Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM KOPERASI
Dosen Pembimbing: KHOLIDA ZILA , sh., mh.

Di Susun Oleh:
1. Halimatus syakdiah
2. Mohammad danyyal
3. Rusman arifin
4. Muhammad hifdil hasan

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM ZAINUL HASAN


KRAKSAAN-PROBOLINGGO
Tahun akademik 2018-2019
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH

HUKUM KOPERASI

Mengetahui,

Dosen Mata Ajar

Kholida zila , sh., mh.

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di Sekolah
Tinggi Ilmu Hukum, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “HUKUM
KOPERASI” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Kholida zila , sh., mh.Sebagai dosen mata ajar Hukum Koperasi

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................................................
Lembar Pengesahan..................................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................................................
1.4 Manfaat.................................................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Dasar Hukum Koperasi..............................................................................

2.2 Syarat-Syarat Mendirikan Koperasi................................................................................

2.3 Status Badan Hukum.......................................................................................................

2.4 Keanggotaan dan Perangkat Organisasi..........................................................................

2.5 Pengurus dan Pengawas.................................................................................................

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan pemerintah,
bahkan sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan. Pengalaman di
tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh secara alami
di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan
kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar
itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan
koperasi. Paling tidak dengan dasar yang kuat tersebut sejarah perkembangan koperasi di
Indonesia telah mencatat tiga pola pengembangan koperasi. Secara khusus pemerintah
memerankan fungsi “regulatory” dan “development” secara sekaligus (Shankar 2008).
Ciri utama perkembangan koperasi di Indonesia adalah dengan pola penitipan kepada
program yaitu : (i) Program pembangunan secara sektoral seperti koperasi pertanian,
koperasi desa, KUD; (ii) Lembaga-lembaga pemerintah dalam koperasi pegawai negeri
dan koperasi fungsional lainnya; dan (iii) Perusahaan baik milik negara maupun swasta
dalam koperasi karyawan. Sebagai akibatnya prakarsa masyarakat luas kurang
berkembang dan kalu ada tidak diberikan tempat semestinya.
Selama ini “koperasi” dikembangkan dengan dukungan pemerintah dengan basis
sektor-sektor primer dan distribusi yang memberikan lapangan kerja XE "lapangan kerja"
terbesar bagi penduduk Indonesia. Sebagai contoh sebagian besar KUD XE "KUD"
sebagai koperasi program XE "program" di sektor pertanian didukung dengan program
pem¬bangunan XE "pembangunan" untuk membangun KUD. Disisi lain pemerintah
memanfaatkan KUD untuk mendukung program pembangunan pertanian untuk
swasembada beras seperti yang selama PJP I, menjadi ciri yang menonjol dalam politik
XE "politik" pembangunan koperasi. Bahkan koperasi secara eksplisit ditugasi
melanjutkan program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh pemerintah bahkan
bank pemerintah, seperti penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola pengadaan beras
pemerintah, TRI dan lain-lain sampai pada penciptaan monopoli baru (cengkeh). Sehingga
nasib koperasi harus memikul beban kegagalan program, sementara koperasi yang
berswadaya praktis tersisihkan dari perhatian berbagai kalangan termasuk para peneliti
dan media masa. Dalam pandangan pengamatan internasional Indonesia mengikuti
lazimnya pemerintah di Asia yang melibatkan koperasi secara terbatas seperti di sektor
pertanian (Sharma, 2008).
Namun uniknya, ternyata koperasi Indonesia selama setengah abad lebih
kemerdekaannya, tidak menunjukkan perkembangan yang menggembiarkan. Koperasi
tidak tampak di permukaan sebagai “bangun perusahaan” yang kokoh dan mampu sebagai
landasan (fundamental) perekonomian, serta dalam sistem ekonomi Indonesia, koperasi
beradapada sisi marjinal. Dalam usaha pemulihan krisis ekonomi Indonesia dewasa ini,
sesungguhnya koperasi mendapatkan peluang (opportunity) untuk tampil lebih eksis.
Krisis nilai tukar dan kemudian membawa krisis hutang luar negeri, telah membuka mata
semua pemerhati ekonomi bahwa fundamental ekonomi yang semula diyakini
kesahihannya, ternyata hancur lebur. Karena masih kurangnya pemahaman tentang
perkoperasian dan gerakan koperasi di Indonesia,
1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang Definisi dari Hukum koperasi


2. Menjelaskan tentang Dasar Hukum Koperasi
3. Menjelaskan tentang Status Badan Hukum
4. Menjelaskan tentang Keanggotaan dan Perangkat Organisasi
5. Menjelaskan tentang Pengurus dan pengawas

1.3 Tujuan Tujuan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang hukum koperasi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Agar pembaca lebih memahami tentang definisi dari hokum koperasi.
2. Agar pembaca lebih memahami tentang Syarat-Syarat Mendirikan Koperasi
3. Agar pembaca lebih memahami tentang Dasar Hukum Koperasi
4. Agar pembaca lebih memahami tentang Status Badan Hukum
5. Agar pembaca lebih memahami tentang Keanggotaan dan Perangkat Organisasi
6. Agar pembaca lebih memahami tentang Pengurus dan pengawas

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
a. Terciptanya mahasiswa yang mengetahui dan mengerti tentang hokum koperasi
b. Menambah referensi pendidikan mengenai macam-macam dari hokum
koperasi
1.4.2 Bagi Mahasiswa
a. Untuk mengetahui dan menambah wawasan pembaca hokum koperasi
b. Untuk lebih mendalami tentang hokum koperasi

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam


Dalam kamus besar bahasa indonesia Koperasi adalah perserikatan yang
bertujuan memenuhi keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang
keperluan sehari-hri dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung).
Kata koperasi berasal dari bahasa Inggris cooperation atau bahasa Belanda
cooperatie, artinya kerja sama yang terjadi antara beberapa orang untuk mencapai
tujuan yang sulit dicapai secara perseorangan. Tujuan yang sama itu adalah
kepentingan ekonomi berupa peningkatan kesejahteraan bersama.
Menurut Mohammad Hatta Koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong.
Di indonesia pengertian koperasi menurut Undang-undang Koperasi tahun
1967 No. 12 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, Koperasi Indonesia adalah
organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau
badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
2.2 Syarat dan Tata Cara Pembentukan Koperasi

Langkah-Langkah Mendirikan Koperasi

Ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam mendirikan Koperasi, diantaranya adalah;
a. Persyaratan Pembentukan Koperasi

Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu dalam Pasal 6 sampai
dengan 8 disebutkan bahwa persyaratan untuk pembentukan Koperasi adalah sebagai
berikut.

1. Persyaratan pembentukan Koperasi didasarkan atas bentuk Koperasi yang akan


dibentuk, yaitu apakah Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.
2. Untuk persyaratan pembentukan Koperasi Primer memerlukan minimal 20 orang
anggota. Untuk persyaratan pembentukan Koperasi Sekunder memerlukan minimal 3
Koperasi yang telah berbadan hukum.
3. Koperasi yang dibentuk harus berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia.
4. Untuk pembentukan Koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat
anggaran dasar.
5. Memiliki Anggaran Dasar Koperasi.

2.3 Mengenai Badan Hukum Koperasi


Koperasi adalah badan usaha yang berbadan hukum yang kegiatan usahanya
mempunyai ruang gerak lebih dari Perseroan Terbatas, yaitu selain Perdagangan Umum
dan Jasa, Koperasi bisa memiliki kegiatan Usaha Simpan Pinjam yang mirip perbankan,
hanya saja Koperasi tidak boleh mengadakan kegiatan tersebut selain untuk anggotanya.
Undang-undang mengenai Perkoperasian yang menjadi acuan Pendirian Badan
Hukum Koperasi adalah Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian,
kini dihapuskan dengan munculnya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 yang baru.
Dahulu Anggaran Dasar Koperasi dibuat oleh Pejabat Kementerian Koperasi, tetapi
sejak adanya Keputusan Menteri nomor 98 tahun 2004, tugas tersebut dialihkan ke
Notaris yang diangkat sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi.
Kini dengan UU No. 17 Tahun 2012 tersebut, Koperasi cenderung mengarah ke
kekuatan modal, atau banyak yang menyebutnya dengan kapitalis. Koperasi kini hanya
boleh menjalankan satu jenis usaha, terkait dengan penjenisan usaha yang sebenarnya
kurang efektif tersebut, koperasi dibagi dalam 4 jenis, yaitu :

1. Koperasi Produsen

8
2. Koperasi Konsumen
3. Koperasi Jasa
4. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi hanya terdapat dua jenjang, yaitu Koperasi Primer dimana anggotanya orang per
orang dan Koperasi Sekunder yang anggotanya minimal 3 Badan Hukum Koperasi.
Sedangkan Skala Koperasi dibagi atas 3, yaitu :
1. Koperasi skala Nasional, di mana anggota-anggotanya mewakili lebih dari 3 propinsi dan
memiliki jumlah anggota sebanyak 120 orang (kebijakan Deputi bid. Kelembagaan
Koperasi) dan dalam pembentukannya boleh diwakili dengan quorum 61 orang.
Pengesahan Badan Hukumnya dilakukan oleh Menteri Koperasi.
2. Koperasi skala Propinsi, di mana anggota-anggotanya minimal 20 orang dan hanya
terdapat di satu propinsi. Pengesahan Badan Hukumnya dilakukan oleh Kepala Dinas
Koperasi dan Perdagangan atas nama Menteri.
3. Koperasi skala Kabupaten / Kotamadya, di mana anggota-anggotanya minimal 20 orang
dan hanya terdapat di satu kabupaten / kotamadya. Pengesahan Badan Hukumnya juga
dilakukan oleh Kepala Dinas Koperasi dan Perdagangan atas nama Menteri.
Akta Pendirian Koperasi memuat Anggaran Dasar (AD) Koperasi yang harus disahkan
oleh atau atas nama Menteri Koperasi untuk memperoleh status Badan Hukum. Koperasi
dapat membuat Anggaran Rumah Tangga (ART) dan/atau Peraturan Khusus untuk
memfasilitasi hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar (AD).

2.4 PERANGKAT ORGANISASI KOPERASI INDONESIA

Organisasi koperasi Sebagai suatu badan usaha yang berstatus badan hukum (rechts
person), maka keberadaan koperasi diakui seperti manusia / orang (person) atau subyek
hukum yang memiliki kecakapan bertindak, memiliki wewenang untuk mempunyai dan
mencari harta kekayaan, serta dapatmelakukan perbuatan – perbuatan hukum seperti:
membuat perjanjian – perjanjian apapun.

Di dalam UU No.25 Tahun 1992, ketentuan mengenai perangkat organisasi koperasi


diatur dalam Pasal 21 beserta Penjelasannya, terdiri dari :
1. Rapat Anggota

Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam struktur kehidupan


koperasi, dan merupakan perwujudan kehendak dari para anggota koperasi untuk
membiarakan segala sesuatu menyangkut kehidupan serta pelaksanaan koperasi.
Kegiatan di dalam rapat anggota ini harus dicatat dan dibuat suatu Notulen Rapat oleh
Sekretaris. Notulen rapat ini umumnya memuat tentang:

1. Daftar hadir

2. Tanggal dan tempat rapat diadakan

3. Acara rapat

4. Inti pembicaraan rapat

5. Kesimpulan dan / atau keputusan yang diambil oleh rapat anggota.

Notulen rapat tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengurus atau Pimpinan sidang dan
sekretaris (Notulis).

2. Pengurus Koperasi

Pengurus adalah merupakan perangkat organisasi setingkat di bawah kekuasaan rapat


anggota. Dialah yang mempunyai kewenangan untuk mewakili koperasi sebagai
Badan Hukum, baik di muka pengadilan maupun di luar pengadilan. Dalam UU No.25
tahun 1992, tentang Pengurus Koperasi Indonesia ini, diatur di dalam Pasal 37.

3. Pengawas Koperasi Indonesia

Pengawas koperasi ini juga merupakan perangkat organisasi koperasi Indonesia, yang
dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggoa, serta bertanggung jawab
kepada rapat anggota. Dalam anggaran dasar setiap koperasi Indonesia, biasanya
memuat tentang jumlah anggota pengawas, masa jabatannya, dan persyaratan untuk
dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas. Sebagai anggota pengawas, tidak
dapat merangkap sebagai pengurus, sebab kedudukan dan tugas pengawas ini adalah
mengawasi pelaksanaan tugas kepengurusan yang dilakukan oleh pengurus.

Mengenai tugas dan wewenang pengawas di dalam UU No.25 tahun 1992 diatur dalam Pasal
39, antara lain sebagai berikut:

10
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksana kebijakan dan pengelola koperasi

2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya

3. Meneliti catatan yang ada pada koperasi

4. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan

Apabila di dalam meneliti segala catatan tentang seluruh harta kekayaan koperasi dan
kebenaran dari pembukuannya yang tercermin dalam neraca dan perhitungan laba – rugi
menemui kesulitan, maka pengawas koperasi dapat meminta jasa bantuan audit kepada
Akuntan Publik. Yang dimaksudkan dengan jasa bantuan audit adalah audit terhadap laporan
keuangan maupoun audit lainnya, sesuai dengan keperluan koperasi tersebut.

Jika seorang akuntan publik diminta jasanya untuk mengaudit laporan keuangan /
pelaksanaan pembukuan, maka dalam laporan akhir pemeriksaannya, akuntan publik tersebut
akan memberikan pendapatnya atas pelaksanaan pembukuan yang telah dikerjakan. Mengenai
isi laporan dari pengawas koperasi ini, paling sedikit harus menyangkut perihal seperti
berikut:

1. Uraian perkembangan usaha selama satu tahun

2. Perkembangan keuangan

3. Perkembangan harta kekayaan baik bergerak maupun tetap

4. Uraian tentang pelaksanaan keputusan – keputusan rapat anggota oleh pengurus

5. Uraian perkembangan keadaan serta hubungan kerja antara pengurus

6. Kesimpulan pemeriksaan dan saran yang dirasakan perlu.

Apabila laporan yang dipertanggungjawabkan oleh Pengawas kepada Rapat Anggota


tidak diterima oleh Pengurus Koperasi, atau Pengurus Koperasi mempunyai pendapat lain,
maka untuk penyelesaiannya pengurus tidak diperkenankan mempengaruhi opini anggota
pengawas.

Dia berhak dan wajib member keterangan tersendiri kepada rapat anggota dan
tembusannya diberikan kepada pengawas. Jika ternyata tidak ada titik temu antara pendapat
pengawas dengan pendapat pengurus tersebut, maka putusan akhir diserahkan kapada rapat
anggota untuk menilai dan member keputusan. Dalam kondisi yang demikian ini, sangat
diperlukan saran, pandangan, pendapat dari Pejabat Koperasi selaku Pembina, sebagai acuan
untuk menyelesaikan perselisihan pendapat tersebut.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Koperasi memiliki peluang seiring dengan krisis yang terjadi di Indonesia dan Asia
pada umumnya. Kegagalan industri besar untuk menghasilkan pembangunan yang
berkelanjutan, memberikan peluang bagi koperasi untuk menyatakan dirinya sebagai
fundamental perekonomian
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Seharusnya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai Hukum Koperasi.

3.2.2 Bagi Mahasiswa


Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidaklengkapan materi hokum koperasi, kami mohon maaf. Kamipun sadar
bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ninik, Widianti. Agustus 2003.DinamikaKoperasi. PT BinaAdiaksara: Jakarta


Djazh, Dahlan. 1977. PengtahuanPerkoprasian. PN BalaiPustaka: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai