Anda di halaman 1dari 24

PEMERIKSAAN PAJAK

Pemeriksaan Pajak

RUSTAN SE.,M.Si.,Ak.CA.CPA

OLEH:

KELOMPOK I

SUBUR PRASETYO YULIANTO (105751100716)

THARIQ KEMAL DG.MATUTU (105751103316)

PUPUT ANGGRENY (105751103916)

ANDI NURUL AZIZAH (105751104716)

FIKRAN ARDIATMAN (105751105616)

D3-PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak...................................................................2
2.2 Tujuan Pemeriksaan..................................................................................2
2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak...........................................................3
2.4 Kriteria Pemeriksaan Pajak.......................................................................4
2.5 Jenis dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak.............................................5
2.6 Pertemuan dengan Wajib Pajak.................................................................7
2.7 Metode dan Tehnik Pemeriksaan Pajak....................................................7
2.8 Pemeriksaan Hal Tertentu.........................................................................8
2.9 Penolakan dan Penyegelan dalam Pemeriksaan......................................10
2.10 Permintaan Keterangan...........................................................................12
2.11 Penyelesaian dan Pembatalan Pemeriksaan............................................12
2.12 Gugatan dalam Pemeriksaan Pajak.........................................................13
2.13 Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan.................................14
2.14 Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan......................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................19


3.1 Kesimpulan..............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber-sumber penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi
penerimaan yang berasal dari sektor Pajak, kekayaan alam, bea & cukai,
retribusi, iuran, sumbangan, laba dari Badan Usaha Milik Negara dan sumber-
sumber lainnya. Pemungutan pajak telah dilakukan sejak saat Negara
Indonesia belum meraih kemerdekaannya hingga saat sekarang ini, namun
pada saat itu, istilah pajak belum digunakan, istilah yang digunakan pada saat
itu diantaranya adalah Upeti. Pajak merupakan salah satu penghasil devisa
terbesar bagi keuangan negara yang sangat berperan terutama dalam
pembiayaan negara dan pembangunan nasional, hasil dari pajak ini akan
dikelola dan kemudian akan digunakan kembali oleh Pemerintah untuk
Rakyat.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dan tujuan pemeriksaan pajak?
2. Apa saja ruang lingkup pemeriksaan pajak?
3. Apa saja jenis dan jangka waktu pemeriksaan pajak?
4. Apa saja metode dan tehnik pemeriksaan pajak?
5. Bagaimanakah penjelasan mengenai :
- Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan bukti permulaan
- Pemeriksan ulang
6. Bagaimanakan jika WP menolak pemeriksaan dan dalam kondisi seperti
apakah penyegelan dilakukan?
7. Apa pengertian dari penyelesaian dan pembatalan pemeriksaan pajak?
8. Apa yang dimaksud gugatan dalam pemeriksaan pajak?
9. Apa saja Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam pemeriksaan pajak?

1.3 Tujuan Makalah


Memahami materi-materi yang sudah dijelasakan dalam pokok pembahasan
mata kuliah kewirausahaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak


Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 KUP, pengertian pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.2 Tujuan Pemeriksaan


Fungsi pemeriksaan pajak supaya Wajib Pajak melaporkan kegiatan
usahanya dengan benar. Benar karena Wajib Pajak melaporkan kegiatan
usahanya sesuai keadaan sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi, tidak ada yang
disembunyikan dan terbuka. Benar karena Wajib Pajak telah menghitung
pajak terutang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
Dalam bahasa undang-undang, pemeriksaan pajak berfungsi untuk
mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pelaksanaan
pemeriksaan pajak dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak dilakukan dengan menelusuri kebenaran Surat Pemberitahuan,
pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya
dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib
Pajak. Selain itu, pemeriksaan dapat juga dilakukan untuk tujuan lain, antara
lain:
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan selain yang
dilakukan berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara Verifikasi.

2
b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan
berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur mengenai tata cara Verifikasi.
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain
yang dilakukan berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara
Verifikasi.
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan
neto.
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan,
dan/atau
k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda.

2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak


Ruang lingkup pemeriksaan bisa juga disebut audit scope. Hanya saja,
ruang lingkup pemeriksaan pajak terkait dengan kewajiban SPT yang
disampaikan Wajib Pajak. Sedangkan kewajiban SPT tersebut terkait dengan
periode tertentu. Pertama, satu atau beberapa bulan (masa), yaitu ruang
lingkup untuk menguji kewajiban pemungutan dan pemotongan. Termasuk
kewajiban pemotongan dan pemungutan adalah PPN, PPnBM, PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPh Pasal 4 (2).
Kedua, bagian tahun pajak atau tahun pajak, yaitu ruang lingkup untuk
menguji kewajiban PPh Badan atau PPh OP. Bagian tahun pajak artinya tidak
12 bulan penuh. Bisa 1 sampai dengan 11 bulan. Saat terutang PPh Badan dan

3
PPh OP adalah pada akhir tahun. Dan periode pajak yang dihitung tahunan.
Sehingga ruang lingkup pemeriksaan juga satu tahun atau bagian tahun.
Contoh bagian tahun pajak adalah bulan April sebuah perusahaan dibubarkan
dan dilikuidasi bulan Agustus. Maka pemeriksaan tahun tersebut disebut
bagian tahun pajak karena periode yang dihitung adalah Januari sampai
dengan Agustus.

2.4 Kriteria Pemeriksaan Pajak


Kriteria Pemeriksaan Kriteria pemeriksaan merupakan alasan atau dasar
dilakukannya. Ada dua kriteria pemeriksaan pajak, yaitu kriteria rutin dan
kriteria khusus. Jenis-jenis kriteria rutin lebih lanjut diatur dalam surat
edaran. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan yang dilakukan
sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak yang tidak berdasarkan hasil analisis risiko. Sebelum
SE-10/PJ/2008, pemeriksaan rutin disebut wajib. Semua SPT yang masuk
pemeriksaan rutin menjadi wajib diperiksa. Padahal UU KUP hanya
mewajibkan pemeriksaan atas SPT LB dengan permohonan sebagaimana
dimaksud Pasal 17B UU KUP. Selain pemeriksaan Pasal 17B, hukumnya
dapat! Silakan di cek Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013. Mengacu ke Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013, maka kriteria pemeriksaan rutin diatur di Pasal 4 yang
terdiri dari :
a. Pemeriksaan SPT LB dengan permohonan (mengacu ke Pasal 17B UU
KUP)
b. Pemeriksaan SPT LB tetapi tidak ada permohonan (mengacu ke Pasal
17 (1) UU KUP)
c. Pemeriksaan atas Wajib Pajak yang telah diberikan pendahuluan
kelebih pembayaran pajak
d. Pemeriksaan SPT yang menyatakan rugi (dulu disebut RTLB)

4
e. Pemeriksaan karena Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan,
pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia
untuk selama-lamanya
f. Pemeriksaan karena Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau
metode pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap

Pemeriksaan Khusus merupakan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko


(risk based audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib
Pajak yang berdasarkan hasil analisis risiko secara manual (individual) atau
secara komputerisasi (massal) menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan. Kriteria pemeriksaan khusus lebih sering
disingkat pemsus.

2.5 Jenis dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak


a. Jenis Pemeriksaan:
Jenis pemeriksaan pajak ada dua, yaitu:
1) Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap
perlu oleh Pemeriksa Pajak.
2) Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor
DJP. Sesuai namanya, seharusnya hanya pemeriksaan kantor yang
dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Tetapi prakteknya, dari
definisi tadi pemeriksa pajak "mengartikan" tempat lain sebagai kantor
DJP. Sehingga (prakteknya) sebagian besar pemeriksaan lapangan
tetap dilakukan di kantor pajak.

5
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 menentukan
(sebagian) pemeriksaan kantor. Pasal 5 ayat (2) mengharuskan bahwa
pemeriksaan restitusi (Pasal 17B) dilakukan dengan jenis pemeriksaan
kantor dengan syarat: Pertama, laporan keuangan Wajib Pajak untuk
Tahun Pajak yang diperiksa diaudit oleh akuntan publik atau laporan
keuangan salah satu Tahun Pajak dari 2 (dua) Tahun Pajak sebelum Tahun
Pajak yang diperiksa telah diaudit oleh akuntan publik, dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian; dan

Kedua, Wajib Pajak tidak sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti


Permulaan, penyidikan, atau penuntutan tindak pidana perpajakan,
dan/atau Wajib Pajak dalam 5 (lima) tahun terakhir tidak pernah dipidana
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. Berdasarkan
persyarat diatas, jika tahun pajak 2011 diaudit oleh akuntan publik maka
DJP akan melakukan pemeriksaan dengan jenis pemeriksaan kantor jika
tahun 2013 ini Wajib Pajak memohon restitusi. Baik restitusi PPh Badan,
maupun restitusi PPN. Apa untungnya dengan pemeriksaan kantor? Ada
kebijakan baru mulai 2013 bahwa pemeriksaan restitusi pajak dilakukan
dengan satu jenis pajak saja (yaitu jenis pajak yang memohon restitusi
saja) dan "disederhanakan" jika pemeriksa tidak mendapatkan risiko audit
yang tinggi.

b. Jangka Waktu:
a. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan)
bulan yang dihitung sejak tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang
dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan

6
dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan
Hasil Pemeriksaan.

Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi yang terkait


dengan transfer pricing dan atau transaksi khusus lain. Dalam hal
pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria pemeriksaan pajak.

2.6 Pertemuan dengan Wajib Pajak


Pemeriksa pajak wajib bertemu dengan Wajib Pajak yang diperiksa, baik
untuk pemeriksaa lapangan maupun pemeriksaan kantor. Ada perbedaan
antara pemeriksaan lapangan dengan pemeriksaan kantor, yaitu jika
pemeriksaan lapangan maka pemeriksa pajak wajib datang ke tempat Wajib
Pajak (aktif) dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan. Sedangkan pemeriksaan kantor, Wajib Pajak diundang ke kantor
pajak dengan mengirim Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor.
Pada saat pertama kali bertemu dengan Wajib Pajak, pemeriksa pajak
wajib memberikan penjelasan mengenai:
a. alasan dan tujuan Pemeriksaan
b. hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan
Pemeriksaan
c. hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan
dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil
Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan
Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan

7
d. kewajiban dari Wajib Pajak untuk memenuhi permintaan buku, catatan,
dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan
dokumen lainnya, yang dipinjam dari Wajib Pajak.

Kemudian penjelasan terkait 4 hal diatas wajib dibuatkan berita acara


pertemuan dengan Wajib Pajak.

2.7 Metode dan Tehnik Pemeriksaan Pajak


a. Metode Pemeriksaan Pajak :
a) Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan
melakukan pengujian atas kebenaran pos-pos Surat Pemberitahuan
(SPT) termasuk lampirannya, yang dilakukan secara
langsung terhadap buku, catatan, dan dokumen terkait.
b) Metode Tidak Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan
dengan melakukan pengujian atas kebenaran pos-pos Surat
Pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya, yang dilakukan secara
tidak langsung melalui suatu pendekatan penghitungan tertentu.
b. Tehnik Pemeriksaan Pajak
a) Pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat
Jenderal Pajak;
b) Pengujian keabsahan dokumen;
c) Evaluasi;
d) Analisis angka-angka
e) Penelusuran angka-angka (tracing)
f) Penelusuran bukti
g) Pengujian keterkaitan
h) Ekualisasi atau rekonsiiasi
i) Permintaan keterangan atau bukti

8
j) Konfirmasi\
k) Inspeksi
l) Pengujian kebenaran fisik
m) Pengujian kebenaran pengitungan matematis
n) Wawancara
o) Uji petik (sampling)
p) Teknik audit berbantuan computer (TABK)
q) Teknik-teknik lainnya.

2.8 Pemeriksaan Hal Tertentu


1. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus harus dilakukan melalui PL atau PSL untuk satu,
beberapa atau seluruh jenis pajak kewajiban Wajib Pajak termasuk Wajib
Pajak yang diberikan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak, berdasarkan:
a. Adanya dugaan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
b. Pengaduan masyarakat, termasuk melalui Kotak Pos 5000
c. Data baru atau data yang semula belum terungkap
d. Permintaan Wajib Pajak
e. SPT lebih bayar hasil edit
f. Pertimbangan Direktur Jendral Pajak

Khusus untuk kriteria pemeriksaan pada butir 3 hanya diberlakukan


terhadap Wajib Pajak yang telah diberikan fasilitas pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

2. Pemeriksaan Bukti Permulaan

9
Adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan
tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
Bukti Permulaan
Keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda
yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau
telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh
siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
3. Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang berdasarkan:
a. Persetujuan Dirjen Pajak, dan
b. Intruksi Dirjen Pajak.

Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan dalam hal :

a. Terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang
dapat mengakibatkan penambahan pajak terutang
b. Pertimbangan Dirjen Pajak
c. Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan

Ruang lingkup dari Pemeriksaan Ulang :

a. Semua jenis pajak


b. Beberapa jenis pajak
c. Satu jenis pajak
4. Perluasan Pemeriksaan
Perluasan pemeriksaan dilakukan karena adanya :
a. SPT Tahunan PPh Tahun-Tahun Pajak Sebelumnya menyatakan Rugi
Tidak Lebih Bayar
b. SPT Masa PPN masa-masa sebelumnya menyatakan LB Kompensasi

10
2.9 Penolakan dan Penyegelan dalam Pemeriksaan
a. Penolakan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Lapangan
Diakukan karena WP tidak memenuhi kewajiban pasal 29 ayat (3)
huruf a, b, c UU KUP. Dan WP diwajibkan menandatagani Surat
Pernyataan Penolakkan Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa membuat BA
penolakan Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Kantor
Dilakukan karena WP memenuhi panggilan namun menolak adanya
pemeriksaan. Dan sama seperti pemeriksaan lapangan WP harus
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Lalu
Pemeriksa membuat BA penolakan Pemeriksaan.
b. Penyegelan dan peminjaman dokumen
Pemeriksa pajak memiliki kewenangan untuk melakukan penyegelan.
Kewenangan penyegelan ini berdasarkan Pasal 30 UU KUP. Apa objek
penyegelan dalam pemeriksaan pajak? Menurut Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 benda yang disegel adalah buku,
catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik,
dan benda-benda lain yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas Wajib Pajak. Artinya semua benda yang menurut
pemeriksa pajak akan memberikan petunjuk tentang kegiatan usaha Wajib
Pajak. Penyegelan dilakukan manakala:
1. Wajib Pajak tidak memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk
memasuki tempat atau ruang serta memeriksa barang yang diduga atau
patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dan/atau
dokumen, termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik;
2. Wajib Pajak menolak memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
3. Wajib Pajak tidak berada di tempat

11
Penyegelan hanya ada dalam pemeriksaan lapangan. Sehingga jika
pemeriksa pajak datang ke tempat Wajib Pajak dengan membawa Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan maka hal yang pertama kali
dilakukan adalah memberikan penjelasan mengenai 4 hal diatas kemudian
membuat berita acara. Selanjutnya, pemeriksa pajak memeriksa tempat
Wajib Pajak (tanpa pengecualian). Jika menolak, maka pemeriksa pajak
berwenang untuk melakukan penyegelan. Setelah melakukan pemeriksaan
tempat Wajib Pajak, maka pemeriksa pajak saat itu juga meminjam
dokumen. Kemudian dibuatkan bukti peminjaman dokumen. Inilah yang
diatur di Pasal 28 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013.

Dalam hal (artinya kondisi tertentu saja) pemeriksa pajak ternyata tidak
menemukan dokumen yang terkait kegiatan usaha di tempat Wajib Pajak
tetapi pemeriksa pajak yakin bahwa dokumen tersebut ada maka pemeriksa
pajak akan membuat Surat Permintaan Peminjaman Dokumen. Silakan cek
ketentuan Pasal 28 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013 yang diawali dengan kata "dalam hal". Artinya, Surat
Permintaan Peminjaman Dokumen sebenarnya tidak boleh dijadikan standar
yang harus dibawa oleh pemeriksa pajak saat datang ke tempat Wajib Pajak.
Kalaupun dibuat surat permintaan peminjaman tersebut maka daftar
dokumen yang menjadi lampiran dari surat permintaan peminjaman tersebut
harus persis sama dengan yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Jika pemeriksa
pajak membuat daftar dokumen secara umum dan tidak dimiliki oleh Wajib
Pajak maka Wajib Pajak tidak wajib memenuhinya.

Peminjaman dokumen melalui surat permintaan peminjaman juga


memiliki kelemahan, yaitu Wajib Pajak dapat menunda pemenuhannya
sampai 1 (satu) bulan sejak sejak surat permintaan peminjaman buku,
catatan, dan dokumen disampaikan. Ketentuan satu bulan diatur di Pasal 29
ayat (3a) UU KUP dan ditegaskan kembali di Pasal 28 ayat (3) Peraturan

12
Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013. Artinya, pemeriksa pajak pasti
buang-buang waktu ( wasting time) selama sebulan. Ketentuan satu bulan
ini berlaku untuk setiap surat permintaan peminjaman dokumen
disampaikan.

2.10 Permintaan Keterangan


Pemeriksaan pajak membagi dua keterangan, yaitu:
1. Keterangan yang berasal dari Wajib Pajak atau pegawai Wajib Pajak,
wakil, kuasa, atau anggota keluarga; dan
2. Keterangan yang berasal dari pihak ketiga.

Terhadap pihak Wajib Pajak seperti diatas maka pemeriksa pajak dapat
meminta keterangan langsung. Pemeriksa Pajak dapat memanggil, dan
membuat berita acara pemberian keterangan. Tetapi untuk keterangan yang
berasal dari pihak ketiga hanya dapat diminta dengan surat konfirmasi yang
ditandatangan oleh kepala UP2.

2.11 Penyelesaian dan Pembatalan Pemeriksaan


a. Penyelesaian Pemeriksaan
Pemeriksaan Lapangan dan Kantor dapat diselesaikan dengan cara:
1. Menghentikan pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir
Dikarenakan:
a. WP tidak ditemukan
b. Pemeriksaan untuk SPT yang bukan restitusi (bukan Ps 17B UU
KUP ) disetujui dilakukan Pemeriksaan Bukper

13
c. Pemeriksaan atas permohonan restitusi (Ps 17B UU KUP)
ditangguhkan karena dilakukan pemeriksaan Bukper
2. Membuat LHP sebagai dasar penerbitan SKP
Dikarenakan:
a. WP tidak ditemukan & Pemeriksaan dilakukan terhadap
permohonan restitusi Ps 17B UU KUP
b. WP ditemukan & Pemeriksaan dapat diselesaikan sesuai jangka
waktu pemeriksaan
c. WP ditemukan & SPHP belum dapat diselesaikan sampai dengan
berakhirnya perpanjangan jangka waktu pemeriksaan
3. Mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan

b. Pembatalan Pemeriksaan

Pembatalan pemeriksaan ada dua, yaitu pembatalan hasil pemeriksaan


dan pembatalan penugasan pemeriksaan. Pembatalan hasil pemeriksaan
artinya yang dibatalkan adalah “hasil” pemeriksaan berupa surat ketetapan
pajak (SKP). Sedangkan pembatalan penugasan adalah pembatalan atas
Surat Perintah Pemeriksaan [SP2]. Dengan dibatalkannya SP2 maka
“seolah-olah” tidak ada SP2. Sehingga atas pemeriksaan tersebut tidak ada
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan [SPHP] dan Laporan Hasil
Pemeriksaan [LHP].

2.12 Gugatan dalam Pemeriksaan Pajak


Dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Acara cepat
Dilakukan oleh majelis dan dinyatakan terbuka untuk umum dengan
kegiatan :

14
a. Pembukaan sidang
b. Pemeriksaan kelengkapan
c. Memanggil tergugat dan penggugat\
d. Penjelasan sengketa
e. Pernyataan kepada tergugat
f. Pertanyaan kepada saksi
g. Penyelesaian siding
h. Acara cepat

Dilakukan oleh majelis atau hakim tunggal. Pemeriksaan dilakukan


terhadap

a. Sengketa pajak tertentu


b. Sengketa pajak yang tergugatnya tidak memenuhi ketentuan :
c. Gugatan diajukan dengan surat gugatan dalam bahasa Indonesia
kepada pengadilan pajak
d. Satu pelaksana penagihan atau satu keputusan diajukan satu surat
gugatan.
e. Gugatan yang tidak diputus dalam waktu 6 bulan sejak surat gugatan
diterima
f. Keputusan peradilan pajak tidak sesuai ketentuan atau kesalahan
tulis dan atau kesalahan hitung dalam putusan peradilan pajak
g. Sengketa berdasarkan pertimbangan hokum bukan merupakan
wewenang pengadilan pajak.

2.13 Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan


Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak
berhak:
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;

15
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan
secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan;
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim
Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak
dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
dan
8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner
Pemeriksaan;
9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada
pihak lain yang tidak berhak.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor,
Wajib Pajak berhak:

1. Meminta Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan


Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila susunan Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
4. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

16
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan;
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim
Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak
dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
dan
7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner
Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis


Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak :

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda


Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP
pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan pemberitahuan
secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan
Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memperlihatkan Surat
Tugas apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan
atau;
5. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis


Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :

17
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP
pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;
4. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.

2.14 Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan


Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak
wajib:
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain
yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau
ruangan, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut
diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang,
dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang
terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksaan Pajak;
4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa :
a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila dalam
mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan
peralatan dan/atau keahlian khusus;

18
b. Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka
barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan /atau
c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan
Lapangan dalam hal jumlah buku, cacatan, dan dokumen sangat
banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal
Pajak;
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak
wajib :

1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai


dengan waktu yang ditentukan;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain
termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
WP, atau objek yang terutang pajak;
3. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan;
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan
Publik; dan 6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang
diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis


Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib :

19
1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain
yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau
ruangan peyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang yang
berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta meminjamkannya kepada
Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis


Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib :

1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen


yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan; dan atau
2. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1 Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengelola data, keterangan, dan/atau bukti untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain.

20
2 Tujuan Pemeriksaan Pajak adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan WP.
3 Jenis pemeriksaan : pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan.
4 Ruang lingkup pemeriksaan pajak ada 2, yaitu : satu atau beberapa
bulan (masa) dan bagian tahun pajak atau tahun pajak.
5 Teknik pemeriksaan pajak antara lain : pemanfaatan informasi internal
dan atau eksternal Direktoral Jendral Pajak, pengujian keabsahan
dokumen, dll.
6 Metode pemeriksaan yaitu metode langsung dan tidak langsung.
7 Pemeriksaan khusus harus dilakukan melalui PL/PSL untuk satu,
beberapa, atau seluruh jenis pajak kewajiban WP, termasuk WP yang
diberikan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak.
8 Perluasan pemeriksaan SPT Tahunan PPh tahun-tahun pajak
sebelumnyaa menyatakan LB kompensasi.
9 Gugatan pemeriksaan ada 2 yaitu acara cepat dan acara biasa.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nur.2017.Pemeriksaan Pajak : Menghindari dan Menghadapi.


Jakarta.Penerbit Alex

Media Komputindo.

ii

Anda mungkin juga menyukai