FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
karena itu, tidak mengherankan kalau hampir di setiap bahasa di dunia kata (istilah)
itu dikenal.
tersebut.
Advokat sebagai nama resmi profesi dalam sistem peradilan kita, pertama ditemukan dalam
ketentuan Susunan Kehakiman dan Kebijaksanaan Mengadili (RO). Advokat itu merupakan
padanan dari kata Advocaat (Belanda) yakni seseorang yang telah resmi diangkat untuk
menjalankan profesinya setelah memperoleh gelar meester in de rechten (Mr). Lebih jauh
lagi, sesungguhnya akar kata itu berasal dari kata latin “advocare, advocator”. Oleh
Aliran etika Utilitarian adalah suatu teori dari segi etika normative yang menyatakan bahwa
suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya
didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan srta
menghindari keburukan dan mendapatkan kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah identic
dengan kesenangan dan keburukan itu diidentik dengan penderitaan sebagai adil dan tidak
adil, susila dan asusuila, baik dan jahat.1
Konsep keadilan Utilitarianisme menjadikan keadilan sebagai titik tengah dimana penjatuhan
putusan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana harus adil dan setimpal. Konsep keadilan
utilitarianisme merupakan konsep keadilan dimana pihak-pihak harus merasa adil karena
tercipta keadilan tanpa adanya ketidak seimbangan di dalam proses persidangan.
Teori Utilitarianisme adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat tersebut harus
menyangkut bukan saja satu atau dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam perumusan terkenal berkenan dengan pemikiran utilitarianisme ntuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest number.
Dalam penerapan etika dalam penegakkan hokum akan menjadikan aparatur penegak hokum
mempunyai orientasi bagaimana mereka menjalankan tugas, wewenangnya dan
kewajibannya tersebut. Dengan perkataan lain, disini etika dapat membantu aparatur penegak
hokum dalam mencari orientasi. Dengan tujuan agar penegak hokum tidak berjalan dengan
cara ikut-ikutan saja terhadap berbagai pihak yang bagaimana penegakan hokum harus
berjalan, melainkan agar aparatur penegak hokum harus bersikap dan membantu aparatur
penegak hokum lebih mampu untuk mempertanggung jawabkan tugas, wewenang dan
kewajiban sebagai aparatur penegak hokum.2
B. Rumusan Masalah
1. Korelasi antara Profesi Jaksa dengan Etika Utilitarian
2. Moralitas dan Hukum
3. Pokok ajaran etika Utilitarian
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Korelasi antara Profesi Jaksa dengan Etika Utilitarian
2. Mengetahui moralitas dan Hukum
3. Mengetahui Etika ajaran utilitarian.
1
H.M. Agus Santoso, Hukum, Moral, dan keadilan, sebuah Kajian Filsafat Hukum, Cet.1 (Jakarta :kencana,
2012), hal.58
2
Franz Magnis-Suseno, Op. Cit, hal.14.
D. Tinjauan Pustaka
1. Achamd Ali, Menguak Tabir Hukum (Ghalia Indonesia 2008)
2. Lorens Bagus, kamus filsafat, (Jakarta P.T Gramedia Pustaka, 2000), hal.217.
3. Darji Darmodiharjo, Op.Cit.149
4. Dasar-dasar pengertian moral, Bab. 1. Hal.1
5. Tim Mulgan, understanding utilitarianism,(Acumen : Stocksfield,2007). 10
6. Ibn Miskawih, Penerjemah : Helmi Hidayat, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Cet.
Ke- Wicaksana, Semarang, 1986. Hlm.10
BAB II
Nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. Nilai
dianggap penting oleh manusia itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan
harus diaplikasikan dalam perbuatan. Moralitas diidentikan dengan perbuatan baik dan
perbuatan buruk(etika) yang mana cara mengukurannya adalah melalui nilai- nilai yang
terkandung dalam perbuatan tersebut.
Pada dasarnya nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani
manusia. pertama, berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri
sendiri dan sesama sebagai bagian dari masyarakat. kedua, menarik perhatian pada
permaslahan-permasalahan moral yang kurang ditanggapi manusia. Ketiga, dapat menjadi
penarik perhatian manusia kepada gejala “Pembiasaan emosional”
Selain itu fungsi dari nilai, moral dan hukum yaitu dalam rangka untuk pengendalian
dan pengaturan. Pentingnya system hukum ialah sebagai perlindungan bagi kepentingan-
kepentingan yang telah dilindungi agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan karena
belum cukup kuat untuk melindungi dan menjamin mengingat terdapat kepentingan-
kepentingan yang tidak teratur. Untuk melindungi lebih lanjut kepentingan yang telah
dilindungi kaidah-kaidah tadi maka diperlukanlah system hukum.
Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
Ethos dan Ethikos. Ethos yang berate sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa.
Sedangkan Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik.
Etika sering disebut juga dengan sebutan moral (atau moralitas). Namun, msekipun sama-
sama terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan
pengertian. Etika berfungsi sebagai teori tentnang perbuatan baik dan buruk. Dalam
filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat moral.
Etiket adalah sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang dan menjadi kebaisaan dalam
sebuah masyarajat, baik berwujud kata-katamaupun suatu bentuk perbuatan nyata.
Contoh etiket adalah makan tanpa sendok, etiket makan tanpa sendok hanya berlakupada
kalangan borjuis saja, sementara dalam agama Islam tindakan ini merupakan sunnah.
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa latin, bentuk jamaknya
mmores, yang artinya adalah tata-cara atau adat istiadat. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau asusila.kata
moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata ethos dalam bahasa
Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, atau cara
berfikir.9
Secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah ilahi (yang
dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada
manusia); upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus (secara pribadi dan bersama)
yang ditujukan kepada ilahi. Secara khusus, agama adalah tanggapan manusia terhadap
pernyataan Tuhan Allah. Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal Tuhan
Allah, maka Ia menyatakan Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan
menyembah-Nya.
Hukum kumpulan aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal maupun dari kebiaaan,
dimana suatu Negara atau masyarakat tertentu mengaku terikat sebagai anggota atau
sebagai subjeknya. Hokum ada (baik dibuat ataupunlahir dari masyarakat) pada dasar nya
hokum bertujuan untuk mencapai kepastian hokum, yaitu untuk mengayomi masyarakat
secara adil dan damai sehingga mendtangkan kebahagiaan bagi masyarakat.
Dalam agama terdapat aturan-aturan tentang bagaimana menjalani hidup di dunia ini baik
hubungannya dengan sesama manusia, manusia dan lingkungannya dan manusia dengan
Tuhannya. Namun, pada era sekarang ini banyak orang yang belum mengetahui
bagaimana pengertian agama yang sebenarnya.
Secara etimologis, dalam bahasa sansekerta, kata agama berasal dari kata gam yang berarti
pergi. Kemudian, dalam bahasa Indonesia diberi awalan dan akhiran “a” sehingga menjadi
kata agama yang berarti jalan. Denman demikian, kata agama berarti sebuah jalan untuk
mencapai kebahagiaan.
Istilah lain tentang agama adalah religi atau religion atau religio. Kata religi berasal dari
bahasa latinya itu religare atau religere yang mempunyai arti terikat dan hati-hati. Terikat
disini maksudnya bahwa orang yang ber-religi atau ber-religare adalah orang yang selalu
merasa dirinya terikat dengan sesuatu yang dianggap suci. Sedangkan hati-hati mempunyai
maksud bahwa orang yang ber-religere adalah orang yang selalu berhati-hati terhadap
sesuatu hal yang dianggap suci, contoh : masjid adalah tempat suci umat Islam.
Sementara itu moral merujuk kepada nilai-nilai kemanusiaan. Moral berasal dari
kata Mores yang artinya adat atau cara hidup. Secara umum, moralitas merupakan sifat
moral dari suatu perbuatan, atau pandangan baik buruk nya kita tentang suatu perbuatan.
Menurut Sonny Keraf, moral menjadi tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk
menentukan baik buruknya tindakan manusia sebagai orang dengan jabatan tertentu atau
profesi tertentu. Sehingga seseorang dapat memiliki moral bersifat baik, ataupun moral
yang bersifat buruk.
Ketika berbicara tentang moral maka tidak akan bisa lepas dari agama, karena di dalam
agama terkandung nilai-nilai moral. Keith A. Robert mengatakan bahwa pada umumnya
individu penganut agama memandang agama sangat erat hubungannya dengan ajaran
moralitas sehari-hari. Moralitas dalam agama juga dipandang sebagai sesuatu yang luhur,
tatanan dalam kehidupan sosial yang dijadikan pedoman. Bisa dibilang, agama melahirkan
moral. Sehingga seseorang yang beragama dan menjalankan ajaran agamanya dengan baik
semestinya juga memiliki moral yang baik. Berikut ini adalah salah satu contoh kasus
moralitas dalam komisis kejaksaan.
Secara garis besar, system etika yang berlaku di dunia terbagi menjadi 2 (dua) kelompok
besar yaiutu system teologis (terarah pada tujuan) atau al-„amal bi „itibar natajih.4
3
Muslim Nurdin, et.al, Moral Islam dan Kognisi Islam, Cet. Ke -1, cv. Alabeta, Bandung,
1993, hlm.205
4
Ahmad Amin, kitab al-akhlaq.21
Baik tidaknya perbuatan diukur dengan berdasarkan konsekuensinya. Karena itu, system-
sistem ini disebut juga sistemkonsekuensialitis. System ini berorientasi pada tujuan
perbuatan. Salah satu aliran etika yang yang termasuk ke dalam system ini adalah
utilitarianisme. Dalam utilitarianisme, tujua pebuatan moral adalah memaksimalkan
kegunaan atau kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang.5
Pada abad Ke 18, Eropa dan Amerika Menyaksikan suatu gerakan umum yang terarah
pada pengakuan yang lebih besar pada hak-hak asasi manusia dan kesetaraan sosial
(sosial equality), nilai individual, batas kemampuan manusia dan hak dan kebutuhan pada
pendidikan. Selama periode ini yang lebih dikenal Enlightenment, para penguasa dan
cendekiawan memiliki pendirian yang sama bahwa rasio manusia, rasionalitas memegan
gperan kunci bagi masa depan kerangka pengembangan ilmu pengetahuan dan perubahan
sosial (sosial change) periode ini juga disebut “the age of reason”. Salah seorang
penggeraknya adalah ahli hokum dan filsuf Inggris, Jeremy Bentham (1748-1832) dan
Jhon.
Sebagai prinsip pedoman bagi kebijakan publik, Bentham mengambil sebuah pepatah
yang telah dikemukakan sejak awal abad 18 oleh seorang filsuf Skotlandia-Irlandia
bernama Francis Hutcheson. Pepatahnya: "Tindakan yang terbaik adalah yang
memberikan sebanyak mungkin kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang". Bentham
mengembangkan pepatah ini menjadi sebuah filsafat moral, yang menyatakan bahwa
benar salahnya suatu tindakan harus dinilai berdasarkan konsekuensi-konsekuensi yang
diakibatkannya.
5
K. Bertens, Etika, Hal.250
Filsafat ini kemudian dikenal sebagai utilitarianisme. Dinamakan demikian karena
menilai setiap tindakan berdasarkan utilitasnya, yakni keberagamannya dalam
membawakan konsekuensi-konsekuensi. Para pendukung filsafat ini menerapakan
prinsip-prinsip tersebut dalam bidang moralitas individu, kebijakan politik, hukum, dan
sosial. Filsafat ini sangat terlihat dalam memengaruhi pemerintahan Inggris. The greatest
good of the greatest number yang artinya, kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar.
Prinsip ini sudah menjadi ungkapan keseharian yang sudah sangat akrab di telinga setiap
orang Inggris.
2. Tindakan secara moral dapat dibenerkan jika ia menghasilkan lebih banyak kebaikan
daripada kejahatan, dibandingkan tindakan yang mungkin diambil dalam situasi
kondisi yang sama.
3. Secara umum, harkat atau nilai moral tindakan dinilai menurut kebaikan dan
keburukan akibatnya.
4. Ajaran bahwa prinsip kegunaan terbesar hendaknya menjadi kriteria dalam perkara
etis, kriteria itu harus ditetapkan pada konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari
putusan- putusan etis.
Utilitarianisme ini banyak di kritik. Salah satu kritikannya adalah utiliariansime Tindakan
dengan mudah dapat dipakai untuk membenarkan tindakan yang melanggar hokum
dengan alasan bahwa akibatnya membawa keuntungan bagi lebih banyak orang daripada
akibat buruknya. Utilitarianisme peraturan merupakan versi baru dari utiliariansime
tindakan (klasik). Maximnya sendiri berbunyi ,” bertindaklah sedemikian rupa seturut
dengan aturan- aturan yang paling baik dalam masyarakat.” Versi baru ini menilai suatu
tindakan individu itu baik atau salah menurut ketentuan apakah bias diterima atau tidak
oleh aturan –aturan yang lebih baik (menghasilkan kesejahteraan yang lebih besar dari
pada kerugoannya) dalam maysarakat. Oleh karena, tindakan individu tidak lagi
ditimbang secara prinsip utilis tetapi aturanlah yang ditimbangkan dengan prinsip utilis.6
BAB III
ANALISIS
peran advokat adalah penegak hukum yang memiliki kedudukan setara dengan
penegak hukum lainnya (hakim, jaksa, dan polisi). Namun, meskipun sama-sama sebagai
penegak hukum, peran dan fungsi para penegak hukum ini berbeda satu sama lain. Dalam
konsep trias politica tentang pemisahan kekuasaan negara yang terdiri dari kekuasaan
legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Penegak hukum yang terdiri dari hakim, jaksa, dan polisi
memiliki kekuasaan yudikatif dan eksekutif. Dalam hal ini hakim sebagai penegak hukum
yang menjalankan kekuasaan yudikatif mewakili kepentingan negara dan jaksa serta polisi
6
Alexander Ivan, Jurnal Utilis, kegunaan, utilitarianisme Tindakan, Utiliarianisme Peraturan, Ham
yang menjalankan kekuasaan eksekutif mewakili kepentingan pemerintah. Bagaimana
dengan Advokat?
Advokat dalam hal ini tidak termasuk dalam lingkup ketiga kekuasaan tersebut
(eksekutif, legislative, dan yudikatif). Advokat sebagai penegak hukum menjalankan peran
dan fungsinya secara mandiri untuk mewakili kepentingan masyarakat (klien) dan tidak
terpengaruh oleh kekuasaan negara (yudikatif dan eksekutif). Dalam mewakili kepentingan
klien dan membela hak-hak hukum tersebut, cara berpikir advokat harus objektif menilainya
berdasarkan keahlian yang dimiliki dan kode etik profesi. Untuk itu, dalam kode etik
ditentukan adanya ketentuan advokat boleh menolak menangani perkara yang menurut
keahliannya tidak ada dasar hukumnya, dilarang memberikan informasi yang menyesatkan
Profesi Advokat yang bebas mempunyai arti bahwa dalam menjalankan profesinya
mendapatkan tekanan darimana pun juga. Kebebasan inilah yang harus dijamin dan
dilindungi oleh UU yaitu UU no.18 tahun 2003 tentang Advokat agar jelas status dan
Peran Advokat tersebut tidak akan pernah lepas dari masalah penegakan hukum di
tempat hukum tersebut berlaku atau diberlakukan. Dalam masyarakat sederhana, pola
penegakan hukumnya dilaksanakan melalui prosedur dan mekanisme yang sederhana pula.
Namun dalam masyarakat modern yang bersifat rasional dan memiliki tingkat spesialisasi
dan diferensiasi yang begitu tinggi, pengorganisasian penegakan hukumnya menjadi begitu
kompleks dan sangat birokratis. Semakin modern suatu masyarakat, maka akan semakin
kompleks dan semakin birokratis proses penegakan hukumnya. Sebagai akibatnya yang
memegang peranan penting dalam suatu proses penegakan hukum bukan hanya manusia yang
menjadi aparat penegak hukum, namun juga organisasi yang mengatur dan mengelola
Secara sosiologis, ada suatu jenis hukum yang mempunyai daya laku
lebih kuat dibanding hukum yang lain. Didapati hukum sebagai produk
kekuasaan ternyata tidak sesuai dengan hukum yang nyata hidup dalam
1. Mendorong penerapan hukum yang tepat untuk setiap kasus atau perkara.
2. Mendorong penerapan hukum tidak bertentangan dengan tuntutan kesusilaan, ketertiban
umum dan rasa keadilan individual dan sosial.
3. Mendorong agar hakim tetap netral dalam memeriksa dan memutus perkara, bukan
sebaliknya menempuh segala cara agar hakim tidak netral dalam menerapkan hukum.
Karena itu salah satu asas penting dalam pembelaan, apabila berkeyakinan seorang klien
bersalah, maka advokat sebagai penegak hukum akan menyodorkan asas “clemency” atau
sekedar memohon keadilan.
Selain peran diatas, Advokat juga memiliki peran dalam pengawasan penegakan hukum,
penjaga kekuasaan kehakiman dan sebagai pekerja sosial. peran tersebut akan di jabarkan
sebagai berikut:
Internal, secara internal peran himpunan advokat harus dapat menjadi sarana efektif
mengawasi tingkah laku advokat dalam profesi penegakan hukum atau penerapan hukum.
Harus ada cara- cara yang efektif untuk mengendalikan advokat yang tidak mengindahkan
etika profesi dan aturan-aturan untuk menjalankan tugas advokat secara baik dan benar.
Eksternal, secara eksternal baik himpunan advokat maupun advokat secara individual harus
menjadi pengawas agar peradilan dapat berjalan secara benar dan tepat. Bukan justru
sebaliknya, advokat menjadi bagian dari upaya menghalangi suatu proses peradilan.
Pekerja sosial dalam hal ini adalah pekerja sosial di bidang hukum.
persoalan hukum, tetapi tidak berdaya. Mereka bukan saja tidak berdaya
yang yang dihadapi rakyat kecil dan lemah yang memerlukan bantuan,
seorang ahli hukum yang memberikan jasa atau bantuan hukum kepada
kliennya. Bantuan hukum tersebut bisa berupa nasehat hukum,
Hak dan Kewajiban serta larangan Bagi Advokat Telah Diatur dalam
Pasal 14
“Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam
membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang
pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundang-undangan”.
Pasal 15
“Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada
kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan”.
Pasal 16
“Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan
pembelaan Klien dalam sidang pengadilan”.
Pasal 17
“Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi,
data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak
lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk
pembelaan kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”.
Pasal 18
Kewenagan Advokat dari Segi Kekuasaan Yudisial Advokat dalam sistem kekuasaan
yudisial ditempatkan untuk menjaga dan mewakili masyarakat. Sedangkan hakim, jaksa, dan
polisi ditempatkan untuk mewakili kepentingan negara. Pada posisi seperti ini kedudukan,
fungsi dan peran advokat sangat penting, terutama di dalam menjaga keseimbangan diantara
kepentingan negara dan masyarakat. Ada dua fungsi Advokat terhadap keadilan yang perlu
mendapat perhatian. Yaitu pertama kepentingan, mewakili klien untuk menegakkan keadilan,
dan peran advokat penting bagi klien yang diwakilinya. Kedua, membantu klien, seseorang
Advokat mempertahankan legitimasi sistem peradilan dan fungsi Advokat. Selain kedua
fungsi Advokat tersebut yang tidak kalah pentingnya, yaitu bagaimana Advokat dapat
undangan, konsultasi hukum kepada masyarakat baik melalui media cetak, elektronik
maupun secara langsung. Fakta yang tidak terbantahkan bahwa keberadaan Advokat sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang tersandung perkara hukum, untuk
menunjang eksistensi Advokat dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam sistem
penegakan hukum, maka diperlukan kewenangan yang harus diberikan kepada Advokat.
wenangan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yang lain (Hakim, Jaksa, Polisi) dan
juga dapat memberikan batasan kewenangan yang jelas terhadap advokat dalam menjalankan
seringkali dinigasikan (diabaikan) oleh aparat penegak hukum. Hal ini mengakibatkan
kedudukan advokat “tidak sejajar” dengan aparat penegak hukum yang lain.
Dari kondisi itu tampak urgensi adanya kewenangan advokat didalam menjalankan
fungsi dan tugasnya dalam sistem penegak hukum. Kewenangan advokat tersebut diberikan
KESIMPULAN
Penyelenggaraan pemerintahan negara sebagai suatu proses atas eksistensi sebuah negara
tidak dapat dipisahkan dengan suatu proses penyelenggaraan penegakan hukum.
Penyelenggaraan pemerintahan akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan melalui
proses penegakan hukum yang baik pula.
Penyelenggaraan pemerintahan negara dan penegakan hukum selain diperlukan sistem dan
hukum yang baik mutlak diperlukan penyelenggara negara dan penyelenggara penegak
hukum yang baik yaitu aparatur yang mempunyai landasan profesional dan integritas
kepribadian yang baik.
Agar terlaksananya penyelenggaraan penegakan hukum yang baik, para penegak hukum
perlu meningkatkan profesionalisme, etos kerja dan dedikasi. Para penegak hukum harus
mengikuti doktrin supremacy of moral, artinya dituntut tidak hanya menjadi profesional
dalam bidangnya melainkan juga manusia yang bekerja dengan sepenuh hatinya. Secara
kelembagaan juga diperlukan suatu penerapan etika profesi sehingga satu sama lain dapat
menunjang terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan dan penegakan hukum yang
berkesejahteraan dan berkeadilan.
Penegakan hukum terutama yang terkait dengan pelaksanaan sistem peradilan pidana sering
dijumpai permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan, sehingga dalam rangka
penegakan hukum di bidang peradilan pidana perlu diterapkan secara konsisten suatu sistem
peradilan pidana terpadu dan pelaksanaan koordinasi antar penegak hukum.
Kebaikan pelaksanaan hukum oleh aparat penegak hukum, tidak semata-mata dalam
menangani perkara; namun juga diperlukan adanya pengawasan lebih intensif di segala lini
penanganan perkara. Di sini, yang perlu dan paling utama adalah aparat penegak hukum itu
sendiri. Kecakapan, moral baik, mental kuat, serta dedikasi pengabdian penuh rasa tanggung
jawab; inilah yang akan menjamin kesempurnaan dan kebaikan undang-undang.
Teori Utilitarianisme adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat tersebut harus
menyangkut bukan saja satu atau dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam perumusan terkenal berkenan dengan pemikiran utilitarianisme ntuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest number.
Filsafat hukum memang telah berkembang menjadi suatu grand theory bagi pengembangan
ilmu hukum positif dan teori hukum. Filsafat hukum tidak lagi menjadi dominasi para filsuf
melainkan juga mulai dihasilkan oleh para teoretisi dan praktisi hukum yang berpengaruh.
Oleh karenanya, filsafat hukum juga akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan
pengadilan/ hakim sebagai konsekuensi dari semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap
perubahan nilai-nilai hokum dan keadilan sosial.
DAFTAR PUSTAKA