Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA INSTRUMEN


(Fourier Transform Infra Red / FTIR)

OLEH

NAMA : NURUL ATIQAH

NIM : 60500118045

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : NOER KHALIFAH TUR-RIDHA

DOSEN PENANGGUNG JAWAB : Dra. SITTI CHADIJAH. M.Si

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKONOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal dengan berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhannya salah

satunya adalah tanaman lontar. Tanaman lontar biasa disebut pohon dengan 800

kegunaan, sangat mudah ditemukan di Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur dan

Sulawesi Selatan. Tumbuhan jenis ini sangat mudah tumbuh di daerah kering. Semua

bagian dari tumbuhan lontar dapat dimanfaatkan, maka tak heran jika dinamai pohon

dengan 800 kegunaan (Tambunan, Parlindungan., 2010: 27).

Umumnya batang pohon lontar digunakan sebagai bahan bangunan, bahan

pembuatan gendang dan bedug. Daun dari lontar itu sendiri dapat dimanfaatkan

untuk membuat benda-benda anyaman, membuat alat musik seperti sasando dari

Nusa Tenggara Timur dan juga sebagai bahan untuk menulis. Bahkan tandan bunga

jantan tanaman lontar ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit batuk

darah dan obat pegal-pegal. Dan buah dari tanaman lontar ini dapat langsung

dikonsumsi (Artiningsih, dkk., 2016: 86).

Dalam mendeteksi kandungan gugus fungsi pada lontar, dapat dilakukan

dengan menggunakan metode FTIR (Fourier Transform Infra Red). FTIR ini salah

satu alat instrumen yang prosedurnya sederhana dengan teknik analisis yang cepat,

tepat dan ramah (Chadijah, dkk., 2019: 4). Ayat yang berkaitan dengan percobaan ini

yaitu Q.S Al-Baqarah/2: 22 sebagai berikut:

َ‫س َمٓا ِء َمٓا ًء فَا َ ۡخ َر َج بِ ٖه ِمن‬


َّ ‫س َمٓا َء بِنَٓا ًء َّواَ ۡن َز َل ِمنَ ال‬
َّ ‫ض فِ َراشًا َّوال‬ َ ‫الَّ ِذ ۡى َج َع َل لَـ ُك ُم ااۡل َ ۡر‬
‫ن‬َ ‫ت ِر ۡزقًا لَّـ ُك ۚمۡ‌ فَاَل ت َۡج َعلُ ۡوا هّٰلِل ِ اَ ۡندَادًا َّواَ ۡنـتُمۡ ت َۡعلَ ُم ۡو‬
ِ ‫الثَّ َم ٰر‬
Terjemahan:
“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu
janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu
mengetahui”.
Pada ayat dijelaskan bahwa bumi sebagai hamparan bagimu, maka sepatutnya

kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang telah diberikan, salah

satunya tumbuhan yang beraneka ragam yang mempunyai banyak manfaat bagi

kehidupan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian untuk

mengetahui prinsip kerja FTIR dan apa saja gugus fungsi yang terdapat pada serbuk

lontar dan kitosan.

B. Runusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prinsip kerja Fourier Transform Infra Red (FTIR) ?

2. Apa saja gugus fungsi apa saja yang terdapat pada serbuk pelepah daun

(Borassus flabellifer) dan serbuk kitosan (C6H11NO4)?

C. Tujuan

Adapun tujuan dilakukan percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prinsip kerja Fourier Transform Infra Red (FTIR).

2. Untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada pada serbuk pelepah daun

(Borassus flabellifer) dan serbuk kitosan (C6H11NO4).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Serbuk Lontar (Borassus flabellifer)

Lontar atau yang dikenal dengan nama latin Borassus flabellifer

merupakan salah satu jenis tumbuhan dari keluarga palma yang tesabar di Asia

Tenggara dan Asia Selatan. Lontar memiliki nama lain dari berbagai daerah seperti di

tala’ (Sulawesi Selatan), lontara (Toraja), manggitu (Sumba), dan tua (Timor). Dalam

bahasa inggris lontar disebut sebagai palmyra palm, toddy palm (USA), wine palm,

african fan palm, deleb palm, ron palm, black rhun palm, dan ronier palm (French)

(Nasri, dkk., 2017: 36).

Adapun klasifikasi tumbuhan Lontar menurut Arsyad, Masita (2015: 10)

yaitu:

Regnum : Plantae

Divisio : Angiospermae

Classis : Monokotiledonae

Ordo : Palmae

Famili : Palmaceae

Genus : Borassus

Spesies : Borassus flabellifer

Tumbuhan lontar adalah pohon berkayu berbentuk silindris, tidak bercabang,

permukaan batang terlihat halus dan berwarna kehitaman-hitaman dengan diameter

pangkal kurang lebih 60 cm, tinggi pohon mencapai 15-30 meter untuk pohon yang

telah memproduksi nira. Daunnya berbentuk bulat seperti kipas yang tebal, keras,
dengan pinggiran tampak bersisik berukuran sekitar 2,5-3 cm. Lontar memiliki bunga

jantan dan bunga betina yang berbentuk tandang, namun ada pula uang hanya

memiliki satu kelamin dan mahkota yang berkulai berbentuk bulat cukup besar

berukuran sekitar 25-30 cm. Buah lontar berserabut warna putih mengandung air dan

memiliki 1-3 biji (Arsyad, Masita., 2015: 10-11).

Gambar 2.1 Borassus flabellifer (Sumber: Krisianto, 2011)

Semua bagian dari tumbuhan lontar dapat dimanfaatkan, maka tak heran jika

dinamai pohon dengan 800 kegunaan, dimulai dari batang, daun, bunga, dan buah.

Umumnya batang pohon lontar digunakan sebagai bahan bangunan, bahan

pembuatan gendang dan bedug. Daun dari lontar itu sendiri dapat dimanfaatkan

untuk membuat benda-benda anyaman, membuat alat musik seperti sasando dari

Nusa Tenggara Timur dan juga sebagai bahan untuk menulis. Bahkan tandan bunga

jantan tanaman lontar ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit batuk

darah dan obat pegal-pegal. Dan buah dari tanaman lontar ini dapat langsung

dikonsumsi (Komang, dkk., 2016: 86).


Kulit buah lontar adalah bagian dari tanaman lontar yang masih jarang

dimanfaatkan. Kulit buah lontar biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak.

Pemanfaatan kulit buah lontar masih sangat minim, padahal jika ditinjau dari

komposisinya terdapat kandungan selulosa sebesar 5,268% (

B. Kitosan (C6H11NO4)

Kitosan merupakan biopolimer dengan suatu keunikan yaitu dalam larutan

asam. Kitosan memiliki karakteristik kation dan bermuatan positif, namun dalam

larutan alkali kitosan akan mengendap. Kitosan diperoleh dari kitin yang mempunyai

struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan

berat molekul yang tinggi (Pratiwi, Rianta., 2014: 37).

Gambar 2.3 Serbuk Kitosan

Perbedaan anatara kitin dan kitosan yaitu terletak pada setiap cincin molekul

dimana pada kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) dan pada kitosan terdapat gugus

amina (-NH). Kitosan diperoleh dari kitin yang melalui proses deasetilasi yaitu

dengan mereaksikan menngunakan alkali dengan konsentrasi dan suhu yang tinggi

pada waktu yang relatif lama. Berikut adalah perbandingan struktur antara kitin dan

kitosin:
Gambar 2.4 Kitin

Gambar 2.5 Kitosan

Dari gambar struktur antara kitin dan kitosin, maka dapat dilihat dengan jelas

perbedaan keduanya. Gugus hidroksil dan amino pada kitosin membuatnya menjadi

sangat efektif mengadsorpsi kation ion logam berat maupun kation dari zat –zat

organik lainnya (Pratiwi, Rianta., 2014: 37).

C. Metode Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Pada metode ini menggunakan salah satu instrumen yaitu Fourier

Transform Infra Red (FTIR) yang memiliki prosedur sederhana, dengan teknik
analisis cepat dan tepat, dan ramah lingkungan. Alat ini berpotensi untuk

membedakan spektrum pada dua sampel. Keuntungan menggunakan metode ini

tidak lain adalah analisis yang cepat karena tanpa melalui proses pemisahan terlebih

dahulu sehingga dapat langsung dilakukan pada sampel (Chadijah, dkk., 2019: 4).

Gambar 2.2 Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) merupakan metode yang bebas

reagen, bebas penggunaan radioaktif dan juga dapat mengukur kadar hormin secara

kualitatif dan kuantitaif. Adapun prinsip kerja FTIR ini adalah mengidentifikasi

gugus fungsi suatu senyawa dari absorbansi inframerah pada senyawa tersebut.

Setiap senyawa memiliki pola absorbansi yang berbeda-beda sehingga mudah

dikuantifikasikan (Sjahfirdi, dkk., 2015: 157).


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini telah dilakukan secara virtual pada hari Rabu, 18 November

2020 pukul 07.00-10.00 Wita di kediaman masing-masing.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Fourier Transform Infra Red

(FTIR), alat pengepress, kunci inggris, lumpang dan alu, dan spatula.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Kalium Bromida (KBr),

kitosan (C6H11O4), serbuk lontar, dan tissu.

C. Prosedur Kerja

1. Analisis Menggunakan Pelet KBr

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah diawali dengan mengaktifkan

stabilizer, PC, dan alat FTIR. Kemudian mengambil sampel serbuk lontar

secukupnya ± 0,01 gram ke dalam lumpang dan alu. Menambahkan pelet KBr pada

sampel dengan perbandingan 1:8 dan homogenkan. Setelah itu menyiapkan alat

pengepress. Masukkan sampel yang telah digerus ke dalam alat pengepress hingga

alasnya tertutupi oleh sampel, rata, dan setipis mungkin. Kemudian masukkan beban

pengepress dan kunci menggunakan kunci inggris sekuat mungkin. Biarkan sampel

dalam pengepress selama 30 detik 1 menit. Setelah sampel dipress buka kembali
dengan menggunakan kunci inggris. Selanjutnya sampel di analisis dengan alat

FTIR.

2. Analisa dengan Aksesoris HATR


Pada percobaan ini tidak dilakukan perlakukan pada sampel karena langsung

dianalisis oleh alat FTIR. Memasukkan sampel serbuk kitosan ke dalam celah optik

hingga celah optik tersebut tertutup oleh sampel. Kemudian putar pengunci hingga

terdengar suara “klik”. Selanjutnya sampel di analisis dengan alat FTIR.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Gugus fungsi pada sampel serbuk lontar

Pelepah daun lontar yang telah dipreparasi, selanjutnya dikarakterisasi dengan

menggunakan spektrofotometer FTIR. Adapun nilai serapan gugus fungsinya yaitu

pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Spektrum Daerah Serapan FTIR Sampel Serbuk Lontar


No. Gugus Fungsi Rentang Serapan (cm-1) Spektrum Daerah Serapan (cm-1)

1. O-H 3823,57 - 3692,79 3726,09

2. C-H 3449,51 - 2928,78 3449,51

3. C=O 1736,04 - 1720,37 1736,04

4. C=C 1638,26 - 1510,21 1638,26

2. Gugus fungsi pada sampel kitosan

Kitosan yang telah dipreparasi selanjutnya dikarakterisasi dengan

menggunakan spektrofotometer FTIR. Adapun nilai serapan gugus fungsinya yaitu

pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Spektrum Daerah Serapan FTIR Sampel Kitosan


No. Gugus Fungsi Rentang Serapan (cm-1) Spektrum Daerah Serapan (cm-1)

1. N-H 3430,98 3430,98

2. O-H 3257,24 - 3103,12 3257,24

3. C-H 2960,43 - 2877,78 2877,78

4. C=C 1654,65 - 1554,95 1554,95


B. Pembahasan

Fourier Transform Infra Red (FTIR) digunakan untuk melakukan anlisis

kualitatif yaitu untuk mengetahui ikatan kimia (gugus fungsi) yang dapat ditentukan

dari spektra vibrasi yang dihasilkan suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu.

selain itu juga digunakan untuk analisa kuantitatif yaitu melakukan perhitungan

tertentu dengan menggunakan intensitas. Prinsip kerja spektroskopi FTIR adalah

adanya interaksi antara energi dengan materi. Vibrasi dapat terjadi karena energi

yang berasal dari sinar infra red yang ditembakkan tidak cukup kuat untuk

menyebakan terjadinya atomisasi atau eksitasi elektron pada molekul senyawa yang

ditembak dimana besarnya vibrasi tiap atom berbeda tergantung pada atom dan

kekuatan ikatan yang menghubungkan sehinnga kan menghasilkan frekuensi yang

berbeda pula (Nurfalach, 2010).

Percobaan ini sampel serbuk lontar yang bertujuan untuk mengetahui

karakteristik dari gugus fungsi yang pada sampel serbuk lontar dianalisis dengan

spektroskopi FTIR, yang dimana analisis dilakukan menggunakan pelet dan juga

dianalisis secara langsung. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara sampel

ditambahkan KBr dimana perbandingannya 1:8, hal tersebut dilakukan agar dapat

membentuk pellet yang baik memerlukan KBr yang lebih banyak, KBr yang

berfungsi untuk mengikat sehingga sampel akan membentuk pelet, selain itu agar

tidak menghasilkan serapan pada infrared sehingga yang diamati secara langsung

adalah serapan dari sampel yang masuk pada alat, fungsi penambahan sampel yang

sedikit pada saat proses pembuatan pelet agar dapat dihasilkan spektrum yang

dapat dibaca jelas dan tidak bertumpuk, pelet bening berfungsi untuk dapat

menerima interaksi dengan infrared, sampel yang telah dihomogenkan dengan KBr
divakumkan berfungsi bertujuan agar pada saat dianalisis tidak terdapat udara pada

pelet sehinnga tidak mempengaruhi hasil dari analisis yang selanjutnya akan

dianalisis dengan FTIR, analisis kedua sampel langsung dianalisis dengan FTIR

tanpa dilakukan perlakuan dan pembuatan pelet sampel serbuk lontar langsung

dianalisis dengan FTIR.

Pada percobaan kedua dengan analisis aksesoris ATR, prosedurnya lebih

sederhana sehingga untuk menganalisis lebih cepat. Selain itu kelebihan dari metode

ini yaitu hanya menggunakan sedikit sampel. Pada percobaan ini tidak dilakukan

perlakukan pada sampel karena langsung dianalisis oleh alat FTIR. Memasukkan

sampel serbuk kitosan ke dalam celah optik hingga celah optik tersebut tertutup oleh

sampel. Kemudian putar pengunci hingga terdengar suara “klik”. Selanjutnya

sampel di analisis dengan alat FTIR. Setelah muncul hasil spektrum gelombang dari

analisis FTIR pada PC, kemudian akan muncul notifikasi untuk memberikan label

pada sampel yang diukur.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Adapun prinsip kerja dari FTIR ini yaitu adanya interaksi antara energi dan

materi. Cara kerja dari alat Fourier Transform Infrared (FTIR) menggunakan
dua metode yaitu metode pelet KBr dengan sampel serbuk lontar dan metode

aksesoris ATR-FTIR dengan sampel kitosan yang masing-masing

menghasilkan spektrum berupa puncak-puncak yang menunjukkan adanya

gugus fungsi yang terkandung dalam sampel tersebut.

2. Gugus fungsi yang terdapat pada sampel serbuk lontar menggunakan FTIR

adalah gugus –OH pada spektrum daerah serapan 3726,09 cm-1. Gugus C-H

pada spektrum daerah serapan 3449,51 cm-1. Gugus C=O pada spektrum

daerah serapan 1736,04 cm-1. Gugus fungsi C=C pada spektrum daerah

serapan 1638,26 cm-1. Adapun gugus fungsi yang terdapat pada sampel

kitosan menggunakan FTIR menunjukkan gugus N-H pada spektrum daerah


serapan 3430,98 cm-1. Gugus fungsi O-H pada spektrum daerah serapan

3257,24 cm-1. Gugus fungsi C-H pada spektrum daerah serapan

2877,78 cm-1. Gugus fungsi C=C pada spektrum daerah serapan 1554,95 cm-1

B. Saran

Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya

menggunakan sampel dari serbuk kunyit (Curcuma Longa Linn) yang mengandung

kurkumin (Deferuloymethane) agar dapat diketahui jenis gugus fungsi yang terdapat
dalam senyawa tersebut dan dapat dibandingkan dengan serapan gugus fungsi pada

selulosa dan kitosan.


DAFTAR PUSTAKA

Artiningsih, dkk. “Optimasi Metode Ekstraksi Antosianin Limbah Kulit Buah


Siwalan (Borassus flabellifer) Untuk Pewarnaan Alami Bahan Pangan dan
Aplikasinya pada Pembuatan Sari Buah Jeruk”. Untag Semarang 1 No. 1
(2016) h: 85-100.
Chadijah, dkk. “Potensi Instrumen FTIR dan GC-MS Dalam Mengkarakterisasi dan
Membedakan Gekatin Lemak Ayam, Itik dan Babi”. Al-Kimia 7 No. 2 (2019)
h: 126-135.
Nasri, dkk.”Ekologi, Pemanfaatan, dan Sosialisasi Budaya Lontar (Borassus
flabellifer Linn.) Sebagai Flora Identitas Sulawesi Selatan”. Teknis Eboni 14
No. 1 (2017) h: 35-46.
Pratiwi, Rianta.”Manfaat Kitin dan Kitosan Bagi Kehidupan Manusia”. Oseana 39
No. 1 (2014) h: 35-43).
Sjahfirdi, dkk.”Aplikasi Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Pengamatan
Pembengkakan Genital Pada Spesies Primata, Lutung Jawa (Trachypithecus)
Untuk Mendeteksi Masa Subur”. Kedokteran Hewan 9 No. 2 (2015)
h :156-160.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Analisis menggunakan pelet KBr


Serbuk
2. lontar

Diaktifkan stabilizer, PC (komputer) dan alat FTIR.


Diambil sampel serbuk lontar secukupnya ± 0,01 gram dan
memasukkannya ke dalam mortar.
Ditambahkan pelet KBr pada sampel serbuk lontar dengan
perbandingan 1:8. Lalu digerus dan dihomogenkan.
Disiapkan alat pengepress. Masukkan sampel yang telah di gerus ke
dalam alat pengepress hingga alasnya tertutupi oleh sampel, rata dan
setipis mungkin.
Dimasukkan beban pengepress dan kunci menggunakan kunci Inggris
sekuat mungkin.
Didiamkan sampel dalam pengepress selama 30 detik- 1 menit.
Kemudian dibuka kembali alat pengepress dengan menggunakan
kunci Inggris.
Selanjutnya sampel dianalisis dengan menggunakan alat FTIR.
Sebelum dianalisa, terlebih dahulu dilakukan pengukuran background
spektrum udara pada comparatment sampel FTIR yang akan diabaikan
dengan cara klik “Collect Background” pada toolbar.
Kemudian dimasukkan sampel dan klik “Collect Sample” pada toolbar
FTIR untuk dianalisis.
Setelah muncul hasil spektrum gelombang dari analisis FTIR pada PC,
kemudian muncul notifikasi untuk memberikan label pada sampel
yang diukur kemudian klik “OK”.
Untuk mencari titik puncak sampel maka dapat dilakukan dengan
mengklik “Find Peaks” setelah itu klik bawah spektrum untuk
menarik garis peak hingga puncak teratas dan menaikkan
sensitivitasnya.
Simpan hasil pengukuran sampel yang telah dilakukan dengan
mengklik “File Save As”. Pengukuran sampel telah selesai dilakukan.
Untuk membuka kembali hasil spektrum gelombang yang sudah
disimpan, klik open “My Documents” kemudian “Omnic Spectra” dan
pilih file yang mau dibuka lalu klik “Open”.
Serbuk lontar
2. Analisis dengan aksesoris HATR
3.
Kitosan
Dimasukkan sampel serbuk kitosan ke dalam celah optik hingga celah
optik tersebut tertutup oleh sampel.
Kemudian putar pengunci atau alat pengepress hingga terdengar suara
“klik”.
Selanjutnya sampel dianalisis dengan menggunakan alat FTIR pada
PC atau komputer.
Kemudian akan muncul notifikasi untuk memberikan label pada
sampel yang diukur kemudian klik “OK”.
Untuk mencari titik puncak sampel maka dapat dilakukan dengan
mengklik “Find Peaks”. Setelah itu klik bawah spektrum untuk
menarik garis peak hingga puncak teratas dan menaikkan
sensitivitasnya.
Simpan hasil pengukuran sampel yang telah dilakukan dengan
mengklik “File Save As”. .
Pengukuran sampel telah selesai dilakukan.
Untuk membuka kembali hasil spektrum gelombang yang sudah
disimpan, klik open “My Documents” kemudian “Omnic Spectra” dan
pilih file yang mau dibuka kembali lalu klik “Open”.

Serbuk lontar
B. Hasil Spektrum
1. Analisis menggunakan pelet KBr

2. Analisis dengan aksesoris HATR

Anda mungkin juga menyukai