Anda di halaman 1dari 23

Jurnal

119 Akuntansi dan Keuangan


JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
119

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 14 Nomor 2, Desember 2017

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN


TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
(The Effect of Capital Structure and Ownership Structure on Firm Performance)

Selly Anggraeni Haryono


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia
sellyanggraeni5@yahoo.com
Fitriany
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia
fitri_any@yahoo.com

Eliza Fatima
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia
elisa_fatima@yahoo.com

Abstract

The objective of this study is to empirically examine non-linear (quadratic) effect of capital structure
on firm performance (Tobin’s q dan ROA) and also the effect of Multiple Large Shareholder Structure
(MLSS) and institutional ownership on firm performance. The sample is a non-financial company
listed on the Indonesia Stock Exchange with the study period 2009-2012. Data obtained from Data
Stream and IDX website. Using fixed effect panel regression, this research finds that the capital
structure has a quadratic (concave) effect on firm performance measured by ROE with maximum
point at debt to equity of 1.95. This result indicates that the total debt that maximizes the company's
performance is 1.95 of the total capital. The study also finds that increasingly large multiple
shareholder structures (MLSS) will decrease firm performance, while higher institutional ownership
will improve company performance.

Keywords: capital structure, firm performance, multiple large shareholder, institutional


ownership

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh non-linear (kuadratik) struktur modal
terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s q dan ROA. Selain itu penelitian ini juga
menguji pengaruh Multiple Large Shareholder Structure (MLSS) dan kepemilikan institusional
terhadap kinerja perusahaan. Sampel penelitian adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2009-2012. Data diperoleh dari Data Stream dan
IDX website. Dengan regresi panel menggunakan metode fixed effect, penelitian ini menemukan
bahwa struktur modal berpengaruh secara kuadratik (concave) terhadap kinerja perusahaan yang
diukur dengan ROE dengan titik maksimal debt to equity adalah 1.95. Hasil ini menunjukkan bahwa
total hutang yang memaksimalkan kinerja perusahaan adalah 1.95 kali dari modal. Penelitian ini juga
menemukan bahwa semakin banyak keberadaan multiple large shareholder structure (MLSS) akan
menurunkan kinerja perusahaan, sedangkan semakin banyak kepemilikan institusional akan
meningkatkan kinerja perusahaan.

Kata kunci: struktur modal, kinerja perusahaan, multiple large shareholder, institutional
ownership
Jurnal
120 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
120

PENDAHULUAN sehingga hal ini dapat menurunkan kinerja


perusahaan. Penelitian ini akan meneliti
Menurut Gitman (2009) struktur modal apakah hubungan struktur modal dan kinerja
perusahaan menggambarkan perbandingan perusahaan berbentuk non liner dan berapakah
antara jumlah utang dan modal ekuitas yang titik optimal struktur modal yang akan
digunakan oleh perusahaan. Manajer harus mengoptimalkan kinerja perusahaan.
berhati-hati mengambil keputusan pendanaan Penelitian sebelumnya yang telah
bagi perusahaan yang berkaitan dengan meneliti mengenai hubungan non-linear
penentuan struktur modal, karena keputusan struktur modal dan kinerja perusahaan adalah
ini dapat berpengaruh terhadap kinerja Margaritis dan Psillaki (2010) dan Fosu (2013).
perusahaan dan pada akhirnya berpengaruh Margaritis dan Psillaki (2010) meneliti
terhadap pencapaian tujuan untuk hubungan antara efisiensi produktif, struktur
memaksimalkan kesejahteraan pemegang kepemilikan dan leverage dan kinerja.
saham. Sedangkan Fosu (2013) meneliti hubungan
Teori struktur modal (capital structure antara struktur modal dan kinerja perusahaan
theory) diawali oleh penelitian Modigliani dan dengan memperhatikan tingkat kompetisi
Miller (1958) yang menyatakan bahwa dalam industri. Kedua penelitian ini menemukan
kondisi tidak ada pajak dan tidak ada biaya adanya hubungan non linier antara struktur
transaksi, struktur modal tidak berpengaruh modal dan kinerja perusahaan, tetapi tidak
terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya menghitung seberapa besar titik optimal
Modigliani dan Miller (1963) melonggarkan struktur modal yang akan mengoptimalkan
salah satu asumsinya tentang pajak perseroan kinerja perusahaan.
bahwa apabila ada pajak perseroan, maka Penelitian ini juga meneliti pengaruh
penggunaan utang akan meningkatkan kinerja struktur kepemilikan multiple large
perusahaan. shareholder structure (MLSS) terhadap
Pada perkembangan selanjutnya, Myer kinerja perusahaan. Bagaimana peranan MLSS
(1977) menjelaskan tentang teori trade off yaitu dalam melakukan pengawasan terhadap
bahwa jika posisi struktur modal berada di pemegang saham. Sebagaimana diketahui
bawah titik optimal maka setiap penambahan bahwa struktur kepemilikan di Indonesia yang
utang akan meningkatkan kinerja perusahaan, cenderung terkonsentrasi, sehingga menarik
tetapi setelah melewati titik optimal, diteliti apakah keberadaan MLSS dapat
penambahan utang dapat menurunkan kinerja menjalankan peranan monitoring secara efektif
perusahaan. Titik optimal adalah ketika terjadi dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja
keseimbangan antara keuntungan tax shield, perusahaan.
financial distress dan agency cost, atau terjadi Struktur kepemilikan lainnya yang dapat
trade-off antara manfaat dan biaya yang memengaruhi nilai perusahaan adalah
dikeluarkan. kepemilikan saham oleh investor institusional.
Berdasarkan teori trade off tersebut, Lin dan Fu (2017) menyatakan bahwa investor
hubungan struktur modal dan kinerja institusional yang aktif melakukan monitoring
perusahaan dapat bersifat non-linear atau terhadap bisnis perusahaan, dapat mengurangi
kuadratik. Ketika tingkat utang masih rendah, asimetri informasi dan problem keagenan
peningkatan utang dapat meningkatkan kinerja sehingga dapat meningkatkan kinerja
perusahaan karena dengan utang perusahaan perusahaan. Selain itu, investor institusional
akan memperoleh manfaat pajak dari bunga dapat menerapkan kemampuan manajerial,
(tax shield-debt), sehingga hal ini dapat pengetahuan profesional dan hak suara mereka
meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, untuk mempengaruhi manajer dalam
ketika utang terus meningkat, maka kesulitan meningkatkan efisiensi perusahaan. Investor
keuangan menjadi lebih mungkin terjadi. institusional juga dapat membantu perusahaan
Risiko kebangkrutan dan agency cost of debt dalam membuat keputusan bisnis. Ketika
menjadi lebih besar daripada manfaat pajak perusahaan membutuhkan tambahan dana,
yang diperoleh dari penggunaan utang, investor institusional dapat menyediakan dana
Jurnal
121 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
121

tambahan atau menggunakan jaringan mereka Yordania (Zeitun dan Tian 2007)
untuk membantu perusahaan dalam menunjukkan kepemilikan institusi tidak
memperoleh sumber pendanaan. berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Perusahaan dengan kepemilikan dalam konteks kepemilikan terkonsentrasi.
institusional yang besar mengindikasikan Penelitian ini ingin mengetahui apakah
kemampuannya untuk memonitor manajemen. kepemilikan investor institusi berpengaruh
Semakin besar kepemilikan institusional maka terhadap kinerja perusahaan.
semakin efisien pemanfaatan aset perusahaan Margaritis dan Psillaki (2010) meneliti
dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai hubungan struktur modal, kinerja perusahaan
pencegahan terhadap pemborosan yang dan struktur kepemilikan dengan berdasarkan
dilakukan oleh manajemen. Bathala, et al., pada hipotesa efficiency risk dan franchise-
(1994) menemukan bahwa kepemilikan value, Fosu (2013) meneliti hubungan antara
institusional menggantikan kepemilikan struktur modal dengan kinerja perusahaan dan
manajerial dalam mengontrol biaya agensi. bagaimana pengaruh tingkat kompetisi industri
Semakin besar kepemilikan oleh institusi dalam hubungan tersebut. Penelitian ini
keuangan, maka akan semakin besar dorongan meneliti hubungan non linier antara struktur
institusi keuangan untuk mengawasi modal dengan kinerja perusahaan dengan
manajemen dan akibatnya akan memberikan menambahkan variabel kepemilikan pada
dorongan yang lebih besar untuk model penelitian (multiple large shareholder
mengoptimalkan kinerja perusahaan. structure dan kepemilikan institusi). Variabel
Peran investor institusional dalam ini belum terlalu banyak diteliti di negara
konteks kepemilikan terkonsentrasi dengan dengan struktur kepemilikan keluarga dan
pemegang saham pengendali seperti Indonesia terkonsentrasi. Beberapa perbedaan penelitian
menarik untuk dilakukan. Thomsen dan ini dengan penelitian Margaritis dan Psillaki
Pedersen (2000) meneliti 100 perusahaan (2010) dan penelitian Fosu (2013) yaitu:
nonkeuangan terbesar di 12 negara Eropa 1. Penelitian ini ingin mengetahui berapa titik
dengan karakteristik umum tingkat optimal struktur modal yang menghasilkan
kepemilikan yang terkonsentrasi. Hasil kinerja yang paling optimal. Margaritis dan
penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan Psillaki (2010) dan Fosu (2013) tidak
institusi dalam perusahaan yang terkonsentrasi menghitung titik optimal ini.
berdampak positif terhadap kinerja karena 2. Margaritis dan Psillaki (2010)
dengan makin besarnya kekuatan suara yang menggunakan metode non-parametric data
dimiliki investor institusi akan makin envelopment analysis (DEA) untuk
mendorong perusahaan mengadopsi strategi mengukur efisiensi perusahaan, Fosu
yang berdampak memaksimalkan nilai (2013) menggunakan Return on Asset
pemegang saham. Hamdani & Yafeh (2010) (ROA) dan Tobin’s q untuk mengukur
meneliti peran investor institusi dalam kinerja perusahaan. DEA adalah teknik
menegakkan tata kelola perusahaan pada pasar non-parametrik dengan menggunakan
dimana terdapat kepemilikan yang metode pemrograman linier yang mengukur
terkonsentrasi. Penelitian dilakukan di negara hubungan antara input dan output untuk
Israel dan hasil penelitian menunjukkan bahwa membangun batas 'best practice' pada suatu
ketika perusahaan memiliki pemegang saham industri, dan mengukur efisiensi perusahaan
pengendali, investor institusional sebagai sebagai jarak dengan batas tersebut. Berg
pemegang saham minoritas, hanya dapat (2010) menyampaikan bahwa kelemahan
memainkan peran terbatas dalam tata kelola dari DEA adalah hasilnya sensitif terhadap
perusahaan. Terlebih lagi, jika ada pemilihan input dan output, tidak dapat
kepemilikan keluarga yang kuat, yang menguji spesifikasi terbaik, dan jumlah
mengendalikan banyak perusahaan melalui perusahaan yang efisien cenderung
kelompok bisnis, hal ini menciptakan sumber meningkat dengan bertambahnya jumlah
konflik baru bagi investor institusi. Penelitian variabel input dan output. Karena
di Bangladeh oleh Imam dan Malik (2007) dan pengukuran DEA tidak mudah dan masih
Jurnal
122 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
122

memiliki kelemahan, penelitian ini pemegang saham mayoritas dan minoritas


mengikuti Fosu (2013) dengan dapat terjadi ketika pemegang saham
menggunakan ROA dan Tobin’s q sebagai mayoritas sebagai pemegang saham
pengukur kinerja perusahaan. pengendali dapat mempengaruhi kebijakan
3. Margaritis dan Psillaki (2010) melakukan operasi perusahaan melalui manajemen yang
penelitian pada industri manufaktur di mereka pilih dan seringkali keputusan akan
Perancis dengan periode sampel 2002-2005 kebijakan perusahaan itu lebih berdasarkan
dengan membandingkan antara perusahaan pada kepentingan pemegang saham mayoritas
tradisional (industri kimia dan tekstil) sehingga merugikan pemegang saham
dengan perusahaan non tradisional (industri minoritas. Mayoritas perusahaan di Indonesia
komputer dan riset dan pengembangan). memiliki struktur kepemilikan yang
Fosu (2013) dilakukan di Afrika Selatan terkonsentrasi atau kepemilikan sahamnya
dengan periode penelitian tahun 1998-2009, cenderung dimiliki oleh keluarga. Struktur
sedangkan penelitian ini dilakukan di kepemilikan dengan keluarga sebagai
Indonesia dengan periode 2009 - 2012 pada pemegang saham mayoritas maka setiap
semua industri kecuali industri keuangan. kebijakan yang diambil oleh perusahaan
Belum ditemukan penelitian mengenai tersebut tentu didasarkan oleh kepentingan
hubungan non-linear struktur modal dengan keluarga, maka hal ini akan berdampak pada
kinerja perusahaan di Asia, khususnya kerugian bagi pemegang saham minoritas.
Indonesia, negara dimana didominasi oleh
kepemilikan keluarga dan terkonsentrasi. Teori Trade-Off
Teori trade-off merupakan
pengembangan dari teori Modigliani dan Miller
TELAAH LITERATUR DAN (1958) yang dilakukan oleh Myers (1977).
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori ini menggambarkan bahwa struktur
modal yang optimal dapat ditentukan dengan
Telaah Literatur menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan
utang (tax shield benefit of leverage) dengan
Teori Keagenan cost of financial distress dan agency problem
Teori keagenan pertama kali (Megginson, 1997).
dikemukakan oleh Jensen dan Meckling Menurut teori trade-off, jika perusahaan
(1976). Teori ini mendefinisikan hubungan menambah utang (debt ratio-nya), maka
keagenan sebagai kontrak antara prinsipal perusahaan akan mendapatkan keuntungan
(pemegang saham) dan agen (manajer). pajak, karena pajak yang dibayarkan lebih
Berdasarkan asumsi sifat dasar yang dijelaskan sedikit dengan adanya pembayaran bunga dari
oleh Eisenhardt (1989) manajer sebagai utang atau adanya interest tax shield, tetapi
manusia kemungkinan besar akan bertindak dengan meningkatnya utang maka perusahaan
berdasarkan sifat oportunistik yang akan berhadapan dengan adanya risiko
mengutamakan kepentingan pribadinya dan kebangkrutan yang akan menimbulkan
tidak jarang tindakan manajer bukannya bankruptcy cost yang lebih tinggi jika
memaksimumkan kemakmuran pemegang perusahaan menambah utang ke dalam strukur
saham, melainkan meningkatkan pendanaan jangka panjang.
kesejahteraan mereka sendiri. Adanya Menggunakan utang artinya perusahaan
perbedaan kepentingan ini menimbulkan akan membayar sejumlah bunga. Bunga
terjadinya konflik keagenan antara pemegang merupakan pengurang dari pajak (tax
saham dan manajer. deductible), karena akan mengurangi
Selain konflik keagenan antara manajer kewajiban perusahaan untuk membayar
dan pemegang saham, konflik keagenan juga pajaknya, sehingga akan meningkatkan nilai
dapat terjadi diantara pemegang saham dan arus kas setelah pajak. Namun, perusahaan
kreditur, serta pemegang saham mayoritas dan yang menggunakan utang melebihi titik
minoritas. Potensi konflik keagenan antara optimalnya (titik keseimbangan antara
Jurnal
123 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
123

keuntungan pajak dengan biaya kebangkrutan merugikan pemegang saham minoritas.


dan biaya keagenan) akan menghadapi risiko Zwiebel (1995) menunjukkan bahwa model
ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi kepemilikan blockholders yang moderate
baik bunga maupun principal atas jumlah utang rentan untuk saling bersekongkol satu sama
yang besar, sehingga dapat memicu terjadinya lain dalam mendapatkan pembagian
risiko kebangkrutan (financial distress) dalam keuntungan pribadi. Dengan demikian,
perusahaan tersebut. berdasarkan hipotesis pembentukan koalisi,
Berdasarkan teori trade off tersebut adanya multiple large shareholder dapat
dapat dikatakan bahwa adanya hubungan merugikan pemegang saham minoritas dan
kuadratik antara struktur modal dan kinerja menurunkan nilai perusahaaan.
perusahaan. Adanya penggunaan utang dalam
struktur modal perusahaan dapat Kepemilikan Institusional
meningkatkan kinerja perusahaan, namun jika Kepemilikan institusional merupakan
penggunaan utang melebihi titik optimalnya persentase kepemilikan saham oleh investor
maka peningkatan penggunaan utang dapat institutional seperti perusahaan investasi,
menyebabkan penurunan kinerja perusahaan. bank, perusahaan asuransi, dana pensiun
(Kennelly 2000). Adanya kepemilikan
Multiple Large Shareholder Structure institusional akan mendorong peningkatan
(MLSS) pengawasan yang lebih optimal terhadap
Perusahaan dikatakan memiliki MLSS, kinerja perusahaan. Hal ini berarti semakin
apabila perusahaan tersebut tersebut memiliki besar persentase saham yang dimiliki oleh
lebih dari satu pemegang saham besar dengan investor institutional akan menyebabkan usaha
kepemilikan lebih dari 10% selain pemegang monitoring menjadi semakin efektif karena
saham terbesarnya (Attig, et al. 2009). Adanya dapat mengendalikan perilaku opportunistic
MLSS dalam perusahaan mungkin memiliki yang dilakukan oleh para manajer (Jensen
dua peranan yang berbeda dalam sebuah 1986). Dari sudut pandang perusahaan,
perusahaan. Di satu sisi berdasarkan efficient- kepemilikan institusional dapat mengurangi
monitoring hypothesis, adanya multiple large konflik keagenan karena mampu mengontrol
shareholder memiliki kemampuan dan insentif dan mengarahkan manajer untuk membuat
untuk memonitor pemegang saham kebijakan utang dan deviden yang berpihak
terbesarnya (largest shareholder) dalam pada kepentingan pemegang saham
melakukan pengambilan keuntungan pribadi, institusional.
sehingga dapat mencegah terjadinya profit Lin dan Fu (2017) menyatakan bahwa
diversion (Maury dan Pajuste 2005). Penelitian investor institusional yang aktif melakukan
Attig, et al. (2009) mengatakan bahwa monitoring terhadap bisnis perusahaan, dapat
keberadaan MLSS dalam suatu perusahaan mengurangi asimetri informasi dan problem
dapat berperan dalam mengawasi sehingga keagenan sehingga dapat meningkatkan
berpotensi mengurangi konflik antara kinerja perusahaan. Investor institusional
pemegang saham mayoritas dan pemegang dapat menerapkan kemampuan manajerial,
saham minoritas. Bennedsen dan Wolfenzon pengetahuan profesional dan hak suara mereka
(2000) mengatakan bahwa struktur untuk mempengaruhi manajer dalam
pengendalian dengan MLSS menjadi lebih meningkatkan efisiensi perusahaan. Investor
efisien, ketika kepemilikan saham terdistribusi institusional juga dapat membantu perusahaan
secara merata diantara pemegang saham dalam membuat keputusan bisnis. Ketika
mayoritas. perusahaan membutuhkan tambahan dana,
Di sisi lain, berdasarkan hipotesis investor institusional dapat menyediakan dana
pembentukan koalisi (coalition formation tambahan atau menggunakan jaringan mereka
hypothesis), adanya sejumlah pemegang untuk membantu perusahaan dalam
saham dengan kepemilikan yang besar dalam memperoleh sumber pendanaan.
perusahaan mungkin dapat saling berkoalisi Thomsen dan Pedersen (2000) meneliti
dan berbagi keuntungan pribadi, sehingga dampak dari kepemilikan oleh investor
Jurnal
124 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
124

institusi pada 100 perusahaan non keuangan berperan dalam konteks perusahaan dengan
terbesar di 12 negara Eropa dengan kepemilikan yang terkonsentrasi. Hasil yang
karakteristik kepemilikan yang terkonsentrasi sama juga ditunjukkan oleh Imam dan Malik
pada tahun 1990. Hasil penelitian (2007) dalam penelitiannya atas perusahaan
menunjukkan bahwa investor institusi nonfinansial yang terdaftar di Dhaka Stock
berdampak positif terhadap kinerja perusahaan Exchange, Bangladesh selama tahun 2001-
karena kemampuan investor institusi dalam 2003.
mendorong manajemen untuk mengadopsi
strategi yang berdampak positif terhadap nilai Perumusan Hipotesis
saham pemilik modal.
Penelitian yang mendekati adalah Pengaruh Kuadratik (Concave) Struktur
Hamdani & Yafeh (2010) yang meneliti peran Modal terhadap Kinerja Perusahaan
investor institusi dalam menegakkan tata Teori trade-off (Myers 1977)
kelola perusahaan pada pasar dimana terdapat mengatakan bahwa dalam hubungan antara
kepemilikan yang terkonsentrasi. Penelitian struktur modal dan kinerja perusahaan terdapat
dilakukan di negara Israel dan hasil penelitian pada satu tingkat leverage (debt ratio) yang
menunjukkan bahwa ketika perusahaan optimal. Penggunaan utang akan
memiliki pemegang saham pengendali, meningkatkan kinerja perusahaan sampai batas
investor institusional sebagai pemegang saham leverage tertentu (optimal), namun setelah
minoritas, hanya dapat memainkan peran melewati titik optimal, penggunaan leverage
terbatas dalam tata kelola perusahaan. Terlebih akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang
lagi jika ada kepemilikan keluarga yang kuat, lebih besar sehingga dapat menurunkan kinerja
yang mengendalikan banyak perusahaan perusahaan.
melalui kelompok bisnis, hal ini menciptakan Penelitian Margaritis dan Psillaki (2010)
sumber konflik baru bagi investor institusi. dan penelitian Fosu (2013) telah membuktikan
Manzaneque et al. (2016) meneliti peran bahwa hubungan utang dan kinerja perusahaan
investor institusi terhadap kemungkinan adalah kuadratik (non-linear). Margaritis dan
terjadinya kesulitan keuangan, pada konteks Psillaki (2010) dan penelitian Fosu (2013)
perusahaan dengan kepemilikan mengatakan bahwa struktur modal memiliki
terkonsentrasi. Sampel penelitian adalah pengaruh non-monotonic (tidak hanya satu arah
perusahaan di Spanyol dengan periode hubungannya), mereka menyimpulkan
penelitian dari 2007 – 2012. Hasil penelitian hubungan positif antara struktur modal dan
menunjukkan bahwa direksi yang ditunjuk kinerja perusahaan akan berubah menjadi
oleh pemegang saham institusi yang tergolong negatif setelah titik tertentu, karena
pressure resistance seperti perusahaan dana peningkatan penggunaan utang dapat
pensiun, ventura kapital, perusahaan investasi, menimbulkan risiko kebangkrutan.
akan menurunkan kemungkinan terjadinya Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
kesulitan keuangan. Namun direksi yang dihipotesiskan bahwa hubungan antara
dipilih oleh pemegang saham yang tergolong struktur modal dan kinerja perusahaan adalah
pressure sensitive, tidak berhubungan dengan non-linear (kuadratik) dan berbentuk concave
terjadinya kesulitan keuangan di perusahaan. yang berarti bahwa ada titik optimal dalam
Zeitun dan Tian (2007) mengkaji penggunaan utang, dimana sebelum mencapai
dampak struktur kepemilikan pada kinerja titik optimal, penggunaan utang dapat
perusahaan publik di Yordania tahun 1989 berpengaruh positif terhadap kinerja
hingga 2002 dan menemukan bahwa perusahaan, tetapi setelah mencapai titik
kepemilikan institusi tidak berdampak optimal, penggunaan utang dapat berpengaruh
signifikan pada kinerja perusahaan baik diukur negatif terhadap kinerja perusahaan.
dengan tingkat pengembalian saham maupun H1: Struktur modal berpengaruh secara
Tobin’s q. Hasil ini menunjukkan kemampuan kuadratik (concave) terhadap kinerja
manajerial dan pengetahuan profesional yang perusahaan.
dimiliki oleh investor institusi tidak dapat
Jurnal
125 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
125

Pengaruh Multiple Large Shareholder investor institusional akan mendorong


Structure (MLSS) terhadap Kinerja peningkatan pengawasan yang lebih optimal
Perusahaan terhadap kinerja manajemen sehingga
Berdasarkan efficient-monitoring manajemen tidak selalu bertindak untuk
hypothesis adanya MLSS dapat membantu kepentingan pemegang saham pengendali.
membatasi pengambilalihan keuntungan Semakin besar kepemilikan saham oleh
pribadi oleh pemegang saham mayoritas investor institusional, maka semakin besar
melalui penciptaan pengawasan atas perilaku kekuatan suara dan dorongan institusi
pemegang saham mayoritas tersebut. Attig, et keuangan untuk mengawasi manajemen,
al. (2009) menemukan pengaruh positif sehingga akan memberikan dorongan yang
keberadaan MLSS terhadap kinerja lebih besar untuk mengoptimalkan kinerja
perusahaan. perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga
Sedangkan berdasarkan entrenchment akan meningkat.
hypothesis, large shareholder menggunakan Sleiver & Vishny (1986) menujukkan
kemampuannya mengendalikan manajemen bahwa adanya kepemilikan saham eksternal
untuk kepentingan pribadi dengan melakukan dapat mengurangi konflik keagenan karena
ekspropriasi terhadap pemegang saham pihak eksternal memiliki insentif yang kuat
minoritas. Kemampuan pemegang saham untuk melakukan monitor terhadap
mayoritas untuk melakukan ekspropriasi perusahaan. Investor institusi yang aktif
ditunjukkan oleh besar kecilnya pengendalian melakukan monitoring terhadap bisnis
yang dimiliki pemegang saham mayoritas perusahaan, dapat mengurangi asimetri
tersebut terhadap perusahaan. Hal ini memicu informasi dan problem keagenan sehingga
pemegang saham minoritas untuk menjadi dapat meningkatkan kinerja perusahaan (Lin &
lebih waspada akan kemampuan para Fu 2017). Dengan kemampuan manajerial dan
pemegang saham mayoritas dalam pengetahuan profesionalnya, investor
mempengaruhi kebijakan perusahaan, dimana institusional dapat memonitor manajer dalam
para pemegang saham mayoritas baik secara meningkatkan efisiensi perusahaan dan dalam
pribadi maupun saling berkoalisi untuk membuat keputusan bisnis yang bertujuan
mengambil kepentingan pribadi, dalam untuk meningkatkan nilai perusahaan secara
kondisi seperti ini pemegang saham minoritas keseluruhanm tidak hanya kepentingan
akan mekinerja perusahaan lebih rendah. pemegang saham pengendali.
Penelitian Zwiebel (1995) menunjukkan Pengawasan yang efektif dari
bahwa keberadaan multiple large shareholder kepemilikan institusional terhadap manajer,
rentan untuk saling bersekongkol (cahoots) dapat mendorong dan mendisiplinkan kinerja
satu sama lain dalam mendapatkan pembagian manajemen, sehingga manajer akan cenderung
keuntungan pribadi, sehingga dapat untuk berusaha meningkatkan kesejahteraan
menurunkan kinerja perusahaan. Dengan pemegang saham secara keseluruhan.
demikian, adanya MLSS dapat berpengaruh Gedajlovic dan Shapiro (2002) dan penelitian
positif atau negatif terhadap kinerja Lee (2008) mengatakan bahwa kepemilikan
perusahaan. saham oleh investor institusional seperti bank,
H2: Multiple large shareholder structure asuransi, dan insititusi lainnya akan mendorong
berpengaruh terhadap kinerja peningkatan efektifitas pengawasan kinerja
perusahaan. manajemen, dimana fungsi pengendalian akan
semakin efektif apabila pemegang saham
Pengaruh Kepemilikan Institusional memiliki kemampuan dan pengalaman yang
terhadap Kinerja Perusahaan baik dibidang bisnis dan keuangan, seperti yang
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan dimiliki oleh investor institusi.
bahwa kepemilikan institusional merupakan Masalah keagenan di Indonesia sebagai
salah satu mekanisme corporate governance negara yang sebagian besar perusahaan
yang digunakan untuk mengendalikan agency dimiliki oleh keluarga adalah tergolong
problem. Adanya kepemilikan saham oleh
Jurnal
126 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
126

masalah agensi tipe 2 yaitu masalah keagenan oleh pemegang saham institusi yang tergolong
antara pemegang pengendali dan pemegang pressure resistance seperti perusahaan dana
saham minoritas, bukan masalah keagenan tipe pensiun, ventura kapital, perusahaan investasi,
1, antara manajer dan pemilik. Karena akan menurunkan kemungkinan terjadinya
sebagian besar saham dimiliki keluarga, maka kesulitan keuangan. Namun direksi yang
manajer diangkat oleh keluarga dan banyak dipilih oleh pemegang saham yang tergolong
yang berasal dari anggota keluarga, sehingga pressure sensitive, tidak berhubungan dengan
sering kali manajer bertindak sesuai dengan terjadinya kesulitan keuangan di perusahaan.
kepentingan keluarga sebagai pemegang Penelitian di Bangladesh (Imam dan
saham pengendali. Malik 2007) serta penelitian di Yordania
Chaganti dan Damanpour (1991) (Zeitun dan Tian 2007) menunjukkan hasil
berpendapat bahwa pemilik keluarga yang tidak adanya dampak signifikan dari
tidak duduk di kursi manajemen dapat kepemilikan institusi terhadap kinerja
dipersepsikan sebagai pemilik luar. Pengaruh perusahaan dalam konteks kepemilikan yang
pemilik luar ini bersifat memperbesar terkonsentrasi.Berdasarkan argumen dan hasil
pengaruh dari kepemilikan institusi dengan penelitian sebelumnya yang berbeda hasil,
cara meningkatkan relative power dari pihak maka penelitian ini memprediksi bahwa
luar. Untuk mendapatkan tingkat kepemilikan institusional berpengaruh
pengembalian tertinggi atas investasinya, terhadap kinerja perusahaan.
pemilik keluarga ini berusaha untuk H3: Kepemilikan institusional berpengaruh
mempengaruhi manajemen yang profesional terhadap kinerja perusahaan.
untuk mendapatkan kinerja yang lebih tinggi.
Thomsen dan Pedersen (2000) juga
berpendapat serupa bahwa dalam konteks METODE PENELITIAN
perusahaan dengan pemilik keluarga, makin
besar kepemilikan yang dimiliki oleh investor Sampel dan Data
institusi akan mendorong perusahaan untuk Sampel yang digunakan dalam
mengadopsi strategi yang berdampak pada penelitian ini adalah perusahaan non keuangan
peningkatan nilai pemegang saham. yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia,
Hamdani & Yafeh (2010) meneliti peran sedangkan teknik pengambilan sampel
investor institusi dalam menegakkan tata dilakukan dengan purposive sampling, yaitu
kelola perusahaan pada pasar dimana terdapat sampel yang memiliki kriteria sebagai berikut:
kepemilikan yang terkonsentrasi. Penelitian 1. Perusahaan non keuangan yang telah listing
dilakukan di negara Israel dan hasil penelitian di BEI tahun 2009-2012.
menunjukkan bahwa ketika perusahaan 2. Perusahaan bukan merupakan perusahaan
memiliki pemegang saham pengendali, BUMN. BUMN dikeluarkan dari sampel,
investor institusional sebagai pemegang saham karena penelitian ini menganggap bahwa
minoritas, hanya dapat memainkan peran perusahaan yang dimiliki oleh negara
terbatas dalam tata kelola perusahaan. Terlebih segala kebijakannya ditentukan oleh
lagi jika ada kepemilikan keluarga yang kuat, pemerintah, sehingga jika perusahaan
yang mengendalikan banyak perusahaan BUMN memiliki multiple large
melalui kelompok bisnis, hal ini menciptakan shareholder structure maka peranan dari
sumber konflik baru bagi investor institusi. pemegang saham besar tersebut tidak akan
Manzaneque et al., (2016) meneliti peran mempengaruhi kebijakan pemegang saham
investor institusi terhadap kemungkinan terbesarnya (pemerintah).
terjadinya kesulitan keuangan, pada konteks 3. Perusahaan menerbitkan dan memiliki
perusahaan dengan kepemilikan laporan tahunan (annual report) yang
terkonsentrasi. Sampel penelitian adalah lengkap dan berakhir pada 31 Desember
perusahaan di Spanyol dengan periode selama periode pengamatan 2009-2012.
penelitian dari 2007 – 2012. Hasil penelitian 4. Perusahaan tidak mengalami delisting
menunjukkan bahwa direksi yang ditunjuk selama periode pengamatan 2009-2012.
Jurnal
127 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
127

5. Perusahaan memiliki nilai ekuitas positif �𝑇𝑅�


∑5��=1 𝐶� ��: Variabel Kontrol
selama periode pengamatan 2009-2012. (GROWTH, SIZE, TANG, CAPEX, AGE)
Perusahaan yang memiliki ekuitas negatif 𝜀 : error
dikeluarkan dari sampel penelitian,
dikarenakan perusahaan dengan ekuitas Variabel Penelitian dan Pengukuran
negatif yang umumnya disebabkan oleh Variabel
cumulative loss akan cenderung Dari model regresi yang telah dijelaskan
menggunakan pendanaan utang lebih pada sub bab sebelumnya, maka penjelasan
banyak untuk kegiatan operasional mereka, lebih lanjut mengenai definisi operasional dan
sehingga dikhawatirkan dalam perusahaan pengukuran variabel yang digunakan dalam
tersebut terdapat variabel- variabel lain penelitian ini adalah sebagai berikut:
yang bersifat internal perusahaan yang
mempengaruhi kondisi keuangannya tetapi Variabel Dependen
tidak terdeteksi secara publik dan dapat
mempengaruhi pola hubungan antar Kinerja Perusahaan (Tobin’s q dan ROA)
variabel penelitian. Untuk mengukur kinerja perusahaan
penelitian ini mengikuti penelitian King dan
Model Penelitian Santor (2008) dan penelitian Fosu (2013) yang
Tujuan penelitian ini adalah ingin menggunakan pendekatan berbasis pasar
mengetahui pengaruh struktur modal (market performance) yaitu Tobin’s q dan
(leverage), multiple large shareholder pendekatan berbasis akuntansi (accounting
structure dan kepemilikan institusional performance), yaitu return on asset (ROA).
terhadap kinerja perusahaan. Kinerja Tobin’s q dihitung dengan menggunakan
perusahaan penelitian ini diukur dengan rumus:
menggunakan dua proksi, yaitu Tobin’s q dan
ROA. Untuk membuktikan hipotesis-hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini, maka
model regresi penelitian ini adalah sebagai Penelitian Maury (2005), King dan
berikut: Santor (2008) dan penelitian Attig, et al. (2009)
menggunakan rasio Tobin’s q sebagai proksi
kinerja perusahaan yang berbasis pasar (market
Tobinit = β0 + β1DTEit + β2 DTEQit +
β3OWN21it + β4 INSit + base). Sedangkan ROA yang

digunakan dalam penelitian ini seperti yang



β5∑ 𝟓��=𝟏 𝑪���
𝑹���it + εit (1)
digunakan oleh Fosu (2013) yang diukur

ROAit = β0 + β1DTEit + β2DTEQit +


dengan rumus:
β3OWN21it + β4INSit + β5

∑ 𝟓��=𝟏 𝑪���
𝑹�𝑳 it + εit (2)

dimana: β1,.....,βi : koefisien regresi


Tobin : Kinerja perusahaan (market base)
ROA : Kinerja perusahaan (accounting
base)
DTE : debt to equity ratio
DTEQ : Rasio debt to equity ratio.yang
dikuadratkan
INS : Persentase kepemilikan oleh
investor institusional
OWN21 : Multiple Large Shareholder
Structure
β0 : penduga bagi intersep
Jurnal
128 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
128

Variabel Independen

Struktur Modal
Proksi struktur modal yang digunakan
dalam penelitian adalah debt to equity ratio
seperti yang digunakan dalam penelitian
Mamjudar dan Chibber (1999), Abor dan
Biekpe (2006) dan penelitian Hovey (2007).
Nilai debt dalam penelitian adalah jumlah dari
short term debt dan long term debt, dimana
yang termasuk dalam kategori debt adalah
pinjaman oleh bank (bank loan) dan capitalized
leased obligations.
Jurnal
129 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
129

perusahaan. Investor melihat pertumbuhan


Multiple Large Shareholder Structure penjualan merupakan suatu tanda bahwa
(OWN21) perusahaan memiliki peningkatan keuntungan,
Untuk mengetahui pengaruh multiple hal ini dapat menarik investor untuk
large shareholder structure terhadap kinerja menanamkan modal di perusahaan dan
perusahaan penelitian ini mengikuti penelitian meningkatkan kinerja perusahaan.
Attig, et al. (2009), yaitu dengan menggunakan
rasio dari persentase kepemilikan saham oleh Ukuran Perusahaan (SIZE)
second largest shareholder dibagi dengan Ukuran Perusahaan (SIZE) dalam
persentase kepemilikan saham oleh first penelitian ini mengikuti penelitian King dan
largest shareholder (OWN21). Adapun Santor (2008) dan penelitian Fosu (2013) yang
second largest shareholder adalah pemegang diukur dengan nilai logaritma natural dari total
saham yang memiliki kepemilikan saham aset. Penelitian ini memprediksi, ukuran
terbesar kedua setelah pemegang saham perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap
terbesar dalam struktur kepemilikan kinerja perusahaan. Semakin besar ukuran
perusahaan dengan persentase kepemilikan suatu perusahaan semakin baik tekhnologi dan
lebih besar dari 10%. Sedangkan first largest sistem dalam perusahaan serta adanya
shareholder adalah pemegang saham yang kemudahan bagi manajemen dalam
memiliki kepemilikan saham paling besar atau menggunakan aset perusahaan akan mendorong
terbesar pertama dalam perusahaan. peningkatan kinerja perusahaan.

Kepemilkan Institusional (INS) Struktur Aset (TANG)


Kepemilikan saham institusional dalam Proksi yang digunakan untuk mengukur
penelitian ini adalah kepemilikan saham oleh struktur aset dalam penelitian ini mengikuti
investor institusi keuangan yang mengacu pada penelitian Margaritis dan Psillaki (2010) yang
penelitian Margaritis dan Psillaki (2010). diukur dengan cara membagi total fixed asset
Proksi yang digunakan yaitu jumlah persentase yang dimiliki perusahaan dengan total dari aset
saham yang dimiliki oleh perusahaan institusi perusahaan. Himmelber, et al. (1999)
keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, mengatakan bahwa aset berwujud (tangible)
dana pensiun, reksadana dan investasi. yang dimiliki oleh perusahaan dapat
Semakin efektif pengawasan yang dilakukan mengurangi agency conflict, dikarenakan aset
oleh investor institusional, maka cenderung berwujud dapat dimonitor dengan mudah dan
semakin mendisiplinkan kinerja manajemen dapat dijadikan jaminan dalam pembiayaan
untuk terus berusaha meningkatkan utang. Oleh dikarenakan struktur aset dapat
kesejahteraan pemegang saham dan kinerja mengurangi konflik keagenan, maka penelitian
perusahaan. ini memprediksikan struktur aset berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan.
Variabel Kontrol
Capital Expenditure
Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) Sebagaimana penelitian Attig, et al.
Proksi pertumbuhan perusahaan dalam (2009) penelitian ini menggunakan rasio
penelitian ini mengikuti penelitian Maury capital expenditure terhadap total aset, capital
(2005), King dan Santor (2008) dan penelitian expenditure atau pengeluaran modal
Attig, et al. (2009), yaitu dengan menghitung merupakan dana yang digunakan untuk
selisih total pendapatan penjualan (sales memperoleh aset selain yang berhubungan
revenue) yang dimiliki oleh perusahaan pada dengan proses akuisi, termasuk tetapi tidak
periode sekarang dan periode sebelumnya terbatas pada penambahan tanah,bangunan,
dibagi dengan pendapatan penjualan (sales peralatan dan investasi pada mesin dan
revenue) periode sebelumnya. Penelitian ini equipment. Penelitian Attig, et al., (2009)
memprediksikan bahwa pertumbuhan menemukan hubungan positif rasio
(growth) berpengaruh positif dengan kinerja pengeluaran modal terhadap kinerja
Jurnal
130 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
130

perusahaan. McConnel dan Muscarella (1986), Metode Analisis Data


menyatakan bahwa investasi secara positif Penelitian ini menggunakan data yang
mempengaruhi kinerja perusahaan. Artinya diperoleh dari data stream dan idx website
jika investasi ditingkatkan, maka kinerja yang kemudian diolah dengan menggunakan
perusahaan akan meningkat. Mengingat bahwa program microsoft excel 2007 dan software
pengeluaran biaya untuk keperluan investasi stata 11. data stream adalah sebuah program
adalah bagian dari pengeluaran modal, maka untuk memperoleh data keuangan baik data
berarti rasio pengeluaran modal juga memiliki perusahaan nasional maupuan internasional.
pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Metode pengolahan yang digunakan adalah
Oleh karena itu, penelitian ini memprediksikan data panel berdasarkan karakteristik sampel,
pengaruh positif rasio pengeluaran modal yaitu terdiri dari banyak sampel dan banyak
terhadap kinerja perusahaan. tahun.

Umur Perusahaan (AGE)


Proksi yang digunakan untuk umur HASIL PENELITIAN DAN
perusahaan mengikuti penelitian Cheng, et al. PEMBAHASAN
(2013) yang diukur dengan menghitung
jumlah umur atau tahun perusahaan sejak Hasil Pemilihan Sampel
perusahaan listing di pasar modal hingga Sampel penelitian ini adalah seluruh
periode penelitian. Penelitian ini perusahaan non keuangan yang terdaftar di
memprediksikan pengaruh positif umur Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode
perusahaan (age) terhadap kinerja perusahaan. observasi dari tahun 2009 sampai dengan
Dengan mengetahui umur perusahaan, maka 2012. Data laporan keuangan diperoleh dari
akan diketahui pula sejauh mana perusahaan data stream dan website IDX dengan
tersebut dapat survive dalam dunia bisnis. menggunakan metode purposive sampling,
Semakin lama atau tua umur perusahaan, maka maka proses pemilihan sampel dijabarkan pada
semakin banyak pengalaman bisnis tabel 1.
perusahaan dan semakin perusahaan Penanganan data outlier dalam
mengetahui tantangan dan kondisi dunia bisnis penelitian ini menggunakan pendekatan
yang nyata, sehingga setiap kebijakan yang deteksi skewness (mean +/- 3x standar
dilakukan oleh perusahaan akan menjadi lebih deviasi), yang dilakukan dengan cara
optimal dan dengan sendirinya dapat melakukan treatment observasi yaitu
meningkatkan kinerja atau kinerja perusahaan. membuang data outlier yang memiliki nilai
diatas mean +3x standar deviasi atau di bawah
mean 3x standar deviasi.

TabelSampel
Pemilihan 1
Keterangan Jumlah
Total perusahaan tercatat di BEI tahun 2012 454
Perusahaan Keuangan selama periode 2009-2012 (78)
Perusahaan BUMN selama periode 2009-2012 (10)
Perusahaan yang baru listing selama periode penelitian 2009-2012 (72)
Perusahaan yang mengalami delisting selama periode pengamatan 2009-2012 (16)
Perusahaan yang memiliki ekuitas negatif selama periode 2009-2012 (20)
Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data selama periode 2009-2012 (70)
Perusahaan yang memiliki data outlier selama periode 2009-2012 (31)
Jumlah sampel penelitian per tahun periode penelitian 157
Jumlah observasi (164 x 4 tahun periode penelitian) 628
Jurnal
131 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
131

Statistik Deskriptif
Tabel 2 berikut ini menggambarkan hasil tinggi yaitu 77,02%. Hal ini kemungkinan
statistik deskriptif dari 656 observasi karena pendanaan utang merupakan
perusahaan sampel. Kinerja perusahaan yang pendanaan yang lebih murah dan cepat
diukur dari pasar yaitu dari nilai Tobin’s q dibandingan pendanaan melalui penerbitan
menunjukkan nilai rata-rata 1,3088, yang saham.
artinya nilai pasar aset lebih tinggi 30% dari Selanjutnya dari 628 observasi secara
nilai buku aset. Kinerja perusahaan yang diukur rata-rata rasio perbandingan antara pemegang
dengan menggunakan pengukuran akuntansi saham terbesar kedua dengan pemegang
yaitu ROA, memiliki rata-rata terbesar pertama adalah 31,65%. Saham yang
13.51%, yang artinya laba perusahaan rata-rata dimiliki oleh institusional masih cukup sedikit
13,51% dari total aset. DTE menunjukkan yaitu hanya 5,94%.
bahwa rasio utang terhadap modal cukup

Tabel 2
Statistik Deskriptif
Mean Median Max Min Std. Dev.
TOBIN 1,3088 1,0484 4,2907 0,2048 0,69882
ROA 0,1351 0,1266 0,4254 -0,1267 0,08656
DTE 0,7702 0,5481 6,5996 0,0001 0,84014
DTEQ 1,4750 0,3190 43,5547 0,0000 3,88039
OWN21 0,3165 0,2198 1 0,0000 0,34600
INS 0,0594 0,0000 0,8649 0,0000 0,14256
GROWTH 0,1475 0,1182 1,8817 -0,8405 0,30782
SIZE
5,5900 1,5273 180,3170 0,04090 14,1059
(Rp000,000,000,000)
TANG 0,4064 0,3840 0,9658 0,00520 0,2289
CAPEX 0,0583 0,0384 0,3788 0,00001 0,0593
AGE 14 15 32 1 6,5048
N 628
Tobin’s q: kinerja perusahaan (berbasis pasar); ROA: kinerja perusahaan (berbasis
akuntansi/internal); DTE: debt to equity ratio; DTEQ: debt to equity ratio dikuadratkan;
OWN21: multiple large shareholder structure (%second largest shareholder dibagi %first
largest shareholder); INS: %kepemilikan institusional; GROWTH: pertumbuhan perusahaan;
SIZE: total aset perusahaan; TANG: struktur aktiva (fixed asset/ total asset);
Capex: rasio capital expenditure/total asset; AGE: Umur Perusahaan
Selain itu, secara rata-rata perusahaan perusahaan yang masuk dalam sampel adalah
sampel memiliki pertumbuhan sebesar 14 tahun dengan umur maksimal 32 tahun.
14,76%. Total aset yang dimiliki perusahaan
non keuangan di Indonesia pada periode Pemilihan Metode Analisis
penelitian secara rata-rata sebesar 5,59 Triliun Penelitian ini menggunakan data panel
Rupiah. Perusahaan sampel secara rata-rata yang merupakan gabungan dari data cross
memiliki 40,65% aset tetap dari total seluruh section yang terdiri dari 164 perusahaan non
aset yang dimilikinya. Pengeluaran modal keuangan di Indonesia dari tahun 2009 hingga
sebesar 5,83% dari total aset. Rata-rata umur 2012. Terdapat tiga pilihan metode yang
digunakan dalam meregresi model dalam
Jurnal
132 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
132

penelitian ini, yaitu pooled least square, fixed Dari dua persamaan yang digunakan
effect model, dan random effect model. Untuk dalam penelitian ini, maka hasil dari pengujian
menentukan metode mana yang paling tepat, pemilihan metode dengan menggunakan uji
maka dilakukan uji chow dan uji hausman. chow dan uji hausman terangkum dalam tabel
3 dan 4 berikut ini:

Tabel 3
Hasil Uji Chow
Uji Chow
Keputusan
F Prob.F

Model 1: Tobin 7,52 0,0000 Fixed Effect


Model 2: ROA 5,80 0,0000 Fixed Effect

Tabel 4
Hasil Uji Hausman
Chi square Prob, Chi Square Keputusan
Model 1: Tobin 34,07 0,0001 Fixed Effect
Model 2: ROA 61,77 0,0000 Fixed Effect

Dari hasil uji chow pada tabel 3 baik 4 probabilitas chi square 0,0000 untuk model
model 1 dan model 2 dalam penelitian ini 1 dan 0,0019 untuk model 2, nilai probabilitas
memiliki masing-masing probabilitas cross ini lebih kecil dari 0,05 (p-value < α), maka
section F 0,000 < 0,05 (p-value < α), maka metode akhir yang dipilih kedua model
metode yang dipilih adalah fixed effect. persamaan dalam penelitian ini adalah fixed
Selanjutnya pada hasil uji hausman pada tabel effect model.

Tabel 5
Hasil Pengujian Multikolinieritas
VIF
SIZE 11.31
DTE 5.71
AGE 5.57
TANG 4.77
DTEQ 3.43
CAPEX 2.25
OWN21 1.82
GROWTH 1.28
INS 1.22

Pengujian Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas


Setelah melakukan pengujian untuk Multikolinieritas adalah keterkaitan
menentukan metode model penelitian, maka antara variabel-variabel independen didalam
selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik sebuah model estimasi, Multikolinieritas dapat
untuk melihat permasalahan pada model dan dideteksi dengan menggunakan berbagai
selanjutnya dilakukan treatment apabila macam uji, yaitu dengan dengan menggunakan
ternyata terbukti terdapat permasalahan pada matriks korelasi antar variabel dan
data maupun hasil regresi pada masing-masing menggunakan nilai Variance Inflation Factors
model penelitian. (VIF). Model penelitian dikatakan
Jurnal
133 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
133

mengandung masalah multikolinieritas jika kecuali variabel SIZE memiliki VIF 11,
nilai VIF lebih dari 10. Adapun hasil namun tidak jauh dari batas minimal 10. Hasil
pengujiannya terangkum dalam tabel 5. matriks korelasi dalam penelitian dapat dilihat
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa semua dari tabel 6.
variabel memiliki nilai VIF dibawah 10,

Tabel 6
Matriks Korelasi
Correlation DTE DTEQ OWN21 INS GROWTH SIZE TANG CAPEX AGE
DTE 1,0000
DTEQ 0,9014 1,0000
OWN21 0,0206 0,0468 1,0000
INS -0,0446 -0,0523 0,0167 1,0000
GROWTH -0,0750 -0,0562 0,0074 0,1158 1,0000
SIZE -0,0060 -0,0389 -0,1410 0,1583 0,1509 1,0000
TANG 0,1041 0,0089 -0,0059 0,1415 -0,0068 0,1448 1,0000
CAPEX 0,1511 0,0831 -0,0422 0,0220 0,0856 0,1699 0,2762 1,0000
AGE -0,0581 -0,0572 -0,0108 0,0405 0,0083 0,0535 -0,0272 -0,0413 1,0000
DTE: debt to equity ratio; DTEQ: debt to equity ratio dikuadratkan; OWN21: proksi multiple large shareholder
structure(%second largest shareholder dibagi %first largest shareholder); INS: %kepemilikan institusional; GROWTH:
pertumbuhan perusahaan (salesrevenuei,t-salesrevenuei,t-1/salesrevenuei,t-1); SIZE: (ln)total aktiva; TANG: Struktur
Aktiva (Fixed asset/ total asset); CAPEX: rasio capital expenditure/total asset; AGE: Umur Perusahaan
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa hampir Uji Heteroskedastisitas
semua variabel tersebut tidak memiliki Jika dalam pengujian metode estimasi
korelasi yang kuat karena nilai korelasi tidak terbaik yang terpilih adalah fixed effect atau
lebih besar dari 0,8 atau lebih kecil dari -0,8, random effect, metode yang dapat digunakan
kecuali variabel DTE dengan DTEQ yang untuk pengujian heteroskedastisitas adalah
memiliki korelasi 0,9014. Korelasi kuat antara Wald Test. Jika p-value < 0,05, maka H0 dapat
DTE dan DTEQ, dikarenakan DTEQ ditolak dan terdapat masalah
merupakan nilai kuadrat dari DTE, sehingga heteroskedastisitas. Adapun hasil pengujian
tidak menjadi permasalahan utama dalam heteroskedastisitas dalam penelitian ini
penelitian ini, terangkum dalam tabel 7 berikut ini:

Tabel 7
Uji Heteroskedastisitas
Modified Wald test
Keputusan
Chi2 Prob Chi2

Model 1 1,9E+06 0,0000 Ada heteroskedastisitas


Model 2 4,8E+06 0,0000 Ada heteroskedastisitas
Dari hasil uji heteroskedastisitas tabel 7 sectional dependence atau program xtscc pada
ditunjukkan bahwa model persamaan program stata 11 (Hoechle, 2007).
penelitian ini mengalami masalah
heteroskedastisitas. Oleh karena itu, untuk Uji Autokorelasi
regresi pada metode estimasi fixed effect tidak Untuk menguji apakah error dalam
dapat dilakukan dengan pengujian fixed effect model regresi mempunyai korelasi antar error
biasa, tetapi harus diperbaiki dengan periode satu dengan lainnya, dilakukan uji
menggunakan fixed effect erros with cross- autokorelasi menggunakan wooldridge test.
Jurnal
134 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
134

Jika p-value < 0,05, maka H0 dapat ditolak, autokorelasi dalam model penelitian ini adalah
yang berarti bahwa model terdapat masalah sebagai berikut:
autokorelasi. Adapun hasil pengujian

Tabel 8
Uji Autokorelasi
Wooldridge test
F Prob F Keputusan
Model 1 39,215 0,000 Ada Autokolorelasi
Model 2 0,8325 0,045 Ada Autokolorelasi

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa model autokorelasi pada model persamaan 1 ini,
persamaan 1 dan 2 dalam penelitian ini peneliti menambahkan lag (1) pada model
mengandung autokorelasi karena memliki nilai persamaan regresi program stata 11.
p-value < 0,05. Untuk mengatasi masalah

Tabel 9
Hasil Regresi Model 1 dan 2 (Pengujian Utama)
Model 1 Model 2
Tobin's Q ROA
Dependent
Pred Coef p-value Coef p-value
Variable
C 0,6461 0,0000 0,2109 0,0000
DTE + 0,0575 0,0500** -0,0092 0,5230
DTEQ - -0,0147 0,0000*** 0,0016 0,6070
OWN21 +/- -0,1095 0,2870 -0,0303 0,0000***
INS + 1,7263 0,0000*** 0,0521 0,1760
GROWTH + 0,0754 0,0250** 0,0347 0,0000***
SIZE + -0,0412 0,0000*** -0,0093 0,0060***
TANG + -0,1740 0,3840 -0,0169 0,2800
CAPEX + 0,7672 0,0040*** 0,0440 0,1150
AGE + 0,0459 0,0000*** -0,0035 0,0000***
2
R 0,1290 0,1033
F-Stat 110,27 6,87
Prob(F-Stat) 0,0000 0,0000
Significance level; 1%, 5%, 10%
Tobin’s q: kinerja perusahaan (market base); ROA: kinerja perusahaan (accounting based); DTE: debt to
equity ratio; DTEQ: debt to equity ratio dikuadratkan; OWN21: multiple large shareholder structure
(%second largest shareholder dibagi %first largest shareholder); INS: % kepemilikan institusional;
GROWTH: pertumbuhan perusahaan (sales revenuei,t-sales revenuei,t-1/sales revenuei,t-1); SIZE: (ln)total aset;
TANG: Struktur Aset (Fixed asset/ total asset); CAPEX: rasio capital expenditure/total asset; AGE: Umur
Perusahaan
Analisis dan Interpretasi Hasil dari market base (Tobin’s q), sedangkan untuk
Analisis dan interpretasi hasil regresi model persamaan 2 kinerja perusahaan dilihat
akan dibagi sesuai dengan persamaan model dari accounting base (ROA). Adapun hasil
penelitian, yaitu model persamaan 1 dan 2. regresi penelitian ini terangkum dalam tabel 9.
Pada model 1 kinerja perusahaan yang dilihat
Jurnal
135 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
135

Pengaruh Kuadratik (Concave) Struktur meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi hanya


Modal terhadap Kinerja Perusahaan sampai titik tertentu (titik optimal), setelah
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat untuk mencapai titik optimal tersebut, maka
model persamaan 1 bahwa koefisien regresi peningkatan utang akan menurunkan kinerja
debt to equity ratio (DTE) bertanda positif perusahaan, dikarenakan adanya risiko
0,0575 dan signifikan pada level 5%, kebangkrutan.
sedangkan koefisien regresi debt to equity Untuk mengetahui titik maksimum dan
ratio kuadrat (DTEQ) bertanda negatif - bentuk kurva atas persamaan regresi model
0,0147 dan signifikan pada level 1%. Dengan penelitian, maka penelitian ini menggunakan
demikian, hipotesis 1 yang menyatakan rumus matematika yaitu rumus persamaan
struktur modal berpengaruh secara kuadratik fungsi kuadrat –b/2a. Adapun hasilnya,
(concave) terhadap kinerja perusahaan penelitian ini menemukan bahwa titik
(Tobin’s q) terbukti, sehingga hipotesis 1 maksimum struktur modal (debt to equity ratio)
dalam model persamaan 1 ini diterima. untuk mencapai nilai maksimal dari kinerja
Nilai koefisien DTE positif dan DTEQ perusahaan pada persamaan model 1 ini
negatif ini menggambarkan bahwa hubungan adalah sebesar 1,9558 dengan nilai maksimal
struktur modal (debt to equity ratio) dan kinerja dari kinerja perusahaan (Tobin’s q) yang
perusahaan berbentuk concave (Gambar 1). dicapai sebesar 0,5541. Artinya kinerja optimal
Artinya pada awal penggunaan utang, dicapai ketika rasio debt to equity adalah 1,98,
peningkatan penggunaan utang akan artinya debt sebaiknya maksimal hanya 1,98
meningkatkan nilai perusahaan, tetapi hanya kali dari modal. Untuk memperjelas bentuk
sampai titik optimal tertentu, setelah mencapai
hubungan non-linear atau concave antara
titik tersebut peningkatannya akan
menurunkan kinerja perusahaan (Tobin’s q). struktur modal dan kinerja perusahaan pada
Hasil ini mendukung teori trade off (Myers model persamaan 1 ini dapat dilihat pada
1977) yang menyatakan bahwa utang dapat gambar 1 berikut ini:

Tobin max (0,5541)


DTE max (1,9558)
Tobin (Y)

debt to equity ratio (x)

Gambar 1
Hubungan Struktur Modal (Debt to Equity Ratio) dan Kinerja Perusahaan (Tobin’s q)
Sedangkan untuk model persamaan 2 regresi debt to equity ratio kuadrat (DTEQ)
dimana kinerja perusahaan diproksikan dengan bertanda positif (0,0016) dan tidak signifikan.
ROA ditemukan hasil koefisien regresi debt to Hasil ini menunjukkan bahwa struktur modal
equity ratio (DTE) bertanda negatif (-0,0092) (utang) tidak berpengaruh secara kuadratik
dan tidak signifikan, sedangkan nilai koefisien (concave) terhadap kinerja perusahaan (ROA),
Jurnal
136 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
136

sehingga hipotesis 1 dalam penelitian ini ultimate cash flow (ownership) and voting
ditolak. rights (control). Karena keterbatasan
informasi yang tersedia, penelitian ini tidak
Pengaruh Multiple Large Shareholders meneliti sampai kepada kepemilikan ultimate.
Structure terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil regresi pada tabel 9 menunjukkan Pengaruh Kepemilikan Institusional
bahwa koefisien regresi dari multiple large terhadap Kinerja Perusahaan
shareholder structure (OWN21) pada model 1 Berdasarkan hasil regresi yang
bertanda negatif (-0,1095) dan tidak ditunjukkan pada tabel 9, baik pada model 1
signifikan, multiple large shareholder maupun model 2 koefisien regresi kepemilkan
structure tidak berpengaruh terhadap kinerja institusional (INS) bertanda positif dan
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s signifikan yang berarti bahwa baik pada model
q. Sedangkan pada model 2, koefisien regresi 1 maupun model 2 hipotesis ketiga dalam
multiple large shareholder structure penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini
(OWN21) bertanda negatif (-0,0303) dan mendukung penelitian Herawati (2008) dan
signifikan pada level 1%. Dengan demikian Margaritis dan Psillaki (2010) yang
multiple large shareholder structure menemukan pengaruh positif struktur
berpengaruh signifikan negatif terhadap kepemilikan institusional terhadap kinerja
kinerja perusahaan yang diproksikan dengan perusahaan.
ROA. Hasil ini mendukung hipotesis 2 dan Dalam konteks kepemilikan yang
terkonsentrasi, investor institusi mungkin tidak
entrenchment hypothesis yang menyatakan
memiliki kekuatan (power) untuk dapat
bahwa multiple large shareholder structure mengawasi manajemen yang merupakan
berpengaruh negatif terhadap kinerja representasi dari pemilik karena relatif kecilnya
perusahaan. Dikarenakan struktur kepemilikan proporsi kepemilikan yang dimiliki oleh
di Indonesia yang cenderung terkonsentrasi, investor institusi. Namun demikian
maka multiple large shareholder tidak mampu pemilik keluarga memiliki komitmen yang
menjalankan peranannya dalam melakukan kuat atas kesinambungan jangka panjang
pengawasan terhadap pemegang saham perusahaan. Demikian pula investor institusi
terbesarnya dan cenderung memperburuk yang memiliki preferensi atas nilai pemegang
terjadinya ekspropriasi oleh para pemegang saham akan dengan mudah memindahkan
saham mayoritas, yang mana mereka saling kepemilikan sahamnya ke perusahaan lain jika
bekerja sama dan melakukan kolusi untuk sekiranya manajer atas tekanan pemilik
berbagi keuntungan pribadi, sehingga mengambil keputusan yang berdampak negatif
merugikan pemegang saham minoritas. terhadap kinerja perusahaan.
Hasil ini tidak sesuai dengan hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penelitian Attig, et al., (2009) yang adanya kepemilikan oleh investor institusi
menemukan bahwa multiple large shareholder memberikan dampak positif pada kinerja
structure dapat berperan sebagai corporate perusahaan dalam bentuk mendorong
governance dan berpengaruh positif terhadap manajemen untuk mengadopsi strategi yang
kinerja perusahaan. Hasil yang berbeda dapat bersifat memaksimalkan kesejahteraan
disebabkan karena perbedaan data, penelitian pemegang saham. Kekhawatiran akan
Attiq, et al. (2009) meliputi 9 negara Asia keluarnya investor institusi dari kepemilikan
Timur yaitu Hong Kong, Indonesia, Japan, saham di perusahaan berlaku sebagai
Korea, Malaysia, Philippines, Singapore, pendisiplinan bagi manajemen untuk selalu
Taiwan, and Thailand. Ada negara yang sudah mengoptimalkan kinerja perusahaan.
maju sepeti Hong Kong dan Jepang.
Sedangkan penelitian ini hanya mencakup Pengujian Tambahan
negara Indonesia yang sangat berbeda dengan Pengujian utama mencari titik optimal
Hongkong dan Jepang. Selain itu, Attiq, et al. struktur modal perusahaan dengan
(2009) meneliti sampai kepada ultimate menggunakan rasio total hutang terhadap
controlling shareholders dengan menghitung
Jurnal
137 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
137

modal. Penentuan besarnya hutang jangka dilakukan pengujian tambahan dengan


panjang adalah hal yang sangat penting bagi mengubah variable debt to equity ratio (DTE)
perusahaan karena biaya bunga yang cukup menjadi long term debt to equity ratio (LTDR).
signifikan yang akan mempengaruhi kinerja Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 10 berikut
perusahaan dalam jangka panjang. Untuk itu ini:

Tabel 10
Hasil Regresi Model 1 dan 2 (Uji Tambahan)
Model 1 Model 2
Tobin's q ROA
Dependent
Pred Coef p-value Coef p-value
Variable
C 4,3706 0,0020*** 0,0592 0,7720
LTDR + 0,0856 0,5650 0,0149 0,0290**
LTDRQ - -0,0374 0,4530 -0,0135 0,0000***
OWN21 +/- -0,0060 0,9360 -0,0323 0,0000***
INS + 1,3463 0,0000*** -0,0319 0,2050
GROWTH + 0,1029 0,0170** 0,0486 0,0000***
SIZE + -0,1960 0,0030*** 0.0078 0,4960
TANG + -0,0785 0,6750 -0.0173 0,3990
CAPEX + 0,8871 0,0030*** 0.0416 0,0700*
AGE + 0,0742 0,0000*** -0.0060 0,0120*
2
R 0,1207 0,1684
F-Stat 38,5700 1,81
Prob(F-Stat) 0,0000 0,0732
Significance level; 1%, 5%, 10%
Tobin’s q: kinerja perusahaan (market base); ROA: kinerja perusahaan (return on asset); LTDR: longterm
debt to equity ratio; LTDRQ: longterm debt to equity ratio dikuadratkan; OWN21: multiple large
shareholder structure (%second largest shareholder dibagi %first largest shareholder); INS: %
kepemilikan institusional; GROWTH: pertumbuhan perusahaan (sales revenuei,t-sales revenuei,t-1/sales
revenuei,t-1); SIZE: (ln)total aset; TANG: Struktur Aset (Fixed asset/ total asset); CAPEX: rasio capital
expenditure/total asset; AGE: Umur Perusahaan
Untuk hipotesis pertama, pada pengujian b/2a dari hasil persamaan regresi penelitian ini
tambahan ditemukan hasil yang berbeda pada menemukan bahwa titik maksimum struktur
pengujian utama. Pada pengujian tambahan ini utang (long term debt to equity) untuk
ditemukan bahwa struktur modal berpengaruh mencapai nilai maksimal dari kinerja
secara kuadratik (concave) terhadap kinerja perusahaan adalah sebesar 0,5503 dengan nilai
perusahaan yang diproksikan dengan ROA dan maksimal dari kinerja perusahaan (ROA) yang
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dicapai sebesar 0,1435. Artinya kinerja
yang diproksikan dengan Tobin’s q. Jika optimal dicapai ketika rasio long term debt to
dependen variabel ROA, Nilai koefisien equity adalah 0.5503, artinya hutang jangka
LDTR positif (0,0149) dan LTDRQ negatif (- panjang sebaiknya maksimal hanya 0.55 kali
0,0135) dan masing-masing signifikan pada dari modal. Hasil yang berbeda dari pengujian
level 5% dan 1%, yang berarti bahwa struktur utama yang mana rasio LTDR lebih
modal (long term debt to equity ratio) berpengaruh secara kuadratik dan signifikan
berpengaruh secara kuadratik (concave) terhadap ROA dibandingkan terhadap Tobin’s
terhadap kinerja perusahaan yang diukur q dikarenakan adanya penggunaan hutang
dengan ROA. Dengan menggunakan rumus - dalam jangka panjang menimbulkan beban
Jurnal
138 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
138

bunga yang tinggi sehingga menurunkan atau concave antara struktur modal dan kinerja
pendapatan perusahaan yang berakibat pada perusahaan dengan dependen variabel ROA
menurunnya kinerja perusahaan yang diukur dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
dengan ROA. Bentuk hubungan non-linear

ROA max (0,1435)


LTDR max (0,5503)
ROA (Y)

Longterm debt to equity ratio (x)

Gambar 2
Hubungan Struktur Modal (Longterm Debt to Equity Ratio) dan Kinerja Perusahaan (ROA)
Untuk hipotesis kedua, pada pengujian besar untuk mengoptimalkan kinerja
tambahan ini ditemukan hasil yang sama perusahaan.
dengan pengujian utama, yaitu multiple large
shareholder structure berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROA), SIMPULAN
tetapi tidak berpengaruh terhadap Tobin’q.
Selanjutnya untuk hipotesis ketiga, uji Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
tambahan menemukan hasils yang juga sama pengaruh non-linear (kuadratik) struktur
dengan pengujian utama, yaitu kepemilikan modal terhadap kinerja perusahaan dan
institusional ditemukan berpengaruh positif pengaruh struktur kepemilikan (multiple large
terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan shareholder dan kepemilikan institusional)
dengan Tobin’s q. Kepemilikan saham oleh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini
investor institusional seperti bank, asuransi, berhasil menemukan pengaruh non-linear
dan insititusi lainnya memiliki kemampuan struktur modal yang diproksikan dengan debt
dan pengalaman yang baik di bidang bisnis dan to equity ratio terhadap kinerja perusahaan
keuangan, sehingga akan mendorong yang diproksikan dengan Tobin’s q, artinya
peningkatan efektifitas pengawasan kinerja struktur modal dapat berpengaruh positif
manajemen, dimana fungsi pengendalian akan terhadap kinerja perusahaan dikarenakan
semakin efektif. Semakin besar kepemilikan adanya manfaat pajak, tetapi setelah mencapai
saham oleh investor institusional, maka titik optimal tertentu dapat berpengaruh negatif
semakin besar kekuatan suara dan dorongan yang dikarenakan peningkatan penggunaan
institusi keuangan untuk mengawasi utang dapat menimbulkan risiko
manajemen, sehingga dapat mendisiplinkan kebangkrutan. Hasil ini mendukung teori trade
kinerja manajer untuk bertindak off dan penelitian Margaritis dan Psillaki
memaksimalkan kesejahteraan pemegang (2010) dan penelitian Fosu (2013).
saham dan memberikan dorongan yang lebih Keberadaan multiple large shareholder
structure dalam penelitian ini ditemukan
Jurnal
139 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
139

berpengaruh negatif terhadap kinerja memperkuat hasil hubungan non-linier


perusahaan yang diproksikan dengan ROA. struktur modal dan kinerja perusahaan;
Hasil ini mendukung entrenchment hypothesis 2. Mekanisme corporate governace sebagai
yang berarti bahwa keberadaan multiple large mekanisme pengendalian hanya terbatas
shareholder di Indonesia cenderung untuk dari peranan multiple large shareholder dan
saling berkoalisi dan bekerja sama untuk kepemilikan institusional, penelitian
melakukan ekspropriasi yang merugikan selanjutnya dapat menggunakan proksi lain
pemegang saham minoritas. Hal ini diduga untuk mengukur peranan multiple large
karena secara umum perusahaan di Indonesia shareholder sebagai corporate governance;
mayoritas dimiliki oleh keluarga. 3. Dalam mengukur multiple large
Kepemilikan saham oleh investor shareholder structure hanya berdasarkan
institusional juga dianggap mampu memonitor kepemilikan saham yang tercantum dalam
kinerja manajer dalam memaksimalkan laporan keuangan. Penelitian ini tidak
kesejahteraan pemegang saham, sehingga menelusuri sampai dengan pemegang
konflik di antara pemegang saham saham dan saham ultimate. Cukup banyak perusahaan
manajer dapat diminimalisasi dan di Indonesia yang terlihat memiliki
meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam beberapa pemegang saham besar tetapi
penelitian ini, ditemukan pengaruh positif dan sebenarnya ultimate-nya hanya dimiliki
signifikan kepemilikan institusional terhadap oleh satu pemegang saham . Penelitian
kinerja perusahaan. selanjutnya sebaiknya melakukan
Implikasi dari penelitian ini adalah penelusuran kepemilikan saham hingga
penggunaan hutang dalam struktur modal pemegang saham ultimate;
perusahaan dapat memaksimalkan kinerja 4. Penelitian ini belum mengidentifikasi jenis
perusahaan hanya sampai pada titik optimal multiple large shareholder structure,
tertentu, total hutang sebaiknya maksimal seperti keluarga, kepemilikan investor
hanya 1.95 kali dari modal dan hutang jangka institusional, pemerintah dan asing, Proses
panjang sebaiknya maksimal hanya 0.55 kali pengidentifkasian jenis multiple large
dari modal. Penggunaan struktur hutang shareholder structure mungkin dapat lebih
dibawah titik tersebut belum memaksimalkan menjelaskan peranan corporate governance
nilai perusahaan sedangkan struktur hutang dari multiple large shareholder structure,
diatas titik tersebut dapat menurunkan kinerja Penelitian selanjutnya dapat melakukan
perusahaan karena beban pokok pinjaman dan identifikasi jenis multiple large shareholder
bunga pinjaman yang semakin besar dapat structure, seperti kepemilikan oleh
memicu risiko kebangkrutan perusahaan. Hal keluarga, investor institusional, pemerintah
ini bisa menjadi pertimbangan bagi dan asing.
manajemen perusahaan dalam menentukan
struktur permodalan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan tidak terlepas DAFTAR PUSTAKA
dari adanya beberapa keterbatasan. Oleh
karena itu, diharapkan penelitian-penelitian Abor, J. and N. Biekpe. 2006. An Empirical
yang sejenis berikutnya dapat meminimalisasi Test Of Agency Problem And Capital
dan memperbaiki keterbatasan-keterbatasan Structure Of South African Quoted Smes.
penelitian ini. Berikut beberapa keterbatasan SAJAR, 20, 51-65.
penelitian dan saran untuk penelitian Attig, N. et al. 2009. Do Multiple Large
selanjutnya, yaitu: Shareholders Play A Corporate
1. Penelitian ini hanya menggunakan dua Governance Role? Evidence From East
proksi untuk mengukur kinerja perusahaan, ASIA. The Journal Of Financial
yaitu Tobin’s q dan ROA. Penelitian Research, 32, 395-422.
selanjutnya diharapkan dapat menggunakan Bathala, C.T., K.P. Moon and R. Rao. 1994.
proksi kinerja perusahaan lain yang dapat Manajerial Ownership, Debt Policy, And
The Impact Of Institutional Holdings:
Jurnal
140 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
140

An Agency Perspective. Financial Performance. Journal Of Financial


Management, 23 (3), 38-50. Economics, 53, 353-384.
Bennedsen, M. and D.Wolfenzon. 2000. The Hovey, Martin. 2007. Leverage, Profitability,
Balance Of Power In Closely Held And Ownership Structures Of Listed
Corporation. Journal Of Financial Firms In China. JEL Classification: P31,
Economics, 58, 113-139. L33, G32, G38, 053, 24-25. University
Chaganti, R. and F. Damanpour. 1991. Of Queensland.
Institutional Ownership, Capital Imam, M.O. and M. Mahfuja. 2007. Firm
Structure, And Firm Performance. Performance And Corporate Governance
Strategic Management Journal, 12 Through Ownership Structure: Evidence
(7), 479-491. From Bangladesh Stock Market.
Cheng, M., L. Bingxuan. and W. Minghai. International Review Of Business
2013. How Does The Relationship Research Papers. 3 (4), 88-110.
Between Multiple Large Shareholder Jensen, Michael C. and W.H. Meckling. 1976.
Affect Corporate Valuation? Evidence Theory Of The Firm: Manajerial
From China. Journal Of Economics And Behavior, Agency Cost And Ownership
Business, 70, 43-70. Structure. Journal Of Financial
Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. Agency Economics, 3, 305-360.
Theory: An Assesment And Review. Jensen, M.C. 1986. Agency Costs of Free Cash
Academy Of Management Review, 14, Flow, Corporate Finance, And
57-74. Takeovers. The American Economic
Fosu. 2013. Capital Structure, Product Market Review, 76, 323-329.
Competition And Firm Performance: Kennelly, James J. 2000. Institutional
Evidance From South Africa. The Ownership And Multinational Firms.
Quaterly Review Of Economics And New York: Garland Publishing Inc.
Finance, 53, 140-151. King, M.R. and E. Santor. 2008. Family
Gedajlovic, E. and D.M. Shapiro. 2002. Values: Ownership Structure,
Ownership Structure And Firm Performance And Capital Structure Of
Profitability In Japan. The Academy Of Canadian Firms. Journal Of Banking Dan
Management Journal, 3, 565-575. Finance, 32, 2423 – 2432.
Gitman, Lawrence. 2009. Principles Of Lee, Sanghoon. 2008. Ownership Structure
Manajerial Finance 12th Edition. New And Firm Performancce: Evidence From
York: Pearson Prentice Hall. Panel Data Of South Korea. Working
Hamdani, A. and Y. Yafeh. 2010. Institutional Paper No.17. University Of Utah.
Investors As Minority Shareholders: Do Lin, Y.R. and X.M. Fu. 2017. Does
They Matter When Ownership Is Institutional Ownership Influenze Firm
Concentrated? Retrieved From: Performance? Evidance from China.
http://Ssrn.Com/Abstract¼1641138 or International Review of Economics and
http://Dx.Doi.Org/10.2139/Ssrn.164113 Finance, 49, 17-57.
8 Accessed 10.10.11. Manzaneque, M., E. Merino and A.M Priego.
Herawati, Vinola. 2008. Peran Praktek 2016. The Role Of Institutional
Corporate Governance Sebagai Shareholders As Owners And Directors
Moderating Variable Dari Pengaruh And The Financial Distress Likelihood.
Earnings Management Terhadap Nilai Evidence From A Concentrated
Perusahaan. Simposium Nasional Ownership Context. European
Akuntansi X1. Management Journal, 34 (4), 439-451.
Himmelberg, C.P., R.G. Hubbard, and D. Margaritis, D. and M. Psillaki. 2010. Capital
Palia. 1999. Understanding The Structure, Equity Ownership And Firm
Determinants Of Manajerial Ownership Performance. Journal of Banking Dan
And The Link Between Ownership And Finance, 34, 621-632.
Jurnal
141 Akuntansi dan Keuangan
JurnalIndonesia,
AkuntansiDesember
dan Keuangan
2017,Indonesia,
Vol. 14, No.
Desember
2, hal 119
2017,
- 141
Vol. 14, No. 2, hal 119 - 141
141

Maury, B. and A. Pajuste. 2005. Multiple Large Myers, S. C. 1977. The Determinants Of
Shareholders And Firm Value. Journal Corporate Borrowing. Journal Of
Of Banking Dan Finance, 29, Financial Economics, 5, 147–175.
1813-1834. Thomsen, S. and T. Pedersen. 2000.
Megginson, William L. 1997. Corporate Ownership Structure And Economic
Finance Theory. University Of Georgia: Performance In The Largest European
Addison Wesley. Companies. Strategic Management
Modigliani, F. And M. Miller. 1958. The Cost Journal, 21 (6), 689-705.
Of Capital, Corporation Finance And Zeitun, R. and G.G. Tian. 2007. Does
Theory Of Investment. American Ownership Affect A Firm's Performance
Economic Review, 48, 261-297. And Default Risk In Jordan?. Corporate
Modigliani, F. and M. Miller. 1963. Corporate Governance: The International Journal
Income Taxes And The Cost Of Capital: Of Business In Society, 7 (1), 66-82.
A Correction. American Economic Zwiebel, J. 1995. Block Investment And
Review, 53, 433–443. Partial Benefits Of Corporate Control.
Review Of Economic Studies, 62, 161-
185.

Anda mungkin juga menyukai