I. PENDAHULUAN
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Karena atas berkat
rahmat dan karunianyalah sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menghadiri jalannya
persidangan pada hari ini. Dan pada kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan penghargaan
yang setinggi tingginya kepada Majelis hakim yang mengadili perkara ini, yang dengan penuh
kearifannya memimpin jalannya persidangan ini guna memperoleh kebenaran materil dalam
mengungkap perkara ini, hingga sampailah kita pada tahap pembelaan.
Tak lupa juga kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Sdr. JPU yang
telah melaksanakan tugasnya sebagai abdi Negara, yang telah dengan segala upaya telah
membantu menemukan kebenaran yang ditinjau dari sudut kepentingannya sebagai penuntut
umum yaitu dari pandangan yang subyektif dari sisi yang objektif terhadap perkara yang kita
hadapi sekarang ini. Berbeda dengan kami Pembela atau penasihat hukum yang mempunyai
pandangan yang objektif dari posisi yang subjektif, namun hendaknya pembelaan yang kami
ajukan ini dinilai semata mata sebagai peninjauan perkara yang sedang kita hadapi sebagai
persoalan hukum, khususnya hukum acara pidana dilihat dari sudut pembelaan.
halaman 1 dari 18
Berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 09 Oktober 2019, telah memberikan kuasa kepada:
1. MUHAMMAD NURFAJRI, S.Hi,
2. TAHIRUDDIN, S.H., M.H.
3. AGUM ISWHARA CANDRA, S.H.
Advokat-advokat/ Advokat Pendamping/ Advokat Magang pada Kantor Advokat Fajri Karel &
Rekan, Beralamat/ berkedudukan di BTN Lamalaka Indah L.9 No.20 Kelurahan Lembang,
Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan.
Terdakwa tersebut dengan didampingi oleh Penasihat Hukum diperhadapkan kedepan
persidangan karena didakwa dengan dakwaan Ke Satu Primair melanggar Pasal 338 jo. Pasal 55
ayat (1) ke. 1, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Subsidair 338 jo. Pasal 56 ayat (1)
ke. 1, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Atau Ke Dua melanggar Pasal 170 ayat (2)
ke. 3, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Ke Tiga Primair melanggar Pasal 351 ayat
(1) jo. Pasal 55 ayat (1) ke. 1, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Subsidair Pasal 351
ayat (3) jo. Pasal 56 ayat (1) ke. 1, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Setelah membaca surat tuntutan JPU dengan teliti dan seksama, maka dalam kesempatan ini
perkenankanlah kami menyatakan sependapat dengan sebahagian tuntutan JPU, dan untuk itu
kami akan menguraikannya dalam pembelaan ini dengan didasarkan pada fakta fakta yang
terungkap dalam persidangan, dan pada bahagian pertama kami mulai dengan menguraikan
Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan sebagai berikut :
halaman 2 dari 18
Saksi menjelaskan bahwa terdakwa melakukan penikaman terhadap korban alm.
Usman pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar pukul 21.30 wita,
bertempat di Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng Kab. Bantaeng;
Saksi menjelaskan bahwa saksi tidak mengenal terdakwa;
Saksi menjelaskan tidak mengetahui penyebab para terdakwa melakukan
penikaman terhadap alm. Usman;
Saksi menjelaskan bahwa saksi tidak berada ditempat kejadian, namun saksi
baru mengetahui setelah diberitahu oleh warga sekitar rumah saksi bahwa alm.
Usman ditikam disekitar Rumah Sakit dan saat itu dirawat di Rumah sakit;
Saksi menjelaskan bahwa pada saat kejadian saksi berada di rumah saksi
bersama dengan istri dan anak saksi yang lain;
Saksi menjelaskan bahwa saksi setelah mengetahui peristiwa yang dialami alm.
Usman saksi kemudian ke Rumah sakit, dan pada saat saksi berada di rumah
sakit saksi melihat beberapa bekas luka yang dialami oleh alm. Usman;
Saksi menjelaskan bahwa saksi tidak mengetahui menggunakan apa terdakwa
melakukan penikaman terhadap alm. Usman, saksi hanya mengetahui dari
penyampaian orang lain bahwa terdakwa menggunakan badik / taji untuk
menikam alm. Usman;
Saksi menjelaskan bahwa alm. Usman mengalami luka tikaman pada bagian
punggung kiri atas, lengan kiri, dan luka terbuka pada dagu;
Saksi menjelaskan bahwa akibat perbuatan terdakwa korban alm. usman
mengalami luka dan meninggal dunia.
halaman 4 dari 18
Saksi menjelaskan bahwa awalnya saksi berada di taman depan Pengadilan
Negeri Bantaeng duduk-duduk bersama Lel. Andi Febriansyah, tidak lama
kemudian datang beberapa orang yang saksi tidak ketahui namanya lalu salah
satu diantaranya bertanya kepada saksi dengan mengatakan “orang mananko”
lalu dijawab oleh saksi “orang Ujung Labbu”, namun tiba-tiba dari arah belakang
salah satu diantaranya langsung memukul saksi, setelah memukul saksi mereka
kemudian pergi meninggalkan saksi;
Saksi menjelaskan bahwa saksi merasa kesal sehingga saksi melaporkan hal
tersebut kepada saudara saksi yaitu lelaki Dedi Alias Tegar (DPO);
Saksi menjelaskan bahwa pada malam itu juga saksi dijemput oleh Terdakwa
dengan mengatakan bahwa saksi dipanggil oleh lelaki Dedi Alias Tegar, pada
saat Terdakwa mampir membeli bensin di dekat lampu merah Andi
Mappinawang saksi melihat lelaki Dedi Alias Tegar bersama dengan saksi
Chaedir, saksi Hendrianto serta lelaki Ono (DPO) sedang duduk lalu saksi
menghampiri lel. Dedi Alias Tegar dkk;
Saksi menjelaskan bahwa Lel. Dedi Alias Tegar dkk serta saksi bersama dengan
Terdakwa sedang dalam perjalanan menuju pantai seruni, saksi melihat alm.
Usman melintas di depan Rumah Sakit sehingga saksi memberitahukan kepada
Terdakwa serta lelaki Dedi Alias Tegar serta temannya bahwa yang telah
memukul saksi adalah alm. Usman yang baru saja melintas.
Saksi menjelaskan pada saat saksi bersama dengan Terdakwa, serta lelaki Dedi
Alias Tegar berboncengan dengan saksi Chaedir, serta lelaki Ono bebroncengan
dengan saksi Hendrianto mengejar sepeda motor yang dikendarai oleh alm.
Usman;
Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu lelaki Dedi Alias Tegar mendekati
sepeda motor yang dikendarai oleh alm. Usman lalu lelaki Dedi Alias Tegar
menendang sepeda motor yang dikendarai oleh alm. Usman hingga terjatuh
kesebelah kiri, kemudian lelaki Dedi Alias Tegar turun dari sepeda motor yang
dikendarainya langsung menikam alm. Usman yang pada saat itu dalam posisi
terjatuh dari sepeda motor, selanjutnya saksi memukul alm. Usman yang masih
sempat berlari dari arah belakang;
Saksi menjelaskan bahwa seteah itu saksi bersama denga lelaki Dedi Alias
Tegar, lelaki Ono, saksi Hendrianto pergi meninggalkan tempat kejadian;
Saksi menjeiaskan bahwa akibat perbuatan terdakwa korban alm. usman
mengalami luka dan meninggal dunia;
halaman 5 dari 18
Bantaeng Kab. Bantaeng, di bawah sumpah menurut agama Islam, keterangan
dibacakan didepan persidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Saksi mengerti sebab dimintai keterangan dipersidangan sehubungan dengan
adanya terdakwa telah melakukan penikaman terhadap korban
Usman (Almarhum);
Saksi menjelaskan bahwa terdakwa ikut serta dalam kejadian penikaman
terhadap korban alm. Usman pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar pukul
21.30 wita, bertempat di Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng Kab.
Bantaeng;
Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu saksi bersama dengan lelaki Dedi Alias
Tegar dengan berboncengan sepeda motor;
Saksi menjelaskan bahwa sebelum kejadian saksi bertemu dengan Saksi Hendri
serta lelaki Dedi Alias Tegar di tempat fitnes di Jl. Maricaya Kel. Letta Kec.
Bantaeng kab. Bantaeng;
Saksi menjelaskan bahwa saksi Rahmat Hidayat datang seorang diri untuk
bertemu dengan lelaki Dedi Alias Tegar sekitar pukul 21.00 wita dengan maksud
memberitahukan kepada lelaki Dedi Alias Tegar bahwa dirinya telah di pukul oleh
seseorang;
Saksi menjelaskan bahwa tidak lama kemudian lelaki Dedi Alias Tegar mengajak
saksi dkk pergi ke pantai seruni;
Saksi menjelaskan bahwa pada saat saksi dengan berboncengan sepeda motor
bersama dengan lelaki Dedi Alias Tegar melintas di Pantai Seruni tepatnya di
jalan depan Rumah Sakit saksi melihat dua orang bebroncengan sepeda motor
lalu atas perintah lel. Dedi untuk mendekati sepeda motor tersebut dan pada saat
berada tepat disamping kanan sepeda motor tersebut lelaki Dedi Alias Tegar
kemudian menendang sepeda motor tersebut hingga terjatuh bersama dengan
pengendaranya, dan saat itu juga lelaki Dedi Alias Tegar turun dari boncengan
saksi langsung menikam alm. Usman menggunakan senjata tajam yang terhunus
ditangannya, namun saksi tidak mnegetahui secara jelas bentuk senjata tajam
yang digunakan oleh lelaki Dedi Alias Tegar;
Saksi menjelaskan bahwa setelah kejadian saksi kemudian meninggalakan
tempat kejadian bersama dengan saksi Hendri dan lelaki Ono menunju
Kab.Jeneponto;
Saksi menjelaskan bahwa saksi mengetahui akibat kejadian tersebut alm. Usman
mengalami luka dan meninggal dunia berdasarkan penyampaian terdakwa
kepada saksi;
halaman 6 dari 18
Umur 18 tahun, Lahir di Bantaeng, tanggal 26 Juni 2001, laki-laki, Agama Islam,
pekerjaan Tani, Alamat Kp. Serea Desa Pa'bumbungan Kec. Eremerasa Kab.
Bantaeng, di bawah sumpah menurut agama Islam, telah memberikan keterangan
didepan persidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
– Saksi mengerti sebab dimintai keterangan dipersidangan sehubungan
dengan adanya terdakwa telah melakukan penikaman terhadap korban
Usman (Almarhum);
– Saksi menjelaskan bahwa terdakwa berada ditempat kejadian saat lelaki
Dedi dan saksi Rahmat melakukan penikaman terhadap korban alm. Usman
pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019 sekitar pukul 21.30 wita, bertempat di
Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng Kab. Bantaeng;
– Saksi menjeiaskan bahwa Ielaki tegar serta saksi Rahmat melakukan
penikam terhadap diri alm. Usman masing-masing satu kali;
– Saksi menjelaskan bahwa pada saat saksi Cahedir dengan berboncengan
sepeda motor bersama dengan lelaki Dedi Alias Tegar melintas di Pantai
Seruni tepatnya di jalan depan Rumah Sakit saksi melihat dua orang
berboncengan sepeda motor atas perintah lelaki Dedi untuk mendekati
sepeda motor tersebut dan pada saat berada tepat disamping kanan sepeda
motor tersebut lelaki Dedi Alias Tegar kemudian menendang sepeda motor
tersebut hingga terjatuh bersama dengan pengendaranya, dan saat itu juga
lelaki Dedi Alias Tegar turun dari boncengan saksi Chaedir dan langsung
menikam alm. Usman menggunakan senjata taiam yang terhunus
ditangannya;
– Saksi menjelaskan bahwa alm. Usman mengalami luka tusuk dan meninggal
dunia;
halaman 7 dari 18
II.4 KETERANGAN TERDAKWA
halaman 10 dari 18
Bahwa Berdasarkan keterangan Saksi Sawal menyatakan bahwa dia melihat Korban
Alm.Usman berlari ke arah Rumah Sakit, setelah korban berlari kurang lebih 100m
(Seratus Meter) dari lokasi kejadian korban kemudian terjatuh tepat di depan Rumah Sakit.
Korban kemudian dilarikan ke rumah sakit M.Makkatutu oleh Saksi Sawal. Korban
meninggal satu jam kemudian setelah mendapatkan perawatan di RS. M.Makkatutu. Hal
tersebut memperkuat fakta bahwa tidak ada niat dari Lel.Tegar dan Saksi Rahmat untuk
menghilangkan nyawa Korban Lel.Usman melainkan hanya untuk melukai, berdasarkan
fakta tersebut maka perbuatan yang dilakukan oleh Lel.Tegar dan Saksi Rahmat lebih
tepat dikategorikan sebagai Penganiayaan yang Menyebabkan kematian.
Bahwa orang yang berboncengan dengan saksi Hendri yaitu Lel.Ono (DPO) tidaklah
melakukan penikaman ataupun tindakan yang kiranya dapat menyebabkan kematian hal
tersebut dibuktikan dalam persidangan dimana tidak ada satupun keterangan dari saksi-
saksi yang menyatakan bahwa Lel.Ono melakukan tindak kekerasan pada Korban Alm.
Usman.
halaman 11 dari 18
dikategorikan sebagai tindak pidana, kesalahan apa yang dapat dipertanggungjawabkan secara
umum, sanksi pidana apa yang pantas dikenakan kepada terdakwa.
Unsur “barang siapa” tidak dapat ditujukan kepada diri Terdakwa karena untuk
menentukan unsur ini tidak cukup dengan menghubungkan Terdakwa sebagai perseorangan
sebagaimana manusia pribadi atau subyek hukum yang diajukan sebagai Terdakwa dalam
perkara ini, akan tetapi yang dimaksud barang siapa dalam undang-undang adalah orang yang
perbuatannya secara sah dan meyakinkan terbukti memenuhi semua unsur dari tindak pidana.
Dengan demikian maka unsur “barang siapa” ialah orang yang apabila orang tersebut telah
terbukti memenuhi seluruh unsur tindak pidana yang dituduhkan terhadap terdakwa. Jadi untuk
membuktikan unsur “barang siapa” harus dibuktikan dulu unsur-unsur lainnya. Karenanya unsur
“barang siapa” masih tergantung pada unsur lainnya. Apabila unsur-unsur yang lain itu telah
terpenuhi, maka unsur “barang siapa” menunjuk kepada Terdakwa, tetapi sebaliknya apabila
unsur-unsur yang lain tidak terpenuhi maka unsur “barang siapa” tidak terpenuhi pula. Hal ini
bersesuaian dengan Putusan MARI No: 951K/Pid/1982,tgl 10 Agustus 1983 dalam perkara
YOJIRO KITAJIMA, yang menerangkan bahwa “unsur barang siapa hanya merupakan kata ganti
orang, dimana unsur ini baru mempunyai makna jika dikaitkan dengan unsur-unsur pidana
lainnya, oleh karenanya haruslah dibuktikan secara bersamaan dengan unsur-unsur lain dalam
perbuatan yang didakwakan dalam kaitan dengan “barang siapa”.
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk membuktikan terbukti atau tidaknya unsur
“barang siapa” harus menunggu terlebih dahulu terbuktinya unsur-unsur yang lain dalam Pasal
338 KUHP.
halaman 12 dari 18
Sedangkan pengertian tanpa hak ( wederrechtelitjk) menurut doktrin dapat dipersamakan
dengan melawan hukum. Wederrechtelitjk dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Wederrechtelitjk dalam arti formil dan Wederrechtelitjk dalam arti materil.
Lamintang sebagaimana dikutip oleh Leden Marpaung, dalam “Asas-Teori-Praktik Hukum
Pidana," Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, Cetakan ke-5 Tahun 2008 pada halaman 44-45,
menjelaskan : “Menurut ajaran wederrechtelitjk dalam arti formil, suatu perbuatan hanya
dipandang sebagai bersifat wederrechtelitjk apabila perbuatan tersebut memenuhi semua unsur
yang terdapat dalam rumusan suatu delik menurut undang-undang.
Sementara itu, untuk menentukan apakah unsur "tanpa hak atau melawan hukum "dapat
terpenuhi atau tidak maka terlebih dahulu akan dikemukakan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
Pasal 6 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menegaskan: “Tidak
seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah
menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat
bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.” Ketentuan ini
mengandung sedikitnya 3 (tiga) asas hukum fundamental sebagai dasar pemidanaan yaitu asas
legalitas atau asas “tiada pidana tanpa aturan undang-undang yang telah ada” (vide: Pasal 1 ayat
(1) KUHP), asas culpabilitas yaitu asas “tiada pidana tanpa kesalahan” (afwijzigheid van alle
schuld) dan asas “tiada pidana tanpa sifat melawan hukum” (afwijzigheid van alle materiele
wederrechtelijkheid)
Ketiga asas di atas yaitu asas legalitas, asas culpabilitas dan asas tiada pidana tanpa
sifat melawan hukum secara terpadu harus menjadi sandaran dalam Putusan Hakim sehingga
Hakim tidak hanya mempertimbangkan aspek yuridis (formal legalistik) dengan berpegang pada
asas legalitas semata melainkan harus pula mempertimbangkan aspek non yuridis yang
berlandaskan pada asas tiada pidana tanpa kesalahan” (afwijzigheid van alle schuld) dan asas
“tiada pidana tanpa sifat melawan hukum” (afwijzigheid van alle materiele wederrechtelijkheid),
dengan melihat aspek filosofis dan aspek sosiologis, antara lain aspek psikologis terdakwa dan
lain sebagainya sehingga diharapkan Putusan tersebut dapat memenuhi 3 (tiga) dimensi keadilan,
yaitu mendekati keadilan sosial (social justice) dan keadilan nurani (moral justice) yang tidak
hanya mementingkan keadilan undang-undang (legal justice) belaka.
Asas ACTUS NON FACIT REUM NISI MENS SIT REA menyatakan bahwa suatu
perbuatan tak dapat menjadikan seseorang bersalah bilamana maksudnya tak bersalah. (Zainal
Abidin Farid, 1995: 47). Di beberapa negara, bahwa perbuatan dan sikap batin seseorang
dipersatukan dan menjadi syarat adanya suatu perbuatan pidana. Pendapat Zainal Abidin Farid
terhadap asas tersebut ialah unsur actus reus harus didahulukan yaitu perbuatan kriminal.
Setelah diketahui adanya perbuatan pidana sesuai rumusan undang-undang barulah diselidiki
tentang sikap batin pembuat.
Ketentuan tersebut jelas mendahulukan perbuatan pidana dan kalau terbukti barulah
mempertimbangkan tentang kesalahan terdakwa yang merupakan unsur pertanggungjawaban
pidana dan kemudian apakah dapat ditemukan alasan pembenar atau pemaaf pada diri Terdakwa
mengingat sikap bathin yang dialami oleh Terdakwa.
halaman 13 dari 18
Actus reus adalah menyangkut perbuatan yang melawan hukum (unlawful act)
sedangkan mens rea mencakup unsur-unsur pembuat tindak pidana yaitu sikap batin disebut
unsur subyektif suatu tindak pidana atau keadaan psikis pembuat (Utrecht, 1960: 257 ). Mens
Rea adalah sikap batin pembuat yang oleh tindakan yang melanggar sesuatu larangan dan
keharusan yang telah ditentukan tersebut.
Bahwa berbicara tentang pembuktian unsur “dengan sengaja” maka tidak terlepas dari
pembahasan pertanggungjawaban pidana yang didalamnya akan menguraikan lebih jauh apakah
seseorang dapat dikenakan pidana atau tidak dan apakah ada alasan penghapus pidana atas
suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh pelaku. Dalam teori hukum, alasan penghapus pidana
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Alasan pembenar yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan
sehingga apa yang dilakukan oleh Terdakwa menjadi perbuatan yang patut dan benar;
b. Alasan pemaaf yaitu alasan yang menghapus kesalahan terdakwa. Yakni perbuatan yang
dilakukan oleh terdakwa tidak dapat dipidana karena tidak ada kesalahan;
c. Alasan menghapus penuntutan yang dimaksudkan disini bukan ada alasan pembenar atau
pemaaf. Jadi tidak ada pikiran mengenai sifatnya perbuatan maupun sifatnya orang yang
melakukan perbuatan, akan tetapi pemerintah menganggap bahwa atas dasar
kemanfaatannya kepada masyarakat, sebaiknya tidak dijadikan penuntutan.
Bahwa Pompei menerangkan mengenai niat, dia menjelaskan bahwa Suatu niat ditujukan
pada menghendaki dan mengetahui sehingga itu berarti bertindak dengan sengaja. Dengan
demikian, maka antara niat dengan sengaja terdapat suatu hubungan yang erat antara satu
dengan yang lain. Akan tetapi niat tidak hanya dapat ditujukan terhadap kejahatan-kejahatan
yang dapat dilakukan dengan sengaja saja, melainkan terkadang ia juga dapat ditujukan terhadap
kejahatan-kejahatan yang dapat dilakukan dengan tidak sengaja, khususnya pada kejahatan-
kejahatan yang menurut rumusan undang-undang kekurang hati-hatian juga unsur sengaja.
Bahwa selanjutnya berkaitan dengan seluruh teori dan pendapat hukum yang telah kami
cantumkan maka selanjutnya kami akan menguraikan lebih lanjut apakah unsur “dengan sengaja”
ini terpenuhi pada diri Terdakwa atau tidak, dengan cara mengaitkannya terhadapa fakta-fakta
yang diperoleh dalam persidangan:
Bahwa sama sekali niat dan kesengajaan dari Terdakwa tidak terbukti dimana di dasarkan oleh
keterangan Saksi Rahmat, Saksi Hendri, dan Saksi Chaedir yang menyatakan bahwa tidak ada
perencanaan sebelumnya oleh terdakwa dkk dalam melakukan perbuatannya dimana perbuatan
terdakwa terjadi secara insidentil atau secara tiba-tiba, hal tersebut dibenarkan oleh keterangan
Saksi Sawal yang mana menyatakan bahwa dia merasa / menyadari diikuti oleh Terdakwa dkk
setelah berada di dekat Rumah Sakit, hal tersebut terang apabila terdakwa memiliki niatan awal
untuk membunuh maka bisa saja dia melakukan tindakannya dari awal dengan mengikuti korban.
halaman 14 dari 18
Bahwa apabila Terdakwa memiliki niat atau dengan sengaja ingin menghilangkan nyawa dari
korban maka bisa saja dia mengambil peran pada kejadian dengan cara memukul, menikam, dll
kepada korban akan tetapi tidak ada satupun keterangan dan bukti yang menyatakan bahwa
terdakwa terlibat langsung dalam menghilangkan nyawa korban. Terdakwa tidak melakukan
tindakan apapun kepada korban melainkan semata-mata dia hanya membonceng saksi
Rahmatsaat kejadian.
Bahwa berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas, maka kami menyatakan bahwa unsur
“dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain” dinilai TIDAK TERPENUHI.
Bahwa terbukti berdasarkan keterangan para saksi dan keterangan terdakwa sendiri
terdakwa bersama dengan lelaki Dedi Alias Tegar (DPO), saksi Rahmat Hidayat, saksi
Chaedir Ahmad, saksi Hendrianto (masing-masing berkas perkara terpisah) telah
melakukan pembunuhan terhadap korban USMAN pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019
sekitar pukul 21.30 wita, bertempat di Pantai Seruni Kel. PaIIantikang Kec. Bantaeng
Kab. Bantaeng memiliki peranan yaitu :
1. Terdakwa : berperan sebagai orang yang membonceng saksi rahmat Hidayat ketempat
kejadian dan terdakwa mengamati keadaan sekitar tempat kejadian apakah aman dan
apakah ada orang lain yang melihat atau tidak, serta terdakwa juga berperan sebagai
orang yang mengantarkan Rahmat Hidayat pergi dari tempat kejadian setelah melakukan
penikaman terhadap korban Usman (Alm);
2. Lelaki Dedi Alias Tegar (DPO) : berperan sebagai orang yang menendang sepeda
motor yang di kendarai oleh korban Usman serta lelaki Dedi Alias Tegar yang melakukan
penikaman terhadap korban Usman;
3, Saksi Rahmat Hidayat : berperan sebagai orang yang melakukan penikaman terhadap
korban Usman;
4. Saksi Chaedir : berperan sebagai orang yang membonceng lelaki Dedi Alias Tegar
ketempat kejadian dan bertugas mengamati sekitar tempat kejadian;
5. Saksi Hendrianto : berperan sebagai orang yang membonceng lelaki Dedi Alias Tegar
ketempat kejadian dan bertugas mengamati sekitar tempat kejadian;
halaman 15 dari 18
6. Lelaki Ono : berperan sebagai orang yang turut serta melakukan pemukulan terhadap
korban Usman;
Bahwa berdasarkan analisa yuridis yang dilakukan oleh Rekan Jaksa Penuntut Umum atas unsur
“dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain” kami sepakat dan menyatakan TERPENUHI.
Tetapi peran Terdakwa hanyala sebatas membonceng saksi Rahmat selaku pelaku utama,
Terdakwa tidaklah berperan mengamati sekitar tempat kejadian karena pada saat itu Terdakwa
menabrak sepeda motor milik saksi Chaedir.
Berdasarkan seluruh uraian-uraian tersebut diatas, mengingat semua unsur Pasal 338
Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP yang didakwakan TIDAK TERPENUHI PEMBUKTIANNYA.
Hanya unsur dari Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP saja yang terpenuhi yaitu unsur “sengaja memberi
bantuan pada waktu kejahatan dilakukan”, maka daripada itu berdasarkan penilaian kami adalah
keliru apabila Rekan Jaksa Penuntut menuntut Terdakwa dalam amar tuntutannya dengan Pasal
338 Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP dan menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa
selama 8 (delapan) tahun penjara dirasa tidak memenuhi keadilan.
Berdasarkan Analisa Fakta dan Analisa Yuridis yang kami lakukan, kami menilai
kejahatan utama yang dilakukan oleh Lel. Dedi Alias Tegar dan Saksi Rahmat sebagai pelaku
utama yaitu penganiayaan yang mengakibatkan mati, sehingga lebih tepat dan adil apabila
Terdakwa diperkenakan Pasal 351 ayat (3) Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP dalam amar
tuntutannya.
Izinkanlah kami menyampaikan hal-hal yang kiranya dirasa perlu menjadi pertimbangan utama
bagi Majelis Hakim yang Terhormat dalam menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya, adapun
pertimbangan yang akan kami sampaikan, yaitu:
Bahwa Terdakwa semasa hidupnya belum pernah dihukum. Terdakwa bersikap sopan dan
mematuhi segala aturan di dalam persidangan. Terdakwa mengaku bersalah dan berterus terang
di dalam persidangan.
Bahwa seperti yang telah di jelaskan oleh terdakwa pada keterangannya di hadapan persidangan
yaitu terdakwa pada dasarnya adalah korban dari lingkungan pergaulan yang tidak sehat.
Bahwa terdakwa adalah generasi muda dimana perjalanan hidup dan masa depan dari terdakwa
masih bisa untuk di perbaiki sehingga terdakwa kedepannya masih bisa menjadi insan yang
berguna untuk bangsa dan masyarakat.
Bahwa terdakwa menyesali segala perbuatan yang telah dia lakukan dari lubuk hatinya yang
terdalam, terdakwa menjadikan hal ini sebagai penyesalan dan pelajaran hidup yang akan terus
menerus diingat seumur hidupnya.
halaman 16 dari 18
Bahwa Pengadilan merupakan istana dimana Maha Dewi Keadilan bersemayam untuk
menyemburkan aroma keadilan tiada hentinya ( Nec curia dificeret in justicia exchibenda ), oleh
sebab itu sudah sepantasnya apabila Kami selaku penasihat hukum terdakwa memohon kepada
majelis hakim pemeriksa perkara untuk memberikan keadilan yang seadil-adilnya bagi terdakwa.
Perkembangan hukum progresif telah mengarahkan kepada tinjauan pemidanaan yang
mengedepankan aspek psikologis, sosiologis, edukatif, religiusitas, dan menghindari disparity of
sentencing dan bukan berorientasi pada pembalasan ( teori retributif), melainkan pada teori
keseimbangan kepentingan (Daad–Dader Strafrecht Model ) yang selaras dengan jiwa dan
kepribadian masyarakat indonesia, dengan mempertimbangkan kepentingan Negara, Masyarakat,
Individu, Pelaku dan Korban, sehingga memenuhi rasa keadilan masyarakat.
Majelis Hakim Yang Mulia.
Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yth.
Hadirin Sidang Yang Berbahagia.
Bahwa perkenankan kami Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan hal – hal yang
meringankan bagi diri terdakwa agar menjadi pertimbangan bagi Yang Mulia Majelis
Hakim dalam menjatuhkan putusan yaitu sebagai berikut :
1. Terdakwa belum pernah dihukum.
2. Terdakwa bersikap sopan di dalam persidangan.
3. Terdakwa mengaku berterus terang di persidangan.
4. Terdakwa menyesali segala perbuatannya.
5. Bahwa Terdakwa Berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.
V. KESIMPULAN
Majelis Hakim Yang Mulia.
Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yth.
Hadirin Sidang Yang Berbahagia.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, Kami dari Penasihat Hukum Terdakwa mohon
kepada Majelis Hakim untuk dapat memberikan Putusan yaitu :
1. Menyatakan Terdakwa Terbukti membantu melakukan tindak pidana sebagaimana
diatur dalam Pasal 351 ayat (3) Jo. Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHP.
2. Memberikan Putusan terhadap Terdakwa ACHMAD MUJAHID Bin SALEH dengan
putusan seringan-ringannya
Subsidair
jika Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya
sehingga apabila terdakwa ACHMAD MUJAHID Bin SALEH telah selesai melaksanakan
halaman 17 dari 18
tanggung jawabnya nanti dapat melanjutkan kehidupannya menjadi lebih baik lagi
daripada sebelumnya.
Atas kemurahan hati dan keadilan Majelis, Para Penasihat Hukum Terdakwa berikut Terdakwa
ACHMAD MUJAHID Bin SALEH menyampaikan terima kasih. Demikian Pledoi/Nota Pembelaan
ini kami bacakan dan diserahkan dalam sidang hari ini Senin tanggal 25 November 2019, atas
perhatian dan perkenan Majelis Hakim terhadap Pembelaan ini, kami mengucapkan terima
kasihyang setinggi-tingginya.
Hormat Kami
PENASIHAT HUKUM
halaman 18 dari 18