Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

RMK
RREGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI PUBLIK

DISUSUN OLEH:
WINDAH PUTRI WAHYUNI
A031191133

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
REGULASI DANSTANDAR AKUNTANSI PUBLIK

A. REGULASI DAN STANDAR AKUNTAN PUBLIK


Pada era keterbukaan seperti sekarang ini, informasi berperan
penting bagi kita semua. Informasi merupakan sarana komunikasi efektif
antar anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya atau antara
suatu entitas tertentu dengan masyarakat di sekitarnya. Pada kondisi
tersebut, penyajian informasi yang utuh akan menciptakan transparansi
dan pada gilirannya akan mewujudkan akuntabilitas publik.

Standar akuntansi merupakan pedoman umum atau prinsip-prinsip yang


mengatur perlakukan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan. 
Secara garis besar regulasi di sektor publik dapat dibagi menjadi 2
bagian, yaitu perkembangan regulai yg terkait dengan organisasi nirlaba
& instansi pemerintah. Kedua jenis perkembagan ini perlu dibedakan
mengingat sifat regulasi di sektor publik bersifat spesifik untuk setiap jenis
organisasi. Selain itu, di instansi pemerintah, regulasi yg digunakan
cenderung lebih rumit dan detail.
Organisasi nirlaba: Regulasi tentang Yayasan, Regulasi tentang Partai
politik
Instansi pemerintah :Regulasi tentang Badan Hukum Milik
Negara(BHMN) dan Badan Hukum Pendidikan (BHP),  Regulasi tentang
Badan layanan umum(BLU)
Menurut Mardiasmo (Mardiasmo, 2004) ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:
1. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus
disajikan dalam laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas
sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
2. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor
yang memungkinkan pengujian secara hati-hati dan independen
saat menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit
laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajaran.
3. Standar memberikan petunjuk tentang data yang perlu disajikan
yang berkaitan dengan berbagai variabel yang patut
dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi, perencanaan
serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensiekonomi serta
tujuan sosial lainnya.
4. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh
pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi
Standar Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik memiliki standar yang sedikit berbeda
dengan akuntansi biasa karena akuntansi biasa belum mencakup
pertanggungjawaban kepada masyarakat yang ada di sektor publik.
Standar ini tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi nirlaba.
Namun, standar ini belum mengakomodasi praktik-praktik lembaga
pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang dimilikinya. Karena itu,
pemerintah mencoba menyusun suatu standar yang disebut dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara
internasional. Organisasi yang merancang standar ini adalah International
Federation of Accountants (IFAC). Mereka membuat suatu standar
akuntansi sektor publik yang disebut International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS). Standar ini menjadi pedoman bagi
perancangan standar akuntansi pemerintahan di setiap Negara di dunia.
Penentuan mekanisme yang terbaik dalam menetapkan keseragaman
standar akuntansi merupakan faktor penting agar standar akuntansi dapat
diterima pihak-pihak yang berkepentingan dan bermanfaat bagi
pengembangan akuntansi sektor publik itu sendiri.

GLOBAL

 International Federation of Accountants (IFAC)


 International Public Sector Accounting Standars (IPSAS)
 USA- GASB DAN FASAB
INDONESIA

 IAI – PSAK 45
 Pemerintah – Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP)

B. PERKEMBANGAN REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI


SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA
Regulasi Akuntansi Sektor Publik Di Era Pra Reformasi

 UU Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan,


Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah
 PP Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan
Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD
 UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1994 tentang
Pelaksanaan APBD
 UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
 Kepmendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan susunan
Perhitungan APBD

Tujuan Regulasi Akuntansi Sektor Publik Di Era Reformasi


Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah
untuk mengelola keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik.
Bentuk Reformasi yang ada meliputi: 
1. Penataan peraturan perundang-undangan; 
2. Penataan kelembagaan;
3. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan 
4. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.
Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik Di Era Reformasi
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
yang kemudian di ubah menjadi Undang-undang Nomor 8 Tahun
2005, dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 sebagai
perubahan kedua. Kemudian digantikan dengan Undang-Undang
baru yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah.
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Landasan Perubahan
1. Adanya semangat desentralisasi
2. Adanya semangat tata kelola yang baik (good governance)
3. Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan
(money follows function)
4. Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang (UU)
Keuangan Negara
Peraturan Perundangan Terus Bergerak Dinamis

 PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan


Umum
 PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
 PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
 PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
 PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah
 PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah
 PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
 PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal dan PP 71 tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah

C. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)


SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintah. Sesuai dengan UU Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan sebagai PP
(Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk entitas pemerintah dalam
menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Setiap entitas pelaporan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. 
SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (PP SAP). Namun pada tahun
2010 diterbitkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, sehingga sejak saat itu PP No. 24 Tahun 2005 dinyatakan
tidak berlaku lagi. PP Nomor 71 Tahun 2010 mengatur penyusunan dan
penyajian laporan keuangan berbasis akrual. 
SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan
keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan
pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di
pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta akuntabilitas.

D. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH


Kerangka konseptual merupakan acuan dalam pengembangan dalam
standar akuntansi dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam
standar tersebut. Kerangka konseptual yang dibahas akan terkait dengan
proses perencanaan, penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi
anggaran, pelaporan, audit serta pertanggungjawaban.

Tujuannya Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah


sebagai acuan bagi :
1. Penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melakukan tugasnya;
2. Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi
yang belum diatur dalam standar;
3. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; dan
4. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Kerangka konseptual SAP berfungsi sebagai pedoman jika terdapat
masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam SAP. Namun, jika
terjadinya pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi
maka ketentuan standar akuntansi diunggulkan relative terhadap kerangka
konseptual ini. Hal-hal dibahas dalam kerangka konspetual SAP
adalah :
1. Tujuan kerangka konspetual
2. Lingkungan akuntansi pemerintah
3. Pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna
4. Entitas pelaporan
5. Peranan dan tujuan pelaporan keuangan, serta dasar hokum
6. Asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat
informasi
dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi
akuntansi
7. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsure-unsur yang membentuk
laporan keuangan

D. PP Nomor 71 Tahun 2010


Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan
setelah PP ini terbit maka akan diikuti dengan aturan-aturan
pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk
pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini dengan
PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan
dilaksanakan selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran
II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual
yang hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi
pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan Lampiran II berlaku
selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP
Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang
memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa
perubahan sedikit pun.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis
Akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para
pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan
keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal
ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang
dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh. 
Secara definisi, sistem akuntansi akrual adalah suatu metode
pencatatan transaksi atau peristiwa dan pengakuan biaya (beban)
berdasarkan periode terjadinya peristiwa atau transaksi tersebut.
Sedangkan menurut metode single entry atau cash basis pencatatan dan
pengakuan peristiwa dilakukan saat pembayaran dilakukan.
Komponen Laporan Keuangan berdasarkan PP 71 tahun 2010 yaitu: 
1. Laporan Realisasi Anggaran 
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) 
3. Neraca 
4. Laporan Arus Kas 
5. Laporan Operasional 
6. Laporan Perubahan Ekuitas 
7. Catatan atas Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai