Kholid syamhudi
MENGAPA MENGKLASIFIKASIKAN
AKAD?
Para ulama dan pakar fikih sejak
zaman dahulu sangat
memperhatikan masalah klasifikasi
dan pembagian jenis transaksi
dalam bentuk kelompok dan
bagian-bagian yang khusus. Hal itu
memiliki faedah dalam memahami
hakekat transaksi dan hukum-
hukumnya yang berjalan diatas
transaksi yang sama dalam hukum
KLASIFIKASI TRANSAKSI DARI SEGI HUKUM
SYARIAT
1.Transaksi/akad wajib.
2. Akad/transaksi sunnah. Seperti
meminjamkan uang, memberi wakaf dan
sejenisnya.
3. Akad/transaksi mubah. Seperti transaksi
jual beli, penyewaan dan sejenisnya.
4. Akad makruh. Seperti menjual anggur
kepada orang yang masih diragukan apakah
ia akan membuatnya menjadi minuman keras
atau tidak. 5. Akad haram. Yakni akad atau
transaksi yang dilarang syariat
DARI SUDUT PANDANG SEBAGAI HARTA
(TRANSAKSI MATERIAL) ATAU BUKAN
MATERIAL
1. Akad harta dari kedua belah pihak, disebut
sebagai transaksi materi, seperti jual beli secara
umum, jual beli salam dan sejenisnya.
2. Transaksi terhadap yang bukan berupa harta
dari kedua belah pihak. Transaksi yang terjadi
terhadap satu pekerjaan tertentu tanpa imbalan
uang, seperti transaksi sponsorship, transaksi
wasiat dan sejenisnya.
3. Transaksi terhadap harta dari satu pihak dan
non harta dari pihak lain. Seperti transaksi
khulu' (gugat cerai), transaksi jizyah, transaksi
pembebasan denda, dan sejenisnya.
DARI SUDUT PANDANG SEBAGAI
TRANSAKSI PERMANEN (LAAZIM) ATAU
NON PERMANEN (JAAIZ)
1. Aqd laazim adalah Transaksi permanen dari kedua belah
pihak. Transaksi yang terjadi di mana masing-masing dari
kedua belah pihak tidak mampu membatalkan transaksi
tersebut tanpa kerelaan pihak lain. Seperti transaksi jual
beli, sharaf, salam, penyewaan dan sejenisnya.
2. Aqd Jaaiz adalah Transaksi non permanen dari kedua
belah pihak, Salah satu dari kedua belah pihak bila
menghendaki bisa membatalkan transaksi tersebut.
Contohnya, Syirkah, wakalah, peminjaman, menanam
modal dengan sistem qiraadh (Mudharabah), wasiat dan
sejenisnya.
3. Aqd Laazim min Tharaf wa Jaaiz min Tharaf akhor
adalah Transaksi permanen dari salah satu pihak, namun
non permanen pada pihak lain. Seperti penggadaian
barang setelah barang di tangan, sponsorship dan
sejenisnya.
DILIHAT DARI SUDUT PANDANG APAKAH
ADA SYARAT 'PENYERAHAN BARANG
LANGSUNG' ATAU TIDAK
1. Transaksi yang tidak
mengharuskan serah terima
barang secara langsung pada saat
transaksi, seperti jual beli secara
umum, wikalah, hiwalah dan lain-
lain.
2. Transaksi yang mengharuskan
serah terima barang secara
langsung.
DARI SUDUT PANDANG APAKAH ADA
KOMPENSASINYA ATAU TIDAK
1. Transaksi kompensasional,
seperti jual beli, kooperasi,
penyewaan, pernikahan dan
sejenisnya.
2. Transaksi sukarela, seperti
hibah, penitipan, sponsorship dan
sejenisnya.
DARI SUDUT PANDANG LEGALITASNYA