Pemeriksaan Pajak
RUSTAN SE.,M.Si.,Ak.CA.CPA
OLEH:
KELOMPOK I
D3-PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018/2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak...................................................................2
2.2 Tujuan Pemeriksaan..................................................................................2
2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak...........................................................3
2.4 Kriteria Pemeriksaan Pajak.......................................................................4
2.5 Jenis dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak.............................................5
2.6 Pertemuan dengan Wajib Pajak.................................................................7
2.7 Metode dan Tehnik Pemeriksaan Pajak....................................................7
2.8 Pemeriksaan Hal Tertentu.........................................................................8
2.9 Penolakan dan Penyegelan dalam Pemeriksaan......................................10
2.10 Permintaan Keterangan...........................................................................12
2.11 Penyelesaian dan Pembatalan Pemeriksaan............................................12
2.12 Gugatan dalam Pemeriksaan Pajak.........................................................13
2.13 Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan.................................14
2.14 Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan......................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan
berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur mengenai tata cara Verifikasi.
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain
yang dilakukan berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara
Verifikasi.
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan
neto.
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan,
dan/atau
k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda.
3
PPh OP adalah pada akhir tahun. Dan periode pajak yang dihitung tahunan.
Sehingga ruang lingkup pemeriksaan juga satu tahun atau bagian tahun.
Contoh bagian tahun pajak adalah bulan April sebuah perusahaan dibubarkan
dan dilikuidasi bulan Agustus. Maka pemeriksaan tahun tersebut disebut
bagian tahun pajak karena periode yang dihitung adalah Januari sampai
dengan Agustus.
4
e. Pemeriksaan karena Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan,
pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia
untuk selama-lamanya
f. Pemeriksaan karena Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau
metode pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap
5
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 menentukan
(sebagian) pemeriksaan kantor. Pasal 5 ayat (2) mengharuskan bahwa
pemeriksaan restitusi (Pasal 17B) dilakukan dengan jenis pemeriksaan
kantor dengan syarat: Pertama, laporan keuangan Wajib Pajak untuk
Tahun Pajak yang diperiksa diaudit oleh akuntan publik atau laporan
keuangan salah satu Tahun Pajak dari 2 (dua) Tahun Pajak sebelum Tahun
Pajak yang diperiksa telah diaudit oleh akuntan publik, dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian; dan
b. Jangka Waktu:
a. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan)
bulan yang dihitung sejak tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang
dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan
6
dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan
Hasil Pemeriksaan.
7
d. kewajiban dari Wajib Pajak untuk memenuhi permintaan buku, catatan,
dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan
dokumen lainnya, yang dipinjam dari Wajib Pajak.
8
j) Konfirmasi\
k) Inspeksi
l) Pengujian kebenaran fisik
m) Pengujian kebenaran pengitungan matematis
n) Wawancara
o) Uji petik (sampling)
p) Teknik audit berbantuan computer (TABK)
q) Teknik-teknik lainnya.
9
Adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan
tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
Bukti Permulaan
Keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda
yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau
telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh
siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
3. Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang berdasarkan:
a. Persetujuan Dirjen Pajak, dan
b. Intruksi Dirjen Pajak.
a. Terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang
dapat mengakibatkan penambahan pajak terutang
b. Pertimbangan Dirjen Pajak
c. Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan
10
2.9 Penolakan dan Penyegelan dalam Pemeriksaan
a. Penolakan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Lapangan
Diakukan karena WP tidak memenuhi kewajiban pasal 29 ayat (3)
huruf a, b, c UU KUP. Dan WP diwajibkan menandatagani Surat
Pernyataan Penolakkan Pemeriksaan. Lalu Pemeriksa membuat BA
penolakan Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Kantor
Dilakukan karena WP memenuhi panggilan namun menolak adanya
pemeriksaan. Dan sama seperti pemeriksaan lapangan WP harus
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Lalu
Pemeriksa membuat BA penolakan Pemeriksaan.
b. Penyegelan dan peminjaman dokumen
Pemeriksa pajak memiliki kewenangan untuk melakukan penyegelan.
Kewenangan penyegelan ini berdasarkan Pasal 30 UU KUP. Apa objek
penyegelan dalam pemeriksaan pajak? Menurut Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 benda yang disegel adalah buku,
catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik,
dan benda-benda lain yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas Wajib Pajak. Artinya semua benda yang menurut
pemeriksa pajak akan memberikan petunjuk tentang kegiatan usaha Wajib
Pajak. Penyegelan dilakukan manakala:
1. Wajib Pajak tidak memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk
memasuki tempat atau ruang serta memeriksa barang yang diduga atau
patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dan/atau
dokumen, termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik;
2. Wajib Pajak menolak memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
3. Wajib Pajak tidak berada di tempat
11
Penyegelan hanya ada dalam pemeriksaan lapangan. Sehingga jika
pemeriksa pajak datang ke tempat Wajib Pajak dengan membawa Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan maka hal yang pertama kali
dilakukan adalah memberikan penjelasan mengenai 4 hal diatas kemudian
membuat berita acara. Selanjutnya, pemeriksa pajak memeriksa tempat
Wajib Pajak (tanpa pengecualian). Jika menolak, maka pemeriksa pajak
berwenang untuk melakukan penyegelan. Setelah melakukan pemeriksaan
tempat Wajib Pajak, maka pemeriksa pajak saat itu juga meminjam
dokumen. Kemudian dibuatkan bukti peminjaman dokumen. Inilah yang
diatur di Pasal 28 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013.
Dalam hal (artinya kondisi tertentu saja) pemeriksa pajak ternyata tidak
menemukan dokumen yang terkait kegiatan usaha di tempat Wajib Pajak
tetapi pemeriksa pajak yakin bahwa dokumen tersebut ada maka pemeriksa
pajak akan membuat Surat Permintaan Peminjaman Dokumen. Silakan cek
ketentuan Pasal 28 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013 yang diawali dengan kata "dalam hal". Artinya, Surat
Permintaan Peminjaman Dokumen sebenarnya tidak boleh dijadikan standar
yang harus dibawa oleh pemeriksa pajak saat datang ke tempat Wajib Pajak.
Kalaupun dibuat surat permintaan peminjaman tersebut maka daftar
dokumen yang menjadi lampiran dari surat permintaan peminjaman tersebut
harus persis sama dengan yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Jika pemeriksa
pajak membuat daftar dokumen secara umum dan tidak dimiliki oleh Wajib
Pajak maka Wajib Pajak tidak wajib memenuhinya.
12
Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013. Artinya, pemeriksa pajak pasti
buang-buang waktu ( wasting time) selama sebulan. Ketentuan satu bulan
ini berlaku untuk setiap surat permintaan peminjaman dokumen
disampaikan.
Terhadap pihak Wajib Pajak seperti diatas maka pemeriksa pajak dapat
meminta keterangan langsung. Pemeriksa Pajak dapat memanggil, dan
membuat berita acara pemberian keterangan. Tetapi untuk keterangan yang
berasal dari pihak ketiga hanya dapat diminta dengan surat konfirmasi yang
ditandatangan oleh kepala UP2.
13
c. Pemeriksaan atas permohonan restitusi (Ps 17B UU KUP)
ditangguhkan karena dilakukan pemeriksaan Bukper
2. Membuat LHP sebagai dasar penerbitan SKP
Dikarenakan:
a. WP tidak ditemukan & Pemeriksaan dilakukan terhadap
permohonan restitusi Ps 17B UU KUP
b. WP ditemukan & Pemeriksaan dapat diselesaikan sesuai jangka
waktu pemeriksaan
c. WP ditemukan & SPHP belum dapat diselesaikan sampai dengan
berakhirnya perpanjangan jangka waktu pemeriksaan
3. Mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan
b. Pembatalan Pemeriksaan
14
a. Pembukaan sidang
b. Pemeriksaan kelengkapan
c. Memanggil tergugat dan penggugat\
d. Penjelasan sengketa
e. Pernyataan kepada tergugat
f. Pertanyaan kepada saksi
g. Penyelesaian siding
h. Acara cepat
15
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan
secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan;
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim
Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak
dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
dan
8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner
Pemeriksaan;
9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada
pihak lain yang tidak berhak.
16
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan;
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim
Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak
dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
dan
7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner
Pemeriksaan.
17
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP
pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;
4. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
18
b. Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka
barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan /atau
c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan
Lapangan dalam hal jumlah buku, cacatan, dan dokumen sangat
banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal
Pajak;
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
19
1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain
yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau
ruangan peyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang yang
berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta meminjamkannya kepada
Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1 Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengelola data, keterangan, dan/atau bukti untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain.
20
2 Tujuan Pemeriksaan Pajak adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan WP.
3 Jenis pemeriksaan : pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan.
4 Ruang lingkup pemeriksaan pajak ada 2, yaitu : satu atau beberapa
bulan (masa) dan bagian tahun pajak atau tahun pajak.
5 Teknik pemeriksaan pajak antara lain : pemanfaatan informasi internal
dan atau eksternal Direktoral Jendral Pajak, pengujian keabsahan
dokumen, dll.
6 Metode pemeriksaan yaitu metode langsung dan tidak langsung.
7 Pemeriksaan khusus harus dilakukan melalui PL/PSL untuk satu,
beberapa, atau seluruh jenis pajak kewajiban WP, termasuk WP yang
diberikan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak.
8 Perluasan pemeriksaan SPT Tahunan PPh tahun-tahun pajak
sebelumnyaa menyatakan LB kompensasi.
9 Gugatan pemeriksaan ada 2 yaitu acara cepat dan acara biasa.
21
DAFTAR PUSTAKA
Media Komputindo.
ii