Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PETERNAKAN

OLEH:

1.IMELDA EKARINI WADUNAY (1610030237)


2.INDRIANI COURSIN DORMAN THOE (1810030060)
3.BETSYEBA ARIYANI HAWU HABA (1810030239)
4.NUR IHSAN ARIF SUDRAJAT (1710030070)
5.GIOVANI RIVAL KLAU (1810030195)

JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya,Kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah lahan kering yang berjudul “ Sejarah Peternakan”.Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan agar dapat menyempurnakan kembali dimasa yang akan datang.Oleh karena
itu, pada kesempatan ini Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.

Kupang, September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ……………………………………………………………………………………1


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………….4
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………….5
2.1 Domestikasi Ternak ……………………………………………………………………………………5
2.2 Sejarah Perkembangan Peternakan Zaman Kerajaan Tua ……………………………………………..8
2.3 Sejarah Perkembangan Ternak ………………………………………………………………………...10
2.4 Sejarah Perkembangan Ternak Zaman Kemerdekaan ………………………………………………….15
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………………….17
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………….18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga
mempunyai potensi yang sangat besar dalam bidang pertanian dan peternakan.Pada umumnya sebagian
besar penduduk Indonesia memanfaatkan kesuburan tanah yang mereka miliki untuk bercocok tanam dan
sebagian lagi memanfaatkannya untuk beternak dikarenakan pakan yang tersedia cukup melimpah salah
satunya dedaunan yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Sebagian besar penduduk di
Indonesia khususnya di daerah pedesaan menginvestasikan sebagian hartanya untuk beternak sapi, hal ini
dikarenakan nilai jual sapi yang cukup tinggi.Selain karena faktor pendidikan, beternak sapi merupakan
pekerjaan turun temurun dan dirasa dapat dijadikan suatu pekerjaan yang menghasilkan pemasukan yang
cukup.Macam-macam jenis pemeliharaan sapi yang mereka lakukan yaitu baik secara individu atau
pemeliharaan sapi di rumah maupun secara bersama-sama yaitu dengan penempatan sapi atas beberapa
pemilik dalam sebuah kandang bersama dan dikelola secara bersama-sama.Hal ini digunakan baik untuk
sapi potong maupun sapi perah. Pada dasarnya beternak sapi harus memperhatikan beberapa aspek, apabila
aspek-aspek tersebut dapat terpenuhi, maka para peternak sapi tersebut akan mampu berkembang.Menurut
Prihandini (2005) bahwa aspek-aspek yang harus terpenuhi untuk meningkatkan produktivitas diantaranya aspek
bibit,aspek pakan,aspek reproduksi,aspek perkandangan dan aspek pemasaran.

1.2 Rumusan Masalah


1) Jelaskan mengenai domestikasi ternak!
2) Apa saja landasan dalam memahami domestikasi?
3) Bagaimana cara serta tahapan domestikasi?
4) Jelaskan sejarah perkembangan peternakan zaman kerajaan tua!
5) Bagaimana sejarah perkembangan peternakan?
6) Bagaiman penyebaran ternak?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui tentang domestikasi ternak
2) Untuk mengetahui perkembangan peternakan zaman kerajaan tua
3) Untuk mengetahui sejarah perkembangan peternakan
4) Untuk mengetahui mengenai penyebaran peternakan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DOMESTIKASI TERNAK


Domestikasi atau penjinakan tumbuhan dan hewan merupakan markah awal perkembangan pertanian secara luas dan
prosen belajar menanam dan beternak berawal dari domestikasi aneka banyak tumbuhan dan hewan dari kehidupan
yang liar hakikatnya dimulai pada masa neolitik sebagaiamana di tandai oleh situasi pertanian, diantaranya di asia
barat daya dan di asia tenggara.Usaha peternakan di indonesia telah dikenal sejak dahulu kala adanya bangsa ternak
asli di seluruh indonesia seperti ternak sapi, kerbau kabing, domba, babi, ayam dan itik, enunjukan bahwa penduduk
pertama di indonesi telah mengenal ternak sekurang-kurangnya melalui pemanfaatannya sebagai hasil perburuan
pentahapan sejarah usaha tertnak di indonesia, disesuaikan dengan perkembangan sejarah kedatangan bangsa-bangsa
china, india, arab, eropa dan lain-lain, maka ternak kuda dan sapi yang dibawah bercampur darah dengan ternak asli
dan terjadilah kawin silang yang menghasilkan ternak keturunan atau peranakan depelbagai daerah indonesia.Dan
demikian terjadilah tiga kelompok ternak di indonesia yaitu yang pertama adalah bansa ternak yang masih tergolong
asli, kedua kelompok ternak yang telah bercampur darah dengan bangsa ternak luar, ketua kelompok ternak yang
dikembangbiakan di indonesia baik murni atau demikian dikenal dalam dunia peternakan sebagai ternak ras atau
ternak negeri.
1. Pengertian domestikasi
Domestikasi secara estimologis,berasal dari bahasa latin domous atau rumah tangga penjinakan hewan liar atau
hewan buas; binatang liar yang baru ditangkap dihutan agar dapat dimanfaatkan kegunaannya oleh manusia atau
transformasi dari kehidupan liar menuju yang berbudaya yang terjadi ketika manusian mulai berdomisili tetap,
mulai terbatasi horison-horisonnya.Sehingga dalam kaitan dengan ternak maka domestikasi berarti proses
penjinakan hewan-hewan piaraan kegiatan atau proses domestikasi belum berakhir karna manusia juga masih
menambah jenis-jenis hewan piaraan yang baru, misalnya ruba untuk diambul bulunya.
2. Landasan Dalam Memahami Domestikasi

Diperhadapkan pada upaya pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan hidup menginformasi


sumber hayati tersebut nampak perlu secara bijaksana dengan berbagai kegiatan dalam payung
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Dampak apa pun yang mungkin dapat di timbulkan oleh
suatu kegiatan, seyogyanya 4 periatingkan secara jelas semenjak tahap perencanaan kegiatan, sehingga
langkah pengendaliannya dapat diantisipasi secara dini.
3. Landasan Ontologis
Istilah ontologis berasal dari bahasa yunani yakni ta onta dan logi ta onta berarti berada dan logi berarti
ilmu pengetahuan atau pelajaran sehinggga ontologi dapat diartikan sebagai ili yang mengkaji tentang
suatu ojek.Dalam lingkup pengalaman manusia, tumbuhan dan hewan termasuk jasad renik dan telah
dan sementara menjadi objrk tranformasi dan kehidupan yang liar menjadi jinak transformasi yang yang
dikenal sebagai domestik ini menutut Wallack(2001), telah berlangsung 10.000 tahun terakhir , bagi
ratusan jenis tumbuhan dan hewan yang kini menjadikannya andalan dalam memenuhi kebutuhan
manusia.Domestikasi sebagai proses perkebangan organisme yang dikontrol manusia , oleh evanst
(1996) dinyatakan mencakup perubahan genetik (tumbuhan) yang berlangsung sinambung semnjak
dibudidayakan. Dengan demikian domestikasi berkaitan dengan seleksi dan manajemen oleh manusia,
dan tidak hanya sekedar pemeliharaan spesies digamisme eksotik yang di pindahkan darihabitat aslinya
ke wabah budidaya, karakteristik genetiknya terubah dengan maksud tertentu atau sebaliknya. Melalui
sembarang cara manajemen pemeliharaan , seleksi dan manajemen genetik (Pullun,1994) dalam hal ini .
domestikasi adalah menaturalisasikan biota manisia dengan segalah kebutuhan dan kepastiannya.Dalam
demestikasi tanaman, evans (1996) mengungkapkan secara luas berbagai perubahan yang terjadi pada
tumbuhan yang di teliti, mulai dari yang menyangkut retensi benih sampai ke isi DNA.Seperti halnya
hewan, perpindahan lokasi tumbuhan yang didomestikasi berlangsung secara luar biasa menyebar luas
5
dan jauh dari asalnya, bahkan terkadang melimpah pada kawasan yang di datanginya. Subjek
domestikasi seperti menurut evans (1996) terhadap tumbuhan, menarik minat sejumblah disiplin ilmu,
antaranya antropologi, arkeologi, biokimia, genetik, geografis,lingustik, biologi melokuler, fisiologi dan
sosialogi. Uraian terdahulu mengungkapkan bahwa ternyata wujud hakiki dari apa yang di sebut
domestikasi tumbuhan dan hewan sebagai masukan/input, proses dan hasinya output mengandung
banyak aspek dan bermakna luas.
4. Cara-cara dan Tahapan Domestikasi.
Semua hewan ternak yang dibudidaya manusia sekarang ini mengalami domestikasi beribu tahun yang
lalu. Mengenal "approxmare dates" dan lokasi-lokasi dari "orgmul domesrcaton", dapat diketahui dari
pelajaran sejarah domestikasi.Berdasarkan hasil penalaran manusia selama ini, tumbuhan dan hewan
didomestkasi, dengan beragam cara, ada yang sederhana hingga ke cara yang sangat maju ditopang
dengan perkembangan bioteknologi.Sederhananya,seperti untuk tanaman buah-buahan menurut Demchik
dan Streed (2002) dengan cara bertahap yakni
a. Bilderafting : adalah praktek panen tanaman dari alarn atau habitat "liar",untuk makanan atau obat.
tujuan Ini berlaku untuk tanaman hidup dimanapun mereka dapat ditemukan, dan tidak terbatas pada
suatu daerah .Pertimbangan etis sering terlibat, seperti melindungi spesies yang terancarn punah.
b. Stand Improvement: Secara sederhana, perbaikan keberadaan adalah pengobatan, atau tindakan, yang
meningkatkan pertumbuhan pohon yang terbaik dengan menghapus semua pohon yang ada di
disekitarnya.
c. Penanaman /Pemeliharaan.
d. Seleksi, Pemuliaan, dan Penggunaan Stok Andal dalam Proses Budidaya
e. Bioteknologi sebagai penerapan biologi molekuler , genetika molekuler dan rekayasa genetika,
ransfornasi gen merubah organisme eksouik menjadi (Genetically Modified Organism (GMO) dan
Transgenic Organism (TO).
Metode dan'atau teknik domestikasi tumbuhan dan hewan dengan pendekatan bioteknologi dideskripsikan
secara luas dan lengkap dalam sejumlah sumber informasi. Mengacu pada Winter et al (1998) dan
Madigan ct al (2000), rekayasa sebagai upaya teknik memodifikasi penampilan genetika sel dan
organisme melalui manipulasi suatu gen dengan menggunakan teknik laboratorium. Ini merupakan
sintesis dari genetika rnolekuler, biokimia dan mikrobiologi, terutama dalam aspek yang mencakup
isolasi, manipulasi, dan ekspresi materi genetik. Selain itu, rekayasa genetika mempunyai aplikasi luas
tidak hanya pada penelitian dasar tetapi juga pada penelitian aplikatif antara lain untuk menghasilkan
saatu protein dalam jumlah besar dan mentransfer suatu material genetik untuk "menciptakan" organis:ne-
organisme(tanaman, hewan, dan mikrorganisme) dengan ciri-cin "yang diinginkan".Lebih jauh terungkap
bahwa dalam rekayasa genetika, urutan DNA tertentu dari organisme yang berbeda bahkan dari spesies
yang berbeda dapat berintegrasi menjadi suatu DNA hibrida (rekombinasi DNA) Berkaian dengan im,
klonng molekuler dimungkinkan melalu serangkaian proses isolasi, pemurnian, dan pereplikasian fragmen
DNA khusus Selain itu, pertukaran material senetik di antara spesies yang secara alamiah tidak terjadi,
membuka peluarg perubahan/ncke up genetik suatu organisme. Dalam kultur jaringan, rehayasa genetika
menawarkan suatu metode langsung untuk mengintrodiksi suatu sifat tertentu melalui baik elekroforas
maupun penembakan molekul DNA atau melalui Agrobacterium tumefacens. Dalam pemuliaan hewan
dimungkinkan untuk mentransfer gen yang membawa sitat secara langsung ke dalam hewan. Gen dapat
diintroduksi ke dalam hewan melalui vektor retrovirus, mikro-injeksit,dan embryonic-stem cells. dimana
melibatkan transfer gen ke dalam sel telur yang terfertilisasi atau ke dalam sel dari embrio tingkat awal.
Demikianlah untuk tumbuhan dan hewan termasuk jazad renik, rekayasa genetika adalah suatu cara
domestikasi dalam manajemen genetik yang dapat saja mengundang masalah seperti dalam hal
ketidakstabilan vektor yang digunakan, ekspresi gen yang tidak sepenuhnya, dan gangguan regulasi gen.
6
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, wujud dari domestikasi tumbuhan dan hewan bermatra luas. Selain
cara dan/atau metode yang mengantar pada penemuan organisme domestik (GMO dan TO), tahapan
aktivitas domestikasi menurut Simon (1996) akan sangat ditentukan oleh faktor-faktor biologi, kebijakan,
pasar, dan sosial.Pemanfaatan selanjutnya me!alui budidaya dan bahan pangan yang dihasilkan,
membutuhkan metode aplikasi yang berjangkauan komprehensif dan berlandasan aksiologis memadai.
Dalam bidang akuakuitur, Pullir (1994) menyatakan bahwa permasalahan utama yang dihadapi ilmuwan
dan pengambil keputusan adalah efek jangka panjang pada keragaman hayati akuatik yang tidak dapat
diprediksi secara tepat berkenaan dengan kemungkinan lolcsnya GMO dari wadah budidaya. Hal yang
sama dengan intensitas beragam dapat saja berlaku dalam kegiatar budidaya pertanian lainnya. Untuk itu,
Peraturan Pemerintah RI No.27 Tabun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
menyatakan usaha dan/atau kegiatan berdampak besar dan penting terhadap linghungan hidup, antara
lain : (I) introduksi suatu jenis tumbuhan baru atau jazad rerik yang dapat menimbulkan penyakit baru
terbadap tanarman, (2) introduksi suatu jenis hewan baru yang dapat mempengaruhi kehidupan hewan
yang telah ada, (3) penggunaan bahan hayati dan nir-hayati mencakup pengertian perubahan.Uraian
tersebut di atas membawa kepemikiran bahwa aktivitas domestikasi suatu organisme adalah suatu
kesatuan sistem yang tersusun oleh sejumlah elemen. Sesuai pendekatan multi-disipliner yang diajukan
sebagai pilihan dalam menjelajahinya, maka penerapan pengeunbangan aktivitas tersebut layaknya
dilakukan dengan metodologi sistem.Sehubungan dengan hal ini, suatu bentuk skemna pengambilan
keputusan untuk mengembangkan budidaya yang menggunakan organisme domestic disajikan skema
dimodifikasi dari Pullin (1994) Skema ini menunjukkan pengambilan keputusan dapat didasarkan atas
hasil dari evaluasi yang Prosesnya akurat, meliputi efek sosial, efek lingkungan, dan kelayakan aspek
teknis budidaya.
Menurut Zairin (2003), ada beberapa tingkatan yang dapat dicapai manusia dalam upaya penjinakan
hewan ke dalam suatu sistem budidaya. Tingkatan dimaksud, sebagaimana berlangsung pada ikan, adalah
sebagai berkut:
a. Domestikasi sempurna, yaitu apabila seluruh daur hidup sudah dapat berlangsung dalam sistem
budidaya. Contoh Ikan asli Indonesia gurami (Osphroneusgouramy), tawes , kerapu, bandeng, dan
kakap putih.
b. Domestikasi hampir sempurna, yaitu apabila seluruh daur hidupnya dapat berlangsung dalam sistem
budidaya tetapi keberhasilannya masih rendah. Contoh ; [ikan asli Indonesia adalah : betutu,
balashark, dan arowana,
c. Domestikasi belum sempurna, yatu apabila baru sebagian daur. hidupnya dapat berlangsung dalam
sistem budidaya Contohnya antara lain ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) dan tuna
Tingkatan kesempurnaan domestikasi hewan umumnnya, sangat ditentukan oleh pengetahuan tentang
keseluruhan aspek biologi dan ekologi hewan tersebut. Perilaku satwa liar di habitat alaminya, daur hidup
dan dinamika pertunbuhannya merupakan aspek biologi yang antara lain menunjang keberhasilan
domestikasi.
5. Peranan Domestikasi bagi Manusia
Domestikasi sebagai proses perkembangan organisme yang dkontrol manusia, oleh Evans (1996)
dinyatakan mencakup perubahan genetik (tumbuhan hewan) yang berlangsung kontinyu sejak
dibudidayakan. Dengan demikian, domestikasi berkaitan dengan seleksi dan manajemen oleh manusia,
dan tidak hanya sekedar pemeltharan saja . Spesies eksotik - organisme yang dipindahkan dari habitat
aslinya ke wadah budidaya, karakteristik genetiknya terubah dengan maksud tertentu, atau sebaliknya.
Melalui sembarang cara pemeliharaan, seleksi dan manajemen genetk (Pulln, 1994) Dalam hal
mendomestikasi adalah menaturalisasikan biota ke kondisi manusia dengan kebutuhan dan kapasitasnya.

7
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam perzanian biasa difahami orang sebagai
budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris crop cullivorion) serta pembesaran hewan terak
(raisimg), meskipun cakupannya depat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzm dalan
pengolahan pro luk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti
penangkapan ckspioitasi hutan Sumbangan domestikasi bagi kehidupan manusia berupa pangan, dan
papan, misalnya dari aspek petemakan sumbangan domestikasi adalah sebagai berikut :
 Ayam menyediakan dua keperluan pokok diet manusia sebagai sumber protein daging ayam dan
telur
 Domestkasi sapi dan kambing dan penggunaan susunya untuk konsumsi manusia di Asia dan
Afrika Timur Laut sudah dimulai sejak 8000 - 6.000 SM
 Kuda sebagai alat transportasi
 Domba sebagai penghasil wool untuk pakaian
2.2 Sejarah Perkembangan Peternakan Zaman Kerajaan Tua
Usaha peternakan di Indonesia telah dikenal sejak dahulu kala.Namun pengetahuan tentang kapan
dimulainya proses domestikasi dan pembudidayaan ternak dari hewan liar,masih langka.Adanya bangsa
ternak asli di seluruh Indonesia seperti sapi,kambing,domba,babi,ayam dan itik memberikan petunjuk
bahwa penduduk pertama Indonesia telah mengenal ternak sekurang-kurangnya melalui pemanfaatannya
sebagai hasil perburuan.Dengan kedatangan bangsa-bangsa Cina,India,Arab,Eropa dan lain-lain,maka
ternak kuda dan sapi yang dibawa serta bercarpur darah dengan ternak asli. Terjadilah Kawin silang yang
menghasilkan ternak keturunan atau peranakan diberbagai daerah di Indonesia.Disamping itu, dalam
jumlah yang banyak masih terdapat ternak asli. Dengan demikian terjadilah tiga kelompok besar bangsa
ternak yaitu kelompok pertama asalah bangsa ternak yang masih tergolong asli ialah ternak yang berdarah
murni dan belum bercampur darah dengan bangsa ternak luar.Kelompok kedua adalah keiompok
"peranakan", yaitu bangsa ternak yang telah bercampur darah dengan bangsa ternak luar. Kelompok
ketiga adalah bangsa ternak Iuar yang masih diperkembang-biakan di Indonesia, baik murni dari satu
bangsa atau yang sudah bercampur darah antara sesama bangsa ternak Iuar tersebut.Bangsa ternak
demikian dikenal dalam dunia peternakan sebagai ternak ras dalam kurun waktu suatu tahap sejarah.
Didalam kurun waktu tersebut dapat dipelajari sejauh mana pemerintah dikala itu memperhatikan
perkembangan bidang peternakan atau segi pemanfaatan ternak oleh penduduk diwaktu itu.Di zaman
kerajaan-kerajaan tua di Indonesia,usaha peternakan belum banyak diketahi.Beberapa petunjuk tentang
manfaat ternak di zaman itu serta perhatian pemerintah kerajaan terhadap bidang peternakan telah muncul
dalam pelbagai tulisan prasasti atau dalam kitab-kitab Cina Kuno yang diteliti dan dikemukakan oleh para
ahli sejarah.Sangat menarik apa yang dikatakan oleh para ahli sejarah tentang kegunaan ternak dizaman-
kerajaan Tarumanegara,Sriwjaya,Mataram,Kediri,Sunda,Bali dan Majapahit.Terak dizaman kerajaan-
kerajaan tua ini telah memiliki tiga peranan penting dalam masyarakat dan penduduk, yaitu sebagai
perlambang status sosial, misalnya sebagai hadiah Raja kepada penduduk atau pejabat yang berjasa
kepada raja. Peranan kedua adalah sebagai barang niaga atau komoditi ekonomi yang sudah
diperdagangkan atau dibarter dengan kebutuhan hidup lainnya.Dan peranan ketiga adalah sebagai tenaga
pembantu manusia baik untuk bidang pertanian maupun untuk bidang transportasi.Kerajaan-kerajaan
dimaksud adalah :
1) Tarumanegara.
Kerajaan yang berpusat di Jawa Barat ini telah memberikan perhatian terhadap ternak terutama termak
besar.Hal ini terdapat pada prasasti batu.Pada upacara pembukaan saluran Gomati yang dibuat
sepanjang sebelas kilometer,Raja Purnawarman yang memerintah Tarumanegara dimasa itu telah
menghadiahkan seribu ekor sapi kepada kaum Brahmana dan para tamu kerajaan.

8
2) Sriwijaya.
Salah satu kegemaran penduduk Sriwijaya adalah permainan adu ayam.Oleh karena itu ternak ayam
sudah mendapat perhatian.Disamping itu ternak babi juga banyak dipelihara oleh
penduduk.Sebagaimana kita tahu bahwa kerajaan Siwjaya sangat luas daerah kekuasaannya dimasa
itu.Terdapat petunjuk bahwa ternak kerbau dan kuda sudah diternakkan diseluruh kerajaan Sriwjaya,
ternak sapi baru terbatas di Pulau Jawa,Sumatera dan Bali.
3) Mataram.
Ternak sapi dan kerbau adalah dua jenis ternak besar yang memperoleh perhatian raja-raja Mataram
pada abad ke VII Masehi. Kedua jenis ternak ini memiliki hubungan erat dengan pertanian, disamping
perlambang status. Pada tulisan prasasti Dinaya diceritakan bahwa waktu persemian sebuah arca
didesa Kanjuruhan dalam tahun 760 M, Raja Gayana yang memerintah Kerajaan Mataram dimasa itu
telah menghadiahkan tanah dan kerbau kepada para tamu kerajaan dan kepada kaun Brahmana.
4) Kediri.
Kediri adalah suatu kerajaan yang rakyatnya makmur dan sejahtera karena kerajaan ini telah
memajukan pelbagai bidang kehidupan termasuk peternakan. Hal ini terdapat didalam kitab Cina
Ling-wai-tai-ta yang disusun oleh Chou-K'u-fei dalarn tahum 1178 M.Dikatakan bahwa rakyat
kerajaan Kediri hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan karena pemerintah kerajaan
memerhatikan dan memajukan bidang pertanian,peternakan,perdagangan dan penegakan hukum.
5) Sunda
Dimasa kerajaan Sunda,kita mulai mengetahui adanya tataniaga ternak.Hal ini disebabkan
berkembangnya 6 kota pelabuhan didaerah kekuasaan Kerajaan Sunda yaitu
Bantam,Pontang,Cigede,Tamgara,Kalapa dan Cimanu.Hasil pertanian termasuk peternakan sangat
ramai.Kemakmurannya terlihat dari hasil pertanian yang diperdagangkan.Karena kcrajaan Sunda juga
memajukan kesenian dan permainan rakyat diwaktu itu,maka terdapat petunjuk bahwa permainan
rakyat adu domba telah berkembang dizaman kerajaan Sunda.
6) Bali.
Di zaman kerajaan Bali, kita mulai mengetahui adanya penggunaan tanah pengembalaan ternak atau
tanah pangonan.Rakyat kerajaan Bali dizaman pemerintah raja anak Wungsu (1049-1077 M),
memohon kepada raja untuk dapat menggunakan tanah milik raja bagi tempat pengembalaan
ternak,karena tanah milik mereka tidak dapat lagimenampung ternak yang berkembang begitu banyak.
7) Majapahit
Majapahit hidup makmur dibawah pemerintahan raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada.
Kerajaan-keraaan di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lonbok dan Sumbawa yang berada dibawah kekuasaan
Majapahit juga meniru teknik pertanian sawah dengan penggunaan tenaga ternak dari kerajaan
Majapahit.Namun penggunaan ternak sebagai tenaga tarik sudah meluas keseluruh daerah kekuasaan
Majapahit lainnya di Nusantara.Menjelang berakhirnya kerajaan Majapahit belum terdapat petunjuk
bahwa teknologi luku dengan ternak sapi dan kerbau sebagai tenaga tarik sudah masuk ke
Kalimantan,Sulawesi dan Kepulauan Indonesia bagian timur lainnya. Maka dapatlah disimpulkan
bahwa teknologi sawah dengan sapi dan kerbau sebagai penarik luku baru sempat disebarkan dipulau-
pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa dizaman Majapahit.

9
2.3 Sejarah Perkembangan Ternak
a. Zaman Penjajahan
Usaha petermakan dizaman penjajahan bangsa asing atas penduduk Nusantara banyak terdapat dalam
tulisan-tulisan yang berbentuk laporan maupun buku yang diterbitkan secara resmi. Pengaruh penjajahan
dalam bidang peternakan banyak terdapat dalam masa penjajahan Verenigde Oost Indische Compagnie
(VOC), masa pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang.
 Masa Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC)
Perhatian VOC lebih banyak ditujukan pada perdagangan rempah-rempah yang sangat mahal dipasaran
Eropa.Dimasa VOC (1602-1799) usaha peternakan kuda lebih banyak memperoleh perhatian.Hal ini
penting bagi VOC untuk kepentingan tentara "Kompeni"diwaktu itu.Pada masa itu kuda Arab dan Persia
dimasukkan dan disilangkan dengan ternak kuda asli.Dari laporan pemerintah Hindia Belanda diketahui
bahwa dalam masa VOC ternyata usaha peternakan kuda juga mendapat perhatian raja-raja dan sultan-
sultan untuk kepentinganlaskar kerajaan dan kepentingan kuda tunggangan raja sewaktu berburu hewan.
1. Perdagangan Ternak

Perdagangan ternak dan pemotongan temak cukup ramai di zaman VOC dipulau Jawa.Perdagangan
termak antar pulau begitu ramai karena dizaman itu transportasi laut masih dengan kapal layar yang
tidak memungkinkan pengangkutan ternak dalam jumlah yang banyak.
2. Peraturan Peternakan
Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah VOC yaitu larangan terhadap pemotongan kerbau
betina yang masih produktif dalam tahun 1650.Peraturan ini mula-mula diberlakukan dipulau
Jawa,tetapi kemudian juga meliputi daerah-daerah pengaruh VOC lainnya di Nusantara dan
diperluas dengan larangan pemotongan sapi betina yang masih produktif.Peraturan ini mula-mula
bermaksud untuk menjamin populasi ternak yang terus bertambah dan dengan demikian menjamin
pengadaan daging bagi tentara Kompeni di Pulau Jawa.
 Masa Hindia Belanda.
Pada awal pemerintah Hindia Belanda,bidang peternakan belum banyak menarik perhatian selain usaha
peternakan kuda sebagai kelanjutan dari kegiatan utama VOC bidang peternakan untuk kepentingan
militer,pengangkutan kiriman pos dan dalam bidang peternakan untuk memenuhi kegemaran pembesar-
pembesar Belanda dan kaum bangsawan sebagai ternak rekreasi dan perburuan hewan.Selama abad
kesembilan belas dan abad kedua puluh sampai berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda,beberapa
kegiatan dalam bidang peternakan perlu dicatat karena memiliki hubungan dengan perkembangan usaha
peternakan di zaman pemerintahan Indonesia.Kegiatan dalam bidang peternakan di zaman Hindia
Belanda dapat dikelompok dalam 10 jenis ialah :
a) Peningkatan Mutu Ternak.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam abad kesembilan belas, khususnya ilmu biologi dan
mkrobiologi, ikut memberi pengaruh terhadap kegiatan dalam bidang peternakan.Pengaruh ilmu
genetika yang dipelopori oleh Mendel (1822- 1884) ikut mewarnai dunia peternakan,khususnya
didalam kegiatan peningkatan mutu genetik ternak lokal di nusantara.
 Kuda - Persilangan antara ternak kuda asli dilakukan dengan mendatangkan kuda Arab dan

10
Persia (1809) dan kuda Australia (1817). Dalam tahun 1870 dan 1880 kuda Australia
didatangkan oleh pedagang ternak berkebangsaan Perancis dari kepulauan Mauritanius.Untuk
pulau Sumba hasil persilangan dengan kuda asli setempat sangat terkenal dengan nama Kuda
Sandel. Selain itu didinkan pusat-pusat pembibitan kuda di Cipanas (1820),Bogor (1938),
Payakumbuh, Lubuk Sikaping dan Tarutung (1980), Padalarang(1990).Padang Mangatas (1922),
sebagai pengganti Payakumbuh yang ditutup pada tahun 1907,Malasaro Sulawesi Selatan (1874)
dan pulau Rote (1841).Disamping itu di Cisanua-Bandung perusahaan swasta bibit temak,
"General de Wet" milik Hirchland dan Van Zyl yang didirikan pada tahun 1900, pada tahun
1921 ditunjuk sebagai rekanan bibit unggul kuda pemerintah.
 Keturunan Bos sondaicus yang semula tersebar dipulau Jawa,Madura,Sunda,Bali dan Lombok
banyak memperoleh perhatian Pemerintah Hindia Belanda.Selama abad kesembilan
belas,persilangan ditujukan terutama terhadap perbaikan mutu sapi Jawa yang jumlahnya
terbanyak,namun berbadan kecil sehingga kurang cocok untuk ternak kerja.Persilangan secara
berencana dan besar-besaran barulah dilaksanakn dinas resmi yang menangani bidang
peternakan dibentuk pada tahun 1905 yaitu: Burgelyjke Veeatsenijkundige Diens (BVD) sebagai
bagian dari Departemen van Landbaouw atau Departemen Pertanian.BVD telah melaksanakan
peningkatan mutu sapi Jawa dengan berbagai kegiatan ialah
b) Peningkatan dengan pejantan Jawa
Dari tahun 1905 sampai 1911 dilakukan penyebaran sapi jantan Jawa yang baik kedaerah Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.Dalam tahun 191 l usaha ini dihentikan,oleh karena para petani
mienginginkan ternak sapi yang lebih besar untuk ternak kerja.
c) Persilangan dengan Sapi Madura
Usaha ini sudah dimulai di akhir abad ke sembilan beias cleh Van Andel, BYD juga melanjutkan
kegiatan persilangan ini di pulau Jawa sampai tahun 1921.Pada saat ini usaha ini dihentikan karena
kurang memenuhi harapan para petani terhadap ternak kerja.
d) Persilangan dengan Sapi Bali.
Penduduk Jawa Timur terutama di daerah keresidenan Banyuwangi telah lama mengenal sapi Bali
sebagai ternak kerja yang cukup baik.Usaha persilangan sapi Jawa dengan pejantan Bali dimulai
tahun 1908 di Pulau Jawa.Tapi usaha inipun dihentikan pada tahun 1921,karena angka kematian sapi
Bali dan keturunannya yang sangat tinggi oleh penyakit darah.
e) Persilangan dengan Sapi Zebu
Pengusaha perkebunan di Sumatera timur telah banyak mendatangkan sapi zebu untuk ternak
penarik gerobak dan ternak perah di akhir abad ke-19.ternyata kemudian ternak sapi tersebut adalah
sapi hissar yang didatangkan ke pulau Jawa pada tahun 1905 dan dinamai sapi benggala. Namun
sapi Hisar yang tiba di pulau Jawa tidak memuaskan. DVD dalam tahun 1960-an 1907 telah
mendatangkan sapi zebu dari India. Dokter hewan Van der veen yang diserahi tugas ke India,
ternyata telah memilih sapi mysore,yang kurang memenuhi harapan karena kematian yang tinggi
akibat penyakit piroplasmosis dan ternak santannya sangat agresif.
f) Persilangan dengan Sapi Eropa
Tiga bangsa sapi Eropa yang banyak digunakan untuk persilangan adalah Hereford,Shorthom
(Australia) dan Frcs Holland (Belanda). Impor Sapi Hereford dan Shorthom kemudian dihentikan
karena berjangkitnya penyakit paru-paru ganas di Australia.Sapi Fries Holland sendiri banyak

11
disilangkan dengan sapi Jawa dan sapi Ongol terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah karena
keturunannya memiliki sifat yang baik.
g) Sumba Kontrak
Salah satu bentuk penyebaran bibit termak sapi Ongol di dalam Progran Ongolisasi, ialah Sumba
Kontrak.Sumba Kontrak adalah penempatan dan penyebaran sapi bibit ongol di pulau Sumba yang
dilaksanakan dalam bentuk meminjamkan 12 induk dan satu pejantan ongol kepada seorang
petermak.Pengembalian pinjaman dilakukan oleh peminjam dengan mengembalikan ternak
keturunan dalam jumlah,umur dan komposisi kelamin yang sama dengan jumlah ternak yang
dipinjam,ditambah dengan satu ekor keturunan (jantan atau betina) untuk setiap tahun selama
peternak belum melunasi pinjanmannya. Untuk akad pinjaman ini,peternak menandatangani suatu
kontrak dengan pemerintah, yang kemudian dikenal dengan Sumba Kontrak.Jumlah temak awal
disebut Koppel,sehingga kemudian hari muncul juga istilah Sapi Koppel.Sumba kontrak secara
resmi dimulai pada tahun 1912.
1. Penyebaran ternak

Sistem penyebaran sapi bibit imitidak hanya berlaku di pulau sumba, tapi din perluas ke pulau pulau lain
dan meliputi berbagai jenis ternak sapi bali,sapi Madura,kambing,domba dan babi dengan jumlah ternak
yang tidak sama untuk satu Koppel. Dalam masa dulu puluh tahun (1920-1940) penyebaran ternak bibit,
terjadi dua kegiatan yang usaha penting yaitu

 Penyebaran ternak bibit antar pulau dan antar daerah yaitu penyebaran sapi ongol. Peternakan sapi ongol
dari pulau jawa ke Sumbawa, Sulawesi, Kalimantan barat dan sumatera. Penyebaran sapi bali dari pulau
bali ke Lombok, timor, Sulawesi selatan dan Kalimantan selatan penyebaran sapi Madura ke pulau
flores dan Kalimantan timur.
 Penyebaran ternak bibit dan bibit tanamann makanan ternak secara lokal di sekitar taman-taman ternak
dipulau jawa dan sumatera
a. Kerbau

Tenak kerbau lokal yang di kenal sebagai kerbau lumpur sudah sejak dahulu terdapat di seluruh
Nusantara dengan kedatangn bangsa India ke Sumatera, di bawa juga kerbau murah yang kini masih
banayak terdapat di daerah Sumatera utara dan Aceh

b. Kambing

Kambing lokal atau kambing kacang telah ada di seluruh nusantara. Di dalam zaman hindia Belanda
didatangkan juga kambing bangsa India (Ettawah) Yang merupakan kambing prah dan di sebarkan
hampir hampir di seluruh pantai utara pulau Jawa. Namun persilangan yang terkenal kini adalah
kambing peranakan Ettawah (PE). Beberapa bangsa kambing lain juga di datangkan yatitu Saanen.

c. Domba

12
Ternak domba yang di bagi dua bangsa yag terkenal yaitu domba ekor gemuk dan domba lokal lainnya,
yang tersebar diseluruh nusantara. Semua bangsa domba ini adalah tipe daging. Di zaman hindia
Belanda didatangkan bangsa domba tipe wol misalnya Merino,ramboulet, Romney dan tipe daging
misalnya corriedale dan Suffolk. Persilangan bangsa domba wol dan daging dengan domba lokal
priagen menghasilkan domba yang sangat terkenal di waktu ini ialah domba Garut.

d. Babi

Ternak babi lokal tersebar diseluruh Nusantara.dizaman Hindia Belanda didatangkan babi ras dari Eropa
yaitu Yorkshire,veredelde, deutchland landvarken,tamworth, veredelde Nederlandsche landvarkeu,
saddleback,duroc,jersey dan berksbure.

e. Sapi Perah

Pada permulaan abad ke 20 telah terdapat perusahaan sapi perah di pinggiran kota-kota besar di jawa dan
sumatera. Kebanyakan perusahaan adalah mili bangsa Eropa, cina , india dan ara. Hanya sebagian kecil
milik penduduk asli bangsa sapi perah yang ada ilah fries Holland, jersey, ayshire, dairy shorthorndan
hissar. Kemudian ternyata yang terus berkembang adalah fries Holland bangsa sapi hissar masih terus
diternakan didaerah Sumatera bagian utara dan daerah istimewa Aceh.

f. Ayam

Di samping aayamkampung,di zaman hindia belanda telah di perkenalakn ayam ras tipe petelur misalnya
leghorn dan ayam ras tipe pedaging misalnya rodhe island red dan australorp. Persilangan Australop
dengan ayam kampong yang terkenal adalah ayam ayam kedu.

g. Itik

Di samping itik lokal, di zaman hindia belanda telah di datangkan bangsa itik khaki Campbell dan itik
peking. Bangsa itik lokal yang terkenal adalah itik tegal, itik karawang dan itik alabio.

h. Aneka Ternak

Aneka ternak misalnya ternak kelinci, burung puyuh dan burung merpati, belum memperoleh perhatian
pemerintah hindia belanda. Kelinci hanyalah di gunakan di balai-balai penelitian sebagai hewan
percobaan disinilah asalnya istilah kelinci percobaan

2. Pengadaan Pengaturan
Peraturan peraturan yang di terbitkan selama masa hindia belanda, terbanyak setelah di bentuk adan resmi
yang menangani bidang peternakan dalam tahun 1905. Semua peraturan tersebut dapat di kelompokan dalam
4 kelompok, yaitu :
 Peraturan yang menyangkut pengamanan ternak
13
 Peraturan yang menyangkut produksin,populasi dan sarana produksi ternak
 Peraturan yang menyangkut pemotongan pajak, pajak potong, distribusi,tata niaga dan sarana-
sarana peternakan
 Peraturan yang menyangkut bahan-bahan veteriner dan kesehatan masyarakat veteriner
3. Pameran ternak
Pemeran ternak diadakan untuk pertam kali di blora (1876). Kemudian di Surabaya (1878) , blora
(1887) , bandung (1889. Pada tahun 1906 secara resmi di adakan oleh BVD di Kebumen dab Bandung.
Tujuannya lebih banyak bersifat penyuluhan kepada peternak, sehingga ternak yang unggul dapatdi jual
atau di beli deengan harga premium.
4. Taman Ternak
Taman ternak pertama kali didirikan di Karanganyar di desa Pecorotan pada tahun 1909 , namun pada
tahun 1912 dipindahkan ke desa Jilado. Kemudian menyusul pendirian taman ternak di bandar (1916),
purwotejo (1918), pengarasan tegal (1920), kedu selatan, rembang padang mangatasi (1922). Taman
ternak ini merupakan sumber ternak bibit dan sumber makanan ternak. Beberapa pusat pembibitan
ternak kuda dan sapi di Sumatera,kemudian yang di perluas menjadi taman ternak.
5. Koperasi Ternak
Koperasi ternak di anjurkan, terutama didalam pembelian bersama koperasi peternakan yang pertama
didirikan di Salatiga, kedu dan tasikmalaya.
6. Sensus Ternak
Dalam tahun 1867 pemerintah di jawa dan Madura di wajibkan mengadakan sensus ternak di daerahnya
masing-masing. Sensus ternak resmi mulai diadakan tahun 1905.
7. Pengamanan ternak
Pengaman ternak merupakan lanjuta dan perluasan kegiatan pemerintah VOC. Sebelum BVD dibentuk
pada tahun 1905, kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit, dilakukan oleh dokter-dokter
hewan yang didatangkan sejak tahun 1820sebagai penasehat pemeritah. Namun sejak BVD lahir,
pencegahan dan pemberantasan penyakit secara resmi ditangani pemerintah hindia belanda.
8. Pengadaan Ternak
Sarana peternakan yang dimaksudkn disini adalah tanah pangonan, pasar hewan, karantina, rumah
potong hewan, kapal hewan
9. Produksi Sera dan Vaksin
Produksi sera dan vaksin untuk ternak terutama diadakan oleh balai penyelidikan penyakithewan yang
didirikan di Bogor.
10. Pendidikan dan Penelitian
Sekolah dokter hewan pertama didirikan pada tahun 1860 di Surabaya, tapi karena kurang peminat,
maka di tutup pada tahun 1875. Baru pada tahun 1907 di buka kembali di Bogor. Sekolah menengah
14
kehewanan didirikan di malang dan bogor. Pendidikan mantra hewan ditangani langsung oleh jawatan
kehewanan diwaktu itu. Penyelidikan penyakit hewan di tanganidengan di bangum Balai besar penyakit
hewan dan balai penelitian peternakan di bogor, balai penelitian penyakit mulut dan kuu di Surabaya.
Dari catatan sejarah dapat di simpulakan bahwa pengembangan peternakan masa itu dapat disejajarkan
dengan tuntutan pereonomian negara. Pendirian pabrik gula tahun 1830-1835 banyak memerlukan ternak
sebagai sebagai tenaga kerja. Untuk itu diimpor ternak dengan konsekuensi timbulnya berbagai wabah
penyakit seperti Ngorok tahun 1884 di jawa barat, anthrax (1884) di lampung, Sura (1886) di jawa barat,
penyakit mulut dan kuku 1884) di jawa timur dan rabies (1989) di jawa barat.Untuk itu tahun 1841 dibentuk
semacam dinas kehewanan di daerah-daerah tahun 1905di bentuk jawatan kehewanan pusat pada tahun
yang bersamaan pemerintah belanda melakukan survei kemiskinan jawa dan Madura. Tindak lanjut survei
mulai di laksanakan impor ternak. Namun dengan konsekuensi terbawa penyakit ternak sehingga
menimbulkan wabah yang sangat merugikan seperti rinderpest (1912) untuk itu pemerintah belanda
menerbitkan Ordonasi yang mengatur campur tangan pemerintah pada urusn peternakan dan kesehatan
hewan (ordonasi No.432 tahun 1912). Pada tahun 1935v di bogor didirikan sekolah dokter hewan yang
pertama.
3. Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjahan jepang pembinaan peternakan hampir tidak dilakukan bahkan untuk kepentingan
konsumsi terjadi pemotongan yang berlebihan sehingga mengakibatkan pengurasan populasi ternak sapi
dari 4.604 ekor menjadi 3.840 ekor atau turun 16,5 persen, kuda dari sekitar 740 ribu ekor menjadi 500
ribu ekor atau turun 32 persen, kambing dari sekitar 7.600 ekor menjadi 6.100 ekor atau turun 20 persen
babi dari sekitar 1.320 3kor menjadi 530 ribu ekor turun 60 persen.

2.4 Sejarah Perkembangan Ternak Zaman Kemerdekaan


A. Masa Pra Pelita
Sebelum masa pelita terdapat dua konsep pembangunan yaitu Rencana Kasimo (27 November 1947)
dan Pembangunan Semesta Berencana (1961-1969). Pembangunan peternakan diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan makanan yang cukup. Program penggalakan minum susu di berbagai daerah
dimasyaratkan dengan slogan Empat Sehat Lima Sempurna.Pada Rencana Kasimo diberikan prioritas
pada peningkatan bahan pangan rakyat termasuk komoditi peternakan. Kenaikan beberapa populasi
ternak per tahun diproyeksikan seperti sapi sekitar 4%, kerbau 2%, kambing 5% dan babi 10%.
Diberbagai daerah dibangun Taman Ternak dalam rangka Program Rencana Kemakmuran Indonesia
(RKI), sebagai sumber pembibitan ternak di daerah-daerah.

Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana memberikan prioritas kepada penyediaan bahan


pangan. Sasaran diberikan kepada swasembada beras. Diberikan pula perhatian kepada penyediaan

15
protein baik nabati maupun hewani (kedelai, peternakan ayam). Ditetapkan standar konsumsi protein
hewani 8 gram perkapita perhari. Karena situasi dan kondisi perekonomian pada kurun waktu tersebut
tidak memungkinkan, maka praktis kedua rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Pada tahun 1967 lahir undang-Undang No.6 tentang Pokok-Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan,
dan pada tahun yang sama dilakukan Survei Inventarisasi Hewan (SIH) Nasional.
B. Masa Pelita
Sejalan dengan kehadiran Orde Baru (1969) dilaksanakan penataan kembali kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan cita-cita kemerdekaan antara lain menghantar bangsa indonesia menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Pada tahun 1989
Indonesia diakui Internasional dari Bebas Penyakit Mulut dan Kuku.Pelaksanaan pembangunan
peternakan dilaksanakan melalui 3 evolusi pendekatan yaitu teknis, terpadu dan agribisnis. Panca Usaha
Ternak menjadi Sapta Usaha Ternak. Penerapan teknologi produksi, ekonomi dan sosial melahirkan
program yang dikenal sebagai :
 Pilot Proyek Bimas Unggas.
 Panca Usaha Ternak Potong (PUPT).
 Pengembangan Usaha Sapi Perah (PUSP).
 Intensifikasi Ayam Buras (INTAB).
 Intensifikasi Ternak Kerja (INTEK).
 Industri Peternakan Rakyat (INNAYAT).
 Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Ternak Potong.
 Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Bakalan.
 Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Penggemukan.
 Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Pakan.
 Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Saham.
C. Masa Reformasi
Lahir UU No.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9000 SM yang dimulai dengan domestikasi
aning,kambing dan domba.Peternakan semakin berkembang pada masa neolitikum yaitu masa ketika
manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan.Pada masa ini pula,domba dan kambing
yang semula hanya diambil hasil dagingnya,mulai dimanfaatkan juga hasil bulunya(wol).Setelah itu
manusia juga memelihara sapid an kernau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta
memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah.Manusia juga mengembangkan peternakan
kuda,babi,unta,dll.

17
DAFTAR PUSTAKA

Demichick,M. dan Streed.2002.Non-timber Forest Products and Implication for Forest


Managers:Use,Collection and Growth of Berriers,Fruits and Nuts.University of Minnesota Extention
Service,405 Coffey Hall.
Keraf,A.S dan M.Dua.2001.Ilmu Pengetahuan;Sebuah Tinjauan Filosofis.Penerbit Kanisius p:158.

18

Anda mungkin juga menyukai