Anda di halaman 1dari 50

Laoran Keuangan Pokok 1

Laoran Keuangan Pokok 2


KATA PENGANTAR

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan


kegiatan pelayanan kesehatan, dituntut menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas dan
memadai bagi masyarakat.
Sejak program JKN dilaksanakan pada tahun 2013, muncul wacana mengubah Puskesmas
menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas (Permenkes No.9, 2014).
Puskesmas yang telah menjadi BLUD (PPK-BLUD) dapat menggunakan pendapatannya
baik dari dana kapitasi BPJS maupun dari layanan pasien secara langsung tanpa harus disetor
dahulu ke kas daerah, sehingga puskesmas dapat secara langsung menggunakan pendapatan
tersebut untuk membiayai belanja dan kebutuhan puskesmas.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah salah satu syarat administratif adalah membuat laporan keuangan pokok
yaitu:
a Laporan Realisasi Anggaran;
b Neraca;
c Laporan Operasional;
d Laporan Perubahan Ekuitas; dan
e Catatan atas Laporan Keuangan
Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs ) telah menyusun laporan keuangan
pokok tersebut diatas sebagai saldo awal dimulainya pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum Daerah (PPK-BLUD Puskesmas) Puskesmas pada tahun 2020.
Kami mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan pengelolaan keuangan
puskesmas dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah pada masa
mendatang.

Kepala Puskesmas…….

…………………………..

Laoran Keuangan Pokok 3


NIP…………………………..

BAB I
PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pokok


Sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah, pasal 36, salah satu syarat administratif
pembentuk Badan Layanan Umum Daerah adalah keharusan menyusun laporan keuangan
atau prognosis/proyeksi keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan,
operasional keuangan, arus keuangan BLUD yang bermanfaat bagi para pengguna laporan
keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan ekonomi. Laporan keuangan disusun
untuk tujuan umum, yaitu memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun
demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan BLUD menyajikan
nformasi tentang: aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya dan arus kas.
Laporan Keuangan pokok ini menyajikan saldo awal dimulainya pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum Daerah (PPK-BLUD Puskesmas) Puskesmas pada tahun
2020

B. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan


Landasan hukum penyusunan laporan keuangan di Puskesmas Rawat Inap Bayah
Pemerintah Kabupaten Lebak adalah :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Laoran Keuangan Pokok 4


5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah.
9. Peraturan Menten Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum
Daerah.
11. Peraturan Bupati Lebak Nomor 35 Tahun 2016 tentang Sistem dan Kebijakan Akuntansi.
12. Pernyataan Satandar Akuntansi Pemerintahan nomor 13 tahun 2016 tentang Penyajan
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum

C. SISTEMATIKA
Laporan Keuangan Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs) disusun dengan
sistematika sebagal berikut :
Bab I : PENDAHULUAN
A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pokok
B. Dasar Hukum
C. Sistematika

Bab II : PROFIL Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs)


A. Gambaran Umum
B. Struktur Organisasi dan Susunan Pengelola Puskesmas (ditulis sesuai
nama Puskesmas ybs )
Bab III : Laporan Keuangan Pokok
A. Neraca

Laoran Keuangan Pokok 5


B. Laporan Realisasi Anggaran
C. Laporan Operasional
D. Laporan Perubahan Ekuitas
E. Catatan atas Laporan Keuangan
1. Penjelasan Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
2. Penjelasan Pos-pos Neraca
3. Penjelasan Pos-pos Laporan Operasional
4. Penjelasan Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas

Bab IV : KEBIJAKAN AKUNTANSI


A. Entitas Akuntansi
B. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
C. Penerapan Kebijakan Akuntansi

Laoran Keuangan Pokok 6


BAB II
PROFIL PUSKESMAS (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs )

A. Gambaran Umum
1. Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling
banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan
lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional dan mengemban tugas untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan
penyelenggaraan kesehatan di Puskesmas perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang
kesehatan. Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar
bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Mengingat bahwa
sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.
Adanya desentralisasi dan otonomi daerah memberlakukan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sedangkan peraturan terkait Badan Layanan
Umum Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 dan juga
Peraturan Pemerìntah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan perundangan tersebut mendasari terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah.
Peraturan tersebut dimaksudkan untuk memangkas ketidakefisienan pengambilan
keputusan dalam organisasi publik di daerah. Peraturan tersebut mendorong fleksibilitas
perangkat daerah yang tugas dan fungsi memberikan pelayanan masyarakat untuk
mengelola keuangannya sendiri dan mengembangkan kegiatan operasionalnya dalam
bidang pelayanannya. Pola pengelolaan yang dimaksud adalah Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Puskesmas yang pada awalnya hanya sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
di Dinas Kesehatan di lingkungan Kabupaten Lebak kini dapat diajukan statusnya menjadi
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) agar dapat memberikan pelayanan kesehatan

Laoran Keuangan Pokok 7


kepada masyarakat dengan lebih fleksibel termasuk membuat Puskesmas harus melakukan
banyak penyesuaian khususnya dalam pengelolaan keuangan maupun penganggarannya,
termasuk penentuan biaya.
Puskesmas yang telah menjadi BLUD menggunakan standar pelayanan minimal
yang ditetapkan oleh bupati lebak sesuai dengan kewenangannya, harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta
kemudahan untuk mendapatkan layanan. Standar pelayanan minimal tersebut harus
memenuhi persyaratan, yaitu :
a. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang
menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLUD;
b. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai dengan standar yang
telah ditetapkan;
c. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat pencapaiannya,
rasional sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
d. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat
dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLUD;
e. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah
ditetapkan.

Puskesmas yang telah menjadi BLUD dapat memungut tarif kepada masyarakat
sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan
yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan
biaya per unit layanan. Tarif layanan diusulkan oleh kepala puskesmas kepada Bupati
Lebak melalui kepala SKPD Dinas Kesehatan sesuai dengan kewenangannya, dan
kemudian ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah. Tarif layanan
yang diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut
ini :
a. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
b. Daya beli masyarakat;
c. Asas keadilan dan kepatutan; dan
d. Kompetisi yang sehat.

Laoran Keuangan Pokok 8


Berdasarkan Pasal 31 ayat (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah penerapan BLUD diutamakan pelayanan
kesehatan, maka Puskesmas didorong untuk menerapkan BLUD.

2. Sejarah (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs )


Badan Layanan Umum Daerah Bayah adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
sebagian wilayah kecamatan. Sebagai unit pelaksana teknis, Puskesmas melaksanakan
sebagian tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Puskesmas berdasarkan kebijakan
dasar pusat kesehatan masyarakat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
sistem kesehatan nasional dan sistem kesehatan kota. Puskesmas memiliki fungsi yang
penting dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Fungsi
penting tersebut antara lain :
a. Puskesmas berfungsi sebagal pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Dalam hal ini puskesmas berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di
wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas ikut aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dan
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya serta
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaìkan
penyembuhan dan pemulihan.
b. Puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini puskesmas
berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
c. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Dalam hal ini
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dalam bentuk pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Perundang-undangan bidang kesehatan


mengenai standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota, telah ditetapkan

Laoran Keuangan Pokok 9


indikator kinerja dan target pembangunan kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan
dasar, pelayanan kesehatan rujukan, penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan
kejadian luar biasa serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs ) berdiri di tanah seluas 150 m2,
mulai beroperasi tahun 1990 dan yang dilaksanakan hanya sebagian program, antara lain:
pengobatan umum dan KIA atau KB. Saat ini luas bangunan Puskesmas Rawat Inap Bayah
150 m2 terdiri dan dua lantai. Lantai pertama untuk ruang pelayanan terhadap masyarakat,
lantai kedua untuk ruang pertemuan dan administrasi.

3. Visi dan Misi


Visi Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs )sesuai visi Kepala Daerah adalah :
“Mewujudkan Pembangunan Kesehatan yang Profesional menuju Masyarakat Kecamatan
Bayah Sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan.”

Misi Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs )adalah :


1. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan;
2. Mewujukan pelayanan kesehatan masyarakat di bidang kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau;
3. Mendorong dan meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat dan kemitraan di bidang kesehatan;
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungan;
5. Membebaskan masyarakat dari masalah penyakit dan memberi perlindungan
kesehatan kepada kelompok atau golongan masyarakat yang beresiko;
6. Menyelenggarakan manajemen dan informasi di bidang kesehatan.

Motto (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs )


“ Kesehatan Anda adalah Tujuan Kami”

Tujuan (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs ):


Memberikan layanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan pasien.

Budaya Kerja/Tata Nilai


“PRIMA” (Profesional, Ramah, Inisiatif dan Inovatif, Malu Akuntabel)

Laoran Keuangan Pokok 10


4. Kegiatan Utama
Sebagai suatu unit pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak serta
sesuai dengan tupoksi dari Puskesmas, dimana Puskesmas mengemban tugas sebagai
pelayanan umum kepada masyarakat yang tercermin dalam kegiatan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) yang bersifat preventif dan pelayanan khusus berupa kegiatan Upaya
Kesehatan Perorangan yang bersifat kuratif. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu :
1. Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Esensial
1) Upaya Promosi Kesehatan
2) Upaya Kesehatan Lingkungan
3) Upaya KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB
4) Upaya Pelayanan Gizi
5) Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
b. Pengembangan
1) Pelayanan Perkesmas
2) Pelayanan Kesehatan Jiwa
3) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
4) Pelayanan Kesehatan Tradisional
5) Pelayanan Kesehatan Olahraga
6) Pelayanan Kesehatan Lansia
7) Pelayanan Kesehatan Kerja
2. Upaya Kesehatan Perorangan
a. Pelayanan Pemeriksaan Umum
b. Pelayanan Kegawatdaruratan
c. Pelayanan Kefarmasian
d. Pelayanan Laboratorium
e. Pelayanan KIA-KB bersifat UKP
f. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
g. Pelayanan Gizi bersifat UKP

Laoran Keuangan Pokok 11


5. Jumlah Pegawai
Tabel Perkembangan Jumlah SDM
2018 2019
No Indikator
PNS NON PNS NON
1Dokter Umum 2 1 2 1
2Promkes
3Kesling 1 1
4Gizi
5Rekam Medik
6Keuangan
7Administrasi 1 1
8Perawat 11 12 11 12
9Bidan 19 19 19 17
10Dokter Gigi 1 1
11Perawat Gigi 1 1
12Apoteker
13Asisten Apoteker
14Analis Kesehatan 1
15Pendukung Lainnya
Jumlah 33 35 33 34

Tabel SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan


2018 2019
No Indikator
PNS NON PNS NON
1S2 / Spesialis 1 - 1 -
2S1 / D4 3 5 3 5
3Diploma 3 30 31 30 31
4SMA / Sederajat 1 - 1 -
5SMP / Sederajat - 2 - 2
6SD - - - -
Jumlah 38 38 38 38

6. Lokasi Puskesmas
Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs ) terletak di Jl. Raya Bayah –
Cikotok Km 1 Desa Bayah Barat Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten
Kode Pos 42393.
a. Jarak Puskesmas Rawat Inap Bayah dengan :
● Desa terjauh yaitu desa Cidikit dan Cisuren 20 KM
● Ibukota Kabupaten 140 km

Laoran Keuangan Pokok 12


● Puskesmas Adjidarmo 111 km
● Puskesmas Malingping 35 km
● Puskesmas Pelabuhan Ratu 69 Km

b. Wilayah kerja Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs ) berbatasan dengan
:
● Sebelah Timur : Kecamatan Cilograng
● Sebelah Utara : Kecamatan Cibeber
● Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
● Sebelah Barat : Kecamatan Panggarangan

c. Wilayah kerja Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs )ada 11 Desa :
1) Desa Bayah Barat
2) Desa Bayah Timur
3) Desa Cidikit
4) Desa Cimancak
5) Desa Cisuren
6) Desa Darmasari
7) Desa Pamubulan
8) Desa Pasir Gombong
9) Desa Sawarna
10) Desa Sawarna Timur
11) Desa Suwakan

Sarana Penunjang di wilayah kerja


a) Sarana Pendidikan
- PAUD : 14
- Taman kanak-kanak (TK) : 23
- Sekolah Dasar (SD/ MI) : 42
- Sekolah Menengah Pertama (SMP/ MTs) : 14
- Sekolah Menengah Atas (SMA) :7
- Perguruan Tinggi :-
- Pondok Pesantren : 56
b) Tempat-tempat umum

Laoran Keuangan Pokok 13


- Pasar :2
- Supermarket Mini :8
- Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) : 100
- Hotel : 69
- Stasiun :0
c) Sarana kesehatan
- Dokter Praktek Swasta :4
- Bidan Praktek Swasta : 12
- Klinik Swasta :1
- Rumah Sakit :-
d) Sarana lbadah
- Gereja :-
- Masjid : 77 Masjid
- Mushola : 108 Mushola

d. Karakteristik Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas (ditulis sesuai nama Puskesmas ybs) merupakan
daerah perkotaan yang mayoritas masyarakatnya sebagai pegawai dan karyawan
perusahaan. Transportasi antar desa dapat dilalui oleh semua kendaraan baik roda 2
ataupun roda 4. Luas Wilayah kurang lebih 156,43 Ha3 yang terbagi ke dalam 11 desa
seperti terlihat pada tabel dan gambar berikut :

Tabel 2. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Bayah


No Desa Luas wilayah (km2)
1 Bayah Barat 1.022
2 Bayah Timur 1.214
3 Cidikit 2.324
4 Cimancak 1.984
5 Cisuren 1.417
6 Darmasari 1.966
7 Pamubulan 1.855
8 Pasir Gombong 1.065
9 Sawarna 1.770
10Sawarna Timur 1.666
11Suwakan 1.212
Jumlah 17.495

Laoran Keuangan Pokok 14


e. Data Kependudukan
Jumlah penduduk Wilayah Puskesmas Rawat Inap Bayah Tahun 2018 adalah 45.622 jiwa
yang terdiri dari :
- Laki-laki : 23.266 Jiwa
- Perempuan : 22.356 Jiwa
Secara umum profil penduduk dari wilayah puskesmas Rawat Inap Bayah adalah sebagai
berikut :
- Jumlah KK : 12.723 KK
- Jumlah Masyarakat Miskin : 15.935 Jiwa
- Jumlah Rumah : 10.620 Rumah
- Jumlah Desa ODF : 4 Desa
- Jumlah Ibu Hamil : 945 Orang
- Jumlah Bayi : 731 Bayi
- Jumlah anak balita (1-4 Tahun) : 2.770 Balita
- Angka Kematian Ibu : 3 Orang
- Angka Kematian Bayi : 0 Bayi
- Jumlah Balita Gizi Buruk : 2 Balita
- Jumlah PUS : 7959 PUS
- Jumlah KB Aktif : 6.077 Orang
- Jumlah Peserta JKN : 879 Orang
Profil penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan
- Tidak/ belum tamat SD : 4.498
- SD/MI : 14.416
- SLTP/MTs : 7.028
- SLTA/MA/SMK : 7119
- Akademi/PT : 1.489
- Pasca Sarjana : 56

STRUKTUR ORGANISASI DAN SUSUNAN PENGELOLA PUSKESMAS (BLUD)

KEPALA PUSKESMAS
Laoran Keuangan Pokok 15

MANAJEMEN KEPALA
MUTU PUSKESMAS
Laoran Keuangan Pokok 16
BAB III
LAPORAN KEUANGAN POKOK

A. Neraca
Neraca akhir tahun 2019 Puskesmas (tulis nama Puskesmasnya) sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK


Neraca
Puskesmas Bayah
Per 30 September 2019 Dan 2018
( dalam rupiah )

NO URAIAN 30-Sep-19 31-Des-19

1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Bendahara Pengeluaran - -
4 Kas di Bendahara Penerimaan 715,163,524.99 256,180,536.00
5 Piutang Retribusi - -
6 Penyisihan Piutang - -
7 Piutang Lainnya 124,120,000.00 -
8 Persediaan - -
9 RK SKPD - -
10 Jumlah Aset Lancar ( Jumlah 3 s.d 9) 839,283,524.99 256,180,536.00
11 INVESTASI JANGKA PANJANG
12 Investasi Non Permanen
13 Pinjaman Jangka Panjang - -
14 Investasi dalam surat utang Negara - -
15 Investasi dalam Proyek Pembangunan - -
16 Investasi Non Permanen Lainnya - -
17 Jumlah Investasi Non Permanen ( Jumlah 13 s.d 16 ) - -
18 Investasi Permanen - -
19 Penyertaan Modal - -
20 Investasi Permanen Lainnya - -
21 Jumlah Investasi Permanen ( Jumlah 19 s.d 20 ) - -
22 Jumlah Investasi Jangka Panjang ( Jumlah 17+ 21 ) - -
23 ASET TETAP
24 Tanah 190,855,000.00 190,855,000.00
25 Peralatan dan Mesin 1,454,692,750.00 1,454,692,750.00
26 Gedung dan Bangunan 4,320,992,106.37 4,320,992,106.37
27 Jalan, Irigasi dan Jaringan - -
28 Aset Tetap Lainnya - -
29 Konstruksi dalam Pengerjaan - -
30 Akumulasi Penyusutan (2,320,970,372.88) (2,320,970,372.88)

Laoran Keuangan Pokok 17


31 Jumlah Aset Tetap ( Jumlah 24 s.d 30 ) 3,645,569,483.49 3,645,569,483.49
32 DANA CADANGAN
33 Dana Cadangan
34 Jumlah Dana Cadangan(Jumlah 33) - -
35 ASET LAINNYA
36 - -
37 Tuntutan Ganti Rugi - -
38 Kemitraan dengan Pihak Ketiga - -
40 Aset Tak Berwujud - -
42 Aset Lain-Lain 221,443,920.00 221,443,920.00
43 Akumulasi Penyusutan Rusak Berat (214,493,253.33) (214,493,253.33)
44 Jumlah Aset Lainnya ( Jumlah 37 s.d 43 ) 6,950,666.67 6,950,666.67
45 JUMLAH ASET ( 10+22+31+34+44) 4,491,803,675.15 3,908,700,686.16
46 KEWAJIBAN
47 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
48 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) -
49 Utang Bunga -
50 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang -
51 Pendapatan Diterima Dimuka -
52 Utang Belanja -
53 Utang Jangka Pendek lainnya -
54 RK PPKD -
55 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek ( Jumlah 48 s.d 54 ) - -
56 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
57 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan -
58 Utang Dalam Negeri - Obligasi -
59 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat -
60 Utang Pemerintah Daerah Lainnya -
61 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang ( Jumlah 57 s.d 60 ) - -
62 JUMLAH KEWAJIBAN ( 55 + 61 ) - -
63 EKUITAS
64 Ekuitas 4,491,803,675.15 3,908,700,686.16
65 JUMLAH EKUITAS 4,491,803,675.15 3,908,700,686.16
66 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS ( jumlah 62+65) 4,491,803,675.15 3,908,700,686.16

Laoran Keuangan Pokok 18


B. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran tahun 2019 sampai dengan 30 September 2019 adalah sebagai
berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

Laporan Realisasi Anggaran


Puskesmas Bayah
01 Januari 2019 sd 30 September 2019
( dalam rupiah )
No Uraian Pagu Anggaran Realisasi

4 PENDAPATAN - LRA
41 PENDAPATAN BLUD - LRA 3,281,042,082 2,196,487,474
412 Pendapatan Jasa layanan BLUD - LRA 39,600,000 30,020,000
414 Lain-lain PAD yang sah 2,097,799,382 1,384,236,474
414 - BOP 33,218,700 16,914,600
414 - BOK 1,110,424,000 603,208,400
414 - Jampersal - 19,200,000
414 - non kapitasi - 142,908,000
Jumlah Pendapatan - LRA 3,281,042,082 2,196,487,474
5 BELANJA
51 BELANJA OPERASI
511 Belanja Pegawai - -
512 Belanja Barang dan Jasa 2,501,532,644 1,707,484,485
Jumlah Belanja Operasi 2,501,532,644 1,707,484,485

52 BELANJA MODAL
521 Belanja Modal Tanah - -
522 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 371,089,575 -
523 Belanja Modal Gedung dan Bangunan - -
Jumlah Belanja Modal 371,089,575 -
Penyetoran retribusi ke kas daerah 39,600,000 30,020,000
JUMLAH BELANJA 2,912,222,219 1,737,504,485
SURPLUS / (DEFISIT) 368,819,863 458,982,989

Laoran Keuangan Pokok 19


C. Laporan Operasional
Laporan operaional tahun 2019 sampai dengan 30 September 2019 adalah sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK


Laporan Operasional

Puskesmas Bayah
01 Januari 2019 sd 30 September 2019
( dalam rupiah )
No Uraian 2018 30 Sep 2019

8 PENDAPATAN - LO
81 PENDAPATAN BLUD - LO
812 Pendapatan jasa layanan- LO 0.00 30,020,000
818 Lain-lain PAD yang sah 0.00 1,384,236,474
BOP 16,914,600
BOK 603,208,400
Jampersal 19,200,000
non kapitasi 142,908,000
Piutang 124,120,000
JUMLAH PENDAPATAN - LO 0.00 2,320,607,474
9 Beban
91 Beban OPERASI
911 Beban Pegawai 0.00 -
912 Beban Barang dan Jasa 0.00 1,707,484,485
Beban penyusutan aset tetap -
Beban penyisihan piutang -
JUMLAH BEBAN OPERASI 0.00 1,707,484,485
Penyetoran retribusi ke kas daerah 30,020,000
JUMLAH Beban 0.00 1,737,504,485
SURPLUS / (DEFISIT) 0.00 583,102,989

Laoran Keuangan Pokok 20


D. Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas sampai dengan 30 September 2019 sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
Laporan Perubahan Ekuitas
Puskesmas Bayah
30 September 2019 dan 2018
(dalam rupiah)
N
URAIAN 30 September 2019 2018
O
1 EKUITAS AWAL
3,908,700,686 -
2 SURPLUS / DEFISIT - LO
583,102,989 -
3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN
KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR : - -

- Koreksi kas - -
- Koreksi Persediaan - -
- Koreksi Piutang - -
3 RK PPKD -
4 LAIN-LAIN - -

6 EKUITAS AKHIR 4,491,803,675 3,908,700,686

Laoran Keuangan Pokok 21


E. Catatan atas Laporan Keuangan
1. Penjelasan Pos-pos Neraca
% Kenaikan/
ASET LANCAR 30-Sep-2019 31-Des-18
(Penurunan)
Kas di Bendahara Pengeluaran - -
Kas di Bendahara Penerimaan 715,163,524 256,180,536
Piutang Lainnya 124,120,000
Jumlah Aset Lancar 839,283,524 256,180,536

Dijelaskan…..
% Kenaikan/
ASET TETAP 30-Sep-2019 31-Des-18
(Penurunan)
Tanah 190,855,000 190,855,000
Peralatan dan Mesin 1,454,692,750 1,454,692,750
Gedung dan Bangunan 4,320,992,106 4,320,992,106
Jalan, Irigasi dan Jaringan - -
Aset Tetap Lainnya - -
Konstruksi dalam Pengerjaan - -
Akumulasi Penyusutan (2,320,970,372) (2,320,970,372)
Jumlah Aset Tetap 3,645,569,483 3,645,569,483

Dijelaskan…..

% Kenaikan/
ASET LAIN 30-Sep-2019 31-Des-18
(Penurunan)
Aset Lain-Lain 221,443,920 221,443,920
Akumulasi Penyusutan Rusak Berat (214,493,253) (214,493,253)

Jumlah Aset Lainnya 6,950,666 6,950,666

Dijelaskan…..

% Kenaikan/
ASET LAIN 30-Sep-2019 31-Des-18
(Penurunan)
Ekuitas 4,491,803,675 3,908,700,686
JUMLAH EKUITAS 4,491,803,675 3,908,700,686.

Dijelaskan…..

Laoran Keuangan Pokok 22


2. Penjelasan Laporan Realisasi Anggaran
Pagu
Uraian Realisasi % Capaian
Anggaran
PENDAPATAN - LRA
PENDAPATAN BLUD - LRA 3,281,042,082 2,196,487,474
Pendapatan Jasa layanan BLUD - LRA 39,600,000 30,020,000
Lain-lain PAD yang sah 2,097,799,382 1,384,236,474
- BOP 33,218,700 16,914,600
- BOK 1,110,424,000 603,208,400
- Jampersal - 19,200,000
- non kapitasi - 142,908,000
Jumlah Pendapatan - LRA 3,281,042,082 2,196,487,474

Dijelaskan…..

Pagu
Uraian Realisasi % Capaian
Anggaran
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai - -
Belanja Barang dan Jasa 2,501,532,644 1,707,484,485
Jumlah Belanja Operasi 2,501,532,644 1,707,484,485

BELANJA MODAL
Belanja Modal Tanah - -
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 371,089,575 -
Belanja Modal Gedung dan Bangunan - -
Jumlah Belanja Modal 371,089,575 -
Penyetoran retribusi ke kas daerah 39,600,000 30,020,000
JUMLAH BELANJA 2,912,222,219 1,737,504,485

Dijelaskan…..

Laoran Keuangan Pokok 23


3. Penjelasan Laporan Operasional

Uraian 2018 30 Sep 2019

PENDAPATAN - LO
PENDAPATAN BLUD - LO
Pendapatan jasa layanan- LO 0.00 30,020,000
Lain-lain PAD yang sah 0.00 1,384,236,474
BOP 0.00 16,914,600
BOK 0.00 603,208,400
Jampersal 0.00 19,200,000
non kapitasi 0.00 142,908,000
Piutang 0.00 124,120,000
JUMLAH PENDAPATAN - LO 0.00 2,320,607,474

Dijelaskan……

Uraian 2018 30 Sep 2019


Beban-LO
Beban OPERASI
Beban Pegawai 0.00 -
Beban Barang dan Jasa 0.00 1,707,484,485
Beban penyusutan aset tetap -
Beban penyisihan piutang -
JUMLAH BEBAN OPERASI 0.00 1,707,484,485
Penyetoran retribusi ke kas daerah 30,020,000
JUMLAH Beban 0.00 1,737,504,485

Dijelaskan……

Laoran Keuangan Pokok 24


4. Penjelasan Laporan Perubahan Ekuitas
30 September
URAIAN 2018
2019
EKUITAS AWAL 3,908,700,686 -
SURPLUS / DEFISIT - LO 583,102,989 -
3,908,700,68
EKUITAS AKHIR 4,491,803,675
6

Dijelaskan……

Laoran Keuangan Pokok 25


BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI

A. Entitas Akuntansi
Kebijakan akuntansi yang terkait dengan entitas akuntansi meliputi beberapa asumsi
yang mendasarinya. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, yang berarti entitas akuntansi dianggap sebagai unit
yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga
tidak terjadi kekacauan antar unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah satu
indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan yang diberikan kepada entitas
untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas
bertanggungjawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan
yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat pembuatan keputusan entitas, serta terlaksana
tidaknya program dan kegiatan yang telah ditetapkan.
2. Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas akan berlanjut
keberadaannya dan tidak bermaksud untuk melakukan likuidasi.
3. Keterukuran Dalam Satuan Uang
Laporan keuangan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai
dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan
pengukuran dalam akuntansi. Satuan uang yang digunakan adalah rupiah.

B. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan laporan Keuangan


Basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja
dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dana dalam neraca.
Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti pendapatan diakui pada saat kas
diterima oleh kas daerah atau bendahara penerimaan, serta belanja diakui pada saat kas
dikeluarkan dari kas daerah atau bendahara pengeluaran. Pemerintah daerah tidak
menggunakan istilah laba, melainkan menggunakan sisa perhitungan anggaran (lebih/kurang)

Laoran Keuangan Pokok 26


untuk setiap tahun anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi
penerimaan pendapatan dengan pengeluaran belanja.
Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan
dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan entitas, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas
daerah.

C. Kebijakan Akuntansi Berbasis SAP


1. Pendapatan
Pendapatan Puskesmas adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas selama satu periode yang mengakibatkan penambahan ekuitas bersih. Ruang
lingkup pendapatan Puskesmas meliputi:
1) Pendapatan dari alokasi APBD
merupakan pendapatan dari realisasi belanja pegawai, barang dan jasa dan/atau belanja modal
sesuai SP2D yang sumberdanya dari APBD.
2) Pendapatan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat
merupakan imbalan yang diperoleh dari jasa layanan kesehatan Puskesmas kepada
masyarakat sesuai dokumen sumber penerimaan pendapatan transaksional.
3) Pendapatan hasil kerja sama
merupakan perolehan pendapatan Puskesmas dari kerjasama operasional, sewa-menyewa,
dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi Puskesmas sesuai dokumen
sumber penerimaan pendapatan transaksional.
4) Pendapatan hibah bentuk uang/barang/jasa
merupakan pendapatan yang diterima dari masyarakat, badan lain atau entitas non Puskesmas
pusat/daerah tanpa diikuti adanya kewajiban bagi Puskesmas untuk menyerahkan
barang/jasa sesuai dengan dokumen penerimaan hibah atau yang dipersamakan.
1) Pengakuan
Pendapatan Puskesmas diakui pada saat:
(1) Timbulnya hak atas pendapatan untuk menagih
merupakan pendapatan Puskesmas yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu
pelayanan yang telah selesai diberikan dan/atau hak Puskesmas untuk
menagihkan beban tagihan kepada alokasi APBD sesuai peraturan perundang-
undangan.

Laoran Keuangan Pokok 27


(2) Pendapatan direalisasi
saat realisasi pendapatan Puskesmas secara hak telah diterima tanpa didahului adanya
penagihan.
2) Pengukuran
Pengukuran pendapatan Puskesmas sebagai berikut:
(1) Pendapatan dari alokasi APBD
Diukur sebesar nilai realisasi belanja sesuai SP2D Belanja dari pagu DPA.
(2) Pendapatan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Pendapatan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat diukur sebesar nilai
pendapatan sesuai dengan dokumen sumber transaksional pendapatan atau yang
dipersamakan.
(3) Pendapatan hasil kerjasama
Pendapatan hasil kerja sama diukur sebesar nilai pendapatan sesuai dengan
dokumen sumber transaksional hasil kerjasama atau yang dipersamakan.
(4) Pendapatan hibah
Pendapatan hibah dalam bentuk uang dari masyarakat diukur sebesar nilai
hibah yang diterima oleh Puskesmas sesuai dengan dokumen penerimaan
hibah bentuk uang atau yang' dipersamakan.
Pendapatan hibah bentuk barang dan/atau jasa dari masyarakat diukur sebesar
nilai pendapatan hibah sesuai dengan dokumen berita acara serah terima hibah
barang/jasa atau dokumen yang dipersamakan.
(5) Pendapatan Lainnya
Pendapatan lainnya diukur sebesar nilai pendapatan sesuai dengan dokumen sumber
transaksional atau yang dipersamakan.
3) Penyajian
Penyajian pendapatan Puskesmas di Laporan Keuangan sebagai berikut:
(1) Nilai pendapatan dari alokasi APBD sesuai dengan SP2D Belanja yang berasal
dari pagu DPA disajikan di LO sebagai Pendapatan dari Alokasi APBD dalam pos
Pendapatan Operasional.
(2) Pendapatan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Nilai pendapatan dari pelayanan Puskesmas kepada masyarakat disajikan :
a. di LRA sebagai pendapatan dari pelayanan kesehatan ; dan
b. di LO sebagai pendapatan dari pelayanan kesehatan dalam pos Pendapatan

Laoran Keuangan Pokok 28


Operasional.
(3) Pendapatan hasil kerjasama
Nilai pendapatan hasil kerjasama Puskesmas disajikan :
a. di LRA sebagai pendapatan dari hasil kerjasama; dan
b. di LO sebagai pendapatan dari hasil kerjasama pos Pendapatan Operasional.
(4) Pendapatan Hibah
Nilai pendapatan hibah bentuk uang dari masyarakat yang telah disahkan disajikan:
a. di LRA sebagai pendapatan dalam pos hibah; dan
b. di LO sebagai hibah dalam pos Pendapatan Operasional.
Pendapatan hibah bentuk barang dan/atau jasa dari masyarakat sesuai dengan berita
acara serah terima hibah barang/jasa atau dokumen yang dipersamakan disajikan
di LO sebagai Hibah dalam pos Pendapatan Operasional, sedangkan beban
jasanya disajikan di LO sebagai beban sesuai definisi bebannya dalam pos
Beban Operasional, dan dalam hal berbentuk persediaan dan/atau aset tetap, asset
tetap lainnya, asset lainnya disajikan di Neraca sesuai definisi asetnya.
(5) Pendapatan Lainnya disajikan di Laporan Operasional dalam pos Kegiatan
Non-Operasional, dan di LRA pada pos Pendapatan Lainnya.

2. Belanja
Belanja Puskesmas adalah adalah kewajiban yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih yang telah dibayar dari kas dan bank pada periode tahun buku yang
bersangkutan.
1) Pengakuan
(1) Belanja dari realisasi DPA
Belanja dari realisasi DPA diakui pada saat kas keluar dari RKUD sesuai dengan
SPM/SP2D Belanja (belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal) .
(2) Belanja Puskesmas dari pengesahan beban dan/atau biaya perolehan aset dari
sumber dananya berasal dari layanan Puskesmas .
Belanja sumber dana Puskesmas dari pengesahan beban dan/atau biaya perolehan aset
diakui pada saat dilakukan pengesahan oleh BUD sesuai dengan SP3B/SP2B.
2) Pengukuran
(1) Nilai Belanja dari realisasi DPA diukur sebesar nilai realisasi Belanja sesuai
dengan SPM/ SP2D.

Laoran Keuangan Pokok 29


(2) Nilai Belanja Puskesmas dari pengesahan beban dan/atau biaya perolehan aset
diukur sebesar nilai pengesahan belanja sesuai dengan SP3B/SP2B.
3) Penyajan
(1) Belanja dari realisasi DPA
a Belanja Pegawai disajikan pada pos Realisasi Belanja Pegawai di LRA.
b Belanja Barang disajikan pada pos Realisasi Belanja Barang di LRA
c Belanja Modal, disajikan pada pos Realisasi Modal di LRA.
(2) Belanja Puskesmas
a. Belanja Gaji dan Tunjangan sumber dan Puskesmas dan Belanja Barang
sumber dana Puskesmas disajikan pada pos Realisasi Belanja Barang
Puskesmas di LRA.
b. Belanja Modal sumber dana Puskesmas disajikan pada pos Realisasi Belanja
Modal Puskesmas di LRA.

3. Beban
Beban Puskesmas adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas Puskesmas , yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Ruang lingkup beban Puskesmas meliputi: Beban Pegawai, Beban Barang dan Jasa,
Beban Persediaan, Beban Barang untuk Dijual/Diserahkan kepada Masyarakat, Beban
Pemeliharaan, Beban Perjalanan Dinas, Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, Beban
Penyusutan Aset dan Beban Amortisasi

1) Pengakuan
Secara umum Beban diakui pada saat:
(1) timbulnya kewajiban;
(2) terjadinya konsumsi aset; dan/ atau
(3) terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

2) Pengukuran
Pengukuran beban Puskesmas sebagai berikut:
(1) Beban pegawai, beban barang dan jasa, beban pemeliharaan, dan beban perjalanan
dinas yang berasal dari pembebanan realisasi SP2D DPA diukur sebesar nilai

Laoran Keuangan Pokok 30


realisasi belanja sesuai dengan SP2D Belanjanya.
(2) Beban pegawai, beban barang dan jasa, beban pemeliharaan, dan beban perjalanan
dinas yang sumber danaya berasal layanan Puskesmas diukur sebesar nilai beban
sesuai dengan dokumen sumber transaksionalnya.
(3) Beban pemeliharaan berupa pemakaian barang perlengkapan, bahan atau barang
persediaan sehubungan dengan pemeliharaan, beban persediaan, dan beban barang
untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat diukur sebesar nilai persediaan mutasi
keluar sesuai dengan dokumen mutasi barang keluar atau yang dipersamakan.
(4) Beban penyusutan diukur sebesar nilai perhitungan akuntansi terhadap perolehan
atau nilai wajar aset dibagi dengan periode/masa manfaat aset tersebut.
(5) Beban penyisihan piutang tidak tertagih diukur sebesar nilai perhitungan
akuntansi terhadap penentuan kualitas piutang berdasarkan tarif penyisihan
piutang tak tertagih dikalikan dengan nilai nominal piutang.

3) Penyajian
kPenyajian beban pada laporan Keuangan sebagai berikut:
(1) Nilai beban sehubungan dengan adanya realisasi belanja sesuai SP2D
Belanjanya, nilai beban yang sumber danaya berasal layanan Puskesmas , nilai
beban sehubungan dengan beban transaksional secara kas yang belum dilakukan
pengesahan Belanjanya, dan nilai beban sehubungan dengan penyesuaian
beban operasional disajikan di Laporan Operasional dalam pos Beban Operasional.
(2) Beban operasional Puskesmas di Laporan Operasional disajikan menurut
klasifikasi ekonomi, antara lain:
a. beban pegawai,
b. beban barang dan j asa
c. beban persediaan,
d. beban barang untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat
e. beban pemeliharaan,
f. beban perj alanan dinas,
g. beban penyisihan piutang tidak tertagih,
h. beban penyusutan dan amortisasi.
(3) Beban-beban yang disajikan dalam pos Kegiatan Non-Operasional misalnya beban
sehubungan dengan kerugian persediaan rusak atau usang, kerugian pelepasan aset,

Laoran Keuangan Pokok 31


kerugian selisih kurs belum terealisasi atas saldo kas dan bank Puskesmas , piutang
Puskesmas, dan utang Puskesmas

4. Kas dan Setara Kas


Kas dan setara kas yang dikelola Puskesmas merupakan kelompok akun yang digunakan untuk
mencatat kas dan setara kas yang dikelola oleh Puskesmas .
1) Pengakuan
(1) Kas dan Bank Yang Belum Disahkan
Transaksi yang mempengaruhi nilai Kas dan Bank Yang Belum Disahkan diakui
pada saat transaksional yang berhubungan dengan penerimaan kas atas
pendapatan tahun anggaran berjalan, pengeluaran belanja tahun anggaran
berjalan, pelunasan secara kas piutang atas pengakuan pendapatan, dan
penyelesaian secara kas utang atas pengakuan beban Puskesmas .
(2) Kas dan Bank
Transaksi yang mempengaruhi nilai Kas dan Bank diakui pada saat diterbitkan
SP2B sebagai dasar pengesahan yang mereklasifikasi dari Kas dan Bank Yang
Belum Disahkan menjadi Kas dan Bank Puskesmas .
(3) Setara Kas
Transaksi yang mempengaruhi nilai Setara Kas diakui pada saat pembelian atau
pelepasan instrumen investasi jangka pendek kurang dari 3 (tiga) bulan.
(4) Kas Lainnya
Transaksi yang mempengaruhi nilai Kas Lainnya diakui pada saat kas secara
transaksional sehubungan dengan dana titipan pihak ketiga, uang jaminan, atau
uang muka pelayanan, pajak-pajak belum disetor dari transaksi
diterima/diserahkan kepada yang berhak oleh Puskesmas atau uang pihak ketiga
yang belum diserahkan seperti honorarium pegawai atau pajak yang belum disetor
yang sumber dananya berasal dari DPA.
(5) Kas di Bendahara Pengeluaran
Transaksi yang mempengaruhi nilai Kas di Bendahara Pengeluaran diakui pada
saat penerimaan uang persediaan dan/atau pertanggungjawaban atau penyetoran
pengembalian uang persediaan ke rekening kas daerah sesuai dengan masing-
masing SP2D-UP/TUP, SP2D-GU/ GUP, dan SSBP.
(6) Kas di Bendahara Penerimaan

Laoran Keuangan Pokok 32


Transaksi yang mempengaruhi nilai Kas di Bendahara Penerimaan diakui pada saat
penerimaan kas dari hasil pelayanan Puskesmas .
2) Pengukuran
(1) Kas dan Bank Yang Belum Disahkan
Transaksi untuk menambah nilai Kas dan Bank Yang Belum Disahkan diukur sebesar nilai
berdasarkan dokumen penerimaan kas atau yang dipersamakan hasil konfirmasi
atau validasi dari transaksional pendapatan layanan kesehatan, transaksional
pelunasan piutang, dan/atau transaksional penerimaan hibah bentuk kas .
Transaksi untuk mengurangi nilai Kas dan Bank Yang Belum Disahkan diukur sebesar
nilai berdasarkan dokumen otorisasi pengeluaran kas atau yang dipersamakan dari
transaksional pengeluaran belanja dan biaya dan/atau transaksional pelunasan
kewajiban Puskesmas .
(2) Kas dan Bank
Kas dan Bank diukur sebesar nilai berdasarkan SP3B/SP2B yang mencatat pengesahan
pendapatan dan pengesahan belanja secara periodik dengan melakukan
reklasifikasi dari Kas dan Bank Yang Belum Disahkan menjadi definitif Kas dan
Bank.
(3) Setara Kas
Setara Kas diukur sebesar nilai dokumen kepemilikan atau yang dipersamakan instrumen
investasi j angka pendek kurang dari 3 (tiga) bulan.
(4) Kas Lainnya
a Transaksi yang menambah nilai Kas Lainnya diukur sebesar nilai berdasarkan
dokumen penerimaan kas atau yang dipersamakan dari hasil konfirmasi atau
validasi dari transaksional sehubungan dengan dana titipan pihak ketiga,
uang jaminan, uang muka pelayanan, pajak-pajak belum disetor dari transaksi,
atau uang pihak ketiga. yang belum diserahkan seperti honorarium pegawai
atau pajak yang belum disetor yang sumber dananya berasal dari DPA.
b Transaksional yang mengurangi nilai Kas Lainnya diukur sebesar nilai
berdasarkan dokumen otorisasi pengeluaran kas atau yang dipersamakan
dari transaksional penyerahan kas kepada pihak yang berhak sehubungan
dengan dana titipan pihak ketiga, uang jamirian, atau uang muka
pelayanan, pajak-pajak belum disetor, atau uang pihak ketiga yang belum
diserahkan seperti honorarium pegawai atau pajak yang belum disetor yang

Laoran Keuangan Pokok 33


sumber dananya berasal dari DPA.
(5) Kas di Bendahara Pengeluaran
a Transaksi untuk menambah nilai Kas di Bendahara Pengeluaran diukur
sebesar nilai saldo uang persediaan dan/atau tambahan uang persediaan
berdasarkan dokumen SPM/SP2D - UP/TUP.
b Transaksi untuk mengurangi nilai Kas di Bendahara Pengeluaran diukur
sebesar nilai pertanggungjawaban dan/atau penyetoran pengembalian uang
persediaan dan/atau tambahan uang persediaan ke rekening kas daerah
berdasarkan masing-masing dokumen SPM/SP2D - GU/ GUP, dan SSBP.
(6) Kas di Bendahara Penerimaan
a Transaksi yang menambah nilai Kas di Bendahara Penerimaan diukur sebesar
nilai kas yang diterima berdasarkan dokumen penerimaan kas atau yang
dipersamakan.
b Transaksional yang mengurangi nilai Kas di Bendahara Penerimaan diukur
sebesar nilai berdasarkan dokumen otorisasi penyetoran kas atau yang
dipersamakan.
3) Penyajian
Penyajian Kas dan Setara Kas yang dikelola BLUD sebagai berikut:
(1) Nilai Kas dan Bank, Kas dan Bank Yang Belum Disahkan, Setara Kas disajikan
di Neraca pada pos Aset Lancar sebagai Kas pada Puskesmas .
(2) Nilai Kas Lainnya di disajikan di Neraca pada pos Aset Lancar sebagai Kas
Lainnya.
(3) Nilai Kas di Bendahara Pengeluaran UP dan TUP disajikan di Neraca pada
pos Aset Lancar sebagai Kas di Bendahara Pengeluaran
(4) Nilai Kas di Bendahara Penerimaan disajikan di Neraca pada pos Aset Lancar
sebagai Kas di Bendahara Penerimaan.
5. Piutang
Piutang Puskesmas adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Puskesmas
dan/atau hak yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang
sah.
Piutang Puskesmas timbul dari tiga peristiwa, yaitu:
1) Hak tagih atas layanan Puskesmas

Laoran Keuangan Pokok 34


Piutang ini timbul karena adanya penyerahan barang, jasa, uang atau transaksi lainnya
yang menimbulkan hak tagih dalam rangka kegiatan operasional pelayanan Puskesmas
yang ditagihkan berdasarkan penetapan Piutang yang belum dilunasi.
2) Perikatan
Piutang ini timbul karena adanya hak tagih atas perikatan antara Puskesmas
dengan pihak lain mitra kerja berdasarkan naskah perjanjian yang menyatakan
hak dan kewajiban secara jelas, seperti pemberian pinjaman, penjualan kredit, dan
kemitraan.
3) Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Piutang ini timbul karena adanya hak tagih atas pelaksanaan Tuntutan Perbendaharaan
yang dikenakan kepada bendahara akibat perbuatan lalai atau perbuatan melawan
hukum yang menimbulkan kerugian Negara, serta pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi
yang dikenakan kepada pegawai negeri bukan bendahara akibat perbuatan lalai atau
perbuatan melawan hukum dalam pelaksanaan tugas yang menjadi kewajibannya.

1) Pengakuan
(1) Piutang atas layanan Puskesmas diakui pada saat tagihan layanan atau penetapan
Piutang terhadap layanan yang belum dilunasi berdasarkan dokumen tagihan
layanan atau ketetapan piutang atau yang dipersamakan.
(2) Piutang atas kegiatan perikatan dan/atau kerjasama diakui pada saat penetapan
Piutang Puskesmas terhadap hak pendapatan yang belum diterima setelah tanggal
jatuh tempo berdasarkan perjanjian atau dokumen yang dipersamakan.
(3) Piutang atas penagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, dan tuntutan
ganti rugi diakui pada saat penetapan penjualan angsuran/tuntutan
perbendaharaan/tuntutan ganti rugi berdasarkan surat ketetapan piutang penagihan
atau dokumen yang dipersamakan.
(4) Belanja dibayar dimuka, uang muka belanja dan piutang atas perhitungan
akuntansi diakui pada saat akhir periode pelaporan keuangan berdasarkan masing-
masing buku pembantu piutangnya.
(5) Piutang Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Penyelesaian atas Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan dapat dilakukan
dengan cara damai (di luar pengadilan) atau melalui pengadilan. Apabila
penyelesaian tagihan ini dilakukan dengan cara damai, maka setelah proses

Laoran Keuangan Pokok 35


pemeriksaan selesai dan telah ada Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak
(SKTM) dari pihak yang bersangkutan, diakui sebagai Piutang Tuntutan Ganti
Rugi/Tuntutan Perbendaharaan sejumlah yang akan diterima.
Dalam hal memilih menggunakan jalur pengadilan, pengakuan piutang dilakukan setelah
terdapat surat ketetapan dari pengadilan.
2) Pengukuran
(1) Piutang atas layanan diukur sebesar nilai tagihan layanan yang belum dilunasi
oleh pengguna layanan berdasarkan dokumen tagihan layanan atau ketetapan
piutang atau yang dipersamakan.
(2) Piutang atas kegiatan perikatan dan/atau kerjasama diukur sebesar nilai piutang
sesuai dengan hak pendapatan yang belum diterima setelah tanggal jatuh tempo
berdasarkan perjanjian atau dokumen yang dipersamakan dan ditagihkan
dalam ketetapan piutang atau yang dipersamakan.
(3) Piutang atas penagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, dan tuntutan
ganti rugi diukur sebesar nilai piutang tagihan sesuai dengan surat
ketetapan piutang penagihan atau dokumen yang dipersamakan.
(4) Belanja dibayar di muka, uang mukan belanja dan piutang atas perhitungan
akuntansi diukur sebesar nilai piutang sesuai dengan perhitungan ringkasan
berdasarkan masing-masing buku pembantu piutangnya dalam rangka penyusunan
laporan keuangan secara periodik.
(5) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) diukur sebesar nilai TPA
yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan
sesuai dengan perhitungan ringkasan berdasarkan masing- masing buku
pembantu piutangnya dalam rangka penyusunan laporan keuangan secara
periodik.
(6) Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
diukur sebesar nilai Tagihan TP/TGR yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua
belas) sejak tanggal pelaporan keuangan sesuai dengan perhitungan ringkasan
berdasarkan masing-masing buku pembantu piutangnya dalam rangka
penyusunan laporan keuangan secara periodik.
3) Penyajian
(1) Piutang disajikan di Neraca sebesar nilai saldo bruto piutang dengan kontra
akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, kecuali Beban Dibayar di Muka;

Laoran Keuangan Pokok 36


Uang Muka_ Belanja; dan Pendapatan Yang Masih Harus Diterima.
(2) Piutang disajikan di Neraca sesuai urutan likuiditasnya
(3) Piutang yang disajikan pada pos Aset Lancar di Neraca antara lain:
a. Piutang dari Kegiatan Operasional
b. Piutang dari Kegiatan Non-Operasional
c. Uang Muka Belanja
d. Belanja Dibayar di Muka
e. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima
f. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (untuk masing-masing piutang kecuali
Belanja Dibayar di Muka, Uang Muka Belanja, dan Pendapatan Yang Masih
Harus Diterima)
(4) Piutang yang disajikan pada pos Piutang Jangka Panjang di Neraca antara lain:
a. Piutang Tagihan Penjualan Angsuran
b. Piutang Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
c. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (untuk masing-masing piutang TPA,
TP/TGR).

6. Persediaan
Persediaan merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Puskesmas dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kesehatan.
1) Pengakuan
Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
Puskesmas dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal, dan/
atau barang persediaan diterima dan/ atau hak kepemilikannya atau kepenguasaannya
berpindah
2) Pengukuran
Persediaan diukur sebesar:
(1) Nilai perolehan dari pembelian persediaan yang meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan, biaya lainnya yang secara langsung dapat
dibebankan pada perolehan persediaan, dan dikurangi adanya potongan harga,
rabat dan lainnya yang serupa.
(2) Nilai harga pokok produksi dari perolehan persediaan yang diproduksi secara
sendiri, yang meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang

Laoran Keuangan Pokok 37


diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis .
(3) Nilai wajar dari perolehan persediaan yang berasal dari hibah, ataupun lain-lain
yang sah.
(4) Nilai perolehan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual/ diserahkan kepada
masyarakat, yang meliputi harga pembelian dan biaya langsung yang dapat
dibebankan pada perolehan persedaiaan tersebut.
3) Penyajian
Persediaan disajikan di Neraca pada Pos Aset Lancar.
Nilai persediaan yang disajikan di Neraca adalah nilai dari persediaan yang secara
kondisi fisik dalam keadaan baik dan siap digunakan dan dijual/diserahkan kepada
masyarakat.
Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam Neraca, tetapi
diungkapkan secara memadai dalam CaLK Pengungkapan dapat dilampiri daftar
persediaan barang rusak atau using.

7. Aset Tetap
Aset Tetap Puskesmas adalah aset berwujud yang dimiliki yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam proses produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak ketiga, atau untuk tujuan administratif
operasional.
Aset tetap secara kelompok besar jenisnya dapat terdiri dari:
1) Tanah;
2) Peralatan dan Mesin;
3) Gedung dan Bangunan; .
4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
5) Aset Tetap Lainnya; dan
6) Konstruksi dalam Pengerjaan

1) Pengakuan
Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya
dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi
kriteria sebagai berikut:
(1) Tanah
a Tanah harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan,
biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam kondisi normal entitas dan diperoleh dengan maksud untuk digunakan.
b Kepemilikan atas tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah terjadi

Laoran Keuangan Pokok 38


perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum seperti
sertifikat tanah.
c Hak kepemilikan tanah didasarkan pada bukti kepemilikan tanah yang sah
berupa sertifikat, misalnya Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifikat Hak Guna
Bangunan (SHGB), dan Sertifikat Pengelolaan Lahan (SPL).
d Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun dikuasai
dan/atau digunakan oleh Puskesmas , maka tanah tersebut tetap harus
dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca Puskesmas , serta
diungkapkan secara memadai dalam CaLK.
e Dalam hal tanah dimiliki oleh Puskesmas , namun dikuasai dan/atau digunakan
oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai
aset tetap tanah pada neraca Puskesmas , serta diungkapkan secara memadai
dalam CaLK, bahwa tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh pihak lain.
f Dalam hal tanah dimiliki oleh Puskesmas , namun dikuasai dan/atau
digunakan oleh entitas Puskesmas yang lain, maka tanah tersebut dicatat dan
disajikan pada neraca Puskesmas yang mempunyai bukti kepemilikan, serta
diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas
Puskesmas yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup
mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam CaLK.
g Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan:
a) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut
dikuasai dan/atau digunakan Puskesmas , maka tanah tersebut tetap dicatat
dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca, serta diungkapkan
secara memadai dalam CaLK.
b) Dalam hal Puskesmas belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang
sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah
tersebut dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca, serta
diungkapkan secara memadai dalam CaLK.
c) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai
dan/atau digunakan oleh Puskesmas , maka tanah tersebut tetap harus
dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca, serta
diungkapkan secara memadai dalam CaLK.
d) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai
dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat
dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca, namun adanya sertifikat
ganda harus diungkapkan secara memadai dalam CaLK
(2) Peralatan dan Mesin
a Peralatan dan mesin harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari
12 bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan

Laoran Keuangan Pokok 39


untuk dijual dalam kondisi normal entitas dan diperoleh dengan maksud untuk
digunakan.
b Peralatan dan mesin diakui pada saat Peralatan dan mesin telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah
serta telah siap dipakai.
c Peralatan dan mesin yang diperoleh dan yang dimaksudkan akan diserahkan
kepada pihak lain, tidak dapat dikelompokkan dalam asset tetap Peralatan
dan Mesin, tetapi dikelompokkan kepada aset persediaan.
(3) Gedung dan Bangunan
a Gedung dan bangunan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari
12 bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam kondisi normal entitas dan diperoleh dengan maksud untuk
digunakan.
b Saat pengakuan Gedung dan Bangunan akan lebih dapat diandalkan apabila
terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau
penguasaan secara hukum, misalnya akte jual beli atau Berita Acara Serah
Terima. Apabila perolehan Gedung dan Bangunan belum didukung dengan
bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang
diharuskan, seperti pembelian gedung kantor yang masih harus diselesaikan
proses jual beli (akta) dan bukti kepemilikannya di instansi berwenang, maka
Gedung dan Bangunan tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa
penguasaan atas Gedung dan Bangunan tersebut telah berpindah, misalnya
telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas bangunan.
c Pengakuan Gedung dan Bangunan harus dipisahkan dengan tanah di mana
gedung dan bangunan tersebut didirikan. Gedung dan bangunan yang dibangun
Pemkab. Lebak, namun dengan maksud akan diserahkan kepada masyarakat,
seperti rumah yang akan diserahkan kepada para transmigran, maka rumah
tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai “Gedung dan Bangunan”,
melainkan disajikan sebagai “Persediaan”.
d Gedung dan Bangunan dapat terdiri dari komponen bangunan fisik, komponen
penunjang utama yang berupa mechanical engineering (lift, instalasi listrik
beserta generator, dan sarana pendingin Air Conditioning), dan komponen
penunjang lain yaitu berupa saluran air dan telpon.
e Masing-masing komponen mempunyai masa manfaat yang berbeda, sehingga
umur penyusutannya berbeda, serta memerlukan pola pemeliharaan yang
berbeda pula. Perbedaan masa manfaat dan pola pemeliharaan memerlukan
sub-akun pencatatan yang berbeda untuk masing-masing komponen gedung
bertingkat.
(4) Jalan, irigasi, dan jaringan

Laoran Keuangan Pokok 40


a Jalan, irigasi, dan jaringan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi normal entitas dan diperoleh dengan
maksud untuk digunakan.
b Jalan, irigasi, dan jaringan diakui pada saat jalan, irigasi, dan jaringan telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat
penguasaannya berpindah serta telah siap dipakai.
(5) Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya diakui pada saat aset tetap lainnya telah diterima atau diserahkan
hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta telah siap
dipakai.
(6) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).
a Apabila dalam konstruksi aset tetap ternyata pembangunan fisik proyek belum
dilaksanakan, namun biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung ke dalam
pembangunan proyek telah dikeluarkan, maka biaya-biaya tersebut harus
diakui sebagai KDP aset tetap yang bersangkutan.
b Apabila BAST sudah ada, namun fisik pekerjaan belum selesai, akan diakui
sebagai KDP
c Apabila sebagian dari aset tetap yang dibangun telah selesai, dan telah
digunakan/dimanfaatkan, maka bagian yang digunakan/dimanfaatkan masih
diakui sebagai KDP.
d Apabila suatu aset tetap telah selesai dibangun sebagian (KDP), karena
sebab tertentu (misalnya terkena bencana alam/force majeur aset tersebut
hilang, maka penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan hilang
karena bencana alam/force majeur dan atas dasar pernyataan tersebut
Konstruksi Dalam Pengerjaan dapat dihapusbukukan.
2) Pengukuran
Pengukuran Aset Tetap memperhatikan transaksi perolehannya sebagai berikut:
(1) Pembelian, dapat berupa pembelian langsung (satu kali pembayaran) maupun
perolehan melalui pembangunan dengan beberapa kali termin pembayaran.
(2) Aset Tetap yang diperoleh dengan cara ini (beberapa kali termin pembayaran)
diukur sebesar nilai nominal yang tertera dalam dokumen kuitansi, faktur,
SPM/ SP2D (alokasi DPA), dan SP3B/SP2B.
(3) Hibah masuk, diperoleh dari entitas lain di luar lingkup Kabupaten Lebak,
seperti Puskesmas Pusat atau Puskesmas Daerah lain, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga-lembaga lainnya, dan masyarakat perseorangan maupun
kelompok.
(4) Aset Tetap yang diperoleh dengan cara ini diukur sebesar nilai nominal
yang tertera dalam dokumen BAST Hibah. Jika tidak tersedia nilai perolehannya,

Laoran Keuangan Pokok 41


dapat digunakan nilai wajar aset tersebut pada tanggal dilakukannya hibah.
(5) Reklasifikasi masuk, diperoleh sebagai akibat adanya proses reklasifikasi aset
dari non-aset tetap menjadi Aset Tetap. Dalam transaksi reklasifikasi masuk
tersebut, pengukurannya diperlakukan sebagai berikut:
a Aset Tetap yang masuk (bertambah) dicatat pada sisi debet dan Aset Tetap yang
keluar (berkurang) dicatat di sisi kredit sebesar nilai perolehannya.
b Akumulasi penyusutan Aset Tetap terkait yang tercatat sampai dengan periode
dilakukannya reklasifikasi, dicatat dengan cara mendebet Akumulasi
penyusutan atas Aset Tetap yang keluar (berkurang) dan mengkredit Akumulasi
penyusutan atas Aset Tetap yang masuk (bertambah) sebesar nilai tarif
penyusutan periodenya .
(6) Pertukaran, diperoleh dengan menukarkan Aset Tetap milik Puskesmas dengan
Aset Tetap entitas lain. Aset Tetap yang diperoleh dengan cara ini dinilai
sebesar nilai wajar dari aset yang diserahkan. Apabila terdapat asset lainnya
dalam pertukaran, misalnya kas, maka hal ini mengindikasikan bahwa pas yang
dipertukarkan tidak mempunyai nilai yang sama sehingga pengukuran dinilai
sebesar asset yang dipertukarkan ditambah dengan kas yang diserahkan.
(7) Perolehan lainnya yang sah, merupakan perolehan Aset Tetap yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam cara perolehan pembelian, transfer masuk,
hibah masuk, dan pertukaran, yang diperkenankan berdasarkan ketentuan
yang berlaku.
(8) Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja, pengeluaran tersebut ditambahkan pada jumlah
tercatat aset tetap yang bersangkutan.
Dalam hal, pengeluaran setelah perolehan awal tersebut untuk perbaikan atau
perawatan aset tetap untuk menj aga manfaat ekonomi masa yang akan
datang atau untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aset
tetap, pengeluaran tersebut diakui dan dicatat bukan sebagai penambahan nilai
aset tetap melainkan sebagai belanj a atau beban pemeliharaan.
(9) Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap dilakukan berdasarkan ketentuan
Puskesmas yang berlaku secara nasional.

(1) Tanah
a Tanah dinilai dengan biaya perolehan.
Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah,
biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak seperti biaya
pengurusan sertifikat, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya

Laoran Keuangan Pokok 42


lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai.
b Apabila perolehan tanah Puskesmas dilakukan oleh panitia pengadaan, maka
termasuk dalam harga perolehan tanah adalah honor panitia
pengadaan/pembebasan tanah, belanja barang dan belanja perjalanan dinas
dalam rangka perolehan tanah tersebut.
c Biaya yang terkait dengan peningkatan bukti kepemilikan tanah, misalnya dari
status tanah girik menjadi SHM, dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah.
d Biaya yang timbul atas penyelesaian sengketa tanah, seperti biaya pengadilan
dan pengacara tidak dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah.
e Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang akan dimusnakan yang
terletak pada tanah yang dibeli tersebut.
f Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar atau harga
taksiran pada saat perolehan.
g Tidak ada nilai satuan minimum untuk tanah, sehingga berapa pun nilai tanah
dikapitalisasi

3) Penyajian
Penyajian Aset Tetap di Laporan Keuangan sebagai berikut:
(1) Tanah
a Tanah disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap .
b Mutasi Tanah pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan
dan pengurangan;
c Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan informasi mengenai:
a) Dasar penilaian yang digunakan untuk nilai tercatat (carrying amount)
Tanah;
b) Kebijakan akuntansi sebagai dasar kapitalisasi tanah, yang dalam hal tanah
tidak ada nilai satuan minimum kapitalisasi tanah.
(2) Peralatan dan Mesin
a Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap dikurangi
kontra akun berupa akumulasi penyusutan peralatan dan mesin.
b Beban Penyusutan atas Peralatan dan Mesin pada suatu periode disajikan
sebagai beban penyusutan dalam Laporan Operasional.
c Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan informasi mengenai:
a) Dasar penilaian yang digunakan untuk nilai tercatat (carrying amount)
Peralatan dan Mesin;
b) Kebijakan akuntansi sebagai dasar kapitalisasi Peralatan dan Mesin;
c) Mutasi Peralatan dan Mesin pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan penambahan dan/ atau pengurangan;

Laoran Keuangan Pokok 43


d) Informasi penyusutan Peralatan dan Mesin yang meliputi: nilai penyusutan,
metode penyusutan yang digunakan, alasan pilihan metode penyusutan,
perubahan metode penyusutan jika ada) masa manfaat atau tarif
penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi
penyusutan pada awal dan akhir periode.
(3) Gedung dan Bangunan
a Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap dikurangi
kontra akun berupa akumulasi penyusutan gedung dan bangunan.
b Beban Penyusutan atas Gedung dan Bangunan pada suatu periode disajikan sebagai
beban penyusutan dalam Laporan Operasional.
c Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan informasi mengenai:
a) Dasar penilaian yang digunakan untuk nilai tercatat (carrying amount) Gedung
dan Bangunan;
b) Kebijakan akuntansi sebagai dasar kapitalisasi Gedung dan Bangunan;
c) Mutasi Gedung dan Bangunan pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan dan/ atau pengurangan;
d) Informasi penyusutan Gedung dan Bangunan yang meliputi: nilai penyusutan,
metode penyusutan yang digunakan, alasan pilihan metode penyusutan ,
perubahan metode penyusutan Uika ada) , masa manfaat atau tarif penyusutan
yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal
dan akhir periode.
(4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan
a Jalan, Irigasi, dan Jaringan disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap
dikurangi kontra akun berupa akumulasi penyusutan jalan, irigasi, dan jaringan
b Beban Penyusutan atas Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada suatu periode disajikan
sebagai beban penyusutan dalam Laporan Operasional.
c Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan informasi mengenai:
a) Dasar penilaian yang digunakan untuk mencatat nilai Jalan, Irigasi, dan
Jaringan;
b) Kebijakan akuntansi sebagai dasar kapitalisasi Jalan, Irigasi, dan Jaringan, yang
berkaitan dengan Jalan, Irigasi, dan Jaringan tidak ada nilai satuan minimum
kapitalisasi;
c) Mutasi Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan dan/ atau pengurangan;
d) Informasi penyusutan Peralatan dan Mesin yang meliputi: nilai penyusutan,
metode, alasan pilihan metode, perubahan metode (jika ada), masa manfaat
atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi
penyusutan pada awal dan akhir periode.
(5) Aset Tetap Lainnya

Laoran Keuangan Pokok 44


a Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap.
Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, buku perpustakaan tidak dilakukan
penyusutan secara periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada saat aset tetap
lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati.
Untuk penyusutan atas Aset Tetap-Renovasi dilakukan sesuai dengan umur
ekonomik mana yang lebih pendek (whichever is shorter) antara masa manfaat
aset dengan masa pinjaman/sewa.
b Beban Penyusutan atas Aset Tetap Lainnya pada suatu periode disajikan sebagai
beban penyusutan dalam Laporan Operasional.
c Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan informasi mengenai:
a) Dasar penilaian yang digunakan untuk mencatat nilai Aset Tetap Lainnya;
b) Kebijakan akuntansi sebagai dasar kapitalisasi Aset Tetap Lainnya;
c) Mutasi Aset Tetap Lainnya pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan penambahan dan/atau pengurangan;
d) Informasi penyusutan Peralatan dan Mesin yang meliputi: nilai penyusutan,
metode, alasan pilihan metode penyusutan, perubahan metode (jika ada) , masa
manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan
akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
(6) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)
a KDP disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai waj ar pada saat perolehan;
b Dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan informasi mengenai:
a) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan
jangka waktu penyelesaiannya pada tanggal neraca;
b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;
c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal neraca;
d) Uang muka kerja yang diberikan sampai dengan tanggal neraca; dan
e) Jumlah Retensi.

8. Aset Tak Berwujud


Aset Tak Berwujud (ATB) adalah aset non-keuangan yang dapat diidentifikasi tetapi tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau
jasa, atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.
Aset Tak Berwujud dapat terdiri dari:
1) Software Komputer
2) Lisensi dan Franchise;
3) Hak Paten, Hak Cipta, dan hak kekayaan intelektual lainnya;
4) Hasil Kajian/Penelitian yang Memberikan Manfaat Jangka Panjang;
5) ATB yang Mempunyai Nilai Sejarah/ Budaya
6) Royalti;

Laoran Keuangan Pokok 45


7) Aset Tak Berwujud Lainnya; dan
8) Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan

1) Pengakuan
Puskesmas harus dapat membuktikan bahwa pengeluaran atas aktivitas/kegiatan
tersebut telah memenuhi definisi ATB dan kriteria pengakuan ATB, yaitu jika:
(1) Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di masa datang yang
diharapkan atau jasa potensial yang diakibatkan dari ATB tersebut akan mengalir
kepada/ dinikmati oleh entitas; dan
(2) Biaya perolehan atau nilai waj arnya dapat diukur dengan andal.
2) Pengukuran
Pengukuran ATB dinilai sebagai berikut:
(1) ATB yang diperoleh secara eksternal melalui:
a Pembelian, dinilai berdasarkan biaya perolehan.
Aset Tak Berwujud yang diperoleh dengan cara ini diukur sebesar nilai
nominal yang tertera dalam dokumen kuitansi, faktur, SPM/SP2D, dan
SP3B/SP2B.
b Pertukaran, dinilai sebesar nilai wajar dari aset yang diserahkan.
c Apabila terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas, maka
pengukuran dinilai sebesar aset yang dipertukarkan ditambah dengan kas
yang diserahkan.
d Kerjasama, dinilai berdasarkan biaya perolehan.
e Reklasifikasi masuk, diperoleh sebagai akibat adanya proses reklasifikasi aset
dari non-ATB menjadi ATB.
Dalam transaksi reklasifikasi masuk tersebut, pengukurannya diperlakukan
hal-hal sebagai berikut:
a) ATB yang masuk (bertambah) dicatat pada sisi debet dan ATB yang
keluar (berkurang) dicatat di sisi kredit sebesar nilai perolehannya.
b) Akumulasi amortisasi ATB terkait yang tercatat sampai dengan
periode dilakukannya reklasifikasi, dicatat dengan cara mendebet
Akumulasi penyusutan atas ATB yang keluar (berkurang) dan
mengkredit Akumulasi amortisasi atas ATB yang masuk (bertambah)
sebesar tarif amortisasi periode bersangkutan.
f Donasi/ Hibah.
ATB yang diperoleh dari Donasi/Hibah diukur sebesar nilai nominal yang
tertera dalam dokumen BAST Hibah. Jika tidak tersedia nilai perolehannya,
dapat digunakan nilai wajar aset yang ditetapkan oleh pimpinan Puskesmas .
g Diperoleh dari pengembangan internal
ATB yang diperoleh dari pengembangan internal diukur sebesar biaya

Laoran Keuangan Pokok 46


perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak ditetapkannya ATB
tersebut memiliki masa manfaat di masa yang akan datang sampai dengan ATB
tersebut telah selesai dikembangkan.
3) Penyajian
Penyajian ATB di Laporan Keuangan sebagai berikut:
(1) ATB disajikan pada Neraca dalam kelompok Aset Lainnya dikurangi kontra akun
berupa akumulasi amortisasi;
(2) Beban amortisasi ATB disajikan dalam Laporan Operasional sebagai Beban
Penyusutan/ Amortisasi
9. Kewajiban
Kewajiban Puskesmas merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Puskesmas .
Kewajiban Puskesmas antara lain dapat berupa:
1) Utang Usaha
Utang Usaha dalah pinjaman jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu 12 bulan
yang timbul dari aktivitas pembiayaan, yang sampai dengan tanggal pelaporan belum
dilakukan pembayaran atau penyelesaian dan/atau hasil reklasifikasi bagian lancar
utang jangka panjang dari aktivitas pembiayaan jangka panjang.
2) Utang kepada Pihak Ketiga
Utang kepada Pihak Ketiga adalah utang yang timbul dari transaksi yang berhubungan
dengan kegiatan operasional (pelayanan) yang dibebankan kepada Puskesmas , serta
dana pihak ketiga yang sampai dengan tanggal pelaporan dikuasai oleh Puskesmas .
Dana pihak ketiga dapat berupa dana titipan pihak ketiga seperti Honor Pegawai yang
belum dibayarkan kepada pegawai yang berhak, uang jaminan dari pengguna jasa
Puskesmas .
3) Utang Pajak Bendahara Pengeluaran yang Belum Disetor
Utang Pajak Bendahara Pengeluaran yang Belum Disetor adalah pajak- pajak yang
telah dipungut oleh Bendahara Pengeluaran, namun belum disetorkan ke Kas
Negara sampai dengan tanggal pelaporan.
4) Belanja yang Masih Harus Dibayar
Belanja yang Masih Harus Dibayar adalah tagihan atas beban dan biaya yang berupa
belanja barang dan/atau belanja modal yang sampai dengan tanggal pelaporan belum
dilakukan pembayaran atau penyelesaian.
5) Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan Diterima di Muka adalah pendapatan bukan pajak yang sudah diterima
di rekening Puskesmas , tetapi belum menjadi hak Puskesmas sepenuhnya karena
masih ada kewajiban Puskesmas untuk memberikan barang/jasa di kemudian hari
ke pihak ketiga.
6) Utang Jangka Pendek Lainnya

Laoran Keuangan Pokok 47


Utang Jangka Pendek Lainnya adalah utang jangka pendek yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam Utang Usaha, Utang Pihak Ketiga, Utang Pajak, Belanja
yang Masih Harus Dibayar, maupun Pendapatan Diterima di Muka.
7) Utang Jangka Panjang
Utang Jangka Panjang adalah pinjaman jangka panjang Puskesmas yang jatuh tempo lebih
dari 12 bulan, yang timbul dari aktivitas pembiayaan jangka panjang dan sampai
dengan tanggal pelaporan belum dilakukan pembayaran atau penyelesaian.

1) Pengakuan
(1) Utang Usaha
Utang Usaha diakui pada saat Puskesmas menerima dana dan/atau fasilitas
pembiayaan jangka pendek, dan/atau diakui berdasarkan hasil reklasifikasi bagian
lancar utang jangka panjang dari aktivitas pembiayaan pada periode pelaporan.
(2) Utang Pihak Ketiga
Utang Pihak Ketiga diakui pada saat:
a Timbulnya kewajiban Puskesmas berupa tagihan atas perjanjian/kotrak/
dokumen yang dipersamakan terhadap barang dan jasa yang telah diterima;
dan/atau
b Diterima dana pihak ketiga berupa dana titipan pihak ketiga seperti honor
pegawai yang belum dibayarkan kepada pegawai yang berhak, atau uang
jaminan atau uang muka dari pengguna jasa Puskesmas .
(3) Utang Pajak Bendahara Pengeluaran yang Belum Disetor
Utang Pajak Bendahara Pengeluaran yang Belum Disetor diakui pada saat
Bendahara memungut pajak namun belum dilakukan penyetoran ke Kas Negara.
(4) Belanja yang Masih Harus Dibayar
Belanja yang Masih Harus Dibayar diakui pada saat timbulnya kewajiban berupa
tagihan atas sejumlah belanja yang sampai dengan tanggal pelaporan belum
dilakukan pembayaran dan/atau berupa perhitungan akrual biaya yang belum jatuh
tempo.
(5) Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan Diterima di Muka diakui pada saat terdapat atau timbul klaim dari
pihak ketiga kepada Puskesmas terkait kas yang telah diterima dari pihak ketiga
tetapi belum ada penyerahan barang/jasa dari Puskesmas pada akhir periode
pelaporan keuangan. Pendapatan Diterima di Muka diakui dengan menggunakan
pendekatan pendapatan sehingga akun ini hanya muncul pada akhir tahun sebagai
penyesuaian untuk memisahkan pendapatan yang benar-benar merupakan hak pada
periode berjalan dari pendapatan yang sebenarnya baru menjadi hak pada periode
berikutnya.

Laoran Keuangan Pokok 48


(6) Utang Jangka Pendek Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya diakui pada saat timbulnya kewajiban
Puskesmas untuk membayar utang yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam
Utang Usaha, Utang kepada Pihak Ketiga, Utang Pajak Bendahara yang Belum
Disetor, Belanja yang Masih Harus Dibayar, dan Pendapatan Diterima di Muka.
(7) Utang Jangka Panjang
Utang Jangka Panjang Puskesmas diakui pada saat Puskesmas menerima dana
dan/atau fasilitas pembiayaan jangka panjang dan dilakukan pengesahan
penerimaan pembiayaan sesuai dengan SP3B/ SP2B.
2) Pengukuran
(1) Utang Usaha
Utang Usaha Puskesmas diukur sebesar nilai nominal pembiayaan jangka
pendek yang diterima sesuai dokumen perjanjian pembiayaan yang disepakati
dan/atau sebesar nominal hasil reklasifikasi bagian lancar utang jangka panjang
dari aktivitas pembiayaan pada pelaporan.
(2) Utang kepada Pihak Ketiga
Utang Pihak Ketiga diukur sebesar:
a nilai tagihan yang belum dibayarkan Puskesmas kepada pihak ketiga sesuai
dengan nilai yang tertera dalam kontrak, dokumen belanja, daftar honorarium,
atau dokumen lain yang dipersamakan, dan/ atau
b nilai dana yang diterima dari pihak ketiga yang belum diserahkan dan
dikembalikan kepada pihak ketiga yang berhak
(3) Utang Pajak Bendahara Pengeluaran yang Belum Disetor
Utang Pajak diukur sebesar nilai Pajak Bendahara Pengeluaran yang Belum
Disetor ke Kas Negara.
(4) Belanja yang Masih Harus Dibayar
Belanja yang Masih Harus Dibayar diukur sebesar nilai resume tagihan atas
sejumlah belanja yang sampai dengan tanggal pelaporan belum dilakukan
pembayaran, dan/ atau sebesar nilai perhitungan akrual beban dan biaya yang
belum jatuh tempo.
(5) Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan Diterima di Muka diukur sebesar nilai barang/jasa yang belum
sepenuhnya diserahkan Puskesmas pada akhir periode pelaporan keuangan.
Nilai Pendapatan Diterima di Muka dapat dilihat dari hasil perhitungan total
Pendapatan tertentu yang sudah diterima kasnya secara penuh dikurangi
porsi nilai barang/jasa yang sudah diserahkan Puskesmas kepada pihak ketiga
sampai dengan akhir periode pelaporan.
(6) Utang Jangka Pendek Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya diukur sebesar nilai kewajiban lainnya yang

Laoran Keuangan Pokok 49


belum dibayar oleh Puskesmas berdasarkan kontrak/perjanjian/dokumen hak dan
kewajiban yang sah.
(7) Utang Jangka Panjang
Utang Jangka Panjang Puskesmas diukur sebesar pengesahan penerimaan
pembiayaan sesuai dengan SP3B/SP2B, dan selanjutnya dilakukan penyesuaian
atas nilai saldo utang jangka panjang yang belum jatuh tempo sesuai dengan umur
utang.
3) Penyajian
Penyajian Kewajiban Puskesmas di Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
(1) Kewajiban yang disajikan pada pos Kewajiban Jangka Pendek di Neraca:
a Utang Usaha
b Utang Pihak Ketiga
c Utang Pajak Bendahara Pengeluaran yang Belum Disetor
d Belanja yang Masih Harus Dibayar
e Pendapatan Diterima di Muka
f Utang Jangka Pendek Lainnya
(2) Kewajiban yang disajikan pada pos Kewajiban Jangka Panjang di Neraca adalah
akun Kewajiban Jangka Panjang-Utang Perbankan Jangka Panjang, Utang Jangka
Panjang Dalam Negeri Lainnya.

10. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih Puskesmas yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban Puskesmas pada tanggal laporan.
Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE).
1) Pengakuan
Pengakuan atas ekuitas tergantung pada saat pengakuan aset dan kewajiban.
2) Pengukuran
Pengukuran atas ekuitas tergantung pada pengukuran atas aset dan kewajiban.
3) Penyajian
Ekuitas disajikan dalam Neraca dan dijelaskan rinciannya dalam CaLK.

Laoran Keuangan Pokok 50

Anda mungkin juga menyukai