Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN TATA USAHA

NEGARA (KTUN)
“Pengertian dan Unsur-unsurnya”
Oleh M. Yasin al Arif, S.H., M.H
PENGERTIAN

Diperkenalkan pertama kali oleh Sarjana Jerman, Otto Meyer dengan istilah v
erwaltungskat. Kemudian diperkenalkan di negeri Belanda oleh van Vollenhov
en dan C.W. van der pot.

Di Indonesia istilah Beschiking diperkenalkan pertama kali oleh WF.Prins. istila


h ini ada yg menerjemahkan ketetapan seperti E. Utrecht, Bagir Manan, Sjahc
ran Basah. Kemudian ada yg mengarjikan keputusan seperti WF. Prins, Philipu
s M. Hadjon, SF. Marbun, dan lain-lain.

Djenal Husen dan Muchsan mengatakan


Penggunaan istilah keputusan lebih tepat untuk menghindari kesimpangsiuran
pengertian dg istilah ketetapan. Sebab istilah ketetapan sudah memiliki penger
tian teknis yuridis yaitu sbg ketetapan MPR yg berlaku keluar dan kedalam. Se
iring dg berlakunya UU No. 10 Tahun 2004 istilah Beschiking diterjemahkan dg
keputusan
Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt
Beschiking merupakan keputusan pemerintahan untuk hal yg be
rsifat konkret dan individual (tidak ditujukan untuk umum) dan
sejak dulu telah dijadikan instrument yuridis pemerintahan yg u
tama.

C.W. van der pot


Keputusan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintaha
n untuk (melaksanakan ) hal khusus, ditujukan untuk menciptak
an hubungan hukum baru, mengubah atau menghapus hubunga
n yg ada.

Sjachran Basah
Beschiking adalah keputusan tertulis dari administrasi negara yg
mempunyai akibat hukum

E. Utrecht
Beschiking adalah perubahan hukum public bersegi satu (yang d
UNSUR-UNSUR KEPUTUSAN

Berdasarkan pengertian2 di atas, maka unsur-unsur keputusan adalah sebag


ai berikut:

1. Pernyataan kehendak sepihak secara tertulis;


2. Dikeluarkan oleh pemerintah;
3. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yg berlaku;
4. Bersifat konkret, individual dan final;
5. Menimbulkan akibat hukum;
6. Seseorang atau badan hukum perdata.
1. Pernyataan Kehendak Sepihak Secara Tertulis

Secara teoritik, tindakan hukum public adalah tindakan hukum


sepihak, dg demikian Tindakan hukum administrasi adalah tinda
kan hukum sepihak. Sbg wujud dr pernyataan kehendak sepihak
, pembuatan dan penerbitan keputusan hanya berasal dari pihak
pemerintah, tdk bergantung kpd pihak lain.

Ketika pemerintah dihadapkan pd peristiwa konkret dan pemeri


ntah memiliki motivasi dn keinginan untuk menyelesaikan peristi
wa tsb, pemerintah diberi wewenang untuk mengambil tindakan
hukum secara sepihak dg menuangkan motivasi dn keinginannya
itu dlm bentuk keputusan. Artinya keputusan merupakan hasil
dari tindakan hukum yg dituangkan dalam bentuk tertulis, sbg w
ujud dari motivasi dan keinginan pemerintah.
Berdasarkan penjelasan Pasal 1 Angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 istilah “penet
apan tertulis” menunjuk pada isi dan bukan kpd bentuk keputusan yg dikelu
arkan oleh Badan atau Pejabat TUN. keputusan itu memang diharuskan ter
tulis, namun yg disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formatnya seperti kep
utusan pengangkatan dan sebagainya. Persyaratan tertulis itu untuk kemud
ahan segi pembuktian.

Oleh karena itu, sebuah memo atau nota dpt memenuhi syarat tertulis ters
ebut dan akan merupakan Keputusan Badan atau Pejabat TUN menurut U
U ini apabila sudah jelas:

a. Badan atau pejabat TUN mana yg mengeluarkannya;


b. Maksud serta mengenai apa isi tulisan itu;
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yg ditetapkan di dalamnya.
Unsur penetapan tertulis ini ada pula pengecualiannya, yaitu Pasal 3 UU N
o. 5 Tahun 1986, yang dikenal dg KTUN fiktif/negatif.

(1) Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan ke
putusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut di
samakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara.

(2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentu
kan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menol
ak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.

(3) Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak me


nentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka set
elah lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimnya permohonan, Ba
dan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah
mengeluarkan keputusan penolakan.
2. Dikeluarkan oleh Pemerintah

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1986 yg dimaksud pemerintah at


au Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daera
h; dalam penjelasannya disebtukan bahwa yg dimaksud urusan pemeirntahan a
dalah kegiatan yg bersifat eksekutif.

3. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yg berlaku;

Telah disebutkan bahwa keputusan adalah hasil dari tindakan hukum pemerin
tah. Dalam negara hukum, setiap tindakan hukum pemerintah harus didasark
an pada asas legalitas. Yg berarti bahwa pemerintah tunduk pada undang2. pe
mbuatan dan penerbitan keputusan harus didasarkan pd peraturan perundan
g-undangan yg berlaku atau harus didasarkan pd wewenang pemerintah yg dib
erikan oleh peraturan perundang-undangan. Tanpa dasar kewenangan pemerin
tah tdk dpt membuar atau menerbitkan keputusan atau keputusan itu menja
4. Bersifat konkrit, individual dan final.

Berdasarkan penjelasan Pasal 1 ayat 3 UU No. 5 tahun 1986, diseb


utkan bahwa :

Konkret artinya objek yg diputuskan dalam KTUN itu tidak abstr


ak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan, misal: kep
utusan mengenai rumah si A, izin usaha bagi si B, Pemberhentian
si C sbg pegawai negeri;
Individual artinya KTUN itu tidak ditunjukan u/ umum, ttpi terte
ntu baik alamat maupun hal yg dituju. Kalau yg dituju lebih dari s
atu orang, tiap2 nama yg terkena keputusan itu disebutkan. Misal
: keputusan ttg pelebaran jalan dg lampiran yg menyebutkan nama
2 org yg terkena putusan.
Final artinya sudah definitf dan karenanya dapat menimbulkan ak
ibat hukum. Keputusan yg masih memerlukan persetujuan blm dp
t menimbulkan suatu hak atau kewajiban pd pihak yg bersangkuta
n.
5. Menimbulkan akibat hukum

Telah disebutkan bahwa keputusan adalah wujud konkret dari tindakan hu


kum pemerintahan. Secara teoritis, tindakan hukum berarti tindakan2 yg b
erdasarkan sifatnya dpt menimbulkan akibat hukum tertentu.
Keputusan merupakan instrument yg digunakan oleh organ pemerintahan d
lm bidang public dn digunakan u/ menimbulkan akibat2 hukum tertentu. Ak
ibat hukum yg lahir dr keputusan adalah munculnya hak, kewajiban, kewena
ngan, atau status tertentu.

Dengan kata lain, akibat hukum yg dimaksudkan adalah muncul atau penya
pnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum tertentu. Akibat hukum yg lahir
dari tindakan hukum, dalam hal ini akibat dikeluarkannya keputusan, berart
i muncul atau lenyapnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum tertentu se
gera setelah adanya keputusan tertentu.
Contohnya : pengangkatan atau pemberhentian seseorang sbg pegawai nege
ri berdasarkan keputusan dr pejabat yg berwenang.
6. Seseorang atau Badan Hukum Perdata

Keputusan sbg wujud dari tindakan hukum public sepihak dari or


gan pemerintahan ditujukan pd subjek hukum yg berupa seseora
ng atau badan hukum perdata yg memiliki kecakapan untuk mela
kukan tindakan hukum.

Anda mungkin juga menyukai