Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

1. Apakah rektor perguruan tinggi swasta dalam mengeluarkan suatu keputusan


rektor dapat dikatakan rektor tersebut membuat keputusan tun atau tidak?
Dalam pasal 60 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, berbunyi
"Perguruan tinggi swasta didirikan oleh masyarakat dengan membentuk badan
penyelenggaraan berbadan hukum yang berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh
izin dari menteri".Dari teori aturan ini dapat ditarik suatu pernyataan bahwasanya
PTS merupakan badan hukum yang didirikan oleh masyarakat yang memiliki akta
pendirian, berbentuk yayasan dan harus memiliki izin dari menteri". Dalam teori
SF.Marbun, tentang kelompok dari badan atau pejabat TUN, salah satunya menyebutkan
"Pihak ketiga atau swasta yang memperoleh konsensi atau izin dari pemerintah".
Dari aturan dan teori ini dapatlah dikatakan bahwasanya PTS berada dibawah naungan
pemerintah.
Menurut Indroharto, ukuran untuk dapat disebut badan atau pejabat TUN, adalah fungsi
yang dilaksanakan , bukan nama sehari-hari,bukan pula kedudukan strukturalnya dalam
salah satu lingkungan kekuasaan Negara. Indroharto mengelompokkan organ
Pemerintahan atau tata usaha negara, salah satunya ialah "Instansi-instansi dalam
lingkungan negara diluar lingkungan eksekutif yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan melaksanakan urusan pemerintahan”. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya,PTS sebagai badan hukum publik dibawah naungan pemerintah
menjalankan fungsi pemerintahan di bidang pendidikan. Pernyataan bahwa PTS
menjalankan fungsi pemerintahan semakin diperkuat dengan izin pendirian yang didapati
oleh PTS sebagai instansi dibilang pendidikan.Maka artinya bahwa PTS juga merupakan
badan hukum publik.Indroharto juga menyebutkan bahwa lembaga-lembaga hukum
publik itu memiliki kedudukan yang mandiri dalam statusnya sebagai badan hukum
perdata.Dalam hal ini, PTS memiliki kedudukan yang mandiri yang menjalankan urusan
pemerintahan sebagai badan hukum perdata. Dapat diambil kesimpulan akhir, bahwa PTS
adalah Badan Tata Usaha Negara , yang didasarkan atas Izin pendirian dari pemerintah
atas nama menteri, menjalankan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, dan juga
badan hukum/instansi yang memperoleh subsidi dari pemerintah, serta mendapatkan
keterbukaan informasi publik dari pemerintah.
Sehingga dalam menjawab pertanyaan bagaimana dengan kedudukan rektor PTS dalam
mengeluarkan keputusan nya? apakah keputusan nya merupakan KTUN? Maka secara
tidak langsung pertanyaan ini telah terjawab atas penjelasan-penjelasan yang telah
dijelaskan dari awal,ketika PTS adalah Badan Tata Usaha Negara,maka rektor sebagai
pemimpin dari Badan TUN tersebut dalam mengeluarkan keputusannya bertindak untuk
menjalankan dan menerapkan urusan pemerintahan didalam instansi PTS.Maka
kedudukan yang dimiliki oleh Rektor Perguruan Tinggi Swasta adalah pejabat tata usaha
negara dan keputusan yang ia berikan merupakan keputusan tata usaha negara.

2. Apakah sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh BPN merupakan objek dari
sengketa tata usaha negara?
Indroharto dalam bukunya “Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara Buku I: Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara
(Edisi Revisi)” menjelaskan yang dapat digugat ke peradilan TUN hanyalah keputusan
TUN, yakni suatu penetapan tertulis (beschikking) yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat TUN yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang/badan hukum perdata. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan badan/pejabat TUN yaitu badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika dikaitkan
dengan persoalan pertanahan, pada dasarnya sertifikat tanah atau dokumen bukti hak atas
tanah yang dalam hal ini diterbitkan oleh badan atau pejabat dapat dikategorikan sebagai
keputusan TUN.
Sertifikat hak milik atas tanah merupakan bentuk dari Keputusan Tata Usaha Negara
(KTUN) dimana keterangan tersebut terdapat pada Pasal 1 angka 3 Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentang Pengadilan Tata Usaha Negara yang selanjutnya disebut undang-undang
PTUN. Jadi, yang berhak mengeluarkan Sertifikat Hak atas Tanah adalah Badan
Pertanahan Nasional (BPN), BPN merupakan Jabatan Tata Usaha Negara, sehingga jika
ada sengketa terhadap Sertifikat Hak atas Tanah yang berhak memeriksa dan mengadili
adalah PTUN (kompetensi/ kewenangan absolute). Sehingga sertifikat tanah yang
dikeluarkan oleh BPN dapat menjadi objek sengketa TUN.

3. Sejauh mana pentingnya jawaban dari tergugat terhadap gugatan penggugat?


Pada dasarnya jawaban bukanlah suatu kewajiban yang harus diberikan oleh Tergugat di
dalam persidangan. Melainkan adalah hak Tergugat untuk membantah dalil-dalil yang
Penggugat sampaikan di surat gugatannya. Biasanya jawaban diberikan oleh Tergugat
kepada Majelis Hakim dan Penggugat pada sidang pertama setelah gagalnya proses
mediasi yang difasilitasi oleh pengadilan. Namun apabila Tergugat belum siap, maka
Majelis Hakim akan memberikan kesempatan lagi pada sidang berikutnya untuk
menyertakan jawaban tersebut. Isi dari jawaban tersebut tidak hanya berisi bantahan
terhadap pokok perkara, namun Tergugat juga boleh dan dibenarkan memberi jawaban
yang berisi pengakuan (confession), terhadap sebagian atau seluruh dalil gugatan
Penggugat. Selain itu, jawaban yang disampaikan oleh Tergugat dapat sekaligus memuat
eksepsi dan bantahan terhadap pokok perkara. Jika jawaban sudah memuat eksepsi dan
bantahan terhadap pokok perkara, Tergugat harus menjawab secara sistematis agar lebih
mudah dibaca dan dipahami oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut.
Eksepsi dan bantahan terhadap pokok perkara di dalam konteks hukum acara memiliki
makna yang sama yaitu sebuah tangkisan atau bantahan (objection). Namun di dalam
eksepsi ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut syarat-syarat atau formalitas gugatan,
yaitu jika gugatan yang diajukan mengandung cacat atau pelanggaran formil yang
mengakibatkan gugatan tidak sah yang karenanya gugatan tidak dapat diterima
(inadmissible). Lalu, setelah eksepsi, Tergugat dapat menyusun bantahan dalam pokok
perkara. Bantahan dalam pokok perkara adalah bantahan yang dilakukan oleh Tergugat
yang menyinggung mengenai pokok perkara atau pembuktian mengenai benar atau
tidaknya dalil yang diajukan oleh Penggugat dalam surat gugatannya.

4. Apakah sebuah putusan yang dibuat oleh hakim PTUN merupakan putusan yang
adil?
Hakim dalam memutus suatu perkara harus didasarkan dengan rasa keadilan serta hati
nuraninya. Untuk dapat memberikan putusan yang benar-benar menciptakan kepastian
hukum dan mencerminkan keadilan, hakim sebagai aparatur negara yang melaksanakan
peradilan harus benar-benar mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, serta peraturan
hukum yang mengaturnya yang akan diterapkan, baik peraturan hukum yang tertulis
dalam peraturan perundang-undangan maupun hukum yang tidak tertulis. Dalam setiap
putusannya selalu diawali dengan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa” yang harus selalu dipegang teguh oleh seorang hakim. Maka dari itu
setiap putusan yang dihasilkan oleh hakim dianggap telah adil dan tepat, karena di
dalamnya telah berisikan pertimbangan-pertimbangan hukum untuk pada akhirnya
memutus demikian. Sesuai dengan yang tecantum dalam Pasal 122 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang mengatur bahwa
“Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dapat dimintakan pemeriksaan
banding oleh penggugat atau tergugat kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara.” Apabila kemudian terhadap Putusan Tata Usaha Negara di tingkat pertama
yang telah dijatuhkan oleh hakim masih dirasa kurang tepat dan tidak memenuhi rasa
keadilan, maka para pihak yang berkepentingan dapat mengajukan upaya hukum Banding
ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.

Anda mungkin juga menyukai