Anda di halaman 1dari 10

JURNAL

PERAN KODE ETIK PROFESI KEHAKIMAN TERHADAP


PERTANGGUNGJAWABAN HAKIM DALAM MEMUTUS
PERKARA DI PERADILAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri


Mata kuliah: Etika Profesi Hukum
Dosen Pengampu: Dr. H. Didi Sukardi, M.H.

Oleh:
Ryan Abdul Muhit
(1808202091)

HES C/6

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
1442 H / 2021 M

1
PERAN KODE ETIK PROFESI KEHAKIMAN TERHADAP
PERTANGGUNGJAWABAN HAKIM DALAM MEMUTUS
PERKARA DI PERADILAN

Ryan Abdul Muhit


Email: ryan.muhit@gmail.com
Hukum Ekonomi Syariah
IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Abstract
Ethics is a branch of philosophy that talks about human practice, or about human actions
or behavior as humans. Professional ethics as a norm that regulates how members of a
profession carry out their duties and functions as well as possible according to the
demands of ethical, moral, and even legal values and professional justice that they carry,
so that they are truly professional in carrying out their professional functions. This
research is a qualitative type with a library research approach, which is research with
data obtained from various sources and literature. Collecting data obtained from
reviewers of relevant literature and relating to this research. The results of this study are
the role of the code of ethics of the judiciary on accountability in deciding cases is as a
basis or guideline and is preventive in nature against the authority of judges in carrying
out their duties and functions as judges. Then the code of honor of judges also adheres to
the principle of submission to the law.

Keywords: Ethics, Professional, Judges.

Abstrak
Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat yang berbicara tentang praktik manusiawi,
atau tentang tindakan atau prilaku manusia sebagai manusia. Etika profesi sebagai
norma yang mengatur dengan cara bagaimana anggota suatu profesi melakukan tugas
dan fungsinya sebaik mungkin menurut tuntutan nilai-nilai etik, moral, dan bahkan nilai
hukum dan keadilan profesi yang diembannya, agar benar-benar professional dalam
melaksanakan fungsi profesinya. Penelitian ini adalah jenis kualitatif dengan pendekatan
library research (penelitian kepustakaan), yang merupakan penelitian dengan data yang
diperoleh dari berbagai sumber dan literatur. Mengumpulkan data yang didapat dari
penelaah kepustakaan yang relevan dan berkaitan dengan penelitian ini. Adapun hasil
dari penelitian ini yaitu peran kode etik kehakiman terhadap pertanggungjawaban dalam
memutus perkara adalah sebagai landasan atau pedoman dan bersifat preventif terhadap
kewenangan hakim dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai hakim. Kemudian
kode kehormatan hakim juga menganut prinsip penundukan pada undang-undang.

Kata Kunci: Etika, Profesi, Hakim.

1
PENDAHULUAN
Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat Apabila profesi berkenaan dengan
yang berbicara tentang praktik bidang hukum, maka kelompok profesi
manusiawi, atau tentang tindakan atau itu disebut dengan profesi hukum.
prilaku manusia sebagai manusia. Nilai- Pengemban profesi hukum bekerja secara
nilai etika diciptakan berdasarkan atas professional dan fungsional. Mereka
kodrat manusia, sehingga etika tidak memiliki tingkat ketelitian, kehati-hatian,
bersandar kepada ajaran agama atau ketekunan, kritis, dan pengabdian yang
paham tertentu. Kodrat kemanusian itu tinggi karena mereka bertanggung jawab
harus mencapai perkembangan dan kepada diri sendiri dan kepada Tuhan
kesempurnaan yang mengacu pada Yang Maha Esa. Mereka bekerja sesuai
eksistensi manusiawi yang autentik dengan kode etik profesinya.
sebagai manusia (sebagaimana sang Dalam kode etik terdapat ketentuan-
Pencipta menghendakinya). Alam kodrat ketentuan profesi yang mesti dipatuhi.
memberikan manusia akal budi dan Apabila terjadi penyimpangan atau
dengan akal budinya manusia mencoba pelanggaran kode etik, maka bagi
menyelami dan memahami hakikat nilai- pelanggar harus
nilai dari tindakan manusia. Dari mempertanggungjawabkan akibatnya
tindakannya itu manusia dinilai baik atau sesuai dengan tuntutan kode etik. Hal itu
tidaknya oleh manusia lain. Tolok ukur biasanya terdapat di dalam organisasi
penilaian baik atau tidaknya prilaku profesi, ada Dewan Kehormatan yang
manusia itu adalah etika. Etika dengan akan mengoreksi pelanggaran kode etik.
segala maknanya dapat dipandang Salah satu profesi di bidang hukum
sebagai sarana/alat untuk membangun yaitu hakim. Hakim adalah profesi di
orientasi bagi manusia yang ingin mana tugasnya adalah menerima,
berkepribadian baik dalam hidupnya memeriksa, mengadili, memutuskan, dan
(Kess Bertens, 2005). menyelesaikan setiap perkara yang
Istilah etika dalam Kamus Besar diajukan kepadanya. Karena kewenangan
Bahasa Indonesia mengacu kepada tiga hakim yang sangat luas. Maka kepada
arti yaitu, (1) ilmu tentang apa yang baik hakim dituntut untuk bersikap mulia dan
dan buruk, serta tentang hak dan bertingkah laku terpuji , sebagaimana
kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan dalam lambing dan profesi hakim yang
asas atau nilai yang berkenaan dengan disebut dengan “Panca Dharma Hakim”
akhlak, dan (3) nilai mengenai benar dan yang dilambangkan dengan (Kartika,
salah yang dianut suatu golongan atau cakra, candra, sari, tirta).
masyarakat (Kess Bertens, 2005). Hakim diangkat oleh kepada negara
Berkaitan dengan etika, tentunya untuk menjadi hakim dalam
dalam berprofesi pun mengenal dengan menyelesaikan gugatan, perselisihan-
nama etika profesi. Etika profesi sebagai perselisihan dalam bidang hukum perdata
norma yang mengatur dengan cara maupun pidana karena penguasa sendiri
bagaimana anggota suatu profesi tidak dapat menyelesaikan tugas
melakukan tugas dan fungsinya sebaik peradilan (Muhammad Salam Madkur,
mungkin menurut tuntutan nilai-nilai etik, 1993)
moral, dan bahkan nilai hukum dan Hakim memperoleh tanggung
keadilan profesi yang diembannya, agar jawabnya yang dipikul karena adanya
benar-benar professional dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 48
melaksanakan fungsi profesinya (Nurul Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Qamar dan Farah Syah Rezah, 2017). Kehakiman yang menyebutkan bahwa

2
peradilan dilakukan “Demi Keadilan Dalam profesi kehakiman, untuk
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha jabatan hakim, Kode Etik Hakim disebut
Esa”. Peradilan Negara menerapkan dan sebagai Kode Kehormatan Hakim yang
menegakan hukum dan keadilan mana itu berbeda dengan notaris dan
berdasarkan Pancasila (Pasal 2 ayat 2) advokat. oleh karena itu, Kode
Kemudian putusan hakim harus memiliki Kehormatan Hakim memuat tiga jenis
dasar-dasar ideologis yang termuat dalam etika, yaitu etika kedinasan pegawai
sila-sila Pancasila. Menurut Anwar Abbas negeri sipil, etika kedinasan hakim
ketika Indonesia merdeka, cita-cita sebagai pejabat fungsional penegak
demokrasi sosial Indonesia diharapkan hukum, dan etika hakim sebagai manusia
oleh Hatta tersebut telah membawa hakim pribadi anggota masyarakat. Kemudian
bekerja mewakili Tuhsn Yang Maha Esa. mengenai Kode Etik Hakim meliputi:
Frase ini juga menjadi jaminan bahwa etika kepribadian hakim, etika melakukan
hakim dalam memutuskan suatu perkara tugas jabatan, etika pelayanan terhadap
akan bekerja secara jujur, bersih, dan adil pencari keadilan, etika hubungan sesame
(Anwar Abbas, 2010). rekan hakim, dan etika pengawasan
Profesi hakim tentu tidak mudah terhadap hakim (Abdul Kadir
seperti membalikan telapak tangan. Muhammad, 2014).
Menjadi hakim harus dilandasi dengan Melihat hal itu di atas, tentunya
penuh tanggungjawab dan kemandirian dalam berprofesi dengan memahami
akan menjadi seorang hakim. Hakim secara kaffah terhadap apa itu arti
terikat dengan kode etik kehakiman pentingnya etika dalam berprofesi
dalam berprofesi, hal tersebut berperan sangatlah diperlukan. Seseorang dalam
sebagai rantai pengikat untuk menjalankan profesinya tidak cukup
memperkuat pertanggungjawaban yang dengan bekal skill yang dimiliki saja,
diemban seorang hakim. Ketika ternyata melainkan etika pun sangat diperlukan.
hakim melakukan pelanggaran maka ada Fungsi dengan adanya etika dalam
konsekuensi hukumnya. Hakim yang profesi atau disebut dengan kode etik
terbukti melakukan pelanggaran atau profesi sangatlah memberikan dampak
penyalahgunaan lainnya dapat dimintai yang tidak sedikit, bahkan dampak yang
pertanggungjawabannya secara pribadi dirasakan dapat terasa kepada masyarakat
baik secara pidana maupun perdata luas, bukan hanya sekedar kepada profesi
(Oemar Seno Adji, 1996). apa yang sekarang dijalankan, jabatan
Selain itu hakim memiliki yang diemban, atau lain sebagainya. Hal
pertanggungjawaban dalam memutus tersebut dikarenakan semuanya akan
perkara yang mana pertanggungjawaban dipertanggungjawabkan.
tersebut dapat dikatakan berdimensi Untuk itu maka penulis merasa perlu
vertical dan horizontal. untuk mengkaji lebih dalam lagi
Pertanggungjawaban vertical yaitu mengenai, yaitu pertama, apa peran kode
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha etik profesi kehakiman terhadap
Esa. Sedangkan pertanggungjawaban pertanggungjawaban hakim dalam
secara horizontal hubungannya dengan memutus perkara? Dan kedua, bagaimana
manusia atau masyarakat. Tetapi karena hubungan kode kehormatan kehakiman
profesi hakim bergerak di bidang hukum, dengan Undang-Undang?
maka pertanggungjawaban di depan LITERATURE REVIEW
hukum pun berlaku bilama hal itu Adhoni Bawangun dalam penelitiannya
memang terbukti terdapat pelanggaran mengungkapkan, bahwasannya kode etik
secara hukum. profesi hakim adalah aturan tertulis yang

3
harus dipedomani oleh setiap hakim undang-undang baru sekarang ini. System
Indonesia dalam melaksanakan tugas peradilan pidana terpadu dimulai dengan
profesi sebagai hakim. Semua peradilan rancangan undang-undang pidana sampai
di seluruh wilayah Republik Indonesia lepasnya terpidana dari penjara
adalah peradilan negara yang ditetapkan (Muhammad Akbar, 2017).
oleh undang-undang. Tidak METODOLOGI PENELITIAN
diperkenankan lagi adanya peradilan- Jenis penelitian ini adalah kualitatif
peradilan yang dilakukan oleh bukan dengan pendekatan library research
badan peradilan negara. Penyelesaian (penelitian kepustakaan), yang
perkara di luar pengadilan atas dasar merupakan penelitian dengan data yang
perdamaian tetap diperbolehkan (Adhoni diperoleh dari berbagai sumber dan
Bawangun, 2014). literatur. Mengumpulkan data yang
Syahrunsyah menjelaskan bahwa didapat dari penelaah kepustakaan yang
pertanggungjawaban hakim terhadap relevan dan berkaitan dengan penelitian
putusan yang salah akibat keterangan ini (Suharsini Arikujnto, 2011).
palsu, hakim memiliki tanggungjawab
kepada Tuhan tentunya tidak seorang KONSEP DASAR
manusia tahu apa dampak atau imbalan Pengertian Etika
yang akan diterima seorang hakim akibat Menurut Bertens (1994), etika berasal
putusannya tersebut. dari Bahasa Yunani kuno yaitu ethos
pertanggugjawabannya hakim kepada dalam bentuk tunggal yang berarti adat
masyarakat berwujud pada adanya sikap kebiasaan, adat istiadat, akhlah yang baik.
keterbukaan dan kesiapan lembaga Bentuj jamak dari ethos adalah ta etha
peradilan/hakim untuk diberi nilai berupa artinya adat kebiasaan. Dari bentuk jamak
kritikan ataupun dukungan terhadap ini terbentuklah istilah etika yang mana
putusan yang dikeluarkan oleh hakim. pada masa itu dipakai untuk menunjukan
Dan sanksi terhadap hakim yang filsafat moral. Maka etika berarti ilmu
memberikan putusan salah akibat tentang apa yang biasa dilakukan atau
keterangan palsu, hakim akan dikenai ilmu tentang adat kebiasaan (Abdul Kadir
sanksi apabila terbukti melakukan Muhammad, 2014).
pelanggaran sanksi-sanksi tersebut Pada hakikatnya, etika mengacu pada
berupa teguran tertulis, pemberhentian ilmu filsafat yang berkaitan dengan
sementara maupun pemberhentian tetap kebaikan atau keburukan tindakan
(Syahrunsyah, 2019). manusia dan mengacu pada nilai-nilai
Muhammad Akbar dalam atau kepercayaan yang sangat penting
penelitiannya menjelaskan, bahwa untuk bagi individu maupun masyarakat. Nilai-
mencapai cita-cita tegaknya hukum nilai tersebut membantu untuk
dengan hakim yang bebas dan membentuk karakter manusia dalam
mandiri/independent, maka perlu masyarakatnya, mengajari mereka
diperhatikan khusus kesejahteraan hakim, tentang apa yang baik dan buruk (Sulistiy
system rekrutmen yang jitu, Pendidikan dan Basuki, 2007).
yang khusus dan lebih lama serta terpadu Dengan begitu definisi dari kata etika
dengan jaksa dan advokat. hakim yang itu sendiri dapat dikatakan sebagai moral.
mandi dan independent tergantung pada Pengertian Profesi
hukum atau undang-undang yang Profesi memiliki keterkaitan yang erat
diciptakan ole legislative apakah sepurna dengan pekerjaan. Akan tetapi keduanya
ataukah terdapat kesenjangan di tetap berbeda. Profesi merupakan
dalamnya, seperti ternyata pada banyak pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang.

4
Namun tidak semua pekerjaan dapat pencari keadilan (Mujahid A. Latief, et.
digolongkan sebagai profesi, karena hal al., 2007).
yang dikerjakan, yang digolongkan Hakim juga merupakan pejabat
sebagai profesi, memiliki kekhususan peradilan negara yang diberi wewenang
antara lain, (1) Kerja atau pekerjaan oleh undang-undang untuk mengadili
meliputi bidang yang sangat luas, dan suatu perkara uang dihadapkan
tidak hanya terbatas pada bidang-bidang kepadanya (Wildan Suyuthi Mustofa,
tertentu.Tidak semua pekerjaan dapat 2013). Kemudian juga aktor utama dalam
digolongkan sebagai profesi.Hanya penegak hukum (law enforcement) di
pekerjaan tertentu, yang dilakukan Pengadilan yang mempunyai peran lebih
sebagai kegiatan pokok untuk apabila dibandingkan dengan jaksa,
menghasilkan nafkah hidup dan yang pengacara, dan panitera. Hakim
mengandalkan suatu keahlian yang dapat merupakan living interpretator pada saat
disebut sebagai profesi. (2) Hal utama hukum mulai memasuki wilayah das sein
yang membedakan suatu profesi khusus dan meninggalkan wilayah das sole,
dari pekerjaan pada umumnya adalah hukum tidak lagi berisi pasal-pasal mati
tekanan utamanya pada pengabdian atau yang terdapat suatu peraturan terkait,
pelayanan kepada masyarakat.Orang tetapi sudah dihidupkan lagi oleh hakim.
yang menjalankan suatu profesi luhur Dalam melaksanakan tugasnya,
atau profesi khusus juga membutuhkan hakim dituntut untuk bekerja secara
nafkah hidup yang didapatkan dari pprofesional, bersih, arif, dan bijaksana,
kegiatan menjalankan profesi serta mempunyai rasa kemanusiaan yang
tersebut.Akan tetapi sasaran utamanya tinggi, dan juga menguasai dengan baik
adalah untuk mengabdi dan melayani teori-teori ilmu hukum. Hakim memiliki
masyarakat.Pelayanan dan pengabdian itu suatu yang diemban dan sebagai amanah
diberikan bahkan dijalani sebagai suatu agar peraturan perundang-undangan
panggilan dari, yang memanggil dan diterapkan secara benar dan adil. Apabila
menugaskan mereka untuk penerapan peraturan perundang-
menyampaikan kasih kepada yang undangan akan menimbulkan
membutuhkan (Serlika Aprita, 2019). ketidakadilan, maka hakim wajib
Menurut Ignatius Ridwan berpihak ada keadilan dan
Widyadharma, profesi pada umumnya mengesampingkan hukum atau peraturan
memiliki ciri-ciri yakni adanya perundang-undangan. Hukum yang baik
pengetahuan yang khusus, adanya standar adalah hukum yang sesuai dengan hukum
dan kaidah moral, bekerja dengan yang hidup di dalam masyarakat, yang
orientasi pada pengabdian dan tentunya sesuai dengan pencerminan dari
kepentingan masyarakat, adanya izin nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
khusus untuk menjalankan profesi, (Bagir Manan, 2000).
adanya pula organisasi profesi tersebut Putusan hakim akan
(Serlika Aprita, 2019). dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan secara
Pengertian, Fungsi, dan Tugas Hakim
hukum kepada konstitusi, perundang-
Hakim merupakan pilar utama dan tempat
undangan, serta nilai-nilai hak asasi
terakhir bagi pencari keadilam dalam
manusia. Sejatinya pelaksanaan tugas dan
proses peradilan. Sebagai salah satu
kewenangan pelaksanaan tugas dan
elemen kekuasaan kehakiman yang
kewenangan kehakiman dilakukan dalam
menerima, memeriksa, dan memutus
rangka menegakkan kebenaran dan
perkara, hakim dituntut untuk
memberikan keadilan kepada para

5
keadilan, sebagaimana itu merupakan yang bersangkutan, dan merupakan
cita-cita hukum saat ini. perwujudan nilai moral yang hakiki, yang
tidak dipaksakan dari luar. Kode etik
Kode Etika Profesi dan Kode Etik
profesi hanya berlaku efektif apabila
Hakim
dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang
Menurut Bertens, kode etik profesi
hidup di dalam lingkungan profesi
merupakan norma yang ditetapkan dan
tersebut (Abdul Kadir Muhammad,
diterima oleh kelompok profesi, yang
2014).
mengarahkan dan memberi petunjuk
Kode Etik Hakim disebut sebagai
kepada anggotanya bagaimana
Kode Kehormatan Hakim yang mana itu
seharusnya berbuat dan sekaligus
berbeda dengan notaris dan advokat. oleh
menjamin mutu moral profesi itu di mata
karena itu, Kode Kehormatan Hakim
masyarakat. Dalam artian apabila terdapat
memuat tiga jenis etika, yaitu etika
anggota dari kelompok profesi tersebut,
kedinasan pegawai negeri sipil, etika
maka akan tercemar di mata masyarakat
kedinasan hakim sebagai pejabat
(Bertens, 1995).
fungsional penegak hukum, dan etika
Kode etik profesi merupakan produk
hakim sebagai manusia pribadi anggota
etika terapan karena dihasilkan
masyarakat. Kemudian mengenai Kode
berdasarkan penerapan pemikiran etis
Etik Hakim meliputi: etika kepribadian
atas suatu profesi. Kode etik profesi juga
hakim,
merupakan hasil pengaturan diri profesi
etika melakukan tugas jabatan, etika Menurut S.J Fockema perundang-
pelayanan terhadap pencari keadilan, undangan atau legislation memiliki 2
etika hubungan sesame rekan hakim, dan pengertian, (1) perundang-undangan
etika pengawasan terhadap hakim (Abdul merupakan pembentukan atau proses-
Kadir Muhammad, 2014). proses membentuk peraturan-peraturan
negara,baik di tingkat pusat maupun
Perundang-undangan di Indonesia
daerah. (2) segala peraturan-peraturan
Perundang-undangan atau undang-
negara, yang merupakan hasil
undang merupakan peraturan tertulis
pembentukan peraturan, baik tingkat
yang dibentuk oleh Lembaga negara atau
pusat maupun daerah. (Laerensius
pejabat berwenang dan mengikat secara
Arlimman Simbolon, 2019).
umum. Peraturan perundang-undangan
memuat aturan dan mekanisme hubungan PEMBAHASAN DAN DISKUSI
antarwarga negara, antara warga negara Peran Kode Etik Kehakiman
dan negara, serta antara warga negara Terhadap Pertanggungjawaban dalam
degan pemerintah, dan antar lembaga Memutus Perkara
negara. Hakim berperan penting terhadap
Perundang-undangan yang berlaku di penerapan suatu peraturan perundang-
Indonesia disebut sebagai perundang- undangan dalam putusan perkara. Oleh
undangan nasional, yang merupakan karena itu seorang hakim dalam memutus
aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga- perkara harus mempertimbangkan dengan
lembaga negara yang berwenang untuk bijak dan kehati-hatian.
dipatuhi oleh seluruh warga negara dalam Alasan hakim mesti
lingkup nasional. Oleh karena itu, mempertimbangkan dengan bijak dan
peraturan perundang-undangan berlaku kehati-hatian adalah bukan hanya semata
bagi semua warga negara Indonesia tanpa menjalankan tugas negara saja, melainkan
terkecuali. menyangkut kepentingan hak seseorang
dan juga melaksanakan sebagaimana

6
amanah agar peraturan perundang- Menurut Sumaryono, menyatakan
undangan diterapkan secara benar dan bahwasannya mengapa kode etik profesi
adil. ini diperlukan dan dirumuskan? Hal
Dalam menerapkan suatu peraturan tersebut terdapat beberapa alasannya,
semestinya memerhatikan daripada yaitu (1) sebagai sarana control sosial. (2)
tujuan hukum itu sendiri yaitu untuk sebagai pencegah campur tangan pihak
keadilan, kepastian hukum, dan lain. (3) sebagai pencegah
kemanfaatan. Hal itu semua perlunya kesalahpahaman dan konflik
diterapkan, walaupun menurut Radbruch (Sumaryono, 1995).
menyatakan bahwasannya hal tersebut Kode etik pada dasarnya adalah
berpotensi akan berbenturan (ketegangan norma prilaku yang sudah dianggap benar
dengan yang lainnya) (Satjipto Rahardjo, dan mapan dan akan lebih efektif lagi
2012). apabila norma perilaku tersebut
Dengan begitu hakim dalam dirumuskan sedemikian baiknya,
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai sehingga memuaskan pihak-pihak yang
salah satu penegak hukum yang berkepentingan (Abdul Kadir
berkeadilan, di sisi lain hakim yang Muhammad, 2014).
merupakan profesi yang mulia (officium Berdasarkan penjelasan di atas,
nobile), tetapi memiliki tanggungjawab dapatlah disimpulkan bahwasannya peran
yang sangat besar. kode etik kehakiman terhadap
Hakim memperoleh pertanggungjawaban dalam memutus
tanggungjawabnya yang dipikul karena perkara adalah sebagai landasan atau
adanya Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang pedoman dan bersifat preventif terhadap
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kewenangan hakim dalam menjalankan
Kehakiman, dan juga putusan hakim tugas dan fungsinya sebagai salah satu
harus memiliki dasar-dasar ideologis penegak hukum yang berkeadilan dalam
yang termuat dalam sila-sila pancasila. memutus perkara supaya terhindar dari
Selain itu tanggungjawab hakim bukan sesuatu yang tidak dibenarkan oleh
hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa saja, hukum atau undang-undang dan kode etik
melainkan kepada konstitusi, hukum, dan profesinya sekaligus meningkatkan
masyarakat. Melihat hal itu tentunya kesadaran akan tanggungjawabnya
tanggungjawab seorang hakim tidaklah sebagai hakim. Sehingga dengan
main-main. eksistensi peran kode etik kehakiman ini
Pertanggungjawaban besar yang menjadikan suatu pondasi dalam
dimiliki seorang hakim, diperlukannya berprofesi sebagai hakim.
sesuatu yang mendukung supaya
Hubungan Kode Kehormatan Hakim
tanggungjawab tersebut dapat dengan Undang-Undang
dilaksanakan oleh hakim, yaitu sebuah Hubungan antara kode kehormatan hakim
landasan atau pendoman yang mana itu dengan undang-undang terletak pada
dapat dijadikan sebagai pondasi dalam ketentuan kode kehormatan hakim yang
berprofesi sebagai hakim, dalam hal ini diatur di dalam undang-undang, sehingga
adalah kode etik kehakiman. Kode etik sanksi pelanggaran undang-undang
hakim adalah seperangkat norma etik bagi diberlakukan juga pada pelanggaran kode
hakim dalam pelaksanaan tugas an fungsi kehormatan kehakiman.
sebagai hakim. Kode etik juga memuat Sebagai contoh apabila majelsi
norma-norma etik bagi hakim dalam tata kehormatan hakim ternyata seorang
pergaulan di dalam dan di luar institusi. hakim yang terbukti telah melakukan
pelanggaran, maka berdasarkan ketentuan

7
Pasal 20 ayat (1) (Abdul Kadir DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, 2014), hakim yang A Latief, Mujahid, et. al.,. Kebijakan
bersangkutan dapat diberhentikan dengan Reformasi Hukum: Suatu
tidak hormat dari jabatannya dengan Rekomendasi (Jilid II). Jakarta:
beberapa alasan yang telah ditentukan Komisi Hukum Nasional RI,
dalam undang-undang. 2007.
Berdasarkan hal tersebut dapat Abdul Gani, Ruslan. “Pengawasan Hakim
disimpulkan bahwasannya sanksi Oleh Komisi Yudisial dalam
undang-undang adalah juga sanksi kode Persfektif Hukum Islam”. Skripsi,
kehormatan hakim yang dapat dikenakan Lampung: Universitas Islam
bagi si pelanggarnya. Dalam hal ini kode Negeri Raden Intan, 2017.
kehormatan hakim juga menganut prinsip Akbar, Muhammad. “Kemandirian dan
penundukan pada undang-undang. Kemerdekaan Kekuasaan
Kehakiman”. Jurnal Al-Adl. Vol.
KESIMPULAN
10. No. 1. Januari, 2017.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil
Aprita, Serlika. Etika Profesi Hukum.
2 (dua) macam kesimpulan, yaitu
Bandung: Refika Aditama, 2019.
pertama, bahwasannya peran kode etik
Arikujnto, Suharsini. Prosedur
kehakiman terhadap pertanggungjawaban
Penelitian: Suatu Pendekatan
dalam memutus perkara adalah sebagai
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,
landasan atau pedoman dan bersifat
2011.
preventif terhadap kewenangan hakim
Arliman Simbolon, Laurensius. Ilmu
dalam menjalankan tugas dan fungsinya
Perundang-Undangan yang Baik
sebagai salah satu penegak hukum yang
untuk Negara Indonesia.
berkeadilan dalam memutus perkara
Yogyakarta: CV Budi Utama,
supaya terhindar dari sesuatu yang tidak
2019.
dibenarkan oleh hukum atau undang-
Bawangun, Adhoni.
undang dan kode etik profesinya
“Pertanggungjawaban Kode Etik
sekaligus meningkatkan kesadaran akan
Hakim dalam Memutuskan
tanggungjawabnya sebagai hakim.
Perkara Pidana”. Lex Crimen, Vol.
Sehingga dengan eksistensi peran kode
3. No. 02. April, 2014.
etik kehakiman ini menjadikan suatu
Bertens. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka
pondasi dalam berprofesi sebagai hakim.
Utama, 1994.
Dan kedua, sanksi undang-undang
Bertens, Kess. Etika. Jakarta: Gramedia
adalah juga sanksi kode kehormatan
Pustaka Utama, 2005.
hakim yang dapat dikenakan bagi si
Kadir Muhammad, Abdul. Etika Profesi
pelanggarnya. Dalam hal ini kode
Hukum. Bandung: PT Citra Aditya
kehormatan hakim juga menganut prinsip
Bakti, 2014.
penundukan pada undang-undang.
Manar, Bagir. Wajah Hukum di Era
Reformasi. Bandung: Citra Adity
Bakti, 2000.
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2012.
Sulistiy dan Basuki. Etika Profesi
Kearsipan. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007.

8
Seno Adji, Oemar. Prasaran pada
Seminar Ketatanegaraan
Undang-Undang Dasar 1945.
Jakarta: Seruling Masa, 1996.
Suyuthi Mustofa, Wildan. Kode Etik
Hakim. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013.
Syahrunsyah. “Pertanggungjawaban
Hakim Terhadap Putusan yang
Salah Akibat Keterangan Palsu”.
Jurnal Pionir LPPM Universitas
Asahan. Vol. 5. No. 3. Juli-
Desember, 2019.

Anda mungkin juga menyukai