Anda di halaman 1dari 3

PERLAKUAN HUKUM DAN STRATIFIKASI

PENGERTIAN STRATIFIKASI

Stratifikasi adalah pembedaan atau pengelompokan penduduk atau masyarakat


kedalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat. Timbulnya pelapisan sosial
cenderung disebabkan adanya ketimpangan dalam pembagian sesuatu yang dihargai
yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang dipikul oleh warga
masyarakat.Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya dalam masyarakat dapat pula
dibentuk dengan sengaja dalam rangka usaha manusia untuk mengejar cita cita
bersama.

Ada beberapa pengertian stratifikasi menurut para ahli:


1. Pitirim A.Sorokin (dalam Abdulsyani, 2002 : 82) mendefinisikan stratifikasi sosial
sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun
secara bertingkat (herarki).
2. Max Weber (dalam Soerjono Soekanto, 1994 : 260) mendefinisikan stratifikasi
sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, privilege, dan
prestise.

Istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata “strata” atau “stratum” yang
berarti lapisan. Oleh karena itu social stratification sering diartikan dengan pelapisan
masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama
menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum.
Terbentuknya suatu pelapisan masyarakat atau masyarakat yang berstrata terjadi
karena masyarakat terbentuk dari individu-individu yang terdiri dari berbagai latar
belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat yang beraneka ragam yang terdiri
dari kelompok-kelompok sosial. Pelapisan social atau masyarakat dapat juga terjadi
dengan sendirinya atau dengan sengaja disusun untuk mendapatkan tujuan bersama.
Pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya itu sesuai dengan pertumbuhan
pada masyarakat itu sendiri, tanpa adanya sebuah kesengajaan yang dirangkai oleh
masyarakat, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya.
Contohnya karena usia tua atau kepandaian seseorang yang lebih. Adapun, Sistem
pelapisan sosial yang sengaja disusun biasaya mengacu kepada pembagian kekuasaan
dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Pelapisan sosial yang sengaja
disusun agar dalam masyarakat manusia dapat hidup teratur, maka kekuasaan dan
wewenang harus dibagi dengan rata dan sesuai dengan kemampuan dalam suatu
organisasi vertical maupun horizontal.

Apabila tidak diberlakukan seperti itu, maka kemungkinan besar akan terjadi sesuatu
yang dapat membahayakan masyarakat.

 
Diskriminasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Diskriminasi langsung
Diskriminasi secara langsung terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas
menyebutkan cirri-ciri tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya dan
menghambat adanya peluang yang sama.
b. Diskriminasi tidak langsung
Diskriminasi secara tidak langsung terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan di lapangan.

Diskriminasi dapat terjadi di suatu lapisan masyarakat, karena adanya beberapa


kriteria, diantaranya:
1. Ukuran kekuasaan
Anggota masyarakat yang memegang kekuasaan dan yang mempunyai wewenang
terbatas akan menempati lapisan yang tinggi dalam lapisan social masyarakat.
2. Ukuran kekayaan
Anggota masyarakat terkaya akan menduduki lapisan teratas. Kekayaan itu dapat
terlihat dari pemilikan bentuk rumah, kendaraan pribadi, pakaian dan lain-lain.
3. Ukuran kehormatan
Dalam masyarakat tradisional, orang-orang yang disegani dan dihormati akan
menempati lapisan atas. Misalnya, orang-orang yang dituakan dan dianggap berjasa
dalam masyarakat.
4. Ukuran ilmu pengetahuan atau pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau masyarakat yang maju,
ilmu pengetahuan digunakan sebagai salah satu dasar pembentukan sosial.
Empat kriteria tersebut merupakan kriteria yang sudah bersifat mutlak, akan tetapi
masih ada kriteria lain yang dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi di lingkungan
masyarakat. Agar diskriminasi tidak selalu terjadi di suatu lingkungan masyarakat
perlu adanya pemerataan.
Pemerataan yaitu proses, cara atau perbuatan memeratakan, dengan cara
mengembalikan pada hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap individunya.

Kesamaan Derajat.

Hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah timbal


balik,, karena setiap anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban dengan
anggota masyarakat yang lain, maupun pemerintah dan Negara. Di dalam susunan
Negara moderen, hak dan kebebasan manusia dilindungi oleh undang-undang, karena
hak dan kewajiban telah ditetapkan dalam undang-undang atau konstitusi., undang-
undang tersebut berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali, jadi, semua orang
mempunyai kesamaan derajat.
Dalam kesamaan derajat terdapat persamaan hak dan disinilah timbul persengketaan
pokok antara dua kekuasaan secara prinsip, yaitu kekuasaan yang terwujud dari hak-
hak dasar yang telah dimilikinya secara leluasa dengan kekuasaan yang ada pada
organisasi baru atau masyarakat atau negara.

Mengenai persamaan hak ini, telah dicantumkan dalam undang-undang tahun 1948
dalam pasal-pasalnya, yaitu:
Pasal 1: sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang
sama. Mereka dikarunia akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.
Pasal 2 ayat 1: Setiap orang berhak atas semua hak-hak dan kebebasan-kebebasan
yang tercantum dalam pernyataan ini dengan tak ada kecuali apapun, seperti bangsa,
warna, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal mula kebangsaan
atau kemasyarakatan, milik, kelahiran ataupun kedudukan.
Pasal 7: sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas
perlindungan hokum yang sama dengan tak ada perbedaan. Sekalian orang berhak
atas perlindungan yang sama terhadap setiap perbedaan yang memperkosa pernyataan
ini dan terhadap segala hasutan yang ditujukan kepada perbedaan semacam ini.

Persamaan derajat di Indonesia telah dicantumkan dalam Undang-Undang secara jelas


mengenai hak dan kebebasan. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa Negara
Republik Indonesia telah menganut asas bahwa setiap warga negara memiliki
kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Ini sebagai konsekuensi
prinsip dari kedaulatan rakyat, yaitu: pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Hukum ini dibuat agar dapat melindungi dan mengatur masyarakat secara
umum tanpa adanya suatu perbedaan hak-hak asasi.
Empat pokok dalam Hak Asasi Manusia dalam empat pasal, yaitu:
1. Pokok pertama, pasal 27 ayat 2: Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
2. Pokok kedua, pasal 28: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh Undang-undang.
3. Pokok ketiga, pasal 29 ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.
4. Pokok keempat, pasal 31: (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran ,
dan (2) Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan Undang-undang.
Jadi, dari keempat pokok tersebut yang menjadi landasan hak-hak yang dimiliki oleh
setiap individunya, yaitu hak hidup, hak untuk menduduki suatu pemerintahan apabila
mampu untuk menjalankannya, hak berserikat dan berkumpul, hak memeluk agama
yang dipercayai oleh masing-masing individu dan hak mendapat pendidikan atau
pengajaran yang layak.

Anda mungkin juga menyukai