembelaan ini dengan didasarkan pada fakta fakta yang
terungkap dalam persidangan, dan pada bahagian pertama kami mulai dengan menguraikan
Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan sebagai berikut :

II. FAKTA-FAKTA DALAM PERSIDANGAN

II.1. KETERANGAN SAKSI SAKSI

A. Saksi ABIDIN Bin RAMING 


Umur 47 tahun, Lahir di Bantaeng, Pekerjaan Nelayan, Suku Makassar, Agama
Islam, Alamat Kampung Lasepang, Kel. Lamalaka, Kec. Bantaeng, Kab. Bantaeng, di
bawah sumpah menurut agama Islam, di persidangan memberikan keterangan pada
pokoknya sebagai berikut: 
 Saksi mengerti sebab dimintai keterangan dipersidangan sehubungan dengan
adanya terdakwa telah melakukan penikaman terhadap anak kandung saksi yaitu
korban Usman (Almarhum);

halaman 2 dari 18
 Saksi menjelaskan bahwa terdakwa melakukan penikaman terhadap korban alm.
Usman pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar pukul 21.30 wita,
bertempat di Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng Kab. Bantaeng;
 Saksi menjelaskan bahwa saksi tidak mengenal terdakwa;
 Saksi menjelaskan tidak mengetahui penyebab para terdakwa melakukan
penikaman terhadap alm. Usman;
 Saksi menjelaskan bahwa saksi tidak berada ditempat kejadian, namun saksi
baru mengetahui setelah diberitahu oleh warga sekitar rumah saksi bahwa alm.
Usman ditikam disekitar Rumah Sakit dan saat itu dirawat di Rumah sakit;
 Saksi menjelaskan bahwa pada saat kejadian saksi berada di rumah saksi
bersama dengan istri dan anak saksi yang lain;
 Saksi menjelaskan bahwa saksi setelah mengetahui peristiwa yang dialami alm.
Usman saksi kemudian ke Rumah sakit, dan pada saat saksi berada di rumah
sakit saksi melihat beberapa bekas luka yang dialami oleh alm. Usman;
 Saksi menjelaskan bahwa saksi tidak mengetahui menggunakan apa terdakwa
melakukan penikaman terhadap alm. Usman, saksi hanya mengetahui dari
penyampaian orang lain bahwa terdakwa menggunakan badik / taji untuk
menikam alm. Usman;
 Saksi menjelaskan bahwa alm. Usman mengalami luka tikaman pada bagian
punggung kiri atas, lengan kiri, dan luka terbuka pada dagu;
 Saksi menjelaskan bahwa akibat perbuatan terdakwa korban alm. usman
mengalami luka dan meninggal dunia.

Tanggapan terdakwa : membenarkan keterangan saksi

B. Saksi SAWAL Bin HATANI


Umur 27 tahun, Lahir di Bantaeng, 01 Maret 1992, Agama Islam, Pekerjaan Nelayan,
Alamat Kampung Mattoanging, Kel. Lamaka, Kec. Bantaeng, Kab. Bantaeng, di
bawah sumpah menurut agama Islam memberikan keterangan didepan persidangan
pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: 
 Saksi mengerti sebab dimintai keterangan dipersidangan sehubungan dengan
adanya terdakwa telah melakukan penikaman terhadap korban Usman
(AImarhum); 
 Saksi menjelaskan bahwa terdakwa melakukan penikaman terhadap korban alm.
Usman pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar pukul 21.30 wita,
bertempat di Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng Kab. Bantaeng;
 Saksi menjelaskan bahwa saksi melihat langsung kejadian penikaman terhadap
korban alm. Usman karena sesaat sebelum kejadian saksi berboncengan sepeda
motor dengan alm. Usman; 
 Saksi menjelaskan bahwa awalnya saksi bersama dengan alm. Usman sedang
duduk-duduk di kp. Lasepang dibawah kolong rumah Lel. Saba, selang beberapa
menit alm. Usman meminta tolong kepada saksi untuk membonceng alm. Usman
halaman 3 dari 18
ke Kp. Tanga-tanga untuk membeli ikan, pada saat perjalanan saksi dengan
mengendarai sepeda motor Mio Sporty saksi melintas di depan Rumah Sakit
tepatnya di jalan tikungan menuju anjungan saksi merasa ada yang mengikuti
sepeda motor saksi dari belakang sebanyak 3 unit sepeda motor, selanjutnya
kurang lebih 10 meter tiba-tiba datang sepeda motor menghampiri saksi bersama
alm. Usman disebelah kanan sepeda motor yang dikendarai oleh saksi dimana
pengendara sepeda motor tersebut 2 (dua) orang berboncengan, lalu orang yang
berada di boncengan kemudian menendang sepeda motor yang di kendarai oleh
saksi menggunakan kaki kirinya dan mengenai kap sebelah kanan bagian
belakang sepeda motor milik saksi sehingga saksi bersama dengan alm. Usman
terjatuh keseblah kiri bersama dengan sepeda motor milik saksi, pada saat
terjatuh sesaat sebelum saksi lari saksi sempat meIihat salah satu dari
pengendara sepeda motor yang menendang saksi tersebut menghampiri saksi
bersama dengan aIm. Usman dengan senjata tajam (taji) yang terhunus ditangan
kanannya. Sehingga saksi lari ketakutan dan meminta tolong kepada orang yang
berada di area Rumah Sakit; 
 Saksi menjeiaskan bahwa setetah beberapa orang berada ditempat kejadian
saksi melihat alm. Usman berlari kearah Rumah sakit dan mengalami luka pada
badannya bagian belakang serta luka pada tangannya; 
 Saksi menjelaskan bahwa Alm.Usman meninggal 1 (satu) jam kemudian setelah
mendapatkan perawatan di Rumah Sakit;
 Saksi menjelaskan bahwa alm. Usman mengalami luka tikaman pada bagian
punggung kiri atas, lengan kiri, dan luka terbuka pada dagu; 
 Saksi menjelaskan bahwa akibat perbuatan Terdakwa korban alm. usman
mengalami luka dan meninggal dunia.

Tanggapan Terdakwa : membenarkan keterangan saksi 

C. RAHMAT HIDAYAT Bin AWALUDDlN


Umur 17 tahun, Lahir di Bantaeng, tanggal 02 Februari 2002, Agama Islam,
Pekerjaan Pelajar, Alamat Kp. Ujung Labbu, Kec. Bantaeng, Kab. Bantaeng, di
bawah sumpah menurut agama Islam, memberikan keterangan didepan persidangan
pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: 
 Saksi mengerti sebab dimintai keterangan dipersidangan sehubungan dengan
adanya terdakwa telah melakukan penikaman terhadap korban Usman
(Almarhum); 
 Saksi menjelaskan bahwa terdakwa ikut serta dalam penikaman yang dilakukan
oleh saksi bersama dengan Lel. Dedi Alias Tegar melakukan penikaman
terhadap korban alm. Usman pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar pukul
21.30 wita, bertempat di Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng Kab.
Bantaeng; 

halaman 4 dari 18
 Saksi menjelaskan bahwa awalnya saksi berada di taman depan Pengadilan
Negeri Bantaeng duduk-duduk bersama Lel. Andi Febriansyah, tidak lama
kemudian datang beberapa orang yang saksi tidak ketahui namanya lalu salah
satu diantaranya bertanya kepada saksi dengan mengatakan “orang mananko”
lalu dijawab oleh saksi “orang Ujung Labbu”, namun tiba-tiba dari arah belakang
salah satu diantaranya langsung memukul saksi, setelah memukul saksi mereka
kemudian pergi meninggalkan saksi; 
 Saksi menjelaskan bahwa saksi merasa kesal sehingga saksi melaporkan hal
tersebut kepada saudara saksi yaitu lelaki Dedi Alias Tegar (DPO);
 Saksi menjelaskan bahwa pada malam itu juga saksi dijemput oleh Terdakwa
dengan mengatakan bahwa saksi dipanggil oleh lelaki Dedi Alias Tegar, pada
saat Terdakwa mampir membeli bensin di dekat lampu merah Andi
Mappinawang saksi melihat lelaki Dedi Alias Tegar bersama dengan saksi
Chaedir, saksi Hendrianto serta lelaki Ono (DPO) sedang duduk lalu saksi
menghampiri lel. Dedi Alias Tegar dkk; 
 Saksi menjelaskan bahwa Lel. Dedi Alias Tegar dkk serta saksi bersama dengan
Terdakwa sedang dalam perjalanan menuju pantai seruni, saksi melihat alm.
Usman melintas di depan Rumah Sakit sehingga saksi memberitahukan kepada
Terdakwa serta lelaki Dedi Alias Tegar serta temannya bahwa yang telah
memukul saksi adalah alm. Usman yang baru saja melintas. 
 Saksi menjelaskan pada saat saksi bersama dengan Terdakwa, serta lelaki Dedi
Alias Tegar berboncengan dengan saksi Chaedir, serta lelaki Ono bebroncengan
dengan saksi Hendrianto mengejar sepeda motor yang dikendarai oleh alm.
Usman; 
 Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu lelaki Dedi Alias Tegar mendekati
sepeda motor yang dikendarai oleh alm. Usman lalu lelaki Dedi Alias Tegar
menendang sepeda motor yang dikendarai oleh alm. Usman hingga terjatuh
kesebelah kiri, kemudian lelaki Dedi Alias Tegar turun dari sepeda motor yang
dikendarainya langsung menikam alm. Usman yang pada saat itu dalam posisi
terjatuh dari sepeda motor, selanjutnya saksi memukul alm. Usman yang masih
sempat berlari dari arah belakang; 
 Saksi menjelaskan bahwa seteah itu saksi bersama denga lelaki Dedi Alias
Tegar, lelaki Ono, saksi Hendrianto pergi meninggalkan tempat kejadian; 
 Saksi menjeiaskan bahwa akibat perbuatan terdakwa korban alm. usman
mengalami luka dan meninggal dunia; 

Tanggapan terdakwa : membenarkan keterangan saksi 

D. CHAEDIR AHMAD Alias CIKO Bin AHMAD


Umur 22 tahun, Lahir di Makassar, tanggal 14 Desember 1997, laki-laki,
Agama Islam, Pekerjaan Wiraswasta, Alamat Jl. B. Barania Kel. Pallantikang Kec.

halaman 5 dari 18
Bantaeng Kab. Bantaeng, di bawah sumpah menurut agama Islam, keterangan
dibacakan didepan persidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: 
 Saksi mengerti sebab dimintai keterangan dipersidangan sehubungan dengan
adanya terdakwa telah melakukan penikaman terhadap korban
Usman (Almarhum); 
 Saksi menjelaskan bahwa terdakwa ikut serta dalam kejadian penikaman
terhadap korban alm. Usman pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar pukul
21.30 wita, bertempat di Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng Kab.
Bantaeng;
 Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu saksi bersama dengan lelaki Dedi Alias
Tegar dengan berboncengan sepeda motor;
 Saksi menjelaskan bahwa sebelum kejadian saksi bertemu dengan Saksi Hendri
serta lelaki Dedi Alias Tegar di tempat fitnes di Jl. Maricaya Kel.  Letta Kec.
Bantaeng kab. Bantaeng;
 Saksi menjelaskan bahwa saksi Rahmat Hidayat datang seorang diri untuk
bertemu dengan lelaki Dedi Alias Tegar sekitar pukul 21.00 wita dengan maksud
memberitahukan kepada lelaki Dedi Alias Tegar bahwa dirinya telah di pukul oleh
seseorang; 
 Saksi menjelaskan bahwa tidak lama kemudian lelaki Dedi Alias Tegar mengajak
saksi dkk pergi ke pantai seruni; 
 Saksi menjelaskan bahwa pada saat saksi dengan berboncengan sepeda motor
bersama dengan lelaki Dedi Alias Tegar melintas di Pantai Seruni tepatnya di
jalan depan Rumah Sakit saksi melihat dua orang bebroncengan sepeda motor
lalu atas perintah lel. Dedi untuk mendekati sepeda motor tersebut dan pada saat
berada tepat disamping kanan sepeda motor tersebut lelaki Dedi Alias Tegar
kemudian menendang sepeda motor tersebut hingga terjatuh bersama dengan
pengendaranya, dan saat itu juga lelaki Dedi Alias Tegar turun dari boncengan
saksi langsung menikam alm. Usman menggunakan senjata tajam yang terhunus
ditangannya, namun saksi tidak mnegetahui secara jelas bentuk senjata tajam
yang digunakan oleh lelaki Dedi Alias Tegar; 
 Saksi menjelaskan bahwa setelah kejadian saksi kemudian meninggalakan
tempat kejadian bersama dengan saksi Hendri dan lelaki Ono menunju
Kab.Jeneponto; 
 Saksi menjelaskan bahwa saksi mengetahui akibat kejadian tersebut alm. Usman
mengalami luka dan meninggal dunia berdasarkan penyampaian terdakwa
kepada saksi; 

Tanggapan terdakwa : membenarkan keterangan saksi 

E. HENDRIANTO Bin SYAHRIR 

halaman 6 dari 18
Umur 18 tahun, Lahir di Bantaeng, tanggal 26 Juni 2001, laki-laki, Agama Islam,
pekerjaan Tani, Alamat Kp. Serea Desa Pa'bumbungan Kec. Eremerasa Kab.
Bantaeng, di bawah sumpah menurut agama Islam, telah memberikan keterangan
didepan persidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
– Saksi mengerti sebab dimintai keterangan dipersidangan sehubungan
dengan adanya terdakwa telah melakukan penikaman terhadap korban
Usman (Almarhum);
– Saksi menjelaskan bahwa terdakwa berada ditempat kejadian saat lelaki
Dedi dan saksi Rahmat melakukan penikaman terhadap korban alm. Usman
pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar pukul 21.30 wita, bertempat di
Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng Kab. Bantaeng;
– Saksi menjeiaskan bahwa Ielaki tegar serta saksi Rahmat melakukan
penikam terhadap diri alm. Usman masing-masing satu kali;
– Saksi menjelaskan bahwa pada saat saksi Cahedir dengan berboncengan
sepeda motor bersama dengan lelaki Dedi Alias Tegar melintas di Pantai
Seruni tepatnya di jalan depan Rumah Sakit saksi melihat dua orang
berboncengan sepeda motor atas perintah lelaki Dedi untuk mendekati
sepeda motor tersebut dan pada saat berada tepat disamping kanan sepeda
motor tersebut lelaki Dedi Alias Tegar kemudian menendang sepeda motor
tersebut hingga terjatuh bersama dengan pengendaranya, dan saat itu juga
lelaki Dedi Alias Tegar turun dari boncengan saksi Chaedir dan langsung
menikam alm. Usman menggunakan senjata taiam yang terhunus
ditangannya;
– Saksi menjelaskan bahwa alm. Usman mengalami luka tusuk dan meninggal
dunia;

Tanggapan terdakwa : membenarkan keterangan saksi

II.2 ALAT BUKTI SURAT

Bahwa alat bukti surat dalam perkara ini berupa:


Visum Et Repertum Nomor : 1464/RSU-BTGNIll/2019/ 12 Agustus 2019 yang di tanda
tangani oleh Dokter Pemeriksa/Pembuat dr. Farlis Deliana Wahab, 

Kutipan Akta Kematian Nomor 7303-KM-28082019-0004 an. USMAN 

II.3 BARANG BUKTI

Bahwa barang bukti yang dihadapkandi persidangan:


1 (satu) unit sepeda motor suzuki satria FU, warna hitam No.PoI. DD 4146 FC 

halaman 7 dari 18
II.4 KETERANGAN TERDAKWA

 Terdakwa mengerti dan membenarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum


yang didakwakan kepadanya;
 Terdakwa menjelaskan bahwa terdakwa ikut serta dalam kejadian
penikaman terhadap korban alm. Usman pada hari Minggu tanggal 14
Juli 2019 sekitar pukul 21.30 wita, bertempat di Pantai Seruni Kel.
Pallantikang Kec. Bantaeng Kab. Bantaeng;
 Terdakwa mengerti dan membenarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum
yang didakwakan kepadanya;
 Terdakwa mengerti dihadapkan dan diperiksa didepan persidangan
sehubungan dengan terdakwa telah melakukan penganiayaan terhadap
korban USMAN, yang terdakwa lakukan pada hari Minggu tanggal 14 Juli
2019 sekitar pukul 21.30 wita, bertempat di Pantai Seruni Kel.
Pallantikang Kec. Bantaeng Kab. Bantaeng; Terdakwa menjelaskan
bahwa terdakwa tidak mengenal korban;
 Terdakwa menjelaskan bahwa yang membunuh korban adalah lelaki
Dedi Alias Tegar dan saksi Rahmat Hidayat dengan cara menikam
korban dengan menggunakan senjata tajam;
 Terdakwa menjelaskan bahwa awalnya saksi Rhamat Hidayat
mendatangi lelaki Dedi Alias Tegar dengan maksud menyampaikan
bahwa saksi Rahmat Hidayat telah dipukuli oleh orang yang tidak
dikenal, setlah menyampaikan kepada Dedi Alias Tegar saksi Rahmat
kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut menuju Ujung Labbu,
tidak lama kemudian lelaki Dedi kemudian menyuruh Chaedir untuk
memboncengnya ke Kp. Ujung Labbu lalu mendatangi terdakwa dan
mengajak terdakwa keluar, kemudian lelaki Dedi menyuruh terdakwa
untuk menjemput saksi Rahmat di Kp. Ujung Labbu, dalam perjalan
sekitar jl. Patung Andi Mappinawang terdakwa mengisi bensin sepeda
motor lalu saksi Rahmat menghampiri lelaki dedi kemudian setlah
terdakwa selesai mengisi bensin saksi;
 Rahmat kemudian kembali mendatangi terdakwa dan melanjutkan
perjalanan dan pada saat itu ada dua orang dengan mengendarai
sepeda motor berboncengan melintadsi di depan terdakwa sehingga
saks Rahmat langsung menyuruh terdakwa untuk mnegikuti sepeda
motor tersebut lalu saksi Rahmat memberitahukan kepada lelaki Dedi
Alias Tegar bahwa orang itu yang telah memukul saksi Rahmat;
 Terdakwa menjelaskan bahwa terdakwa mengikuti sepeda motor korban
dan terdakwa melihat lelaki Dedi menndang sepeda motor yang
dikendarai oleh korban hingga terjatuh kesamping kiri kemudian lelaki
Dedi turun dari sepeda motor lalu menikam tubuh korban namun
terdakwa tdak mengetahui secara pasti bagian tubuh mana yang telah
halaman 8 dari 18
ditikam oleh lelaki Dedikarena pada saat itu lelaki Dedi membalakangi
terdakwa;
 Terdakwa menjelaskan bahwa pada saat itu korban masih sempat berlari
namun kembali dikejar oleh saksi Rahmat dan kembati menikam korban;

 Terdakwa menjelaskan bahwa setelah saksi Rahmat melakukan
penikaman terdakw kemudian membunyikan sepeda motornya dan
mengantar saksi Rahmat meninggalkan tempat kejadian menuju
kerumah Tafo;
 Terdakwa menjelaskan bahwa terdakwa sebagai pembonceng dan
mengamati situasi disekitar tempat kejadian apakah ada orang yang
melihat atau tidak ada;
 Terdakwa menjelaskan bahwa korban mengalami luka tusukan dan
meninggal dunia;

Demikian keterangan terdakwa CHAEDIR AHMAD Alias ClKO Bin


AHMAD didepan persidangan.

III. REQUISITOIR / TUNTUTAN PENUNTUT UMUM


Penuntut Umum dalam requisitornya telah mengajukan tuntutan sebagai berikut:
Supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bantaeng yang memeriksa dan mengadili
perkara ini memutuskan :
1. Menyatakan Terdakwa AHMAD MUJAHID Bin SALEH terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum bersalah telah melakukan tindak pidana dengan
sengaja menghilangkan nyawa sebagaimana diancam pidana dalam dakwaan
Kesatu Subsidair Pasal 338 KUHP Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP;
2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama 8 (delapan) tahun,
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah agar
terdakwa tetap ditahan;
3. Menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) unit sepeda motor Suzuki Satria FU,
warna hitam No.Pol. DD 4146 FC dikembalikan kepada pemiliknya;
4. Menetapkan jika terdakwa dinyatakan bersalah agar dibebani membayar biaya
perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah).

IV. ANALISA FAKTA DAN ANALISA YURIDIS


halaman 9 dari 18
IV.1. ANALISA FAKTA
Dalam kehidupan nyata terdapat banyak fakta, demikian pula dalam ilmu hukum dikenal
dengan adanya dua macam fakta, yaitu fakta biasa dan fakta hukum. Identifikan fakta hukum
merupakan suatu hal yang sangat esensial dalam praktik hukum karena bersangkut paut
dengan hak dan kewajiban seseorang. Bahwa berdasarkan hal tersebut izinkanlah kami untuk
menyampaikan analisa terhadap fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan yang juga
merupakan bagian pembelaan kami terhadap diri terdakwa sebagai berikut :
 Bahwa berdasarkan keterangan Saksi Rahmat, Saksi Hedri, Saksi Chaedir, dan Terdakwa
menyatakan tidak pernah ada perencanaan sebelumnya oleh Lel.Tegar, Saksi Rahmat,
Saksi Hendri, Saksi Achmad, Terdakwa, dan Lel.Ono untuk menghilangkan nyawa dari
korban, kejadian tersebut terjadi secara insidentil atau secara tiba-tiba dimana pada saat
itu mereka secara tidak sengaja bertemu dengan Korban di jalan saat mereka menuju
pantai Seruni.
 Bahwa Lel. Tegar tidak memiliki niat dari awal untuk menghilangkan nyawa Korban
Usman, sebagaimana pernyataan Saksi Sawal, Saksi Bidin, Saksi Rahmat yang
menyatakan bahwa Korban terluka dibagian punggung kiri atas yang dikuatkan hasil visum
et repertum nomor 1464/rsu-btg/VIII/ 2019 tertanggal 12 Agustus 2019 yang dibuat dan
diperiksa oleh dr. Farlis Deliana Wahab. Tikaman lel. Tegar bukanlah pada bagian vital
korban yang dapat mengakibatkan kematian.
 Bahwa Lel. Tegar tidak memiliki niat dari awal untuk menghilangkan nyawa korban
Usman, sebab Lel. Tegar hanya menikam 1 kali dibagian punggun kiri sebagaiman
pernyataan saksi Sawal dan Saksi Rahmat, dimana pada saat itu Lel. Tegar memiliki
kesempatan untuk menikam secara berulangkali yang dapat mengakibatkan kematian
bagi korban, akan tetapi Lel. Tegar tidak melakukannya.
 Bahwa saksi Rahmat tidak memiliki niat dari awal untuk menghilangkan nyawa Korban
Alm.Usman, sebagaimana pernyataan Saksi Achmad yang mana menyatakan bahwa
Saksi Rahmat mengejar Korban Alm. Usman kemudian menikamnya, hal tersebut
dibenarkan oleh keterangan Saksi Bidin dan Saksi Sawal dimana menyatakan bahwa
terdapat luka di lengan kiri korban sesuai dengan hasil Visum et repertum 1464/rsu-
btg/VIII/ 2019 tertanggal 12 Agustus 2019 yang dibuat dan diperiksa oleh dr. Farlis Deliana
Wahab. Tikaman Saksi Rahmat mengakibatkan luka robek bukan luka tusukan dengan
ukuran luka yang di hasilkan pada tubuh korban yaitu Panjang luka 3cm, lebar luka 1cm,
dan dalam luka 0,5cm yang mana yang mana dinilai tidak berpotensi untuk mengakibatkan
kematian.
 Bahwa Saksi Rahmat tidak memiliki niat dari awal untuk menghilangkan nyawa korban
Usman, sebab Saksi Rahmat hanya menikam 1 kali di lengan kiri Bahwa, apabila Saksi
Rahmat memang memiliki niat untuk menghilangkan nyawa Korban Alm.Usman pada saat
itu Saksi Rahmat Memiliki banyak peluang untuk membunuh Korban Alm.Usman, Saksi
Rahmat bisa saja menikam Korban Alm.Usman di bagian Vital korban Alm.Usman atau
bisa saja menikam Korban Alm.Usman secara berulang kali sampai korban Alm.Usman
kehilangan nyawa saat itu juga.

halaman 10 dari 18
 Bahwa Berdasarkan keterangan Saksi Sawal menyatakan bahwa dia melihat Korban
Alm.Usman berlari ke arah Rumah Sakit, setelah korban berlari kurang lebih 100m
(Seratus Meter) dari lokasi kejadian korban kemudian terjatuh tepat di depan Rumah Sakit.
Korban kemudian dilarikan ke rumah sakit M.Makkatutu oleh Saksi Sawal. Korban
meninggal satu jam kemudian setelah mendapatkan perawatan di RS. M.Makkatutu. Hal
tersebut memperkuat fakta bahwa tidak ada niat dari Lel.Tegar dan Saksi Rahmat untuk
menghilangkan nyawa Korban Lel.Usman melainkan hanya untuk melukai, berdasarkan
fakta tersebut maka perbuatan yang dilakukan oleh Lel.Tegar dan Saksi Rahmat lebih
tepat dikategorikan sebagai Penganiayaan yang Menyebabkan kematian.
 Bahwa orang yang berboncengan dengan saksi Hendri yaitu Lel.Ono (DPO) tidaklah
melakukan penikaman ataupun tindakan yang kiranya dapat menyebabkan kematian hal
tersebut dibuktikan dalam persidangan dimana tidak ada satupun keterangan dari saksi-
saksi yang menyatakan bahwa Lel.Ono melakukan tindak kekerasan pada Korban Alm.
Usman.

IV.2. ANALISA YURIDIS


Terhadap segala hal yang terungkap di persidangan maupun terhadap dakwaan dan tuntutan
Penuntut Umum, maka penasehat hukum terdakwa demi melaksanakan tugas guna menemukan
kebenaran materiil, bermaksud untuk menyampaikan hal-hal yang terkait dengan penerapan
hukum Pasal 338 Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP terhadap peristiwa dugaan pelanggaran
hukum pidana tersebut.
Bahwa pemenuhan unsur-unsur Pasal 338 Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP dikaitkan dengan
fakta hukum perkara a quo, adalah sebagai berikut :
– Unsur Barang Siapa;
– Unsur Dengan Sengaja Merampas Nyawa Orang Lain;
– Unsur Sengaja Memberi Bantuan Pada Waktu Kejahatan Dilakukan.

IV.2.A. Unsur Barang Siapa


Bahwa dalam rumusan pasal-pasal KUHP, unsur “barang siapa” (bestitelen) merupakan
sebuah kata yang penting didalam melihat kesalahan dan pertanggungjawaban pidana. Sebagai
sebuah kata, “barang siapa” memerlukan sebuah kajian yang cukup serius karena berhubungan
dengan kesalahan dan pertanggungjawaban pidana dalam upaya pembuktian. Untuk
membuktikan apakah Terdakwa telah melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan dalam
surat dakwaan JPU, maka harus melihat teori pemidanaan, pertanggungjawaban, kesalahan dan
pembuktian dimuka persidangan.
Pertanggungjawaban pidana adalah konsep pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak
pidana sebagai subjek hukum pidana dalam mempertanggungjawabkan perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat pertanggungjawaban pidana (asas kesalahan) karena melanggar pasal-
pasal tertentu dari suatu aturan pidana yang mengancam sanksi pidana bagi yang melanggarnya.
Dengan demikian, maka kita dapat memperhatikan tentang konsep dasar didalam
lapangan hukum pidana, maka ada 3 (tiga) masalah pokok yaitu perbuatan bagaimanakah yang

halaman 11 dari 18
dikategorikan sebagai tindak pidana, kesalahan apa yang dapat dipertanggungjawabkan secara
umum, sanksi pidana apa yang pantas dikenakan kepada terdakwa.
Unsur “barang siapa” tidak dapat ditujukan kepada diri Terdakwa karena untuk
menentukan unsur ini tidak cukup dengan menghubungkan Terdakwa sebagai perseorangan
sebagaimana manusia pribadi atau subyek hukum yang diajukan sebagai Terdakwa dalam
perkara ini, akan tetapi yang dimaksud barang siapa dalam undang-undang adalah orang yang
perbuatannya secara sah dan meyakinkan terbukti memenuhi semua unsur dari tindak pidana.
Dengan demikian maka unsur “barang siapa” ialah orang yang apabila orang tersebut telah
terbukti memenuhi seluruh unsur tindak pidana yang dituduhkan terhadap terdakwa. Jadi untuk
membuktikan unsur “barang siapa” harus dibuktikan dulu unsur-unsur lainnya. Karenanya unsur
“barang siapa” masih tergantung pada unsur lainnya. Apabila unsur-unsur yang lain itu telah
terpenuhi, maka unsur “barang siapa” menunjuk kepada Terdakwa, tetapi sebaliknya apabila
unsur-unsur yang lain tidak terpenuhi maka unsur “barang siapa” tidak terpenuhi pula. Hal ini
bersesuaian dengan Putusan MARI No: 951K/Pid/1982,tgl 10 Agustus 1983 dalam perkara
YOJIRO KITAJIMA, yang menerangkan bahwa “unsur barang siapa hanya merupakan kata ganti
orang, dimana unsur ini baru mempunyai makna jika dikaitkan dengan unsur-unsur pidana
lainnya, oleh karenanya haruslah dibuktikan secara bersamaan dengan unsur-unsur lain dalam
perbuatan yang didakwakan dalam kaitan dengan “barang siapa”.

Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk membuktikan terbukti atau tidaknya unsur
“barang siapa” harus menunggu terlebih dahulu terbuktinya unsur-unsur yang lain dalam Pasal
338 KUHP.

IV.2.B. Unsur Dengan Sengaja Merampas Nyawa Orang Lain


Bahwa dengan sengaja merampas nyawa orang lain (pembunuhan) adalah delik materiil,
ada kibat matinya korban. Kesengajaan pada delik pembunuhan ditujukan pada matinya orang.
Pembuat harus sadar bahwa matinya orang lain adalah tujuan. Ia sadar bahwa perbuatannya
akan mengakibatkan matinya orang lain. Matinya orang itu dikehendaki.
Kesalahan (schuld) terdiri atas kesengajaan (dolus/opzet) atau kealpaan (culpa). Yang
dimaksud dengan “kesengajaan” ( dolus/opzet) ialah perbuatan yang dikehendaki dan si pelaku
menginsafi akan akibat dari perbuatan itu. Sedangkan yang dimaksud dengan kealpaan ( culpa)
adalah sikap tidak hati-hati dalam melakukan suatu perbuatan sehingga menimbulkan akibat yang
dilarang oleh undang-undang disamping dapat menduga akibat dari perbuatan itu adalah hal yang
terlarang.
Bahwa definisi kesengajaan tersebut dapat ditilihat dalam M.v.T. ( Memorie van
Toelichting), yaitu “Pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barang siapa
melakukan perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui”. Dalam pengertian ini
disebutkan bahwa kesengajaan diartikan sebagai: “menghendaki dan mengetahui” ( willens en
wetens). Artinya, seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja, harus
menghendaki serta menginsafi tindakan tersebut dan/ atau akibatnya. Jadi dapatlah dikatakan,
bahwa sengaja berarti menghendaki dan mengetahui apa yang dilakukan serta akibat yang
ditimbulkannya.

halaman 12 dari 18
Sedangkan pengertian tanpa hak ( wederrechtelitjk) menurut doktrin dapat dipersamakan
dengan melawan hukum. Wederrechtelitjk dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Wederrechtelitjk dalam arti formil dan Wederrechtelitjk dalam arti materil.
Lamintang sebagaimana dikutip oleh Leden Marpaung, dalam “Asas-Teori-Praktik Hukum
Pidana," Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, Cetakan ke-5 Tahun 2008 pada halaman 44-45,
menjelaskan : “Menurut ajaran wederrechtelitjk dalam arti formil, suatu perbuatan hanya
dipandang sebagai bersifat wederrechtelitjk apabila perbuatan tersebut memenuhi semua unsur
yang terdapat dalam rumusan suatu delik menurut undang-undang.

Sementara itu, untuk menentukan apakah unsur "tanpa hak atau melawan hukum "dapat
terpenuhi atau tidak maka terlebih dahulu akan dikemukakan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
Pasal 6 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menegaskan: “Tidak
seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah
menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat
bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.” Ketentuan ini
mengandung sedikitnya 3 (tiga) asas hukum fundamental sebagai dasar pemidanaan yaitu asas
legalitas atau asas “tiada pidana tanpa aturan undang-undang yang telah ada” (vide: Pasal 1 ayat
(1) KUHP), asas culpabilitas yaitu asas “tiada pidana tanpa kesalahan” (afwijzigheid van alle
schuld) dan asas “tiada pidana tanpa sifat melawan hukum” (afwijzigheid van alle materiele
wederrechtelijkheid)
Ketiga asas di atas yaitu asas legalitas, asas culpabilitas dan asas tiada pidana tanpa
sifat melawan hukum secara terpadu harus menjadi sandaran dalam Putusan Hakim sehingga
Hakim tidak hanya mempertimbangkan aspek yuridis (formal legalistik) dengan berpegang pada
asas legalitas semata melainkan harus pula mempertimbangkan aspek non yuridis yang
berlandaskan pada asas tiada pidana tanpa kesalahan” (afwijzigheid van alle schuld) dan asas
“tiada pidana tanpa sifat melawan hukum” (afwijzigheid van alle materiele wederrechtelijkheid),
dengan melihat aspek filosofis dan aspek sosiologis, antara lain aspek psikologis terdakwa dan
lain sebagainya sehingga diharapkan Putusan tersebut dapat memenuhi 3 (tiga) dimensi keadilan,
yaitu mendekati keadilan sosial (social justice) dan keadilan nurani (moral justice) yang tidak
hanya mementingkan keadilan undang-undang (legal justice) belaka.
Asas ACTUS NON FACIT REUM NISI MENS SIT REA menyatakan bahwa suatu
perbuatan tak dapat menjadikan seseorang bersalah bilamana maksudnya tak bersalah. (Zainal
Abidin Farid, 1995: 47). Di beberapa negara, bahwa perbuatan dan sikap batin seseorang
dipersatukan dan menjadi syarat adanya suatu perbuatan pidana. Pendapat Zainal Abidin Farid
terhadap asas tersebut ialah unsur actus reus harus didahulukan yaitu perbuatan kriminal.
Setelah diketahui adanya perbuatan pidana sesuai rumusan undang-undang barulah diselidiki
tentang sikap batin pembuat.
Ketentuan tersebut jelas mendahulukan perbuatan pidana dan kalau terbukti barulah
mempertimbangkan tentang kesalahan terdakwa yang merupakan unsur pertanggungjawaban
pidana dan kemudian apakah dapat ditemukan alasan pembenar atau pemaaf pada diri Terdakwa
mengingat sikap bathin yang dialami oleh Terdakwa.

halaman 13 dari 18
Actus reus adalah menyangkut perbuatan yang melawan hukum (unlawful act)
sedangkan mens rea mencakup unsur-unsur pembuat tindak pidana yaitu sikap batin disebut
unsur subyektif suatu tindak pidana atau keadaan psikis pembuat (Utrecht, 1960: 257 ). Mens
Rea adalah sikap batin pembuat yang oleh tindakan yang melanggar sesuatu larangan dan
keharusan yang telah ditentukan tersebut.
Bahwa berbicara tentang pembuktian unsur “dengan sengaja” maka tidak terlepas dari
pembahasan pertanggungjawaban pidana yang didalamnya akan menguraikan lebih jauh apakah
seseorang dapat dikenakan pidana atau tidak dan apakah ada alasan penghapus pidana atas
suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh pelaku. Dalam teori hukum, alasan penghapus pidana
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Alasan pembenar yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan
sehingga apa yang dilakukan oleh Terdakwa menjadi perbuatan yang patut dan benar;
b. Alasan pemaaf yaitu alasan yang menghapus kesalahan terdakwa. Yakni perbuatan yang
dilakukan oleh terdakwa tidak dapat dipidana karena tidak ada kesalahan;
c. Alasan menghapus penuntutan yang dimaksudkan disini bukan ada alasan pembenar atau
pemaaf. Jadi tidak ada pikiran mengenai sifatnya perbuatan maupun sifatnya orang yang
melakukan perbuatan, akan tetapi pemerintah menganggap bahwa atas dasar
kemanfaatannya kepada masyarakat, sebaiknya tidak dijadikan penuntutan.

Bahwa Pompei menerangkan mengenai niat, dia menjelaskan bahwa Suatu niat ditujukan
pada menghendaki dan mengetahui sehingga itu berarti bertindak dengan sengaja. Dengan
demikian, maka antara niat dengan sengaja terdapat suatu hubungan yang erat antara satu
dengan yang lain. Akan tetapi niat tidak hanya dapat ditujukan terhadap kejahatan-kejahatan
yang dapat dilakukan dengan sengaja saja, melainkan terkadang ia juga dapat ditujukan terhadap
kejahatan-kejahatan yang dapat dilakukan dengan tidak sengaja, khususnya pada kejahatan-
kejahatan yang menurut rumusan undang-undang kekurang hati-hatian juga unsur sengaja.

Bahwa selanjutnya berkaitan dengan seluruh teori dan pendapat hukum yang telah kami
cantumkan maka selanjutnya kami akan menguraikan lebih lanjut apakah unsur “dengan sengaja”
ini terpenuhi pada diri Terdakwa atau tidak, dengan cara mengaitkannya terhadapa fakta-fakta
yang diperoleh dalam persidangan:

Bahwa sama sekali niat dan kesengajaan dari Terdakwa tidak terbukti dimana di dasarkan oleh
keterangan Saksi Rahmat, Saksi Hendri, dan Saksi Chaedir yang menyatakan bahwa tidak ada
perencanaan sebelumnya oleh terdakwa dkk dalam melakukan perbuatannya dimana perbuatan
terdakwa terjadi secara insidentil atau secara tiba-tiba, hal tersebut dibenarkan oleh keterangan
Saksi Sawal yang mana menyatakan bahwa dia merasa / menyadari diikuti oleh Terdakwa dkk
setelah berada di dekat Rumah Sakit, hal tersebut terang apabila terdakwa memiliki niatan awal
untuk membunuh maka bisa saja dia melakukan tindakannya dari awal dengan mengikuti korban.

halaman 14 dari 18
Bahwa apabila Terdakwa memiliki niat atau dengan sengaja ingin menghilangkan nyawa dari
korban maka bisa saja dia mengambil peran pada kejadian dengan cara memukul, menikam, dll
kepada korban akan tetapi tidak ada satupun keterangan dan bukti yang menyatakan bahwa
terdakwa terlibat langsung dalam menghilangkan nyawa korban. Terdakwa tidak melakukan
tindakan apapun kepada korban melainkan semata-mata dia hanya membonceng saksi
Rahmatsaat kejadian.

Bahwa berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas, maka kami menyatakan bahwa unsur
“dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain” dinilai TIDAK TERPENUHI.

IV.2.B. Sengaja Memberi Bantuan Pada Waktu Kejahatan Dilakukan.


Berikut adalah alnalisa yuridis terhadapa unsur “sengaja memberi bantuan pada waktu
kejahatan dilakukan” yang cantumkan oleh rekan Jaksa Penuntut Umum dalam Surat
Tuntutannya:

Bahwa terbukti berdasarkan keterangan para saksi dan keterangan terdakwa sendiri
terdakwa bersama dengan lelaki Dedi Alias Tegar (DPO), saksi Rahmat Hidayat, saksi
Chaedir Ahmad, saksi Hendrianto (masing-masing berkas perkara terpisah) telah
melakukan pembunuhan terhadap korban USMAN pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019
sekitar pukul 21.30 wita, bertempat di Pantai Seruni Kel. PaIIantikang Kec. Bantaeng
Kab. Bantaeng memiliki peranan yaitu :

1. Terdakwa : berperan sebagai orang yang membonceng saksi rahmat Hidayat ketempat
kejadian dan terdakwa mengamati keadaan sekitar tempat kejadian apakah aman dan
apakah ada orang lain yang melihat atau tidak, serta terdakwa juga berperan sebagai
orang yang mengantarkan Rahmat Hidayat pergi dari tempat kejadian setelah melakukan
penikaman terhadap korban Usman (Alm);

2. Lelaki Dedi Alias Tegar (DPO) : berperan sebagai orang yang menendang sepeda
motor yang di kendarai oleh korban Usman serta lelaki Dedi Alias Tegar yang melakukan
penikaman terhadap korban Usman;

3, Saksi Rahmat Hidayat : berperan sebagai orang yang melakukan penikaman terhadap
korban Usman;

4. Saksi Chaedir : berperan sebagai orang yang membonceng lelaki Dedi Alias Tegar
ketempat kejadian dan bertugas mengamati sekitar tempat kejadian;

5. Saksi Hendrianto : berperan sebagai orang yang membonceng lelaki Dedi Alias Tegar
ketempat kejadian dan bertugas mengamati sekitar tempat kejadian;

halaman 15 dari 18
6. Lelaki Ono : berperan sebagai orang yang turut serta melakukan pemukulan terhadap
korban Usman;

Bahwa berdasarkan analisa yuridis yang dilakukan oleh Rekan Jaksa Penuntut Umum atas unsur
“dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain” kami sepakat dan menyatakan TERPENUHI.
Tetapi peran Terdakwa hanyala sebatas membonceng saksi Rahmat selaku pelaku utama,
Terdakwa tidaklah berperan mengamati sekitar tempat kejadian karena pada saat itu Terdakwa
menabrak sepeda motor milik saksi Chaedir.

Berdasarkan seluruh uraian-uraian tersebut diatas, mengingat semua unsur Pasal 338
Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP yang didakwakan TIDAK TERPENUHI PEMBUKTIANNYA.
Hanya unsur dari Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP saja yang terpenuhi yaitu unsur “sengaja memberi
bantuan pada waktu kejahatan dilakukan”, maka daripada itu berdasarkan penilaian kami adalah
keliru apabila Rekan Jaksa Penuntut menuntut Terdakwa dalam amar tuntutannya dengan Pasal
338 Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP dan menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa
selama 8 (delapan) tahun penjara dirasa tidak memenuhi keadilan.
Berdasarkan Analisa Fakta dan Analisa Yuridis yang kami lakukan, kami menilai
kejahatan utama yang dilakukan oleh Lel. Dedi Alias Tegar dan Saksi Rahmat sebagai pelaku
utama yaitu penganiayaan yang mengakibatkan mati, sehingga lebih tepat dan adil apabila
Terdakwa diperkenakan Pasal 351 ayat (3) Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP dalam amar
tuntutannya.

Majelis Hakim Yang Mulia.


Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yth.
Hadirin Sidang Yang Berbahagia.

Izinkanlah kami menyampaikan hal-hal yang kiranya dirasa perlu menjadi pertimbangan utama
bagi Majelis Hakim yang Terhormat dalam menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya, adapun
pertimbangan yang akan kami sampaikan, yaitu:
Bahwa Terdakwa semasa hidupnya belum pernah dihukum. Terdakwa bersikap sopan dan
mematuhi segala aturan di dalam persidangan. Terdakwa mengaku bersalah dan berterus terang
di dalam persidangan.
Bahwa seperti yang telah di jelaskan oleh terdakwa pada keterangannya di hadapan persidangan
yaitu terdakwa pada dasarnya adalah korban dari lingkungan pergaulan yang tidak sehat.
Bahwa terdakwa adalah generasi muda dimana perjalanan hidup dan masa depan dari terdakwa
masih bisa untuk di perbaiki sehingga terdakwa kedepannya masih bisa menjadi insan yang
berguna untuk bangsa dan masyarakat.
Bahwa terdakwa menyesali segala perbuatan yang telah dia lakukan dari lubuk hatinya yang
terdalam, terdakwa menjadikan hal ini sebagai penyesalan dan pelajaran hidup yang akan terus
menerus diingat seumur hidupnya.

halaman 16 dari 18
Bahwa Pengadilan merupakan istana dimana Maha Dewi Keadilan bersemayam untuk
menyemburkan aroma keadilan tiada hentinya ( Nec curia dificeret in justicia exchibenda ), oleh
sebab itu sudah sepantasnya apabila Kami selaku penasihat hukum terdakwa memohon kepada
majelis hakim pemeriksa perkara untuk memberikan keadilan yang seadil-adilnya bagi terdakwa.
Perkembangan hukum progresif telah mengarahkan kepada tinjauan pemidanaan yang
mengedepankan aspek psikologis, sosiologis, edukatif, religiusitas, dan menghindari disparity of
sentencing dan bukan berorientasi pada pembalasan ( teori retributif), melainkan pada teori
keseimbangan kepentingan (Daad–Dader Strafrecht Model ) yang selaras dengan jiwa dan
kepribadian masyarakat indonesia, dengan mempertimbangkan kepentingan Negara, Masyarakat,
Individu, Pelaku dan Korban, sehingga memenuhi rasa keadilan masyarakat.
Majelis Hakim Yang Mulia.
Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yth.
Hadirin Sidang Yang Berbahagia.

Bahwa perkenankan kami Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan hal – hal yang
meringankan bagi diri terdakwa agar menjadi pertimbangan bagi Yang Mulia Majelis
Hakim dalam menjatuhkan putusan yaitu sebagai berikut :
1. Terdakwa belum pernah dihukum.
2. Terdakwa  bersikap sopan di dalam persidangan.
3. Terdakwa mengaku berterus terang di persidangan.
4. Terdakwa menyesali segala perbuatannya.
5. Bahwa Terdakwa Berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.

V. KESIMPULAN
Majelis Hakim Yang Mulia.
Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yth.
Hadirin Sidang Yang Berbahagia.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, Kami dari Penasihat Hukum Terdakwa mohon
kepada Majelis Hakim untuk dapat memberikan Putusan yaitu :
1. Menyatakan Terdakwa Terbukti membantu melakukan tindak pidana sebagaimana
diatur dalam Pasal 351 ayat (3) Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP.
2. Memberikan Putusan terhadap Terdakwa ACHMAD MUJAHID Bin SALEH dengan
putusan seringan-ringannya
Subsidair
jika Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya
sehingga apabila terdakwa ACHMAD MUJAHID Bin SALEH telah selesai melaksanakan
halaman 17 dari 18
tanggung jawabnya nanti dapat melanjutkan kehidupannya menjadi lebih baik lagi
daripada sebelumnya.

Atas kemurahan hati dan keadilan Majelis, Para Penasihat Hukum Terdakwa berikut Terdakwa
ACHMAD MUJAHID Bin SALEH menyampaikan terima kasih. Demikian Pledoi/Nota Pembelaan
ini kami bacakan dan diserahkan dalam sidang hari ini Senin tanggal 25 November 2019, atas
perhatian dan perkenan Majelis Hakim terhadap Pembelaan ini, kami mengucapkan terima
kasihyang setinggi-tingginya.

Hormat Kami
PENASIHAT HUKUM

MUHAMMAD NURFAJRI, S. Hi.

TAHIRUDDI, S.H., M.H.

AGUM ISWHARA CANDRA, S.H.

halaman 18 dari 18

Anda mungkin juga menyukai