PENDAHULUAN
2
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian
yang mengatur Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah
diubah keduakalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah.
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah.
3
15. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 41 Tahun 2018
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
16. Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Barat Nomor 44 Tahun 2018
tentang Sistem dan Kebijakan Akuntansi.
C. SISTEMATIKA
Catatan atas Laporan Keuangan disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
B. Dasar Hukum
C. Sistematika
Bab II PROFIL PUSKESMAS NGAMPRAH
A. Gambaran Umum Puskemas Ngamprah
B. Struktur Organisasi dan Susunan Pengelola Puskesmas
Ngamprah
Bab III KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. Entitas Akuntansi
B. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
C. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan
Keuangan
D. Penerapan Kebijakan Akuntansi
Bab V PENUTUP
Kesimpulan
4
BAB II
PROFIL PUSKESMAS NGAMPRAH
8
"Terwujudnya Puskesmas yang Berkualitas, Adil,Merata dan Mandiri
Menuju Masyarakat Sehat"
10
5. Jumlah Pegawai
11
5 SMP/sederajat - - - -
6 SD - - - -
JUMLAH 20 10 20 10
12
d. Sarana Penunjang di wilayah kerja
a) Sarana Pendidikan
- PAUD : 20
- Taman kanak-kanak (TK) :4
- Sekolah Dasar (SD/ MI) : 17
- Sekolah Menengah Pertama (SMP/ MTs) :5
- Sekolah Menengah Atas (SMA) :3
- Perguruan Tinggi :-
- Pondok Pesantren :3
b) Tempat-tempat umum
- Pasar :-
- Supermarket Mini :-
- Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) : 124
- Hotel :-
- Stasiun :-
c) Sarana kesehatan
- Dokter Praktek Swasta :-
- Bidan Praktek Swasta : 12
- Klinik Swasta :-
- Rumah Sakit :-
d) Sarana Ibadah
- Gereja :-
- Masjid : 95
- Mushola : 87
e) Perkantoran :2
e. Karakteristik Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Ngamprah merupakan daerah
perdesaan yang mayoritas masyarakatnya sebagai petani dan buruh
pabrik. Transportasi antar desa tidak semua bisa di lalui oleh
kendaraan baik roda 2 ataupun roda 4. Luas Wilayah kurang lebih
1,782.9 Ha yang terbagi ke dalam 5 ( lima ) desa.
f. Data Kependudukan
13
Jumlah penduduk Wilayah Puskesmas Ngamprah Tahun
2020 adalah 41,625 jiwa yang terdiri dari:
- Laki-laki : 21.135 Jiwa
- Perempuan : 20.490 Jiwa
14
STRUKTUR ORGANISASI DAN
SUSUNAN PENGELOLA PUSKESMAS NGAMPRAH
TAHUN 2021
Kepala Puskesmas
Hj. Nuraeni,Amd.Keb,SKM
Mega Octavia, Am
15
BAB III
KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. Entitas Akuntansi
Kebijakan akuntansi yang terkait dengan entitas akuntansi meliputi
beberapa asumsi yang mendasarinya. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, yang berarti entitas akuntansi
dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar
unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan yang diberikan
kepada entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan
tanggung jawab penuh. Entitas bertanggungjawab atas pengelolaan aset
dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas
pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber
daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan
entitas, serta terlaksana tidaknya program dan kegiatan yang telah
ditetapkan.
2. Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas akan
berlanjut keberadaannya dan tidak bermaksud untuk melakukan
likuidasi.
16
Basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas untuk pengakuan
pendapatan, belanja dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam neraca.
Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti pendapatan
diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah atau bendahara penerimaan,
serta belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas daerah atau
bendahara pengeluaran. Pemerintah daerah tidak menggunakan istilah
laba, melainkan menggunakan sisa perhitungan anggaran (lebih/kurang)
untuk setiap tahun anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada
selisih realisasi penerimaan pendapatan dengan pengeluaran belanja.
Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan
ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada
saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan entitas,
bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah.
17
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netto
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
2. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Bendahara
Pengeluaran/ Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja diakui pada
saat terjadinya pengeluaran dari Bendahara Pengeluaran atau Rekening
Kas Umum Daerah.
3. Kas
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat
dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas diakui
pada saat kas diterima oleh bendahara penerimaan/Rekening Kas Umum
Daerah dan pada saat dikeluarkan oleh bendahara
pengeluaran/Rekening Kas Umum Daerah. Kas dan setara kas dicatat
sebesar nilai nominal.
4. Piutang
Piutang adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari
entitas lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah. Piutang dikelompokkan menjadi Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/D, Bagian
Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi, Piutang Pajak,
Piutang Retribusi, Piutang Denda, dan Piutang Lainnya. Piutang diakui
sebesar nilai nominal dari piutang.
5. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau dise
rahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan merupakan aset yang berwujud:
18
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam
rangka kegiatan operasional pemerintah.
b. Bahan atau perlengkapan (suppl/es) yang digunakan dalam
proses produksi.
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan.
6. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
daerah. Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat
atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap
adalah sebagai berikut:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan
bermotor, alat elektonik, dan seluruh inventaris kantor, dan
peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya
lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan
19
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan
yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh
dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.
f. Konstruksi dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang
dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan
belum selesai seluruhnya.
21
BAB IV
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
2. Belanja
Puskesmas Ngamprah Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
memiliki belanja senilai Rp 1.692.129.780 . Belanja tersebut terdiri dari
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung
berupa gaji PNS adalah sebagai berikut :
23
Jumlah realisasi pengeluaran belanja modal tahun anggaran 2020
mencapai nilai total Rp. 177.650.000 Rinciannya dapat dijelaskan
melalui tabel sebagai berikut ini:
2. Piutang
Piutang merupakan tagihan Puskesmas kepada pihak lain
sehubungan dengan transaksi di masa yang lalu. Puskesmas Ngamprah
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat mempunyai piutang senilai Rp -
per 31 Desember 2020.
3. Persediaan
24
Persediaan merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah dan barang-barang untuk dijual ataupun
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan di
Puskesmas Ngamprah Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. adalah
persediaan obat senilai Rp 108.640.800 per 31 Desember 2020.
4. Aset Tetap
Aset tetap yang terdapat di Puskesmas Ngamprah. Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat. senilai Rp 2.781.056.908,25 per 31
Desember 2020.
Aset tetap Puskesmas Ngamprah Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat. terdiri dari:
a. Tanah
Tanah yang dikuasai dan atau dimiliki adalah senilai Rp - Untuk
aset tetap tanah tahun 2020 Puskesmas Ngamprah Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat. tidak ada penambahan ataupun
penghapusan.
25
Rincian detil peralatan dan mesin seperti terlampir dalam lampiran
Daftar Inventarisasi Aset.
f. Akumulasi Penyusutan
Nilai Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2020
adalah Rp3.476.262.752,12 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
merupakan alokasi sistematis atas nilai suatu aset tetap yang
26
disusutkan selama masa manfaat aset yang bersangkutan selain
untuk Tanah dan Konstruksi dalam Pengerjaan.
5. Aset Lainnya
Aset lain-lain adalah senilai Rp 0
6. Kewajiban
Kewajiban yang terdapat di Puskesmas Ngamprah Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat. merupakan Utang Perhitungan Pihak
Ketiga senilai Rp 0
7. Ekuitas
Saldo Ekuitas Dana per 31 Desember 2020 sebesar Rp 3.500.527.993
Ekuitas Dana merupakan kekayaan bersih Puskesmas Ngamprah
27
. Retribusi Daerah
- Pendapatan Retribusi Daerah sebesar Rp 62.844.000 berasal
dari Retribusi Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PAD).
- Sebesar Rp 67.2 Pendapatan Non Kapitasi.
- Sebesar Rp 0 Pendapatan Pasien Jamkesda/Lainnya
b. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (Kapitasi) sebesar Rp
1.772.938.162 berasal dari Pendapatan Dana Kapitasi JKN.
2. Beban
Jumlah beban Puskesmas Ngamprah per 31 Desember 2020 sebesar
Rp1.899.346.310,66 Beban merupakan penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas,
yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban. Beban UPTD Puskesmas Ngamprah per 31 Desember
2020 adalah sebagai berikut:
a. Beban Pegawai
Beban Pegawai Puskesmas Ngamprah. sebesar Rp 1.899.346.310
yang terdiri dari Beban Pegawai Tidak Langsung dan Beban
Pegawai Langsung seperti tampak pada tabel berikut:
e. Beban Lain-lain
Beban lain-lain Puskesmas Ngamprah per 31 Desember 2020 sebesar
Rp 1.802.033,00
29
BAB V
PENUTUP
30