Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Akuntansi merupakan istilah yang sudah bias didengar oleh pihak-pihak yang
berada dalam lingkungan akuntansi. Pihak-pihak yang menyajikan laporan keuangan
mengenal dan familiar dengan istilah tersebut. Akuntan yang melakukan audit atas
laporan keuangan berpanduan dengan menggunakan standar akuntansi tersebut
dalam praktiknya. Mahasiswa yang belajar akuntansi memahaminya dalam berbagai
Mata Kuliah tentang akuntansi.
Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (GAAP) muncul karena peran akuntansi
yang menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Secara khusus
GAAP mengatur akuntansi keuangan yang menyajikan informasi kepada pihak di luar
organisasi. Akuntansi yang diselenggarakan untuk menghasilkan informasi kepada
pihak eksternal disebut juga dengan akuntansi keuangan, sedangkan akuntansi yang
memfokuskan diri pada penyajian laporan untuk tujuan pengambilan keputusan
internal organisasi disebut akuntansi manajemen.
Miller dkk, (1985) menyatakan ada 3 kelompok orang yang berpartisipasi
dalam akuntansi keuangan, yaitu pengguna (user), penyaji (preparer), dan auditor
(auditor).Pengguna adalah individu atau institusi yang mengandalkan informasi
akuntansi keuangan dalam pengambilan keputusan investasi atau kredit. Dalam dalam
kelompok ini termasuk investor,kreditor, analisis keuangan, dan lain-lain. Penyaji
adlah pihak yang menyusun dan menerbitkan laporan keuangan yaitu
manajemen.Auditor adalah pihak yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan
untuk menyatakan pendapat atas kewajarannya.
Ketiga pihak yang berpartisipasi dalam akuntansi keuangan memiliki
kepentingan yang berbeda-beda atas penyajian laporan keuangan.Persepsi
masingmasing pihak yang terlibat juga berbeda-beda.Oleh karena itu, diperlukan satu
aturan yang disepakati untuk dapat dijadikan pegangan bagi pengguna, penyaji, dan
auditor.Disini arti penting dan latar belakang munculnya prinsip akuntansi berlaku
umum (GAAP). Dalam hubungannya dengan hirarki prinsip akuntansi berlaku umum
IAI (2001: 411.2) mengemukakkan adanya kerangka prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.Dalam bentuk kerangka, IAI (2001: 411.4) menggambarkan prinsip
akntansi yang berlaku di Indonesia seperti suatu bangunan rumah. B. Rumusan
Masalah 1. Bagaimanakah Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor Publik atau
Pemerintah yang berlaku di Indonesia ? 3 Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor
Publik atau Pemerintah
1. 4. 2. Bagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) 3. Bagaimana Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Noomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba 4.
Bagaimana Perbandingan Standar Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah di
Indonesia dengan Amerika 5. Bagaimana Peningkatan Standar Akuntansi
Internasional C. Tujuan 1. Menjelaskan Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor
Publik atau Pemerintah yang berlaku di Indonesia! 2. Menjelaskan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) 3. Menjelaskan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Noomor 45
tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba 4. Menjelaskan Perbandingan
Standar Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah di Indonesia dengan Amerika 5.
Menjelaskan Peningkatan Standar Akuntansi Internasional 4 Standar Akuntansi
dalam Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah
2. 5. BAB II PEMBAHASAN A. Standar Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah di
Indonesia Standar akuntamsi adalah acuan dalam penyajian laporan keuangan
yang ditunjukan kepada pihak-pihak diluar organisasi yang mempunyai otoritas
tertinggi dalam kerangka akuntansi berterima umum.Standar akuntansi berguna
bagi penyusun laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus
disajika kepada pihakpihak diluar organisasi. Menurut Sinaga, standar akuntansi
merupakan aturan utama yang harus diacu dalam penyajian laporan keuangan
dalam kerangka prinsip akuntansi berlaku umum. Standar tersebut penting agar
laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan
serta tidak menyesatkan. Sementara di Indonesia sejak tahun 2011 Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) untuk sektor swasta telah mengacu pada Standar
Akuntansi Internasional (IFRS), sedangkan sektor pemerintah masih baru akan
menerapkan akuntansi berbasis akrual, meskipun masih dianggap belum akrual
penuh. Akan tetapi, disadari bahwa standar akuntansi pemerintahan sangat
penting peranannya dalam organisasi pemerintahan untuk menjawab tuntutan
akan akuntabilitas dan transparansi publik. B. Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 1. Latar Belakang
Standar akuntansi pemerintahan (SAP) pertama kali diterbitkan oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) adalah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005. Terbitnya SAP ini
juga mengukuhkan peran penting akuntansi dalam pelaporan keuangan di
pemerintah.Jadi, dapat dikatan Indonesia memasuki babak baru dalam pelaporan
keuangan kegiatan pemerintahan Indonesia. UU Nomor 71 Tah 2003 yang mulai
berlaku sejak tahun 2003 juga menyebutkan dengan jelas bahwa bentuk da nisi
laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. 5 Standar Akuntansi
dalam Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah
3. 6. 2. Sistematika SAP Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan
dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 terdiri atas Kerangka Konseptual (KK) Akuntansi
Pemerintahan dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). PSAP
terdiri atas 12 pernyataan, yaitu: PSAP 01: Penyajian LAporan Keuangan PSAP 02:
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Berbasis Kas. PSAP 03: Laporan Arus Kas PSAP
04: Catatan Atas Laporan Keuangan PSAP 05: Akuntansi Persediaan PSAP 06:
Akuntansi Investasi PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap PSAP 08: Akuntansi Konstruksi
dalam Pengerjaan PSAP 09: Akuntansi Kewajiban PSAP 10: Koreksi Kesalahan,
Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang
tidak Dilanjutkan. PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasi, dan PSAP 12: Laporan
Operasional (LO). Dari kerangka Konseptual (KK) sebenarnya bukan merupakan
standar dalam arti tidak harus diikuti secara kaku. Sebagaimana dijelaskan dalam
KK itu sendiri bahwa fungsi KK adalah acuan bagi: a) Penyusunan standar dalam
melakukan penyusunan SAP b) Pengguna untuk menyajikan transaksi yang tidak
diatur dalam pernyataan standar. c) Pemeriksa dalam memberikan pendapat
mengenai apakah laporan keuangan disusun dengan standar, dan d) Para
pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar. 3. Basis Akuntansi 6
Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah
4. 7. Basis akuntansi adalah perlakuan pengakuan atas hak dan kewajiban yang
timbul dari transaksi keuangan. Perbedaaan basis akan berpengaruh terhadap
proses akuntansi. Dalam akuntansi dikenal adnaya dua basis yaitu basis kas dan
basis akrual.Basis kas adlah basis yang mengakui timbulnya hak atau kewajiban
pada saat kas diterima atau dikeluarkan.Basis akrual adalah basis yang mengakui
adanya hak dan kewajiban pada saat perpindahan hak lepas dari saat kas diterima
atau dikeluarkan. Meskipun PP Nomor 71 Tahun 2010 dinyatakan sebagai SAP
berbasis akrual, namun sebenarnya basis akrual yang digunakan tidak sepenuhnya
basis akrual.Bahkan, mengarah pada penggunaan basis akrual modifikasian, yaitu
transaksi-transaksi tertentu dicatat dengan menggunakan basis kas dan untuk
sebagian besar transaksi dicatat menggunakan basis akrual. 4. Entitas Pelaporan
dan Entitas Akuntansi Salah satu hal baru dari PP Nomor 71 Tahun 2010
dibandingkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 adalah terdapaturaian mengenai
entitas akuntansi,disamping entitas laporan. Entitas akuntansi menurut PP Nomor
71 Tahun 2010 adalah unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran,
kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan
laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselengggarakan akuntansi dan
menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselengggarakan. 5.
Penyusunan Laporan Keungan Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 Menurut PP
Nomor 24 Tahun 2005, SAP sudah ahrus diterapkan untuk penyusunan laporan
keuangan tahu anggaran 2005. Artinya bahwa penyajian laporan keuangan tahun
2005 sudah harus sesuai dengan SAP. SAP mengatur mengenai informasi yang
harus disajikan dalam laporan keuangan, bagaimana menetapkan, mengukur, dan
melaporkan. Oleh karena itu, SAP mengatur penyajian pos-pos harus disajikan
dalam laporan keuangan seperti pos kas, piutang,asset tetap, dan seterusnya.
Laporan keuangan pokok yang wajib disusun dan disajikan oleh entitas pelaporan
menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 yaitu sebagai berikut: a) Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) b) Neraca c) Laporan Arus Kas (LAK) d) Catatan atas Laporan
Keuangan (CALK) 7 Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor Publik atau
Pemerintah
5. 8. C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang
Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba 1. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba meliputi laporan keuangan pada akhir
periode pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode
pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Informasi likuiditas diberikan
dengna cara sebagai berikut: a) Menyajikan asset berdasarkan urutan likuiditas,
dan kewajiban berdasarkan tanggal jatuh tempo. b) Mengelompokkan asset
kedalam lancer dan tidak lancer, serta kewajiban kedalam jangka pendek dan
jangka panjang. c) Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas asset atau saat
jatuh temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan asset, pada
catatan atas laporan keuangan. 2. Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok asset netto
berdasarkan ada tidaknya pembatasan oleh penyumbangnya, yaitu terikat secara
temporer, dan tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan
permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut
dalam laporan keuangan atau dalam catatan arus laporan keuangan. 3. Laporan
Ativitas Laporan aktivitas difokuskan pada organisasi secara keseluruhan dan
menyajikan perubahan jumlah asset neto selama suatu periode.Perubahan aset
neto dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam laporan
posisi keuangan. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang
diakui dari investasi dan aset lain sebagai penambahan atau pengangguran aset
neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi. Laporan aktivitas atau
catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban
menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama
dan aktivitas pendukung. 4. Laporan Arus Kas 8 Standar Akuntansi dalam
Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah
6. 9. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan
sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini: a) Aktivitas
pendanaan b) Pengukapan informasi mengenai mengenai aktivitas investasi dan
pendaaan nonkas yaitu sumbangan berupa bangunan atau asset investasi. D.
Perbandingan Standar Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah di Indonesia
dengan Amerika Untuk sektor pemerintahan di Amerika Serikat, sebagaimana
dikemukakan Freeman dan Shoulder, AICPA mempunyai hirarki GAAP yang
menunjukkan hubungan secara otoritatif berbgai standard an literature dalam
prinsip dan prosedur akuntansi keuangan dan pelaporan. Dalam kaitannya dengan
hirarki prinsip berlaku umum.(GAAP), KSAP juga membahas dan mencoba
membuat hirarki yang sesuai dengan pemerintahan dengan mengacu ke berbagai
sumber. Dengan demikian nantinya pemerintahan Indonesia juga akan mengenal
hirarki prinsip akuntansi berlaku umum dengan standar akuntansi sebagai acuan
utama yang memiliki otoritas. Sampai dengan saat ini, Indonesia sudah dau kali
memiliki standar akuntansi pemerintahan, yaitu: a) SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 b) SAP berbasis Akrual
yang ditetapkan dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, menggantikan PP Nomor 24
Tahun 2005. E. Peningkatan Standar Akuntansi Internasional Peningkatan standar
akuntnasi internasional dijelaskan dalam Baharuddin dan Sinaga.Tahun 2005
IPSASB melakukan peningkatan terhadap standar-standar yang telah diterbitkan
sebelumnya.Peningkatan tersebut berupa revisi terhadap 11 standar dari 20
standar yang telah pernah diterbitkan. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai
anggota IFAC dimintakan masukan atas draf publikasian yang dikeluarkan oleh
IPSASB.Revisi IPSAS sangat penting bagi sektor publik di Indonesia. 1. Proses
Peningkatan Stadar oleh IPSASB 9 Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor
Publik atau Pemerintah
7. 10. Pada akhir tahun 1997, IPSASB memulai sebuah program pengembangan
IPSASB yang didasarkan kepada IAS yang diterbitkan IASB tahun 1997.IPSASB
menggunakan persyratan, struktur, dan teks yang diatur dalam IAS kecuali ada
alasan untuk tidak menggunakan hal-hal tersebut. 2. Sistematika IPSASB Setelah
Revisi Sampai dengan saat ini, IPSAS terdiri atas 20 pernyataan standar yaitu IPSAS
nomor 1 sampai dengan nomor 20. Revisi yang dilakukan tas 11 pernyataan,
sebagaimana dimuat dalam ED 26, tidak akan menghilangkan pernyataan yang
ada. 3. Basis Akuntansi Keuangan dan Anggaran Basis akuntansi yang dianut akan
memengaruhi laporan keuangan. Penyajian pendapatan dan biaya akan berbeda
jika pilihan basis yang dianut berbeda. Jika digunakan basis kas maka tidak ada
piutang dari pendapatan karena pendapatan diakui hanya pada saat kas diterima.
Penyajian laporan keuangan sektor publik harus terkait dengan
anggarannya.Penyajian laporan keuangan di sektor publik menuntut penyajian
anggaran. Hal ini sesuai dengan ciri khas sektor publik sebagi organisasi yang tidak
mencari laba 4. Standar Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Komersial: Harus
Konvergen atau Paralel? Sektor bisnis berada dari sektor pemerintah dan
organisasi nirlaba. Granof mencatat ada dua 12 hal yang membedakan
pemerintah dan organisasi nirlaba dengan bisnis yaitu: a) Different in missions b)
Budget, not the marketplace govern c) Expenditures may drive revenues d) The
budget, not the annual report is the most significant financial document e)
Budgets drive accounting and financial reporting f) Need to interperiod equity g)
Revenues not indicative of demamd for goods or services h) Not direct link
between revenues and expenses i) Capital assets may neither produce revenues
nor save costs j) No distin ownership interests 10 Standar Akuntansi dalam
Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah
8. 11. k) Less distinction between internal and external accounting and reporting.
BAB III KESIMPULAN Dari berbagai pandangan yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam bab ini. a) Standar
Akuntansi adalah acuan dalam penyajian laporan keuangan yang ditujukan
kepada pihak-pihak diluar organisasi yang mempunyai otoritas tinggi dalam
kerangka akuntansi berterima umum. b) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
pertama kali yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) adalah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
pada tanggal 13 Juni 2005. c) Pada pemerintah pusat yang merupakan entitas
pelaporan adalahmasing-masing kementerian Negara atau lembaga di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah pusat itu sendiri, yaitu laporan keuangan
konsolidasian dari laporan keuangan seluruh kementerian/lembaga yang ada di
Kementerian Keuangan. Sedangkan pada pemerintah daerah yang menjadi entitas
pelaporan adalah seluruh pemerintah provinsi dan seluruh emerintah kabupaten
dan kota, sehingga akan terdapat lebih dari 500 entitas pelaporan di Indonesia,
yang semuanya akanmenyusun laporan keungan dan diaudit oleh BPK. 11 Standar
Akuntansi dalam Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah
9. 12. DAFTRA PUSTAKA Kusufi, Abd. Halim Syam. 2012.Akuntansi Sektotr Publik.
Yogyakarta: Salemba Empat. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik .
Yogyakarta: Salemba Empat Nordiawan Deddi dan Nordiawan Hertianti. 2010.
Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
http://www.warungkopipemda.com/penerapan-basis-dan-transparasi/
http://www.merysblog.blogspot.com/2011/02/anggaran-sektor-publik.html. 12
Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah
10. 13. MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DISUSUNOLEH : KELOMPOK I
M.Zulham Nurzali (109204008) Yuyun (109204053) Kurnia Ramadhani W.
(109204037) Fitri Ayu Ningsi (109204054) Reski Amalia Hamka (109204042) Muh.
Dalil (109204063) Nova Amelia Mamu (109204048) Ismayanti (109204076)
PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013 13 Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah

BAB II
PEMBAHASAN
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PENGERTIAN DAN FUNGSI SAP


Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut SAP, adalahprinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun danmenyajikan laporan keuangan
pemerintah.Standar akuntansi pemerintahan (SAP) telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP SAP). Dengan ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali
Indonesia memiliki standar akuntansi pemerintahan. Menandai dimulainya
implementasi Standar Akuntasi Pemerintahan, Wakil Presiden pada tanggal 6 juni
2005 meluncurkan Standar Akuntansi Pemerintahan di Istana Wakil Presiden pada
tanggal 6 Juli 2005. Acara ditandai dengan penyerahan Standar Akuntansi
Pemerintahan kepada ketua BPK, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Gubernur
DKI Jakarta, Bupati Toli – Toli dan Walikota Pangkal Pinang. Dalam sambutannya Wakil
Presiden menyatakan keharusan implementasi SAP bagi pemerintahan pusat dan
daerah.

1) PROSES PENYUSUNAN SAP


Komite standar yang dibentuk Menteri Keuangan sampai dengan pertengahan
tahun 2004 telah menghasilkan draf SAP yang terdiri dari kerangka konseptual dan 11
pernyataan standar, semua kerangka tersebut disusun melalui Due Process.
Process penyusunan (Due Process) yang digunakan adalah proses yang berlaku
umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di
Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang
mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar
yang ditetapkan. Tahap – tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi Topik untuk dikembangkan menjadi standar.
b) Pembentukan kelompok kerja (Pokja) dalam KSAP.
c) Riset terbatas oleh kelompok kerja.
d) Penulisan draf SAP oleh kelompok kerja.
e) Pembahasan draf oleh komite kerja.
f) Pengambilan keputusan draf untuk dipublikasikan.
g) Peluncuran draf publikasian SAP (exposure draft).
h) Dengar pendapat terbatas (limited hearing) dan dengar pendapat publik (public
hearings).
i) Pembahasan tanggapan dan masukan terhadap draf publikasian.
j) Finalisasi standar.

2) PENETAPAN SAP
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, standar dibahas bersama
dengan Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan
pembahasan berdasarkan masukan – masukan KSAP melakukan finalisasi standar
kemudian KSAP meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan.
Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan
Keppres. Sehubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden Nomor 84
Tahun 2004 dibentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintahan. Komite ini segera
bekerja untuk kembali menyempurnakan draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK
agar pada awal tahun 2005 dapat segera ditetapkan.
Draf SAP pun diajukan kembali kepada BPK pada bulan November 2004 dan
mendapatkan pertimbangan dari BPK pada bulan januari 2005. BPK meminta langsung
kepada Presiden RI untuk segera menetapkan Standar Akuntasi Pemerintahan dengan
Peraturan Pemerintah (PP). Proses penetapan PP SAP pun berjalan dengan Koordinasi
antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan Departemen Hukum dan HAM,
serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan oleh Presiden tanggal 13 Juni
2005.

3) KANDUNGAN PP SAP
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan
terdiri dari:
1. PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran.
3. PSAP 03: Laporan Arus Kas.
4. PSAP 04: Catatan Atas Laporan Keuangan.
5. PSAP 05: Akuntasi Persediaan.
6. PSAP 06: Akuntasi Investasi.
7. PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP 08: Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan.
9. PSAP 09: Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP 10: Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Dan Peristiwa Luar
Biasa.
11. PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian.
PP SAP akan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah pusat dan daerah berupa:
a) Neraca.
b) Laporan Realisasi Anggaran.
c) Laporan Arus Kas.
d) Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat / daerah akan
lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan). Dan
laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam
rangka meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada para
stakeholder antara lain: pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (legislatif), investor,
kreditor dan masyarakat pada umumnya dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas
keuangan negara.

LANDASAN HUKUM
Gagasan perluanya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama
ada, namun baru sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sektor
komersial yang dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia (1994), kebutuhan standar akuntansi pemerintahan
kembali menguat. Oleh karena itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN),
Departemen Keuangan mulai mengembangkan standar akuntansi.
Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya adalah PP
105/2000 yang secara eksplisit menyebutkan perlunya standar akuntasi pemerintahan
dalam pertanggungjawaban keuangan daerah. Pada tahun 2002 Menteri Keuangan
membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas
menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah yang tertuang
dalam KMK 308/KMK.012/2002.
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa
laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan
standar akuntasi pemerintahan dan standar tersebut disasan oleh suatu komite
standar yang independen dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya,
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara kembali mengamanatkan
penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai
dengan standar akuntasni pemerintahan, bahkan mengamanatkan pembentukan
komite yang bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan
presiden. Dalam penyusunan standar harus melalui langkah – langkah tertentu
termasuk dengar pendapat (hearing), dan meminta pertimbangan mengenai substansi
kepada BPK sebelum ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

1) ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN


Entitas akuntasi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/barang dan
oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan
untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Entitas pelaporan adalah unit
pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan peraturan perundang – undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Pada pemerintah pusat yang merupakan entitas pelaporan adalah seluruh
kementrian negara / lembaga dan pemerintah pusat sendiri yaitu laporan konsolidasi
dari laporan keuangan seluruh departemen lembaga yang ada di departemen
keuangan.
Sedangkan pada pemerintah daerah yang menjadi entitas pelaporan keuangan
adalah seluruh pemerintah provinsi (33), seluruh kabupaten dan kota. Sehingga akan
terdapat lebih dari 500 entitas pelaporan di Republik ini, yang semuanya akan
menyusun laporan keuangan dan diaudit oleh BPK.

2) KONSEKUENSI DITETAPKANNYA PP SAP


Dengan ditetapkannya PP SAP, diharapkan akan adanya transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara guna mewujudkan
pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga diperlukan langkah – langkah
strategis yang perlu segera diupayakan dan diwujudkan bersama dalam rangka
implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan.
Salah satu langkah yang akan dilakukan pemerintah adalah menyusun sistem
akuntansi yang mengacu pada SAP. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkan
pemerintah akan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Saat ini telah
dikeluarkan PMK 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingat pemerintah daerah
diatur dengan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, mengacu pada Perda tentang
pengelolaan keauangan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Untuk implementasi pada pemerintah daerah, Departemen Dalam Negeri telah
membuat serangkai kebijakan / strategi implementasi SAP, antara lain:
1. Omnibus Regulation: Revisi PP 105/2000 dan Kepmendagri 29/2002.
2. Melakukan identifikasi terhadap hal – hal yang memerlukan revisi (antara lain
jenis laporan keuangan, penyesuaian beberapa kode rekening, perubahan sistem
dan prosedur akuntansi, perubahan peran organisasi keuangan daerah).
3. Penerapan PP SAP disesuaikan dengan kondisi Pemda dalam penerapan sistem
pertanggungjawaban sesuai Kepmendagri 29/2002.
4. Revisi dilaksanakan secara bertahap dan selektif.
5. Melakukan pendampingan kepada pemerintah daerah dalam implementasi
standar akuntansi.
6. Pelaksanaan daerah media inkubator (DMI) secara sukarela dalam penerapan PP
SAP. DMI adalah salah satu program Depdagri melalui Ditjen BAKD dalam rangka
menegakkan pilar good governance: akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan
transparansi, melalui pemberian pedoman, pembinaan, bimbingan, diklat,
konsultasi dan pengawasan. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan daerah, dan perlu adanya sosialisasi dan penyamaan persepse
kepada para stakeholders (auditor, pemda dan pihak terkait lainnya).
7. Evaluasi dan monitoring secara berkala dari pihak – pihak yang berwenang.

3) DUKUNGAN KSAP
Dalam rangka implementasi SAP, KSAP telah menyiapkan help desk. Dengan
help desk, diharapkan dapat menjadi solusi jika terdapat masalah dalam
implementasi. KSAP akan memberikan sosialisasi dan pelatihan – pelatihan (ToT,
Inhause training, dll) agar pemahaman akan SAP semakin luas bagi pengguna. Selain
itu, melalui website: http://ksap.org akan digunakan sebagai media sosialisasi dan
konsultasi implementasi SAP.
Jika standar di kemudian hari terdapat hal – hal yang kurang / tidak jelas, maka
KSAP akan menerbitkan interpretasi atau buletin teknis atas PSAP.
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT (SAPP)
1) Dasar hukum
a) Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang pelaksanaan APBN.
 Menteri/pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban
penggunaan data yang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan
neraca departemen / lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui
Menteri Keuangan.
 Menteri / pimpinan lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / Kepala Satuan
Kerja yang menggunakan dana bagian anggaran yang dikuasai Menteri
Keuangan wajib menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan dana
kepada Menteri Keuangan c.q. Kepala BAKUN.
b) Keputusan Menteri Keuangan No. 337/KMK.012/2003 Tanggal 18 Juli 2003
tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
c) Keputusan Kepala Badan Akuntasi Keuangan Negara No.KEP-16/AK/2004 tanggal
24 Juni 2004 tentang Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Keuangan Kementrian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2004.
1) Tanggung Jawab Fungsi Akuntansi Departemen / Lembaga
a) Kakanwil mempunyai wewenang / tanggungjawab terhadap akuntansi dan
pelaporan keuangan yang meliputi seluruh proyek dan kantor di wilayahnya.
b) Sekjen, Dirjen, dan Unit Eselon I lainnya mempunyai wewenang /
tanggungjawab terhadap seluruh kantor dan proyek di bawah kendalinya.
Juga mempunyai tanggungjawab untuk penyusunan laporan konsolidasi atas
seluruh kantor dan proyek yang di bawah kendali masing – masing Eselon I
dimaksud.
c) Sekjen bertanggungjawab untuk menyiapkan laporan keuangan konsolidasi
untuk tingkat departemen / lembaga.
2) Keluaran Sistem Akuntansi Menurut Pusat Pertanggungjawaban
a. Pusat pertanggungjawaban
 Seluruh pemerintah pusat
 Departemen / lembaga
 Eselon I
 Propinsi
 Satuan kerja
 Proyek
b. Penanggung Jawab
 Presiden
 Menteri / Ketua Lembaga
 Sekjen / Irjen / Dirjen / Kepala
 Kepala kantor wilayah

KERANGKA UMUM SAPP

SAPP

SAPP SAPP

SAU BAKUN Tk. Departemen / lembaga Tk. Eselon

SAU BAKUN

3) Unit Pelaksana SAPP


a. Departemen keuangan
 BAKUN Pusat
 Kantor Akuntansi Regional
 Kantor Akuntasi Khusus
b. Departemen / Lembaga
 Unit Akuntansi Kantor Pusat Instansi (UAKPI)
 Unit Akuntansi Eselon I (UAE I)
 Unit Akuntansi Wilayah (UAW)
4) Laporan Departemen / Lembaga
a. Laporan Realisasi Anggaran
 Laporan Realisasi Anggaran bertujuan untuk melaporkan Pelaksanaan
anggaran selam periode tertentu.
 Laporan ini memperlihatkan perbandingan realisasi belanja dengan
allotment yang dirinci menurut tujuan dan klasifikasi belanja atau
perbandingan realisasi pendapatan dengan estimasi pendapatan.
b. Neraca
 Neraca bertujuan untuk melaporkan posisi keuangan pada suatu tanggal
tertentu.
 Neraca menginformasikan saldo perkiraan aset, hutang dan ekuitas dana
pada akhir periode pelaporan.
5) Pemrosesan Data SAPP
a. Buku Besar
 Penerimaan / pengeluaran anggaran
 Aktiva tetap
 Hutang jangka panjang
 Investasi permanen
b. Laporan
 Laporan realisasi anggaran.
 Laporan bulanan inventaris, laporan mutasi barang triwulan, laporan
tahunan.
 Laporan hutang jangka panjang.
 Laporan investasi permanen.
c. Pelaksanaan Penyusunan Neraca Departemen / Lembaga.

6) Waktu Penyampaian Laporan


Laporan realisasi anggaran dan neraca, selambat – lambatnya disampaikan ke
BAKUN pada akhir bulan maret tahun berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai