Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan PKN

“MEMULIAKAN HAK ASASI MANUSIA”


Dalam Buku MATA AIR KETELADANAN DALAM PENGAMALAN KEMANUSIAN karya Yudi Latif, Ph.D
Oleh : Fuad Washil Ardhianto (217441005) 4-AED

Perjuangan Dalam Memuliakan HAM Pra-Kemerdekaan

Pada buku ini perjuangan dalam memuliakan HAM di Indonesia sebelum


kemerdekaan dapat digambarkan dengan 2 orang tokoh, yaitu :

1. Raden Mas Soerjopranoto


o Lahir : Yogyakarta, 18 Januari 1871.
o Merupakan putra sulung dari seorang bangsawan KPH Suryaningrat dan
kakak dari Soewardi Soeryaningnrat (Ki Hajar Dewantara).
o Pendidikan yang ditempuh :
• Sekolah Dasar ELS
• Kursus Pegawai Rendah (Klein Ambteranen Cursus)
• Sekolah Menengah Pertanian (Middelbare Landbouw
School(MLS)) di Bogor

Bentuk Perjuangan :

o Dikenal sebagai pembela rakyat kecil melalui aksi pemogokan sehingga


diberi julukan (“Si Raja Pemogokan”).
Aksi pemogokan yang pernah dilakukan:
Memimpin pemogokan umum di kalangan kaum pekerja pabrik-pabrik
gula yang pertama di tanah air pada 20 Agustus 1920 di pabrik gula Madu
Kismo.
o Mendirikan organisasi Mardi Kaskaya.
Mardi Kaskaya merupakan koperasi yang bertujuan membebaskan
rakyat kecil dari jeratan rentenir.
o Mendirikan Arbeidsleger Adhi Dharma.
Arbeidsleiger Adhi Dharma (kebaktian yang luhur) merupakan
organisasi yang bergerak di bidang pemberdayaan sosial ekonomi, yang
meliputi tabungan, koperasi pertukangan, pendidikan, kesehatan, dan
perbantuan nasihat hukum yang didasarkan oleh semangat gotong royong.
Adapun tujuan dari aktivitas organisasi in antara lain:
1) Menggugah jiwa rakyat kecil akan kesadaran harga dirinya
2) Persiapan penggalangan gerakan rakyat jelata, gerakan buruh
dan tani.
2. Tan Malaka
o Nama lengkap: Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka.
o Lahir : Nagari Pandan Gadang (Sumatera Barat), 02 Juni 1894.
o Pendidikan yang ditempuh :
• Sekolah Dasar dan mempelajari ilmu agama
• Sekolah guru Kweekschool di Bukittingi
• Sekolah Pendidikan guru pemerintah (Rijkskweekschool) di
Belanda

Bentuk Perjuangan :

o Menulis beberapa propaganda perlawanan kaum kuli, yang dikenal dengan


Deli Spoor.
o Menulis untuk media massa, seperti “Tanah Orang Miskin” yang
menceritakan perbedaan mencolok dalam hal kekayaan antara kaum
kapitalis dan pekerja, dan menulis mengenai penderitaan para kuli kebun
teh di Sumatera Post.
o Keluar masuk terowongan penambangan dan menasihati para pekerja
romusha untuk menjaga kesehatan.
o Menggagas pembuatan dapur umum yang bisa menyediakan makanan
untuk 1000 buruh.
o Mendorong pembangunan rumah sakit di Cikarer, Bayah.
o Membuka kebun sayuran dan buah-buahan di Tegal Lumbu untuk
memenuhi kebutuhan pangan.
o Menggagas klub sepak bola dan mendirikan grup sandiwara yang
bertujuan untuk menghibur warga dan buruh tambang.
o Berpidato di muka umum mengenai keputusannya yang tidak menerima
pemotongan jatah ransum bagi para buruh yang membuat para romusha
mogok kerja dan melarikan diri dari penambangan di Gunung Madur

Komitmen Bangsa Indonesa Dalam Memuliakan HAM

Pengalaman keterjajahan dan kegigihan para pendiri bangsa dalam


memuliakan HAM memberi suasana kebatinan dan inspirasi yang kuat kepada para
BPUPK dalam merumuskan Pancasila dan UUD 1945, adapun komitmen bangsa
Indonesia tersebut dapat tergambar pada:

1. Pembukaan UUD
• Alinea pertama
Menegaskan komitmen bangsa Indonesia pada kemanusiaan universal
dengan menekankan kemutlakan hak merdeka bagi segala bangsa dan
warganya tanpa kecuali.
• Alinea kedua
Menekankan perjuangan nasional meraih kemerdekaan dan hak
menentukan nasib sendiri serta idealisasi kemanusiaan di alam kemerdekaan.
• Alinea ketiga
Mengembalikan derajat manusia pada fitrah kesetaraannya dalam
berkat penciptaan Tuhan, yang menghendaki suasana kehidupan kebangsaan
yang bebas.
• Alinea keempat
1) Membawa isu-isu kemanusiaan kepada tujuan negara dalam kerangka
pemenuhan kebahagiaan dan hak kolektif maupun (implisit)
perseorangan, dalam kehidupan nasional maupun internasional.
2) Menjangkarkan isu-isu kemanusiaan pada Dasar Negara.

2. Penyusunan hak warga


Terdapat perdebatan sengit dalam melakukan penyusunan terhadap
pengakuan kostitusional atas hak warga (sipil maupun politik) dalam
relasinya dengan konsepsi negara. Perdebatan tersebut secara umum
tergambar mengenai konsep hak-hak yang akan diterapkan di Indonesia.

Pandangan Mohammad Yamin :


1. Mohammad Yamin menyatakan bahwa tiap-tiap konstitusi dari
bangsa merdeka terbentuk atas tiga bagian: bagian akhir berisi
pasal-pasal, bagain tengah berisi pernyataan kemerdekaan dan
dasar negara, dan paling awal terdapat keterangann tentang hak
manusia dia atas dunia sebagai bangsa yang hendak merdeka.
2. Mohammad Yamin memberikan contoh konstitusi Amerika Serikat
yang terdiri dari tiga bagian.
a. Declaration of Rights
b. Declaration of Independence
c. Konstitusi

Pandangan Soepomo :
1. Soepomo berpendapat agar menyandarkan negara pada aliran
kekeluargaan bukan perseorangan seperti yang terdapat
Declaration of Rights yang bersandar atas individualisme, yaitu
kepercayaan bahwa manusia sebagai seseorang yang harus dijamin
hak-haknya yang diberikan kepadanya oleh alam dan negara.
2. Dalam negara yang bersifat kekeluargaan bukanlah tidak ada
jaminan bagi hak dasar individu, tetapi menghendaki agar warga
negara lebih mengedepankan pemenuhan kewajibannya ketimbang
menuntut haknya.

Pandangan Soekarno :
1. Soekarno mengajukan pandangan dengan mengenai Declaration of
Rights dalam suasana kekeluargaan.

Pandangan Agoes Salim :


1. Agoes Salim mempunyai pandangan bahwasanya baginya tidaklah
menjadi persoalan paham apa yang dianut, yang terpenting
menurutnya adalah dalam hukum dasar ‘pagar-pagar penjaga
keadilan agar tetap berlaku’

Pandangan Mohammad Hatta :


1. Mohammad Hatta menghendaki agar ada jaminan yang lebih tegas
atas hak berserikat, berkumpul, dan berpendapat dalam konstitusi
karena negara Indonesia merupakan negara yang didasarkan pada
kedaulatan rakyat, selain itu hal tersebut demi mencegah terjadinya
penyelewengan kekuasaan dengan dalih semangat kekeluargaan
2. Mohammad Hatta sepakat akan dasar kekeluargaan dan menentang
individualisme namun ia juga mewanti-wanti akan kemungkinan
negara kekeluargaan menjelma menjadi negara kekuasaan.

Dari beberapa pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya


pokok perdebatan adalah mengenai hak kemerdekaan untuk berserikat,
berkumpul, dan mengemukakan pendapat (hak sipil dan politik) dikarenakan
kekhawatiran akan adanya penyelewengan kekuasaan di kemudian hari.
Sedangkan untuk hak-hak lainnya seperti hak sosial, ekonomi, dan budaya
tidak ada yang diperdebatkan.

Perjuangan Memuliakan HAM Pasca Kemerdekaan

Meskipun Pancasila dan konstitusi proklamasi mengandung semangat untuk


memuliakan HAM namun dalam praktiknya prinsip kemanusiaan yang adil dan
beradab tidak tumbuh dengan sendirinya. Banyaknya praktik penindasan yang
dilakukan oleh rezim dan warga baru Republik Indonesia dengan mencontoh praktik-
praktik penindasan yang dialami selama masa kolonial. Meskipun begitu, selalu
terdapat para pejuang HAM yang terus menggaungkan prinsip kemanusiaan dan
hidup dalam kejujuran dan kesederhanaan karena keyakinannya sebagai pribadi
berketuhanan. Contoh dari perjuangan tersebut dapat tergambar pada Yap Thiam
Hien, Haji Johannes Cornelis, dan Munir Said Thalib.
1. Yap Thiam Hien
o Lahir : Kuta Raja(Aceh), 25 Mei 1913.
o Seorang advokat dan pejuang HAM yang namanya diabadikan melalui
Yap Thiam Hiem Award untuk oraang-orang yang berjasa dalam bidang
HAM dan kemanusiaan.

Bentuk Perjuangan :

o Menerapkan kemanusiaan namun juga tetap berpegang pada keadilan.


Hal ini dapat tergambar dari Yap membuktikan saat anaknya “Hong
Gie” yang berusia 16 tahun mengendarai mobil dengan tidak memiliki SIM
menabrak seorang anak. Yap memnita anaknya untuk mengakui
kesalahannya dan meminta maaf meski ia seorang advokat.
o Pembela mereka yang tertindas.
o Melayani kepentingan masyarakat dari semua lapisan khususnya pada
setiap perkara yang berhubungan dengan isu-isu yang bersangkutan
dengan HAM, negara hukum, dan keadilan.

2. Haji Johannes Cornelis Princen (Poncke)


o Lahir : Den Hagg, 21 November 1925
o Pernah menjadi tentara Belanda yang tergabung di Stoottroepen
Regiment Brabant dan pernah menjadi Staf Umum Angkatan Darat dan
anggota Parlemen yang menerima Bintang Gerilya pada tahun 1949.

Bentuk Perjuangan :

o Poncke dijuluki sebagai “Pabrik protes” karena sifatnya yang


memberontak dan hasratnya untuk membela yang terdiskriminasi dan
tertindas.
o Meski pernah menjadi tentara Belanda namun ia tidak mau terlibat
dalam membunuh pejuang kemerdekaan sehingga ia lebih memilih
menjadi buruh pemetik anggur di Prancis dan pada 26 September 1948
ia memilih unutk menjadi pembelot rombongan tentara Belanda
o Melakukan perang gerilya Bersama Batalyon Kala Hitam.
o Mendirikan Lembaga Pembela Hak-hak Asasi Manusia (LPHAM) pada
1966
o Poncke merupakan pemeran penting dalam penciptaan organisasi
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI) dan aktif kegiatan pembela
HAM di LBHI.
o Membela bekas tahanan politik PKI meski mereka merupakan musuh
politiknya, membela para mahasiswa yang berbeda pandangan dengan
pemerintah, membela pendukung Megawati pada 1966, membela
korban peristiwa Tanjung Priok.

3. Munir Said Thalib


o Lahir : Malang (Jawa Timur), 08 Desember1965
o Dihormati di dalam dan luar negeri. Munir pernah memperoleh
penghargaan The Right Livelihood Award pada tahun 2000, dan majalah
Asiaweek menobatkannya sebagai salah satu dari 20 pemimpin politik
muda Asia pada millennium baru pada 1999 dan Man of the Year versi
majalah Ummat.

Bentuk perjuangan :

o Mendirikan KontraS ( Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak


Kekerasan) pada 16 April 1996 dan menjadi koordiantor Badan Pekerja
LSM
o Mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia,
Imparsial dan menjabat sebagai direktur eksekutif.

Sehingga dapat disimpulkan, pada buku Mata Air Keteladanan Dalam


Pengamalan Kemanusiaan pada halaman 201-225 berisi mengenai cuplikan sejarah
dan perjuangan dalam menegakkan hak-hak di masa pra kemerdekaan hingga pasca
kemerdekaan . Meski perkembangan politik dan HAM kerap kali terancam, namun hal
itu tidak menghentikan semangat para pejuang HAM untuk meraih derajat
kemanusiaan yang lebih sempurna di dalam kehidupan kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai