Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 4

Ernawati :72011401
Fandi :72011401
Ari wibowo :7201140106
Istilah Sosial-Budaya tidak luput menunjukan kaitan langsung antara
masyarakat dengan kebudayaanya,dimana setiap kegiatanya mulai dari proses
lahir dan bahkan sampai kematanganya,selalu memancarkan sejauh
kebudayaannya.
Dengan demikian ajaran Bung Karno berpengaruh terhadap atau di pengaruhi
sosial-budaya (Masyarakatnya)
Pada tanggal 17 Agustus 1945 munculnya kebudayaan baru di dalam tatanan
sosial-budaya dari Negara Kesatuan Indonesia (NKRI), Terlihat dari munculnya
kesadaran Rakyat Indonesia dengan membentuk kesatuan Baru yang dikenal
dalam ucapan NKRI Sabang-Merauke, bukti langsungnya yaitu sikap rakyat
Indonesia yang tidak mau di jajajh oleh kolonilal Belanda dengan membentuk
perlawanan penuh,persatuan yang kokoh dalam rangka kesatuan Baru,dengan
tidak memandang latar belakang suku budayanya seperti Jawa, Sunda,Bugis,
Dayak Dll, Melainkan sudah menerima tampilnya kebudayaan Baru yang
Berbeda dari kebudayaan sebelumnya.
Dengan ini menjadi sangat tepat dimana pada isi Pasal 32 UUD 1945 yang
berbunyi Kebudayaan Nasional ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budi-daya rakyat Indonesia seluruhnya.
Penjelasan dari pasal 32 UUD 1945 ini memungkinkan lahirnya
kebudayaan Nasional Negara Kesatuan Replublik Indonesia,
Apabila di kaji secara antropologis Bung Karno seperti warga
masyrakat lainnya ,sebelum mengekspresikan
(Mengungkapkan)dirinya di dalam masyarakatnya,terlebih
dahulu ia dengan sendirinya berada dalam
proses(internalisasiI)yaitu proses dimana tingkat kematangan
seseorang.
selain itu juga ada istilah (socialization) proses belajar
kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial), selain itu
ada juga proses (Inkulturasi) yaitu proses dimana seseorang
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat,norma dan ketentuan-ketentuan dalam
kebudayaanya.
Walaupun sebagai terutama pencetus sekaligus
pelaksana dari gagasan kemanusiaan ,konsep-konsep
pikiranya tidak terpisah dari kaidah kaidah
berhubungan dengan Kebudayaanya,yaitu dengan
diakuinya keunggulanya dalam antropologi maupun
sosiologi yang baik.
Sesuai dengan teori yang di kembangkanvoleh C.
Kluchohn, yaitu sistem nilai budaya berhububungan
dengan hakikat hidup manusia, manusia dengan
karyanya, manusia dalam ruang dan waktunya
manusia dengan naturnya (alam sekitar),dan manusia
dengan manusia lainnya.
Karl max selaku analisis yang di gandrungi bung karno dengan
merumuskan Historis.
Dalam menggunakan hukum historis Materialisme Bung Karno
sampai pada kesimpulan,walaupun secara politik Negara Kesatuan
republik Indonesia sudah di proklamirkan pada 17 Agustus
1945,namun warna budaya ataupun kebudayaan Indonesia pasa saat
berdirinya NKRI tersebut,bahkan sampai beberapa tahun
sesudahnya,dengan mencerminkan kebudayaan yang menghasilkan
karya cipta rakyat dan bangsa Indonesia.
Bung karno menekankan yang dimaksud dengan Proklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 menurut Bung Karno pemerintah belum bisa
mengatur sepenuhnya mental rakyat indonesia, untuk diberikan
arahan sesuai dengan cita-cita bersama.
Selain itu setelah NKRI di proklamasikan, tidak serta merta
kebudayaan kolonial Belanda hilang begitu saja, apalagi kebudayaan
yang berhubungan dengan sikap mental rakyat atau bangsa Indonesia.
Sikap kita terhadap kebudayaan lama maupun kebudayaan
asing adalah sikapnya revolusi Nasional-Demokrasi pula,
dari kebudayaan lama kita kikis feodalisme, dari kebudayaan
asing kita punahkan imperalismenya
Seperti yang dikatakan Bung Karno kebudayaan fedeoalis
Indonesia Ditundukan dengan cara membawa masyarakat
Indonesia dari tahap Nasional-Demokrasi ke tahap
sosialisme,Dalam tahap sosilaisme masyarakat dituntut
untuk Menjalankan Pola Kesadaran Kelas dan bukan
pertentangan Kelas.
Pertentangan kelas akan memenagkan kaum Borjuis
Kapitalis terhadap kaum kelas rakyat jelata, didalam
kemenangan itulah kaum borjuis,kaum feodal bisa ikut
berkuasa.
Karena adannya kelas-kelas dari pada bangsa Indonesia yang diuntungkan dalam
penjajahan Belanda,Bung Karno memberi batasan jangan Hollandsdenkin (Berpikir
secara Belanda )
Kata Bung Karno selanjutnya:
secara Belanda kita berpikir lenggang-lenggang kita secara Belanda,makan
secara Belanda.
Ada Bangsa kita yang tidak bisa makan pulukan ( dengan jari) kita Tempo hari
menjadi bangsa Jiplakan.
Maka disimpulkannya bahwa :
Proklami 17 Agustus 1945 pada Hakikatnya Ialah
proklamasi kembali kepada kepribadian kita sendiri
Maka secara mendasar ada perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan
Indonesia,terutama mengenai perhubungan antar-manusia.
Menurut Bung Karno :
saudara-saudara mengetahui,bahwamisalnya di Eropa Barat hiduplah
Individualisme yang manusia itu tidak kenal satu sama lain dalam arti
persaudaraan ,tetapi justru bertentangan satu sama lain tetapi Kita, mau
bersaudara, persaudaraan memang jsebagai jiwa Bangsa Indonesia sebelum kita
di jajajh imperalisme asing itu.
Dalam hal sosial-buadaya secara tegas Bung Karno
menjelaskam Pancasila bukan hanya digali sejak zaman
Islam, bahkan sejak zaman Pra-Hindu.
Seperti yang terucapkan Pidato 1 juni 1945
yang artinya:
Poitisi mengoreksi jalannya sejak
perikemanusiaan sejagat,terlihat dari konsep
nasionalisme Bung Karno bertanggung jawab
kepada keperimanusiaan dan Konsep Demokrasi
yang bertanggung jawab Kepada keadilan sosial.
Dalam penegasan Bung Karno saripati Pancasila sebagai
rumusan modern yang merupakan konsep dari Gotong
Royong adalah satu jiwa untuk selalu ingin aktif
bersama pada setiap pekerjaan atau kegiatan untuk
mencapai tujuan bersama.

Anda mungkin juga menyukai