Anda di halaman 1dari 22

119 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No.

2, hal 119 - 141

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 14 Nomor 2, Desember 2017

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN


TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
(The Effect of Capital Structure and Ownership Structure on Firm Performance)

Selly Anggraeni Haryono


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia
sellyanggraeni5@yahoo.com
Fitriany
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia
fitri_any@yahoo.com

Eliza Fatima
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia
elisa_fatima@yahoo.com

Abstract

The objective of this study is to empirically examine non-linear (quadratic) effect of capital
structure on firm performance (Tobin’s q dan ROA) and also the effect of Multiple Large
Shareholder Structure (MLSS) and institutional ownership on firm performance. The sample is a
non-financial company listed on the Indonesia Stock Exchange with the study period 2009-2012.
Data obtained from Data Stream and IDX website. Using fixed effect panel regression, this
research finds that the capital structure has a quadratic (concave) effect on firm performance
measured by ROE with maximum point at debt to equity of 1.95. This result indicates that the total
debt that maximizes the company's performance is 1.95 of the total capital. The study also finds
that increasingly large multiple shareholder structures (MLSS) will decrease firm performance,
while higher institutional ownership will improve company performance.

Keywords: capital structure, firm performance, multiple large shareholder, institutional


ownership

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh non-linear (kuadratik) struktur
modal terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s q dan ROA. Selain itu penelitian ini
juga menguji pengaruh Multiple Large Shareholder Structure (MLSS) dan kepemilikan
institusional terhadap kinerja perusahaan. Sampel penelitian adalah perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2009-2012. Data diperoleh dari Data
Stream dan IDX website. Dengan regresi panel menggunakan metode fixed effect, penelitian ini
menemukan bahwa struktur modal berpengaruh secara kuadratik (concave) terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dengan ROE dengan titik maksimal debt to equity adalah 1.95. Hasil ini
menunjukkan bahwa total hutang yang memaksimalkan kinerja perusahaan adalah 1.95 kali dari
modal. Penelitian ini juga menemukan bahwa semakin banyak keberadaan multiple large
shareholder structure (MLSS) akan menurunkan kinerja perusahaan, sedangkan semakin banyak
kepemilikan institusional akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Kata kunci: struktur modal, kinerja perusahaan, multiple large shareholder, institutional
ownership
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 120

PENDAHULUAN sehingga hal ini dapat menurunkan kinerja


perusahaan. Penelitian ini akan meneliti
Menurut Gitman (2009) struktur modal apakah hubungan struktur modal dan kinerja
perusahaan menggambarkan perbandingan perusahaan berbentuk non liner dan berapakah
antara jumlah utang dan modal ekuitas yang titik optimal struktur modal yang akan
digunakan oleh perusahaan. Manajer harus mengoptimalkan kinerja perusahaan.
berhati-hati mengambil keputusan pendanaan Penelitian sebelumnya yang telah
bagi perusahaan yang berkaitan dengan meneliti mengenai hubungan non-linear
penentuan struktur modal, karena keputusan struktur modal dan kinerja perusahaan adalah
ini dapat berpengaruh terhadap kinerja Margaritis dan Psillaki (2010) dan Fosu
perusahaan dan pada akhirnya berpengaruh (2013). Margaritis dan Psillaki (2010)
terhadap pencapaian tujuan untuk meneliti hubungan antara efisiensi produktif,
memaksimalkan kesejahteraan pemegang struktur kepemilikan dan leverage dan kinerja.
saham. Sedangkan Fosu (2013) meneliti hubungan
Teori struktur modal (capital structure antara struktur modal dan kinerja perusahaan
theory) diawali oleh penelitian Modigliani dengan memperhatikan tingkat kompetisi
dan Miller (1958) yang menyatakan bahwa industri. Kedua penelitian ini menemukan
dalam kondisi tidak ada pajak dan tidak ada adanya hubungan non linier antara struktur
biaya transaksi, struktur modal tidak modal dan kinerja perusahaan, tetapi tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. menghitung seberapa besar titik optimal
Selanjutnya Modigliani dan Miller (1963) struktur modal yang akan mengoptimalkan
melonggarkan salah satu asumsinya tentang kinerja perusahaan.
pajak perseroan bahwa apabila ada pajak Penelitian ini juga meneliti pengaruh
perseroan, maka penggunaan utang akan struktur kepemilikan multiple large
meningkatkan kinerja perusahaan. shareholder structure (MLSS) terhadap
Pada perkembangan selanjutnya, Myer kinerja perusahaan. Bagaimana peranan
(1977) menjelaskan tentang teori trade off MLSS dalam melakukan pengawasan
yaitu bahwa jika posisi struktur modal berada terhadap pemegang saham. Sebagaimana
di bawah titik optimal maka setiap diketahui bahwa struktur kepemilikan di
penambahan utang akan meningkatkan Indonesia yang cenderung terkonsentrasi,
kinerja perusahaan, tetapi setelah melewati sehingga menarik diteliti apakah keberadaan
titik optimal, penambahan utang dapat MLSS dapat menjalankan peranan monitoring
menurunkan kinerja perusahaan. Titik optimal secara efektif dan bagaimana pengaruhnya
adalah ketika terjadi keseimbangan antara terhadap kinerja perusahaan.
keuntungan tax shield, financial distress dan Struktur kepemilikan lainnya yang dapat
agency cost, atau terjadi trade-off antara memengaruhi nilai perusahaan adalah
manfaat dan biaya yang dikeluarkan. kepemilikan saham oleh investor institusional.
Berdasarkan teori trade off tersebut, Lin dan Fu (2017) menyatakan bahwa investor
hubungan struktur modal dan kinerja institusional yang aktif melakukan monitoring
perusahaan dapat bersifat non-linear atau terhadap bisnis perusahaan, dapat mengurangi
kuadratik. Ketika tingkat utang masih rendah, asimetri informasi dan problem keagenan
peningkatan utang dapat meningkatkan sehingga dapat meningkatkan kinerja
kinerja perusahaan karena dengan utang perusahaan. Selain itu, investor institusional
perusahaan akan memperoleh manfaat pajak dapat menerapkan kemampuan manajerial,
dari bunga (tax shield-debt), sehingga hal ini pengetahuan profesional dan hak suara mereka
dapat meningkatkan kinerja perusahaan. untuk mempengaruhi manajer dalam
Namun, ketika utang terus meningkat, maka meningkatkan efisiensi perusahaan. Investor
kesulitan keuangan menjadi lebih mungkin institusional juga dapat membantu perusahaan
terjadi. Risiko kebangkrutan dan agency cost dalam membuat keputusan bisnis. Ketika
of debt menjadi lebih besar daripada manfaat perusahaan membutuhkan tambahan dana,
pajak yang diperoleh dari penggunaan utang, investor institusional dapat menyediakan dana
121 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

tambahan atau menggunakan jaringan mereka Yordania (Zeitun dan Tian 2007)
untuk membantu perusahaan dalam menunjukkan kepemilikan institusi tidak
memperoleh sumber pendanaan. berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Perusahaan dengan kepemilikan dalam konteks kepemilikan terkonsentrasi.
institusional yang besar mengindikasikan Penelitian ini ingin mengetahui apakah
kemampuannya untuk memonitor manajemen. kepemilikan investor institusi berpengaruh
Semakin besar kepemilikan institusional maka terhadap kinerja perusahaan.
semakin efisien pemanfaatan aset perusahaan Margaritis dan Psillaki (2010) meneliti
dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai hubungan struktur modal, kinerja perusahaan
pencegahan terhadap pemborosan yang dan struktur kepemilikan dengan berdasarkan
dilakukan oleh manajemen. Bathala, et al., pada hipotesa efficiency risk dan franchise-
(1994) menemukan bahwa kepemilikan value, Fosu (2013) meneliti hubungan antara
institusional menggantikan kepemilikan struktur modal dengan kinerja perusahaan dan
manajerial dalam mengontrol biaya agensi. bagaimana pengaruh tingkat kompetisi industri
Semakin besar kepemilikan oleh institusi dalam hubungan tersebut. Penelitian ini meneliti
keuangan, maka akan semakin besar dorongan hubungan non linier antara struktur modal
institusi keuangan untuk mengawasi dengan kinerja perusahaan dengan
manajemen dan akibatnya akan memberikan menambahkan variabel kepemilikan pada model
dorongan yang lebih besar untuk penelitian (multiple large shareholder structure
mengoptimalkan kinerja perusahaan. dan kepemilikan institusi). Variabel ini belum
Peran investor institusional dalam terlalu banyak diteliti di negara dengan struktur
konteks kepemilikan terkonsentrasi dengan kepemilikan keluarga dan terkonsentrasi.
pemegang saham pengendali seperti Beberapa perbedaan penelitian ini dengan
Indonesia menarik untuk dilakukan. Thomsen penelitian Margaritis dan Psillaki (2010) dan
dan Pedersen (2000) meneliti 100 perusahaan penelitian Fosu (2013) yaitu:
nonkeuangan terbesar di 12 negara Eropa 1. Penelitian ini ingin mengetahui berapa titik
dengan karakteristik umum tingkat kepemilikan optimal struktur modal yang menghasilkan
yang terkonsentrasi. Hasil penelitian kinerja yang paling optimal. Margaritis dan
menunjukkan bahwa kepemilikan institusi Psillaki (2010) dan Fosu (2013) tidak
dalam perusahaan yang terkonsentrasi menghitung titik optimal ini.
berdampak positif terhadap kinerja karena 2. Margaritis dan Psillaki (2010) menggunakan
dengan makin besarnya kekuatan suara yang metode non-parametric data envelopment
dimiliki investor institusi akan makin analysis (DEA) untuk mengukur efisiensi
mendorong perusahaan mengadopsi strategi perusahaan, Fosu (2013) menggunakan
yang berdampak memaksimalkan nilai Return on Asset (ROA) dan Tobin’s q untuk
pemegang saham. Hamdani & Yafeh (2010) mengukur kinerja perusahaan. DEA adalah
meneliti peran investor institusi dalam teknik non-parametrik dengan menggunakan
menegakkan tata kelola perusahaan pada pasar metode pemrograman linier yang mengukur
dimana terdapat kepemilikan yang hubungan antara input dan output untuk
terkonsentrasi. Penelitian dilakukan di negara membangun batas 'best practice' pada suatu
Israel dan hasil penelitian menunjukkan bahwa industri, dan mengukur efisiensi perusahaan
ketika perusahaan memiliki pemegang saham sebagai jarak dengan batas tersebut. Berg
pengendali, investor institusional sebagai (2010) menyampaikan bahwa kelemahan
pemegang saham minoritas, hanya dapat dari DEA adalah hasilnya sensitif terhadap
memainkan peran terbatas dalam tata kelola pemilihan input dan output, tidak dapat
perusahaan. Terlebih lagi, jika ada kepemilikan menguji spesifikasi terbaik, dan jumlah
keluarga yang kuat, yang mengendalikan perusahaan yang efisien cenderung
banyak perusahaan melalui kelompok bisnis, meningkat dengan bertambahnya jumlah
hal ini menciptakan sumber konflik baru bagi variabel input dan output. Karena
investor institusi. Penelitian di Bangladeh oleh pengukuran DEA tidak mudah dan masih
Imam dan Malik (2007) dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 122

memiliki kelemahan, penelitian ini pemegang saham mayoritas dan minoritas


mengikuti Fosu (2013) dengan dapat terjadi ketika pemegang saham
menggunakan ROA dan Tobin’s q sebagai mayoritas sebagai pemegang saham
pengukur kinerja perusahaan. pengendali dapat mempengaruhi kebijakan
3. Margaritis dan Psillaki (2010) melakukan operasi perusahaan melalui manajemen yang
penelitian pada industri manufaktur di mereka pilih dan seringkali keputusan akan
Perancis dengan periode sampel 2002-2005 kebijakan perusahaan itu lebih berdasarkan
dengan membandingkan antara perusahaan pada kepentingan pemegang saham mayoritas
tradisional (industri kimia dan tekstil) sehingga merugikan pemegang saham
dengan perusahaan non tradisional (industri minoritas. Mayoritas perusahaan di Indonesia
komputer dan riset dan pengembangan). memiliki struktur kepemilikan yang
Fosu (2013) dilakukan di Afrika Selatan terkonsentrasi atau kepemilikan sahamnya
dengan periode penelitian tahun 1998-2009, cenderung dimiliki oleh keluarga. Struktur
sedangkan penelitian ini dilakukan di kepemilikan dengan keluarga sebagai
Indonesia dengan periode 2009 - 2012 pada pemegang saham mayoritas maka setiap
semua industri kecuali industri keuangan. kebijakan yang diambil oleh perusahaan
Belum ditemukan penelitian mengenai tersebut tentu didasarkan oleh kepentingan
hubungan non-linear struktur modal dengan keluarga, maka hal ini akan berdampak pada
kinerja perusahaan di Asia, khususnya kerugian bagi pemegang saham minoritas.
Indonesia, negara dimana didominasi oleh
kepemilikan keluarga dan terkonsentrasi. Teori Trade-Off
Teori trade-off merupakan
pengembangan dari teori Modigliani dan
TELAAH LITERATUR DAN Miller (1958) yang dilakukan oleh Myers
PENGEMBANGAN HIPOTESIS (1977). Teori ini menggambarkan bahwa
struktur modal yang optimal dapat ditentukan
Telaah Literatur dengan menyeimbangkan keuntungan atas
penggunaan utang (tax shield benefit of
Teori Keagenan leverage) dengan cost of financial distress dan
Teori keagenan pertama kali agency problem (Megginson, 1997).
dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Menurut teori trade-off, jika perusahaan
Teori ini mendefinisikan hubungan keagenan menambah utang (debt ratio-nya), maka
sebagai kontrak antara prinsipal (pemegang perusahaan akan mendapatkan keuntungan
saham) dan agen (manajer). Berdasarkan asumsi pajak, karena pajak yang dibayarkan lebih
sifat dasar yang dijelaskan oleh Eisenhardt sedikit dengan adanya pembayaran bunga dari
(1989) manajer sebagai manusia kemungkinan utang atau adanya interest tax shield, tetapi
besar akan bertindak dengan meningkatnya utang maka perusahaan
berdasarkan sifat oportunistik yang akan berhadapan dengan adanya risiko
mengutamakan kepentingan pribadinya dan kebangkrutan yang akan menimbulkan
tidak jarang tindakan manajer bukannya bankruptcy cost yang lebih tinggi jika
memaksimumkan kemakmuran pemegang perusahaan menambah utang ke dalam strukur
saham, melainkan meningkatkan pendanaan jangka panjang.
kesejahteraan mereka sendiri. Adanya Menggunakan utang artinya perusahaan
perbedaan kepentingan ini menimbulkan akan membayar sejumlah bunga. Bunga
terjadinya konflik keagenan antara pemegang merupakan pengurang dari pajak (tax
saham dan manajer. deductible), karena akan mengurangi
Selain konflik keagenan antara manajer kewajiban perusahaan untuk membayar
dan pemegang saham, konflik keagenan juga pajaknya, sehingga akan meningkatkan nilai
dapat terjadi diantara pemegang saham dan arus kas setelah pajak. Namun, perusahaan
kreditur, serta pemegang saham mayoritas dan yang menggunakan utang melebihi titik
minoritas. Potensi konflik keagenan antara optimalnya (titik keseimbangan antara
123 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

keuntungan pajak dengan biaya kebangkrutan merugikan pemegang saham minoritas.


dan biaya keagenan) akan menghadapi risiko Zwiebel (1995) menunjukkan bahwa model
ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi kepemilikan blockholders yang moderate
baik bunga maupun principal atas jumlah rentan untuk saling bersekongkol satu sama
utang yang besar, sehingga dapat memicu lain dalam mendapatkan pembagian
terjadinya risiko kebangkrutan (financial keuntungan pribadi. Dengan demikian,
distress) dalam perusahaan tersebut. berdasarkan hipotesis pembentukan koalisi,
Berdasarkan teori trade off tersebut adanya multiple large shareholder dapat
dapat dikatakan bahwa adanya hubungan merugikan pemegang saham minoritas dan
kuadratik antara struktur modal dan kinerja menurunkan nilai perusahaaan.
perusahaan. Adanya penggunaan utang dalam
struktur modal perusahaan dapat Kepemilikan Institusional
meningkatkan kinerja perusahaan, namun jika Kepemilikan institusional merupakan
penggunaan utang melebihi titik optimalnya persentase kepemilikan saham oleh investor
maka peningkatan penggunaan utang dapat institutional seperti perusahaan investasi, bank,
menyebabkan penurunan kinerja perusahaan. perusahaan asuransi, dana pensiun (Kennelly
2000). Adanya kepemilikan institusional akan
Multiple Large Shareholder Structure mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
(MLSS) optimal terhadap kinerja perusahaan. Hal ini
Perusahaan dikatakan memiliki MLSS, berarti semakin besar persentase saham yang
apabila perusahaan tersebut tersebut memiliki dimiliki oleh investor institutional akan
lebih dari satu pemegang saham besar dengan menyebabkan usaha monitoring menjadi
kepemilikan lebih dari 10% selain pemegang semakin efektif karena dapat mengendalikan
saham terbesarnya (Attig, et al. 2009). Adanya perilaku opportunistic yang dilakukan oleh para
MLSS dalam perusahaan mungkin memiliki manajer (Jensen 1986). Dari sudut pandang
dua peranan yang berbeda dalam sebuah perusahaan, kepemilikan institusional dapat
perusahaan. Di satu sisi berdasarkan efficient- mengurangi konflik keagenan karena mampu
monitoring hypothesis, adanya multiple large mengontrol dan mengarahkan manajer untuk
shareholder memiliki kemampuan dan insentif membuat kebijakan utang dan deviden yang
untuk memonitor pemegang saham terbesarnya berpihak
(largest shareholder) dalam melakukan pada kepentingan pemegang saham
pengambilan keuntungan pribadi, sehingga institusional.
dapat mencegah terjadinya profit diversion Lin dan Fu (2017) menyatakan bahwa
(Maury dan Pajuste 2005). Penelitian Attig, et investor institusional yang aktif melakukan
al. (2009) mengatakan bahwa keberadaan monitoring terhadap bisnis perusahaan, dapat
MLSS dalam suatu perusahaan dapat berperan mengurangi asimetri informasi dan problem
dalam mengawasi sehingga berpotensi keagenan sehingga dapat meningkatkan
mengurangi konflik antara pemegang saham kinerja perusahaan. Investor institusional
mayoritas dan pemegang saham minoritas. dapat menerapkan kemampuan manajerial,
Bennedsen dan Wolfenzon pengetahuan profesional dan hak suara
(2000) mengatakan bahwa struktur mereka untuk mempengaruhi manajer dalam
pengendalian dengan MLSS menjadi lebih meningkatkan efisiensi perusahaan. Investor
efisien, ketika kepemilikan saham institusional juga dapat membantu perusahaan
terdistribusi secara merata diantara pemegang dalam membuat keputusan bisnis. Ketika
saham mayoritas. perusahaan membutuhkan tambahan dana,
Di sisi lain, berdasarkan hipotesis investor institusional dapat menyediakan dana
pembentukan koalisi (coalition formation tambahan atau menggunakan jaringan mereka
hypothesis), adanya sejumlah pemegang untuk membantu perusahaan dalam
saham dengan kepemilikan yang besar dalam memperoleh sumber pendanaan.
perusahaan mungkin dapat saling berkoalisi Thomsen dan Pedersen (2000) meneliti dampak
dan berbagi keuntungan pribadi, sehingga dari kepemilikan oleh investor
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 124

institusi pada 100 perusahaan non keuangan berperan dalam konteks perusahaan dengan
terbesar di 12 negara Eropa dengan kepemilikan yang terkonsentrasi. Hasil yang
karakteristik kepemilikan yang terkonsentrasi sama juga ditunjukkan oleh Imam dan Malik
pada tahun 1990. Hasil penelitian (2007) dalam penelitiannya atas perusahaan
menunjukkan bahwa investor institusi nonfinansial yang terdaftar di Dhaka Stock
berdampak positif terhadap kinerja Exchange, Bangladesh selama tahun 2001-
perusahaan karena kemampuan investor 2003.
institusi dalam mendorong manajemen untuk
mengadopsi strategi yang berdampak positif Perumusan Hipotesis
terhadap nilai saham pemilik modal.
Penelitian yang mendekati adalah Pengaruh Kuadratik (Concave) Struktur
Hamdani & Yafeh (2010) yang meneliti peran Modal terhadap Kinerja Perusahaan
investor institusi dalam menegakkan tata kelola Teori trade-off (Myers 1977) mengatakan
perusahaan pada pasar dimana terdapat bahwa dalam hubungan antara struktur modal
kepemilikan yang terkonsentrasi. Penelitian dan kinerja perusahaan terdapat pada satu
dilakukan di negara Israel dan hasil penelitian tingkat leverage (debt ratio) yang
menunjukkan bahwa ketika perusahaan optimal. Penggunaan utang akan
memiliki pemegang saham pengendali, investor meningkatkan kinerja perusahaan sampai
institusional sebagai pemegang saham batas leverage tertentu (optimal), namun
minoritas, hanya dapat memainkan peran setelah melewati titik optimal, penggunaan
terbatas dalam tata kelola perusahaan. Terlebih leverage akan menimbulkan biaya
lagi jika ada kepemilikan keluarga yang kuat, kebangkrutan yang lebih besar sehingga dapat
yang mengendalikan banyak perusahaan menurunkan kinerja perusahaan.
melalui kelompok bisnis, hal ini menciptakan Penelitian Margaritis dan Psillaki (2010)
sumber konflik baru bagi investor institusi. dan penelitian Fosu (2013) telah membuktikan
Manzaneque et al. (2016) meneliti peran bahwa hubungan utang dan kinerja perusahaan
investor institusi terhadap kemungkinan adalah kuadratik (non-linear). Margaritis dan
terjadinya kesulitan keuangan, pada konteks Psillaki (2010) dan penelitian Fosu (2013)
perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi. mengatakan bahwa struktur modal memiliki
Sampel penelitian adalah perusahaan di Spanyol pengaruh non-monotonic (tidak hanya satu arah
dengan periode penelitian dari 2007 – 2012. hubungannya), mereka menyimpulkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa direksi hubungan positif antara struktur modal dan
yang ditunjuk oleh pemegang saham institusi kinerja perusahaan akan berubah menjadi
yang tergolong pressure resistance seperti negatif setelah titik tertentu, karena peningkatan
perusahaan dana pensiun, ventura kapital, penggunaan utang dapat menimbulkan risiko
perusahaan investasi, akan menurunkan kebangkrutan.
kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
Namun direksi yang dipilih oleh pemegang dihipotesiskan bahwa hubungan antara
saham yang tergolong pressure sensitive, tidak struktur modal dan kinerja perusahaan adalah
berhubungan dengan terjadinya kesulitan non-linear (kuadratik) dan berbentuk concave
keuangan di perusahaan. yang berarti bahwa ada titik optimal dalam
Zeitun dan Tian (2007) mengkaji dampak penggunaan utang, dimana sebelum mencapai
struktur kepemilikan pada kinerja perusahaan titik optimal, penggunaan utang dapat
publik di Yordania tahun 1989 hingga 2002 dan berpengaruh positif terhadap kinerja
menemukan bahwa kepemilikan institusi tidak perusahaan, tetapi setelah mencapai titik
berdampak signifikan pada kinerja perusahaan optimal, penggunaan utang dapat berpengaruh
baik diukur dengan tingkat pengembalian negatif terhadap kinerja perusahaan.
saham maupun Tobin’s q. Hasil ini H1: Struktur modal berpengaruh secara
menunjukkan kemampuan manajerial dan kuadratik (concave) terhadap kinerja
pengetahuan profesional yang dimiliki oleh perusahaan.
investor institusi tidak dapat
125 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

Pengaruh Multiple Large Shareholder investor institusional akan mendorong


Structure (MLSS) terhadap Kinerja peningkatan pengawasan yang lebih optimal
Perusahaan terhadap kinerja manajemen sehingga
Berdasarkan efficient-monitoring manajemen tidak selalu bertindak untuk
hypothesis adanya MLSS dapat membantu kepentingan pemegang saham pengendali.
membatasi pengambilalihan keuntungan Semakin besar kepemilikan saham oleh
pribadi oleh pemegang saham mayoritas investor institusional, maka semakin besar
melalui penciptaan pengawasan atas perilaku kekuatan suara dan dorongan institusi
pemegang saham mayoritas tersebut. Attig, et keuangan untuk mengawasi manajemen,
al. (2009) menemukan pengaruh positif sehingga akan memberikan dorongan yang
keberadaan MLSS terhadap kinerja lebih besar untuk mengoptimalkan kinerja
perusahaan. perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga
Sedangkan berdasarkan entrenchment akan meningkat.
hypothesis, large shareholder menggunakan Sleiver & Vishny (1986) menujukkan
kemampuannya mengendalikan manajemen bahwa adanya kepemilikan saham eksternal
untuk kepentingan pribadi dengan melakukan dapat mengurangi konflik keagenan karena
ekspropriasi terhadap pemegang saham pihak eksternal memiliki insentif yang kuat
minoritas. Kemampuan pemegang saham untuk melakukan monitor terhadap perusahaan.
mayoritas untuk melakukan ekspropriasi Investor institusi yang aktif melakukan
ditunjukkan oleh besar kecilnya pengendalian monitoring terhadap bisnis perusahaan, dapat
yang dimiliki pemegang saham mayoritas mengurangi asimetri informasi dan problem
tersebut terhadap perusahaan. Hal ini memicu keagenan sehingga dapat meningkatkan kinerja
pemegang saham minoritas untuk menjadi perusahaan (Lin & Fu 2017). Dengan
lebih waspada akan kemampuan para kemampuan manajerial dan
pemegang saham mayoritas dalam pengetahuan profesionalnya, investor
mempengaruhi kebijakan perusahaan, dimana institusional dapat memonitor manajer dalam
para pemegang saham mayoritas baik secara meningkatkan efisiensi perusahaan dan dalam
pribadi maupun saling berkoalisi untuk membuat keputusan bisnis yang bertujuan
mengambil kepentingan pribadi, dalam untuk meningkatkan nilai perusahaan secara
kondisi seperti ini pemegang saham minoritas keseluruhanm tidak hanya kepentingan
akan mekinerja perusahaan lebih rendah. pemegang saham pengendali.
Penelitian Zwiebel (1995) menunjukkan Pengawasan yang efektif dari kepemilikan
bahwa keberadaan multiple large shareholder institusional terhadap manajer, dapat
rentan untuk saling bersekongkol (cahoots) mendorong dan mendisiplinkan kinerja
satu sama lain dalam mendapatkan pembagian manajemen, sehingga manajer akan cenderung
keuntungan pribadi, sehingga dapat untuk berusaha meningkatkan kesejahteraan
menurunkan kinerja perusahaan. Dengan pemegang saham secara keseluruhan.
demikian, adanya MLSS dapat berpengaruh Gedajlovic dan Shapiro (2002) dan penelitian
positif atau negatif terhadap kinerja Lee (2008) mengatakan bahwa kepemilikan
perusahaan. saham oleh investor institusional seperti bank,
H2: Multiple large shareholder structure asuransi, dan insititusi lainnya akan
berpengaruh terhadap kinerja mendorong peningkatan efektifitas
perusahaan. pengawasan kinerja manajemen, dimana
fungsi pengendalian akan semakin efektif
Pengaruh Kepemilikan Institusional apabila pemegang saham memiliki
terhadap Kinerja Perusahaan kemampuan dan pengalaman yang baik
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan dibidang bisnis dan keuangan, seperti yang
bahwa kepemilikan institusional merupakan dimiliki oleh investor institusi.
salah satu mekanisme corporate governance Masalah keagenan di Indonesia sebagai negara
yang digunakan untuk mengendalikan agency yang sebagian besar perusahaan dimiliki oleh keluarga
problem. Adanya kepemilikan saham oleh adalah tergolong
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 126

masalah agensi tipe 2 yaitu masalah keagenan oleh pemegang saham institusi yang tergolong
antara pemegang pengendali dan pemegang pressure resistance seperti perusahaan dana
saham minoritas, bukan masalah keagenan pensiun, ventura kapital, perusahaan investasi,
tipe 1, antara manajer dan pemilik. Karena akan menurunkan kemungkinan terjadinya
sebagian besar saham dimiliki keluarga, maka kesulitan keuangan. Namun direksi yang
manajer diangkat oleh keluarga dan banyak dipilih oleh pemegang saham yang tergolong
yang berasal dari anggota keluarga, sehingga pressure sensitive, tidak berhubungan dengan
sering kali manajer bertindak sesuai dengan terjadinya kesulitan keuangan di perusahaan.
kepentingan keluarga sebagai pemegang Penelitian di Bangladesh (Imam dan
saham pengendali. Malik 2007) serta penelitian di Yordania
Chaganti dan Damanpour (1991) (Zeitun dan Tian 2007) menunjukkan hasil
berpendapat bahwa pemilik keluarga yang tidak adanya dampak signifikan dari
tidak duduk di kursi manajemen dapat kepemilikan institusi terhadap kinerja
dipersepsikan sebagai pemilik luar. Pengaruh perusahaan dalam konteks kepemilikan yang
pemilik luar ini bersifat memperbesar terkonsentrasi.Berdasarkan argumen dan hasil
pengaruh dari kepemilikan institusi dengan penelitian sebelumnya yang berbeda hasil,
cara meningkatkan relative power dari pihak maka penelitian ini memprediksi bahwa
luar. Untuk mendapatkan tingkat kepemilikan institusional berpengaruh
pengembalian tertinggi atas investasinya, terhadap kinerja perusahaan.
pemilik keluarga ini berusaha untuk H3: Kepemilikan institusional berpengaruh
mempengaruhi manajemen yang profesional terhadap kinerja perusahaan.
untuk mendapatkan kinerja yang lebih tinggi.
Thomsen dan Pedersen (2000) juga
berpendapat serupa bahwa dalam konteks METODE PENELITIAN
perusahaan dengan pemilik keluarga, makin
besar kepemilikan yang dimiliki oleh investor Sampel dan Data
institusi akan mendorong perusahaan untuk Sampel yang digunakan dalam penelitian
mengadopsi strategi yang berdampak pada ini adalah perusahaan non keuangan yang
peningkatan nilai pemegang saham. terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia,
Hamdani & Yafeh (2010) meneliti peran sedangkan teknik pengambilan sampel
investor institusi dalam menegakkan tata kelola dilakukan dengan purposive sampling, yaitu
perusahaan pada pasar dimana terdapat sampel yang memiliki kriteria sebagai berikut:
kepemilikan yang terkonsentrasi. Penelitian 1. Perusahaan non keuangan yang telah
dilakukan di negara Israel dan hasil penelitian listing di BEI tahun 2009-2012.
menunjukkan bahwa ketika perusahaan 2. Perusahaan bukan merupakan perusahaan
memiliki pemegang saham pengendali, investor BUMN. BUMN dikeluarkan dari sampel,
institusional sebagai pemegang saham karena penelitian ini menganggap bahwa
minoritas, hanya dapat memainkan peran perusahaan yang dimiliki oleh negara
terbatas dalam tata kelola perusahaan. Terlebih segala kebijakannya ditentukan oleh
lagi jika ada kepemilikan keluarga yang kuat, pemerintah, sehingga jika perusahaan
yang mengendalikan banyak perusahaan BUMN memiliki multiple large
melalui kelompok bisnis, hal ini menciptakan shareholder structure maka peranan dari
sumber konflik baru bagi investor institusi. pemegang saham besar tersebut tidak akan
Manzaneque et al., (2016) meneliti mempengaruhi kebijakan pemegang saham
peran investor institusi terhadap kemungkinan terbesarnya (pemerintah).
terjadinya kesulitan keuangan, pada konteks 3. Perusahaan menerbitkan dan memiliki
perusahaan dengan kepemilikan laporan tahunan (annual report) yang
terkonsentrasi. Sampel penelitian adalah lengkap dan berakhir pada 31 Desember
perusahaan di Spanyol dengan periode selama periode pengamatan 2009-2012.
penelitian dari 2007 – 2012. Hasil penelitian 4. Perusahaan tidak mengalami delisting
menunjukkan bahwa direksi yang ditunjuk selama periode pengamatan 2009-2012.
127 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
5
∑ =1 : Variabel Kontrol
(GROWTH, SIZE, TANG, CAPEX, AGE)
: error
5. Perusahaan memiliki nilai ekuitas positif
selama periode pengamatan 2009-2012. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Perusahaan yang memiliki ekuitas negatif Variabel
dikeluarkan dari sampel penelitian, Dari model regresi yang telah dijelaskan
dikarenakan perusahaan dengan ekuitas pada sub bab sebelumnya, maka penjelasan
negatif yang umumnya disebabkan oleh lebih lanjut mengenai definisi operasional dan
cumulative loss akan cenderung pengukuran variabel yang digunakan dalam
menggunakan pendanaan utang lebih penelitian ini adalah sebagai berikut:
banyak untuk kegiatan operasional mereka,
sehingga dikhawatirkan dalam perusahaan Variabel Dependen
tersebut terdapat variabel- variabel lain
yang bersifat internal perusahaan yang Kinerja Perusahaan (Tobin’s q dan ROA)
mempengaruhi kondisi keuangannya tetapi Untuk mengukur kinerja perusahaan
tidak terdeteksi secara publik dan dapat penelitian ini mengikuti penelitian King dan
mempengaruhi pola hubungan antar Santor (2008) dan penelitian Fosu (2013)
variabel penelitian. yang menggunakan pendekatan berbasis pasar
(market performance) yaitu Tobin’s q dan
Model Penelitian pendekatan berbasis akuntansi (accounting
Tujuan penelitian ini adalah ingin performance), yaitu return on asset (ROA).
mengetahui pengaruh struktur modal Tobin’s q dihitung dengan menggunakan
(leverage), multiple large shareholder rumus:
structure dan kepemilikan institusional
terhadap kinerja perusahaan. Kinerja
perusahaan penelitian ini diukur dengan
menggunakan dua proksi, yaitu Tobin’s q dan Penelitian Maury (2005), King dan
ROA. Untuk membuktikan hipotesis-hipotesis Santor (2008) dan penelitian Attig, et al.
yang diajukan dalam penelitian ini, maka (2009) menggunakan rasio Tobin’s q sebagai
model regresi penelitian ini adalah sebagai proksi kinerja perusahaan yang berbasis pasar
berikut: (market base). Sedangkan ROA yang
digunakan dalam penelitian ini seperti yang
Tobinit = β0 + β1DTEit + β2 DTEQit + digunakan oleh Fosu (2013) yang diukur
β3OWN21it + β4 INSit + dengan rumus:
it + εit
β5∑ =
(1)
ROAit = β0 + β1DTEit + β2DTEQit +
β3OWN21it + β4INSit + β5
+ εit (2)
∑= it Variabel Independen
dimana:
Struktur Modal
Tobin : Kinerja perusahaan (market base) Proksi struktur modal yang digunakan
ROA : Kinerja perusahaan (accounting dalam penelitian adalah debt to equity ratio
base) seperti yang digunakan dalam penelitian
DTE : debt to equity ratio Mamjudar dan Chibber (1999), Abor dan
DTEQ : Rasio debt to equity ratio.yang Biekpe (2006) dan penelitian Hovey (2007).
dikuadratkan Nilai debt dalam penelitian adalah jumlah dari
INS : Persentase kepemilikan oleh short term debt dan long term debt, dimana
investor institusional yang termasuk dalam kategori debt adalah
OWN21 : Multiple Large Shareholder pinjaman oleh bank (bank loan) dan
Structure capitalized leased obligations.
β0 : penduga bagi intersep
β1,.....,βi : koefisien regresi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 128

perusahaan. Investor melihat pertumbuhan


Multiple Large Shareholder Structure penjualan merupakan suatu tanda bahwa
(OWN21) perusahaan memiliki peningkatan keuntungan,
Untuk mengetahui pengaruh multiple hal ini dapat menarik investor untuk
large shareholder structure terhadap kinerja menanamkan modal di perusahaan dan
perusahaan penelitian ini mengikuti penelitian meningkatkan kinerja perusahaan.
Attig, et al. (2009), yaitu dengan menggunakan
rasio dari persentase kepemilikan saham oleh Ukuran Perusahaan (SIZE)
second largest shareholder dibagi dengan Ukuran Perusahaan (SIZE) dalam
persentase kepemilikan saham oleh first largest penelitian ini mengikuti penelitian King dan
shareholder (OWN21). Adapun second largest Santor (2008) dan penelitian Fosu (2013) yang
shareholder adalah pemegang saham yang diukur dengan nilai logaritma natural dari total
memiliki kepemilikan saham terbesar kedua aset. Penelitian ini memprediksi, ukuran
setelah pemegang saham perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap
terbesar dalam struktur kepemilikan kinerja perusahaan. Semakin besar ukuran suatu
perusahaan dengan persentase kepemilikan perusahaan semakin baik tekhnologi dan sistem
lebih besar dari 10%. Sedangkan first largest dalam perusahaan serta adanya
shareholder adalah pemegang saham yang kemudahan bagi manajemen dalam
memiliki kepemilikan saham paling besar menggunakan aset perusahaan akan
atau terbesar pertama dalam perusahaan. mendorong peningkatan kinerja perusahaan.

Kepemilkan Institusional (INS) Struktur Aset (TANG)


Kepemilikan saham institusional dalam Proksi yang digunakan untuk mengukur
penelitian ini adalah kepemilikan saham oleh struktur aset dalam penelitian ini mengikuti
investor institusi keuangan yang mengacu pada penelitian Margaritis dan Psillaki (2010) yang
penelitian Margaritis dan Psillaki (2010). Proksi diukur dengan cara membagi total fixed asset
yang digunakan yaitu jumlah persentase saham yang dimiliki perusahaan dengan total dari aset
yang dimiliki oleh perusahaan institusi perusahaan. Himmelber, et al. (1999)
keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, mengatakan bahwa aset berwujud (tangible)
dana pensiun, reksadana dan investasi. Semakin yang dimiliki oleh perusahaan dapat
efektif pengawasan yang dilakukan oleh mengurangi agency conflict, dikarenakan aset
investor institusional, maka cenderung semakin berwujud dapat dimonitor dengan mudah dan
mendisiplinkan kinerja manajemen dapat dijadikan jaminan dalam pembiayaan
untuk terus berusaha meningkatkan utang. Oleh dikarenakan struktur aset dapat
kesejahteraan pemegang saham dan kinerja mengurangi konflik keagenan, maka penelitian
perusahaan. ini memprediksikan struktur aset berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan.
Variabel Kontrol
Capital Expenditure
Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) Sebagaimana penelitian Attig, et al.
Proksi pertumbuhan perusahaan dalam (2009) penelitian ini menggunakan rasio
penelitian ini mengikuti penelitian Maury capital expenditure terhadap total aset, capital
(2005), King dan Santor (2008) dan penelitian expenditure atau pengeluaran modal
Attig, et al. (2009), yaitu dengan menghitung merupakan dana yang digunakan untuk
selisih total pendapatan penjualan (sales memperoleh aset selain yang berhubungan
revenue) yang dimiliki oleh perusahaan pada dengan proses akuisi, termasuk tetapi tidak
periode sekarang dan periode sebelumnya terbatas pada penambahan tanah,bangunan,
dibagi dengan pendapatan penjualan (sales peralatan dan investasi pada mesin dan
revenue) periode sebelumnya. Penelitian ini equipment. Penelitian Attig, et al., (2009)
memprediksikan bahwa pertumbuhan menemukan hubungan positif rasio
(growth) berpengaruh positif dengan kinerja pengeluaran modal terhadap kinerja
129 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

perusahaan. McConnel dan Muscarella (1986), Metode Analisis Data


menyatakan bahwa investasi secara positif Penelitian ini menggunakan data yang
mempengaruhi kinerja perusahaan. Artinya jika diperoleh dari data stream dan idx website
investasi ditingkatkan, maka kinerja perusahaan yang kemudian diolah dengan menggunakan
akan meningkat. Mengingat bahwa pengeluaran program microsoft excel 2007 dan software
biaya untuk keperluan investasi adalah bagian stata 11. data stream adalah sebuah program
dari pengeluaran modal, maka berarti rasio untuk memperoleh data keuangan baik data
pengeluaran modal juga memiliki pengaruh perusahaan nasional maupuan internasional.
positif terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena Metode pengolahan yang digunakan adalah
itu, penelitian ini memprediksikan pengaruh data panel berdasarkan karakteristik sampel,
positif rasio pengeluaran modal terhadap kinerja yaitu terdiri dari banyak sampel dan banyak
perusahaan. tahun.

Umur Perusahaan (AGE)


Proksi yang digunakan untuk umur HASIL PENELITIAN DAN
perusahaan mengikuti penelitian Cheng, et al. PEMBAHASAN
(2013) yang diukur dengan menghitung
jumlah umur atau tahun perusahaan sejak Hasil Pemilihan Sampel
perusahaan listing di pasar modal hingga Sampel penelitian ini adalah seluruh
periode penelitian. Penelitian ini perusahaan non keuangan yang terdaftar di
memprediksikan pengaruh positif umur Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode
perusahaan (age) terhadap kinerja perusahaan. observasi dari tahun 2009 sampai dengan
Dengan mengetahui umur perusahaan, maka 2012. Data laporan keuangan diperoleh dari
akan diketahui pula sejauh mana perusahaan data stream dan website IDX dengan
tersebut dapat survive dalam dunia bisnis. menggunakan metode purposive sampling,
Semakin lama atau tua umur perusahaan, maka maka proses pemilihan sampel dijabarkan
semakin banyak pengalaman bisnis pada tabel 1.
perusahaan dan semakin perusahaan Penanganan data outlier dalam
mengetahui tantangan dan kondisi dunia bisnis penelitian ini menggunakan pendekatan
yang nyata, sehingga setiap kebijakan yang deteksi skewness (mean +/- 3x standar
dilakukan oleh perusahaan akan menjadi lebih deviasi), yang dilakukan dengan cara
optimal dan dengan sendirinya dapat melakukan treatment observasi yaitu
meningkatkan kinerja atau kinerja perusahaan. membuang data outlier yang memiliki nilai
diatas mean +3x standar deviasi atau di bawah
mean 3x standar deviasi.

Tabel 1
Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Total perusahaan tercatat di BEI tahun 2012 454
Perusahaan Keuangan selama periode 2009-2012 (78)
Perusahaan BUMN selama periode 2009-2012 (10)
Perusahaan yang baru listing selama periode penelitian 2009-2012 (72)
Perusahaan yang mengalami delisting selama periode pengamatan 2009-2012 (16)
Perusahaan yang memiliki ekuitas negatif selama periode 2009-2012 (20)
Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data selama periode 2009-2012 (70)
Perusahaan yang memiliki data outlier selama periode 2009-2012 (31)
Jumlah sampel penelitian per tahun periode penelitian 157
Jumlah observasi (164 x 4 tahun periode penelitian) 628
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 130

Statistik Deskriptif
Tabel 2 berikut ini menggambarkan hasil tinggi yaitu 77,02%. Hal ini kemungkinan
statistik deskriptif dari 656 observasi karena pendanaan utang merupakan
perusahaan sampel. Kinerja perusahaan yang pendanaan yang lebih murah dan cepat
diukur dari pasar yaitu dari nilai Tobin’s q dibandingan pendanaan melalui penerbitan
menunjukkan nilai rata-rata 1,3088, yang saham.
artinya nilai pasar aset lebih tinggi 30% dari Selanjutnya dari 628 observasi secara
nilai buku aset. Kinerja perusahaan yang diukur rata-rata rasio perbandingan antara pemegang
dengan menggunakan pengukuran akuntansi saham terbesar kedua dengan pemegang
yaitu ROA, memiliki rata-rata 13.51%, yang terbesar pertama adalah 31,65%. Saham yang
artinya laba perusahaan rata-rata 13,51% dari dimiliki oleh institusional masih cukup sedikit
total aset. DTE menunjukkan bahwa rasio utang yaitu hanya 5,94%.
terhadap modal cukup

Tabel 2
Statistik Deskriptif
Mean Median Max Min Std. Dev.
TOBIN 1,3088 1,0484 4,2907 0,2048 0,69882
ROA 0,1351 0,1266 0,4254 -0,1267 0,08656
DTE 0,7702 0,5481 6,5996 0,0001 0,84014
DTEQ 1,4750 0,3190 43,5547 0,0000 3,88039
OWN21 0,3165 0,2198 1 0,0000 0,34600
INS 0,0594 0,0000 0,8649 0,0000 0,14256
GROWTH 0,1475 0,1182 1,8817 -0,8405 0,30782
SIZE 5,5900 1,5273 180,3170 0,04090 14,1059
(Rp000,000,000,000)
TANG 0,4064 0,3840 0,9658 0,00520 0,2289
CAPEX 0,0583 0,0384 0,3788 0,00001 0,0593
AGE 14 15 32 1 6,5048
N 628
Tobin’s q: kinerja perusahaan (berbasis pasar); ROA: kinerja perusahaan (berbasis
akuntansi/internal); DTE: debt to equity ratio; DTEQ: debt to equity ratio dikuadratkan;
OWN21: multiple large shareholder structure (%second largest shareholder dibagi %first
largest shareholder); INS: %kepemilikan institusional; GROWTH: pertumbuhan
perusahaan; SIZE: total aset perusahaan; TANG: struktur aktiva (fixed asset/ total asset);
Capex: rasio capital expenditure/total asset; AGE: Umur Perusahaan

Selain itu, secara rata-rata perusahaan perusahaan yang masuk dalam sampel adalah
sampel memiliki pertumbuhan sebesar 14 tahun dengan umur maksimal 32 tahun.
14,76%. Total aset yang dimiliki perusahaan
non keuangan di Indonesia pada periode Pemilihan Metode Analisis
penelitian secara rata-rata sebesar 5,59 Triliun Penelitian ini menggunakan data panel
Rupiah. Perusahaan sampel secara rata-rata yang merupakan gabungan dari data cross
memiliki 40,65% aset tetap dari total seluruh section yang terdiri dari 164 perusahaan non
aset yang dimilikinya. Pengeluaran modal keuangan di Indonesia dari tahun 2009 hingga
sebesar 5,83% dari total aset. Rata-rata umur 2012. Terdapat tiga pilihan metode yang
digunakan dalam meregresi model dalam
131 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

penelitian ini, yaitu pooled least square, fixed Dari dua persamaan yang digunakan
effect model, dan random effect model. Untuk dalam penelitian ini, maka hasil dari
menentukan metode mana yang paling tepat, pengujian pemilihan metode dengan
maka dilakukan uji chow dan uji hausman. menggunakan uji chow dan uji hausman
terangkum dalam tabel 3 dan 4 berikut ini:

Tabel 3
Hasil Uji Chow
Uji Chow Keputusan
F Prob.F
Model 1: Tobin 7,52 0,0000 Fixed Effect
Model 2: ROA 5,80 0,0000 Fixed Effect
Tabel 4

Hasil Uji Hausman


Chi square Prob, Chi Square Keputusan
Model 1: Tobin 34,07 0,0001 Fixed Effect
Model 2: ROA 61,77 0,0000 Fixed Effect

Dari hasil uji chow pada tabel 3 baik 4 probabilitas chi square 0,0000 untuk model
model 1 dan model 2 dalam penelitian ini 1 dan 0,0019 untuk model 2, nilai probabilitas
memiliki masing-masing probabilitas cross ini lebih kecil dari 0,05 (p-value < α), maka
section F 0,000 < 0,05 (p-value < α), maka metode akhir yang dipilih kedua model
metode yang dipilih adalah fixed effect. persamaan dalam penelitian ini adalah fixed
Selanjutnya pada hasil uji hausman pada tabel effect model.

Tabel 5
Hasil Pengujian Multikolinieritas
VIF
SIZE 11.31
DTE 5.71
AGE 5.57
TANG 4.77
DTEQ 3.43
CAPEX 2.25
OWN21 1.82
GROWTH 1.28
INS 1.22

Pengujian Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas


Setelah melakukan pengujian untuk Multikolinieritas adalah keterkaitan antara
menentukan metode model penelitian, maka variabel-variabel independen didalam sebuah
selanjutnya dilakukan pengujian asumsi model estimasi, Multikolinieritas dapat
klasik untuk melihat permasalahan pada dideteksi dengan menggunakan berbagai macam
model dan selanjutnya dilakukan treatment uji, yaitu dengan dengan menggunakan matriks
apabila ternyata terbukti terdapat korelasi antar variabel dan menggunakan nilai
permasalahan pada data maupun hasil regresi Variance Inflation Factors
pada masing-masing model penelitian. (VIF). Model penelitian dikatakan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 132
mengandung masalah multikolinieritas jika
nilai VIF lebih dari 10. Adapun hasil
kecuali variabel SIZE memiliki VIF 11,
pengujiannya terangkum dalam tabel 5.
namun tidak jauh dari batas minimal 10. Hasil
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa semua matriks korelasi dalam penelitian dapat dilihat
variabel memiliki nilai VIF dibawah 10,
dari tabel 6.

Tabel 6
Matriks Korelasi
Correlation DTE DTEQ OWN21 INS GROWTH SIZE TANG CAPEX AGE
DTE 1,0000
DTEQ 0,9014 1,0000
OWN21 0,0206 0,0468 1,0000
INS -0,0446 -0,0523 0,0167 1,0000
GROWTH -0,0750 -0,0562 0,0074 0,1158 1,0000
SIZE -0,0060 -0,0389 -0,1410 0,1583 0,1509 1,0000
TANG 0,1041 0,0089 -0,0059 0,1415 -0,0068 0,1448 1,0000
CAPEX 0,1511 0,0831 -0,0422 0,0220 0,0856 0,1699 0,2762 1,0000
AGE -0,0581 -0,0572 -0,0108 0,0405 0,0083 0,0535 -0,0272 -0,0413 1,0000

DTE: debt to equity ratio; DTEQ: debt to equity ratio dikuadratkan; OWN21: proksi multiple large shareholder
structure(%second largest shareholder dibagi %first largest shareholder); INS: %kepemilikan institusional; GROWTH:
pertumbuhan perusahaan (salesrevenuei,t-salesrevenuei,t-1/salesrevenuei,t-1); SIZE: (ln)total aktiva; TANG: Struktur
Aktiva (Fixed asset/ total asset); CAPEX: rasio capital expenditure/total asset; AGE: Umur Perusahaan

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa hampir Uji Heteroskedastisitas


semua variabel tersebut tidak memiliki Jika dalam pengujian metode estimasi
korelasi yang kuat karena nilai korelasi tidak terbaik yang terpilih adalah fixed effect atau
lebih besar dari 0,8 atau lebih kecil dari -0,8, random effect, metode yang dapat digunakan
kecuali variabel DTE dengan DTEQ yang untuk pengujian heteroskedastisitas adalah
memiliki korelasi 0,9014. Korelasi kuat antara Wald Test. Jika p-value < 0,05, maka H0 dapat
DTE dan DTEQ, dikarenakan DTEQ ditolak dan terdapat masalah
merupakan nilai kuadrat dari DTE, sehingga heteroskedastisitas. Adapun hasil pengujian
tidak menjadi permasalahan utama dalam heteroskedastisitas dalam penelitian ini
penelitian ini, terangkum dalam tabel 7 berikut ini:

Tabel 7
Uji Heteroskedastisitas
Modified Wald test Keputusan
Chi2 Prob Chi2
Model 1 1,9E+06 0,0000 Ada heteroskedastisitas
Model 2 4,8E+06 0,0000 Ada heteroskedastisitas

Dari hasil uji heteroskedastisitas tabel 7 sectional dependence atau program xtscc pada
ditunjukkan bahwa model persamaan program stata 11 (Hoechle, 2007).
penelitian ini mengalami masalah
heteroskedastisitas. Oleh karena itu, untuk Uji Autokorelasi
regresi pada metode estimasi fixed effect tidak Untuk menguji apakah error dalam
dapat dilakukan dengan pengujian fixed effect model regresi mempunyai korelasi antar error
biasa, tetapi harus diperbaiki dengan periode satu dengan lainnya, dilakukan uji
menggunakan fixed effect erros with cross- autokorelasi menggunakan wooldridge test.
133 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

Jika p-value < 0,05, maka H0 dapat ditolak, autokorelasi dalam model penelitian ini
yang berarti bahwa model terdapat masalah adalah sebagai berikut:
autokorelasi. Adapun hasil pengujian

Tabel 8
Uji Autokorelasi
Wooldridge test
F Prob F Keputusan
Model 1 39,215 0,000 Ada Autokolorelasi
Model 2 0,8325 0,045 Ada Autokolorelasi

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa model autokorelasi pada model persamaan 1 ini,
persamaan 1 dan 2 dalam penelitian ini peneliti menambahkan lag (1) pada model
mengandung autokorelasi karena memliki nilai persamaan regresi program stata 11.
p-value < 0,05. Untuk mengatasi masalah

Tabel 9
Hasil Regresi Model 1 dan 2 (Pengujian Utama)
Model 1 Model 2
Tobin's Q ROA
Dependent Pred Coef p-value Coef p-value
Variable
C 0,6461 0,0000 0,2109 0,0000
DTE + 0,0575 0,0500** -0,0092 0,5230
DTEQ - -0,0147 0,0000*** 0,0016 0,6070
OWN21 +/- -0,1095 0,2870 -0,0303 0,0000***
INS + 1,7263 0,0000*** 0,0521 0,1760
GROWTH + 0,0754 0,0250** 0,0347 0,0000***
SIZE + -0,0412 0,0000*** -0,0093 0,0060***
TANG + -0,1740 0,3840 -0,0169 0,2800
CAPEX + 0,7672 0,0040*** 0,0440 0,1150
AGE + 0,0459 0,0000*** -0,0035 0,0000***
0,1290 0,1033
R2
F-Stat 110,27 6,87
Prob(F-Stat) 0,0000 0,0000
Significance level; 1%, 5%, 10%
Tobin’s q: kinerja perusahaan (market base); ROA: kinerja perusahaan (accounting based); DTE: debt to
equity ratio; DTEQ: debt to equity ratio dikuadratkan; OWN21: multiple large shareholder structure
(%second largest shareholder dibagi %first largest shareholder); INS: % kepemilikan institusional;
GROWTH: pertumbuhan perusahaan (sales revenuei,t-sales revenuei,t-1/sales revenuei,t-1); SIZE: (ln)total aset;
TANG: Struktur Aset (Fixed asset/ total asset); CAPEX: rasio capital expenditure/total asset; AGE: Umur
Perusahaan

Analisis dan Interpretasi Hasil dari market base (Tobin’s q), sedangkan untuk
Analisis dan interpretasi hasil regresi model persamaan 2 kinerja perusahaan dilihat
akan dibagi sesuai dengan persamaan model dari accounting base (ROA). Adapun hasil regresi
penelitian, yaitu model persamaan 1 dan 2. penelitian ini terangkum dalam tabel 9.
Pada model 1 kinerja perusahaan yang dilihat
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 134
Pengaruh Kuadratik (Concave) Struktur
Modal terhadap Kinerja Perusahaan
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat untuk
model persamaan 1 bahwa koefisien regresi meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi
debt to equity ratio (DTE) bertanda positif hanya sampai titik tertentu (titik optimal),
0,0575 dan signifikan pada level 5%, setelah mencapai titik optimal tersebut, maka
sedangkan koefisien regresi debt to equity peningkatan utang akan menurunkan kinerja
ratio kuadrat (DTEQ) bertanda negatif - perusahaan, dikarenakan adanya risiko
0,0147 dan signifikan pada level 1%. Dengan kebangkrutan.
demikian, hipotesis 1 yang menyatakan Untuk mengetahui titik maksimum dan
struktur modal berpengaruh secara kuadratik bentuk kurva atas persamaan regresi model
(concave) terhadap kinerja perusahaan penelitian, maka penelitian ini menggunakan
(Tobin’s q) terbukti, sehingga hipotesis 1 rumus matematika yaitu rumus persamaan
dalam model persamaan 1 ini diterima. fungsi kuadrat –b/2a. Adapun hasilnya,
Nilai koefisien DTE positif dan DTEQ penelitian ini menemukan bahwa titik
negatif ini menggambarkan bahwa hubungan maksimum struktur modal (debt to equity
struktur modal (debt to equity ratio) dan kinerja ratio) untuk mencapai nilai maksimal dari
perusahaan berbentuk concave (Gambar 1). kinerja perusahaan pada persamaan model 1
Artinya pada awal penggunaan utang, ini adalah sebesar 1,9558 dengan nilai
peningkatan penggunaan utang akan maksimal dari kinerja perusahaan (Tobin’s q)
meningkatkan nilai perusahaan, tetapi hanya yang dicapai sebesar 0,5541. Artinya kinerja
sampai titik optimal tertentu, setelah mencapai optimal dicapai ketika rasio debt to equity
titik tersebut peningkatannya akan adalah 1,98, artinya debt sebaiknya maksimal
menurunkan kinerja perusahaan (Tobin’s q). hanya 1,98 kali dari modal. Untuk
Hasil ini mendukung teori trade off (Myers memperjelas bentuk hubungan non-linear atau
1977) yang menyatakan bahwa utang dapat concave antara struktur modal dan kinerja
perusahaan pada model persamaan 1 ini dapat
dilihat pada gambar 1 berikut ini:

Tobin max (0,5541)


DTE max (1,9558)

Tobin (Y)

debt to equity ratio (x)

Gambar 1
Hubungan Struktur Modal (Debt to Equity Ratio) dan Kinerja Perusahaan (Tobin’s q)

Sedangkan untuk model persamaan 2 regresi debt to equity ratio kuadrat (DTEQ)
dimana kinerja perusahaan diproksikan dengan bertanda positif (0,0016) dan tidak signifikan.
ROA ditemukan hasil koefisien regresi debt to Hasil ini menunjukkan bahwa struktur modal
equity ratio (DTE) bertanda negatif (-0,0092) (utang) tidak berpengaruh secara kuadratik
dan tidak signifikan, sedangkan nilai koefisien (concave) terhadap kinerja perusahaan (ROA),
135 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

sehingga hipotesis 1 dalam penelitian ini ultimate cash flow (ownership) and voting
ditolak. rights (control). Karena keterbatasan
informasi yang tersedia, penelitian ini tidak
Pengaruh Multiple Large Shareholders meneliti sampai kepada kepemilikan ultimate.
Structure terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil regresi pada tabel 9 menunjukkan Pengaruh Kepemilikan Institusional
bahwa koefisien regresi dari multiple large terhadap Kinerja Perusahaan
shareholder structure (OWN21) pada model 1 Berdasarkan hasil regresi yang
bertanda negatif (-0,1095) dan tidak ditunjukkan pada tabel 9, baik pada model 1
signifikan, multiple large shareholder maupun model 2 koefisien regresi kepemilkan
structure tidak berpengaruh terhadap kinerja institusional (INS) bertanda positif dan
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s signifikan yang berarti bahwa baik pada
q. Sedangkan pada model 2, koefisien regresi model 1 maupun model 2 hipotesis ketiga
multiple large shareholder structure dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian
(OWN21) bertanda negatif (-0,0303) dan ini mendukung penelitian Herawati (2008)
signifikan pada level 1%. Dengan demikian dan Margaritis dan Psillaki (2010) yang
multiple large shareholder structure menemukan pengaruh positif struktur
berpengaruh signifikan negatif terhadap kepemilikan institusional terhadap kinerja
kinerja perusahaan yang diproksikan dengan perusahaan.
ROA. Hasil ini mendukung hipotesis 2 dan Dalam konteks kepemilikan yang
entrenchment hypothesis yang menyatakan terkonsentrasi, investor institusi mungkin
bahwa multiple large shareholder structure tidak memiliki kekuatan (power) untuk dapat
berpengaruh negatif terhadap kinerja mengawasi manajemen yang merupakan
perusahaan. Dikarenakan struktur kepemilikan representasi dari pemilik karena relatif
di Indonesia yang cenderung terkonsentrasi, kecilnya proporsi kepemilikan yang dimiliki
maka multiple large shareholder tidak mampu oleh investor institusi. Namun demikian
menjalankan peranannya dalam melakukan pemilik keluarga memiliki komitmen yang
pengawasan terhadap pemegang saham kuat atas kesinambungan jangka panjang
terbesarnya dan cenderung memperburuk perusahaan. Demikian pula investor institusi
terjadinya ekspropriasi oleh para pemegang yang memiliki preferensi atas nilai pemegang
saham mayoritas, yang mana mereka saling saham akan dengan mudah memindahkan
bekerja sama dan melakukan kolusi untuk kepemilikan sahamnya ke perusahaan lain jika
berbagi keuntungan pribadi, sehingga sekiranya manajer atas tekanan pemilik
merugikan pemegang saham minoritas. mengambil keputusan yang berdampak
Hasil ini tidak sesuai dengan hasil negatif terhadap kinerja perusahaan.
penelitian Attig, et al., (2009) yang menemukan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bahwa multiple large shareholder structure adanya kepemilikan oleh investor institusi
dapat berperan sebagai corporate governance memberikan dampak positif pada kinerja
dan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dalam bentuk mendorong
perusahaan. Hasil yang berbeda dapat manajemen untuk mengadopsi strategi yang
disebabkan karena perbedaan data, penelitian bersifat memaksimalkan kesejahteraan
Attiq, et al. (2009) meliputi 9 negara Asia Timur pemegang saham. Kekhawatiran akan
yaitu Hong Kong, Indonesia, Japan, Korea, keluarnya investor institusi dari kepemilikan
Malaysia, Philippines, Singapore, Taiwan, and saham di perusahaan berlaku sebagai
Thailand. Ada negara yang sudah maju sepeti pendisiplinan bagi manajemen untuk selalu
Hong Kong dan Jepang. Sedangkan penelitian mengoptimalkan kinerja perusahaan.
ini hanya mencakup negara Indonesia yang
sangat berbeda dengan Hongkong dan Jepang. Pengujian Tambahan
Selain itu, Attiq, et al. (2009) meneliti sampai Pengujian utama mencari titik optimal
kepada ultimate controlling shareholders struktur modal perusahaan dengan menggunakan
dengan menghitung rasio total hutang terhadap
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 136

modal. Penentuan besarnya hutang jangka dilakukan pengujian tambahan dengan


panjang adalah hal yang sangat penting bagi mengubah variable debt to equity ratio (DTE)
perusahaan karena biaya bunga yang cukup menjadi long term debt to equity ratio
signifikan yang akan mempengaruhi kinerja (LTDR). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel
perusahaan dalam jangka panjang. Untuk itu 10 berikut ini:

Tabel 10
Hasil Regresi Model 1 dan 2 (Uji Tambahan)
Model 1 Model 2
Tobin's q ROA
Dependent Pred Coef p-value Coef p-value
Variable
C 4,3706 0,0020*** 0,0592 0,7720
LTDR + 0,0856 0,5650 0,0149 0,0290**
LTDRQ - -0,0374 0,4530 -0,0135 0,0000***
OWN21 +/- -0,0060 0,9360 -0,0323 0,0000***
INS + 1,3463 0,0000*** -0,0319 0,2050
GROWTH + 0,1029 0,0170** 0,0486 0,0000***
SIZE + -0,1960 0,0030*** 0.0078 0,4960
TANG + -0,0785 0,6750 -0.0173 0,3990
CAPEX + 0,8871 0,0030*** 0.0416 0,0700*
AGE + 0,0742 0,0000*** -0.0060 0,0120*
0,1207 0,1684
R2
F-Stat 38,5700 1,81
Prob(F-Stat) 0,0000 0,0732

Significance level; 1%, 5%, 10%


Tobin’s q: kinerja perusahaan (market base); ROA: kinerja perusahaan (return on asset); LTDR: longterm
debt to equity ratio; LTDRQ: longterm debt to equity ratio dikuadratkan; OWN21: multiple large
shareholder structure (%second largest shareholder dibagi %first largest shareholder); INS: %
kepemilikan institusional; GROWTH: pertumbuhan perusahaan (sales revenuei,t-sales revenuei,t-1/sales
revenuei,t-1); SIZE: (ln)total aset; TANG: Struktur Aset (Fixed asset/ total asset); CAPEX: rasio capital
expenditure/total asset; AGE: Umur Perusahaan

Untuk hipotesis pertama, pada pengujian b/2a dari hasil persamaan regresi penelitian ini
tambahan ditemukan hasil yang berbeda pada menemukan bahwa titik maksimum struktur
pengujian utama. Pada pengujian tambahan ini utang (long term debt to equity) untuk
ditemukan bahwa struktur modal berpengaruh mencapai nilai maksimal dari kinerja
secara kuadratik (concave) terhadap kinerja perusahaan adalah sebesar 0,5503 dengan
perusahaan yang diproksikan dengan ROA dan nilai maksimal dari kinerja perusahaan (ROA)
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang dicapai sebesar 0,1435. Artinya kinerja
yang diproksikan dengan Tobin’s q. Jika optimal dicapai ketika rasio long term debt to
dependen variabel ROA, Nilai koefisien LDTR equity adalah 0.5503, artinya hutang jangka
positif (0,0149) dan LTDRQ negatif (-0,0135) panjang sebaiknya maksimal hanya 0.55 kali
dan masing-masing signifikan pada level 5% dari modal. Hasil yang berbeda dari pengujian
dan 1%, yang berarti bahwa struktur modal utama yang mana rasio LTDR lebih
(long term debt to equity ratio) berpengaruh berpengaruh secara kuadratik dan signifikan
secara kuadratik (concave) terhadap kinerja terhadap ROA dibandingkan terhadap Tobin’s
perusahaan yang diukur dengan ROA. Dengan q dikarenakan adanya penggunaan hutang
menggunakan rumus - dalam jangka panjang menimbulkan beban
137 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

bunga yang tinggi sehingga menurunkan atau concave antara struktur modal dan
pendapatan perusahaan yang berakibat pada kinerja perusahaan dengan dependen variabel
menurunnya kinerja perusahaan yang diukur ROA dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
dengan ROA. Bentuk hubungan non-linear

ROA max (0,1435)


LTDR max (0,5503)

ROA (Y)

Longterm debt to equity ratio (x)

Gambar 2
Hubungan Struktur Modal (Longterm Debt to Equity Ratio) dan Kinerja Perusahaan (ROA)

Untuk hipotesis kedua, pada pengujian besar untuk mengoptimalkan kinerja


tambahan ini ditemukan hasil yang sama perusahaan.
dengan pengujian utama, yaitu multiple large
shareholder structure berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA), SIMPULAN
tetapi tidak berpengaruh terhadap Tobin’q.
Selanjutnya untuk hipotesis ketiga, uji Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
tambahan menemukan hasils yang juga sama pengaruh non-linear (kuadratik) struktur modal
dengan pengujian utama, yaitu kepemilikan terhadap kinerja perusahaan dan pengaruh
institusional ditemukan berpengaruh positif struktur kepemilikan (multiple large
terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan shareholder dan kepemilikan institusional)
dengan Tobin’s q. Kepemilikan saham oleh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini
investor institusional seperti bank, asuransi, berhasil menemukan pengaruh non-linear
dan insititusi lainnya memiliki kemampuan struktur modal yang diproksikan dengan debt to
dan pengalaman yang baik di bidang bisnis equity ratio terhadap kinerja perusahaan yang
dan keuangan, sehingga akan mendorong diproksikan dengan Tobin’s q, artinya struktur
peningkatan efektifitas pengawasan kinerja modal dapat berpengaruh positif terhadap
manajemen, dimana fungsi pengendalian akan kinerja perusahaan dikarenakan adanya manfaat
semakin efektif. Semakin besar kepemilikan pajak, tetapi setelah mencapai titik optimal
saham oleh investor institusional, maka tertentu dapat berpengaruh negatif yang
semakin besar kekuatan suara dan dorongan dikarenakan peningkatan penggunaan
institusi keuangan untuk mengawasi utang dapat menimbulkan risiko
manajemen, sehingga dapat mendisiplinkan kebangkrutan. Hasil ini mendukung teori
kinerja manajer untuk bertindak trade off dan penelitian Margaritis dan Psillaki
memaksimalkan kesejahteraan pemegang (2010) dan penelitian Fosu (2013).
saham dan memberikan dorongan yang lebih Keberadaan multiple large shareholder
structure dalam penelitian ini ditemukan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 138

berpengaruh negatif terhadap kinerja memperkuat hasil hubungan non-linier


perusahaan yang diproksikan dengan ROA. struktur modal dan kinerja perusahaan;
Hasil ini mendukung entrenchment 2. Mekanisme corporate governace sebagai
hypothesis yang berarti bahwa keberadaan mekanisme pengendalian hanya terbatas dari
multiple large shareholder di Indonesia peranan multiple large shareholder dan
cenderung untuk saling berkoalisi dan bekerja kepemilikan institusional, penelitian
sama untuk melakukan ekspropriasi yang selanjutnya dapat menggunakan proksi lain
merugikan pemegang saham minoritas. Hal untuk mengukur peranan multiple large
ini diduga karena secara umum perusahaan di shareholder sebagai corporate governance;
Indonesia mayoritas dimiliki oleh keluarga. 3. Dalam mengukur multiple large
Kepemilikan saham oleh investor shareholder structure hanya berdasarkan
institusional juga dianggap mampu memonitor kepemilikan saham yang tercantum dalam
kinerja manajer dalam memaksimalkan laporan keuangan. Penelitian ini tidak
kesejahteraan pemegang saham, sehingga menelusuri sampai dengan pemegang
konflik di antara pemegang saham saham dan saham ultimate. Cukup banyak perusahaan
manajer dapat diminimalisasi dan di Indonesia yang terlihat memiliki
meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam beberapa pemegang saham besar tetapi
penelitian ini, ditemukan pengaruh positif dan sebenarnya ultimate-nya hanya dimiliki
signifikan kepemilikan institusional terhadap oleh satu pemegang saham . Penelitian
kinerja perusahaan. selanjutnya sebaiknya melakukan
Implikasi dari penelitian ini adalah penelusuran kepemilikan saham hingga
penggunaan hutang dalam struktur modal pemegang saham ultimate;
perusahaan dapat memaksimalkan kinerja 4. Penelitian ini belum mengidentifikasi jenis
perusahaan hanya sampai pada titik optimal multiple large shareholder structure,
tertentu, total hutang sebaiknya maksimal seperti keluarga, kepemilikan investor
hanya 1.95 kali dari modal dan hutang jangka institusional, pemerintah dan asing, Proses
panjang sebaiknya maksimal hanya 0.55 kali pengidentifkasian jenis multiple large
dari modal. Penggunaan struktur hutang shareholder structure mungkin dapat lebih
dibawah titik tersebut belum memaksimalkan menjelaskan peranan corporate
nilai perusahaan sedangkan struktur hutang governance dari multiple large
diatas titik tersebut dapat menurunkan kinerja shareholder structure, Penelitian
perusahaan karena beban pokok pinjaman dan selanjutnya dapat melakukan identifikasi
bunga pinjaman yang semakin besar dapat jenis multiple large shareholder structure,
memicu risiko kebangkrutan perusahaan. Hal seperti kepemilikan oleh keluarga, investor
ini bisa menjadi pertimbangan bagi institusional, pemerintah dan asing.
manajemen perusahaan dalam menentukan
struktur permodalan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan tidak terlepas DAFTAR PUSTAKA
dari adanya beberapa keterbatasan. Oleh
karena itu, diharapkan penelitian-penelitian Abor, J. and N. Biekpe. 2006. An Empirical
yang sejenis berikutnya dapat meminimalisasi Test Of Agency Problem And Capital
dan memperbaiki keterbatasan-keterbatasan Structure Of South African Quoted
penelitian ini. Berikut beberapa keterbatasan Smes. SAJAR, 20, 51-65.
penelitian dan saran untuk penelitian Attig,N. et al. 2009. Do Multiple Large
selanjutnya, yaitu: Shareholders Play A Corporate
1. Penelitian ini hanya menggunakan dua Governance Role? Evidence From East
proksi untuk mengukur kinerja perusahaan, ASIA. The Journal Of Financial
yaitu Tobin’s q dan ROA. Penelitian Research, 32, 395-422.
selanjutnya diharapkan dapat menggunakan Bathala, C.T., K.P. Moon and R. Rao. 1994.
proksi kinerja perusahaan lain yang dapat Manajerial Ownership, Debt Policy, And
The Impact Of Institutional Holdings:
139 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141

An Agency Perspective. Financial Performance. Journal Of Financial


Management, 23 (3), 38-50. Economics, 53, 353-384.
Bennedsen, M. and D.Wolfenzon. 2000. The Hovey, Martin. 2007. Leverage, Profitability,
Balance Of Power In Closely Held And Ownership Structures Of Listed
Corporation. Journal Of Financial Firms In China. JEL Classification:
Economics, 58, 113-139. P31, L33, G32, G38, 053, 24-25.
Chaganti, R. and F. Damanpour. 1991. University Of Queensland.
Institutional Ownership, Capital Imam, M.O. and M. Mahfuja. 2007. Firm
Structure, And Firm Performance And Corporate Governance
Performance. Strategic Management Through Ownership Structure: Evidence
Journal, 12 (7), 479-491. From Bangladesh Stock Market.
Cheng, M., L. Bingxuan. and W. Minghai. International Review Of Business
2013. How Does The Relationship Research Papers. 3 (4), 88-110.
Between Multiple Large Shareholder Jensen, Michael C. and W.H. Meckling. 1976.
Affect Corporate Valuation? Evidence Theory Of The Firm: Manajerial
From China. Journal Of Economics And Behavior, Agency Cost And Ownership
Business, 70, 43-70. Structure. Journal Of Financial
Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. Agency Economics, 3, 305-360.
Theory: An Assesment And Review. Jensen, M.C. 1986. Agency Costs of Free Cash
Academy Of Management Review, 14, Flow, Corporate Finance, And
57-74. Takeovers. The American Economic
Review, 76, 323-329.
Fosu. 2013. Capital Structure, Product Market Kennelly, James J. 2000. Institutional
Competition And Firm Performance: Ownership And Multinational Firms.
Evidance From South Africa. The New York: Garland Publishing Inc.
Quaterly Review Of Economics And King, M.R. and E. Santor. 2008. Family
Finance, 53, 140-151. Values: Ownership Structure,
Gedajlovic, E. and D.M. Shapiro. 2002. Performance And Capital Structure Of
Ownership Structure And Firm Canadian Firms. Journal Of Banking
Profitability In Japan. The Academy Of Dan Finance, 32, 2423 – 2432.
Management Journal, 3, 565-575. Lee, Sanghoon. 2008. Ownership Structure
Gitman, Lawrence. 2009. Principles And Firm Performancce: Evidence From
Of Panel Data Of South Korea. Working
th
Manajerial Finance 12 Edition. New Paper No.17. University Of Utah.
York: Pearson Prentice Hall. Lin, Y.R. and X.M. Fu. 2017. Does
Hamdani, A. and Y. Yafeh. 2010. Institutional Institutional Ownership Influenze Firm
Investors As Minority Shareholders: Do Performance? Evidance from China.
They Matter When Ownership Is International Review of Economics and
Concentrated? Retrieved From: Finance, 49, 17-57.
http://Ssrn.Com/Abstract¼1641138 or Manzaneque, M., E. Merino and A.M Priego.
http://Dx.Doi.Org/10.2139/Ssrn.164113 2016. The Role Of Institutional
8 Accessed 10.10.11. Shareholders As Owners And Directors
Herawati, Vinola. 2008. Peran Praktek And The Financial Distress Likelihood.
Corporate Governance Sebagai Evidence From A Concentrated
Moderating Variable Dari Pengaruh Ownership Context. European
Earnings Management Terhadap Nilai Management Journal, 34 (4), 439-451.
Perusahaan. Simposium Nasional Margaritis, D. and M. Psillaki. 2010. Capital
Akuntansi X1. Structure, Equity Ownership And Firm
Himmelberg, C.P., R.G. Hubbard, and D. Performance. Journal of Banking Dan
Palia. 1999. Understanding The Finance, 34, 621-632.
Determinants Of Manajerial Ownership
And The Link Between Ownership And
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141 140

Maury, B. and A. Pajuste. 2005. Multiple Myers, S. C. 1977. The Determinants Of


Large Shareholders And Firm Value. Corporate Borrowing. Journal
Journal Of Banking Dan Finance, 29, Of
1813-1834. Financial Economics, 5, 147–175.
Megginson, William L. 1997. Corporate Thomsen, S. and T. Pedersen. 2000.
Finance Theory. University Of Georgia: Ownership Structure And Economic
Addison Wesley. Performance In The Largest European
Modigliani, F. And M. Miller. 1958. The Cost Companies. Strategic Management
Of Capital, Corporation Finance And Journal, 21 (6), 689-705.
Theory Of Investment. American Zeitun, R. and G.G. Tian. 2007. Does
Economic Review, 48, 261-297. Ownership Affect A Firm's Performance
Modigliani, F. and M. Miller. 1963. Corporate And Default Risk In Jordan?. Corporate
Income Taxes And The Cost Of Capital: Governance: The International Journal
A Correction. American Economic Of Business In Society, 7 (1), 66-82.
Review, 53, 433–443. Zwiebel, J. 1995. Block Investment And
Partial Benefits Of Corporate Control.
Review Of Economic Studies, 62, 161-
185.

Anda mungkin juga menyukai