Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PIUTANG

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan

Disusun oleh:

1. Faris Sabili 41701029


2. Abdur Rasyid Ismail 41701002
3. Muhammad Andi Al Qadri 41701013

Jurusan Ekonomi Syariah


Program Studi Akuntansi Syariah
STEI SEBI DEPOK
Tahun Ajaran 1440 H / 2019 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca.Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun manambah isi
makalah agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami.Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 17 Mei 2019

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Manajemen Piutang.......................................................................................................3
B. Kebijakan Pengumpulan Piutang dan Kredit.........................................................................4
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Terhadap Piutang..................9
D. Resiko Kerugian Piutang.............................................................................................................11
E. Analisis Kebijakan Investasi.......................................................................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kondisi persaingan yang semakin tajam, akan memaksa perusahaan untuk
berlomba memberikan kemudahan dalam penjualan. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan
mengubah syarat, perusahaan dapat menjual produknya yang semula dengan cara tunai
kemudian diubah dengan cara kredit. Dengan demikian maka akan timbul piutang, semakin
longgar persyaratan yang diberikan tentunya dengan asumsi langganan tidak mengubah
kebiasaan membayarnya maka akan semakin besar jumlah piutang yang dimiliki.
Masalah piutang ini menjadi begitu penting dalam kaitannya dengan perusahaan ketika
harus menentukan berapa jumlah piutang yang optimal?Di samping itu piutang juga harus
dikelola dengan efisien yang menyangkut tentang laba atau tambahan laba yang diperoleh
dengan perubahan kebijakan penjualan dengan beban yang timbul karena adanya piutang.
Untuk itu perlu adanya analisis kredit yang menyangkut laba yang diperoleh dengan
beban yang timbul dengan adanya piutang itu. Memang terdapat trade of antara kedua hal
tersebut, apabila perusahaan menghendaki labanya meningkat maka jumlah piutang dapat
diperbesar, tetapi hal ini akan menimbulkan adanya beban seperti potongan kredit, piutang
yang mungkin tak dapat ditagih.
Seperti halnya keputusan investasi pada aktiva yang lain, penentuan kebijakan kredit
yang optimal memerlukan perhitungan yang cermat yang menyangkut tambahan biaya dan
tambahan laba pada berbagai kebijakan kredit. Selain itu tujuan manajemen piutang juga
harus konsisten dengan tujuan investasi aktiva yang lain, yakni maksimisasi kemakmuran
pemegang saham. Perusahaan dapat meningkatkan investasi pada piutang sepanjang
tambahan keuntungan yang timbul adanya piutang tersebut masih lebih besar daripada
tambahan biaya investasi piutang itu.
Apabila kita asumsikan bahwa semua faktor relatif konstan seperti kondisi ekonomi,
harga, biaya produksi, biaya iklan, maka kenaikan penjualan akan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Tetapi dilain pihak kenaikan penjualan kredit tersebut juga akan mengakibatkan
kenaikan biaya yang meliputi opportunity costs tambahan dana untuk investasi pada piutang,
tambahan biaya pengumpulan piutang. Akhirnya perubahan kebijakan kredit yang makin
longgar sering menimbulkan adanya piutang yang tidak dapat ditagih.
Untuk menentukan kebijakan kredit yang optimal, manajer keuangan harus
mempertimbangkan beberapa variabel penting yang berkaitan dengan piutang, yang meliputi:
standar kredit, persyaratan kredit (credit term) dan usaha pengumpulan piutang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan piutang ?
2. Bagaimana kebijakan pengumpulan piutang dan kredit dalam perusahaan?
3. Apafaktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi terhadap piutang?
4. Apa risiko kerugian yang timbul dari kebijakan piutang?
5. Bagaimana analisis dalam penentuan kelayakan kredit?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan piutang.
2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pengumpulan piutang dan kredit dalam
perusahaan.
3. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi
terhadap piutang.
4. Untuk mengetahui apa risiko kerugian yang timbul dari kebijakan piutang.
5. Untuk mengetahui bagaimana analisis dalam penentuan kelayakan kredit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Manajemen Piutang


a. Pengertian Piutang
Beberapa ahli mendefinisikan konsep piutang sebagai berikut:
1) piutang merupakan harta perusahaan yang timbul karena terjadinya transaksi
penjualan secara kredit atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
2) piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang yang timbul karena adanya
suatu transaksi.
3) piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit.
4) piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari
dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.
5) Piutang adalah semua tuntutan atau taguhan kepada pihak lain dalam bentuk
1
uang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.
Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr piutang adalah sejumlah
uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang atau jasa secara
kredit kepada perusahaan.
Menurut (Moh Benny :2009) piutang adalah hak penagihan kepada pihak lain atas
uang, barang atau jasa yang timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara
2
kredit dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan.
Menurut Zaki Badriwan, Tagihan-tagihan yang dimiliki perusahaan dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu:
a) Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang
b) Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang.
b. Klasifikasi piutang
Zaki Badriwan mengklasifikasikan piutang menjadi berikut ini:
1) piutang usaha adalah piutang yang timbul akibat transaksi penjualan secara
kredit dalam rangka kegiatan usaha perusahaan.
2) Piutang non dagang atau piutang lain-lain adalah piutang yang timbul bukan dari
transaksi penjualan barang dagangan, jasa dan di luar kegiatan usaha perusahaan.
Misalnya, piutang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit atas aktiva
1Baridwan Zaki, intermediate Acounting, Yogyakarta:BPFE, 2000. hlm. 14.
2 Moh Benny Alexandri, Manajemen Keuangan Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2009. hlm. 117.

3
perusahaan yang sudah tidak produktif lagi. Dalam konteks ini, yang dibahas
3
adalah piutang usaha atau piutang dagang.
B. Kebijakan Pengumpulan Piutang dan Kredit
Secara umum kredit perdagangan menurut Kasmir (2013: 243-250) diartikan sebagai:
Penjualan barang di mana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai
kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka waktu tertentu dengan
masing-masing hak dan kewajibannya.
Dari pengertian ini terkandung bahwa dalam transaksi penjualan secara kredit adanya
suatu kesepakatan untuk melakukan transaksi.Di dalam kesepakatan tersebut tertuang hak
dan kewajiban masing-masing pihak.Misalnya, jumlah yang harus dibayar pihak penerima
berikut jangka waktu pembayaran.Di samping itu, adanya kebijakan terhadap penjualan
kredit tersebut apabila misalnya dilunasi sebelum jangka waktunya.
Untuk perusahaan dagang pengaruh dari hasil penjualan kredit ini terlihat komponen pos
piutang di aktiva lancar bagi perusahaan yang menjual barang. Sebaliknya bagi perusahaan
yang membeli secara kredit, maka terlihat di sisi pasiva pada pos utang dagang.
Dalam rangka meningkatkan penjualan secara kredit, maka perusahaan dagang perlu
menetapkan kebijakan kredit (credit policy). Tujuannya agar penjualan kredit yang diberikan
akan memberikan keuntungan seperti yang diinginkan. Penundaan atau keterlambatan
pembayaran oleh debitur akan merugikan perusahaan pemberi, apalagi debitur yang tidak
mampu untuk mengembalikannya. Oleh karena itu, dalam memberikan atau menjual barang
secara angsuran ada beberapa kebijakan yang harus dilakukan. Kebijakan kredit ini meliputi:
a. Standar Kredit
Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi
para langganan yang akan diberi kredit dan besarnya jumlah yang harus diberikan. Jika
suatu perusahaan melakukan penjualan dengan kredit hanya kepada para pelanggan yang
kuat, kerugian karena timbulnya piutang ragu-ragu biasanya kecil.Sebaliknya, ada
kemungkinan tingkat penjualan yang hilang dapat lebih besar daripada biaya yang dapat
dihindarinya.Untuk menentukan standar kredit yang optimum, perusahaan harus
membandingkan biaya marginal pemberian kredit dan laba marginal dari peningkatan
penjualan.

3 Opcit, Baridwan Zaki, Intermediate Acounting, hlm. 14.

4
Biaya marginal adalah biaya produksi dan penjualan. Akan tetapi, biaya yang perlu
diperhatikan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas para pelanggan atau
biaya kualitas kredit, yaitu:

1) Kerugian karena piutang ragu-ragu

2) Biaya pemeriksaan dan penagihan yang lebih tinggi

3) Biaya yang lebih besar yang tertahan dalam piutang dagang (yang mengakibatkan
biaya modal lebih tinggi karena pelanggan yang kurang layak menerima kredit,
4
menunda pembayarannya).
Penjualan barang atau jasa yang diberikan ke pelanggan mengandung suatu risiko
bagi perusahaan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan entah keterlambatan
waktu pembayaran atau kerugian karena nasabah tidak mampu lagi membayar barang
yang sudah dibelinya. Dalam praktiknya risiko yang dihadapi perusahaan berkaitan
dengan penjualan kredit adalah:
- Pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya kepada perusahaan, misalnya
melewati batas tanggal jatuh tempo. Hanya saja walaupun terlambat atau tersendat-
sendat pelanggan masih mau dan mampu untuk membayar tagihannya.
- Perjalanannya terkadang pelanggan tidak memiliki kemampuan untuk membayar
sesuai kesepakatan, sehingga kredit benar-benar macet, sekalipun pelanggan masih
berusaha untuk membayar.
- Pelanggan kabur sehingga tidak dapat ditagih sama sekali dan ini benar-benar macet,
alias tidak tertagih.
Untuk menghindari atau meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan, maka
sebelum penjualan kredit diberikan, maka perlu dilakukan analisis kredit.tujuannya
adalah untuk mengetahui kemauan dan kemampuan pelanggan dalam membayar
kewajibannya. Analisis kredit yang diberikan tidak jauh berbeda dengan pinjaman yang
diberikan bank, misalnya dengan analisis “the Five C’s of Credit” (dibahas dalam
analisis kebijakan terhadap investasi).Dengan alat analisis ini paling tidak perusahaan
mampu melihat kemauan dan kemampuan nasabah sebelum penjualan kredit diberikan.
b. Persyaratan Kredit
Kebijakan kredit juga berkaitan erat dengan persyaratan kredit yang
diberikan.Persyaratan kredit ini berguna untuk meningkatkan penjualan kredit dan
merangsang pelanggan untuk segera membayar tagihannya.Di samping itu, jangka waktu

4 Manahan P. Tampubolon, Manajemen Keuangan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. hlm. 79.

5
kredit yang diberikan juga memberikan ruang gerak pelanggan untuk membayar kredit
5
yang diterimanya.
Syarat kredit meliputi priode kredit dan potongan tunai.Secara umum, periode kredit
dimulai pada tanggal yang tertera pada faktur, tetapi bergantung pada standar tiap
industri.Periode pembayaran dapat dimulai ketika barang diangkut, barang diterima
pembeli, awal bulan, akhir bulan, tengah bulan, atau waktu-waktu tertentu.
6
Lima aspek syarat kredit, yaitu sebagai berikut:
1) Sifat ekonomis produk. Barang-barang dengan perputaran penjualan yang tinggi
dijual dengan syarat: kredit yang relatif pendek, pembeli menjual kembali
dengan cepat yang menghasilkan uang tunai sehingga mampu membayar
kepada pemasok.
2) Kondisi Penjual. Penjual yang keuangannya lemah membutuhkan uang tunai
atau syarat kredit yang ditawarkannya berjangka sangat pendek.
3) Kondisi pembeli. Pada umumnya pengecer yang sehat kondisi keuangannya
menjual secara kredit, dan sebaliknya menerima kredit yang lebih lama.
4) Periode kredit. Melonggarkan periode kredit dapat mendorong kenaikan
penjualan, tetapi biaya atas dana yang terikat pada piutang dagang akan
meningkat.
5) Potongan tunai, yaitu reduksi harga didasarkan atas pembayaran yang dilakukan
selama periode waktu yang telah ditentukan.
c. Kebijakan Pengumpulan Piutang
Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang menurut Sartono (2014: 435-436)
mencakup beberapa keputusan: (1) kualitas account accepted, (2) periode kredit, (3)
potongan tunai, (4) persyaratan khusus (5) tingkat pengeluaran untuk pengumpulan
piutang.
Apabila pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya, maka perusahaan perlu
mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan kredit tersebut agar tidak macet.
Tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pertama, melalui teguran yang dilakukan melalui surat atau telepon. Teguran ini
dapat bersifat mengingatkan, misalnya sebelum kredit jatuh tempo pelanggan ditelpon
denganteguran halus. Kemudian teguran dapat pula bersifat menyuruh nasabah untuk
segera membayar dan memastikan tanggal kapan pelanggan akan dibayar.

5 Ardiprawiro, Dasar Manajemen Keuangan, Depok : Universitas Gunadarma, 2015. Hlm.


99. 6Op. Cit. Manahan P. Tampubolon, Manajemen Keuangan, hlm. 79.

6
Kedua, apabila melalui teguran baik surat maupun telepon sudah tidak ditanggapi,
maka perusahaan dapat menyerahkannya ke badan penagih (collection agency) semacam
7
debt collector untuk menagih kredit tersebut hingga tertagih.
Setiap perubahan kebijaksanaan kredit yang dilakukan korporasi merupakan
keputusan yang menyangkut trade-off antara kenaikan profitabilitas pada satu sisi dan
risiko pada sisi lain.
Manajemen kredit menyangkut bidang keputusan berikut:

a. Analisis risiko kredit.

b. Menetapkan standar untuk menerima atau menolak risiko kredit.

c. Menspesifikasikan syarat kredit.

d. Memutuskan cara membiayai piutang usaha kredit yang ada.

e. Menetapkan pihak-pihak yang menanggung risiko kredit.

f. Menetapkan kebijakan dan praktik penagihan.


8
g. Menghindari optimisasi yang kurang dari masing-masing departemen.
d. Rasio yang Berhubungan dengan Piutang
Penjualan secara kredit akan mengakibatkan atau mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manajemen perlu menilai kinerja dari
sisi piutangnya.Alat ukur untuk menilai kinerja ini dapat dilakukan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan yang berhubungan dengan piutang tersebut. Sedangkan rasio-rasio
keuangan yang berhubungan dengan piutang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perputaran piutang (receivable turnover)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan
piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini
berputar dalam satu periode. Makin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja
yang ditanamkan dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahun
sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan makin baik.Sebaliknya jika
rasio makin rendah, maka ada over investment dalam piutang.Yang jelas bahwa
rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan
9
kesuksesan penagihan piutang.

7Op. Cit. Ardiprawiro, Dasar Manajemen Keuangan. hlm. 99-100.


8 Arifin Agus Zainal, Manajemen Keuangan, Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar, UMB. 2007.
hlm. 31.
9 Opcit. Ardiprawiro, Dasar Manajemen Keuangan. hlm. 100.
7
Darsono (2004), mendefinisikan perputaran piutang adalah seberapa kali saldo
10
rata-rata piutang dikonversikan ke dalam kas selama periode tertentu.
Rumusan untuk mencari receivable turnover adalah sebagai berikut:
Piutang kredit
Receivable turnover =
Rata Rata Piutang
Atau
Penjualan kredit
Receivable turnover =
Piutang
Harnanto (1999) menambahkan bahwa:
"Pada dasarnya, tingkat perputaran rata-rata piutang harus dihitung berdasarkan
hasil penjualan kredit. Akan tetapi, karena dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan tidak dinyatakan secara terpisah antara penjualan tunai dan kreditnya,
pihak eksternal pada umumnya menggunakan data hasil penjualan secara total
11
dengan asumsi bahwa penjualan tunai relatif kecil dan kurang berarti."
2. Hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable)
Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga menghitung hari rata-rata
penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah
hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga
sering disebut days sales uncollected.
Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable) dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
PiutangRata Rata x 360
Day Of Receivable =
Atau
Penjualan Kredit

Jumlah Hari Dalam 1 Tahun Rata x 360


Day Of Receivable =
Perputaran Penjualan
J. Fred Weston, menyebutkan rata-rata jangka waktu penagihan adalah ukuran
perputaran piutang yang dihitung dalam 2 tahapan:
1. Penjualan per har
Penjualan
Penjualan perhari =
360

10 Darsono dan Ashari, Manajemen Keuangan, Yogyakarta: BPFE, 2004. hlm.


59. 11 Harnanto, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: BPFE, 1999. Hlm. 194.

8
2. Hari lamanya penjualan terikat dalam bentuk piutang
Piutang
Rata Rata Jangka Waktunya Penagihan =
Penjualan Per Hari
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Terhadap Piutang
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang
menurut Riyanto (2015: 85-87) dapatlah disebutkan sebagai berikut:
1. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi
dalam piutang.Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti
bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam
piutang.Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya risiko, tetapi bersamaan
dengan itu juga memperbesar “profitability”-nya.

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.Apabila


perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih
mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas.Syarat yang ketat
misalnya dalam bentuk batas waktu pembayarannya yang pendek, pembebanan bunga
yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.Makin panjang batas waktu
pembayarannya berarti makin besar jumlah investasinya dalam piutang.
3. Ketentuan tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond
bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang
ditetapkan bagimasing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang
diinvestasikan dalam piutang. Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi
kredit. Makin selektif para langganan yang dapat diberi kredit akan memperkecil jumlah
investasi dalam piutang. Dengan demikian maka pembatasan kredit di sini bersifat baik
kuantitatif maupun kualitatif.
4. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara
aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam
pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk
membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain
yang menjalankan kebijaksanaannya secara pasif. Perusahaan yang disebutkan terdahulu

9
kemungkinan akan mempunyai investasi dalam piutang yang lebih kecil daripada
perusahaan yang disebutkan kemudian. Tetapi biasanya perusahaan hanya akan
mengadakan usaha tambahan dalam pengumpulan piutang apabila biaya usaha tambahan
tersebut tidak melampaui besarnya tambahan revenue yang diperoleh karena adanya
usaha tersebut. Jadi perusahaan tidak akan mengeluarkan uang sebesar Rp. 1.000,00
untuk dapat mengumpulkan piutang sebesar Rp. 500,00.
5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan
menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, dan ada sebagian lain yang tidak
menggunakan kesempatan tersebut.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian mereka terhadap
mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternatif tersebut. Apabila perusahaan
telah menetapkan syarat pembayaran 2/10/net 30, para langganan dihadapkan pada dua
alternatif, yaitu apakah mereka akan membayar pada hari ke-10 atau pada hari ke-30
sesudah barang diterima. Alternatif pertama ialah apabila mereka akan membayar pada
hari ke-30 yang ini berarti bahwa mereka membelanjai pembeliannya sepenuhnya dengan
kredit penjual (kredit levansir). Alternatif kedua ialah kalau mereka membayar pada hari
ke-10 dengan mendapatkan cash discount sebesar 2%. Pada umumnya para langganan
lebih menyukai pembayaran pada hari ke-10 karena mendapatkan cash discount, dengan
meminjam uang dari bank yang pada umumnya dengan tingkat bunga yang lebih rendah
daripada bunga kredit leveransir.
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam “cash discount period” atau
sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila
sebagian besar para langganan membayar dalam waktu selama “discount period”, maka
dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang ini berarti makin kecilnya
investasi dalam piutang.
Seperti halnya pada inventory, dalam piutang pun kita mengenal pula pengertian
persediaan besi atau persediaan minimal, yaitu yang disebut “persediaan besi debitur”
atau “persediaan inti debitur”. Persediaan besi debitur adalah saldo piutang yang secara
terus-menerus dan selalu tertanam dalam perusahaan sebagai akibat dari adanya jangka
waktu kredit yang diberikan kepada para langganan atau debitur. Dengan kata lain
dapatlah dikatakan persediaan inti debitur adalah jumlah minimal dari dana yang
diberikan sebagai kredit penjual untuk mempertahankan credit sales yang normal, dan
jumlah ini merupakan “inti permanen” dari kebutuhan yang diinvestasikan dalam piutang.

10
D. Resiko Kerugian Piutang
Risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para
langganan kita.Sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau
penambahan kredit oleh para langganan perlukah kita mengadakan evaluasi risiko kredit dari
para langganan tersebut. Untuk menilai risiko kredit, credit manager harus
mempertimbangkan berbagai faktor yang menentukan besar kecilnya kredit tersebut.Setelah
menilai risiko kredit, maka selanjutnya perlu bagi perusahaan untuk mengambil langkah-
langkah tertentu di dalam usaha untuk memperkecil risiko tidak terbayarnya piutang dengan
12
mengadakan penyaringan atau seleksi terhadap para langganan atau debitur.
Kebijakan penjualan kredit akan menimbulkan risiko bagi perusahaan. Oleh karena itu,
biaya risiko tidak dapat ditagihnya piutang perlu diperhitungkan dalam bentuk bad debt
expense.
Dengan demikian, risiko kerugian piutang terdiri atas:

1) risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang. Risiko ini terjadi apabila jumlah
risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan.

2) Risiko tidak dibayarkan sebagian piutang. Hal ini akan mengurangi pendapatan
perusahaan, bahkan mengakibatkan kerugian apabila jumlah piutang yang diterima
kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit

3) risiko keterlambatan pelunasan kredit. Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan
dana untuk biaya penagihan kepada peminjam.

4) risiko tertanamnya modal dalam piutang. Risiko ini terjadi karena adanya tingkat
perputaran piutang yang rendah sehingga mengakibatkan jumlah modal kerja yang
tertanam dalam piutang semakin besar. Hal ini dapat pula mengakibatkan adanya
13
modal kerja yang tidak produktif.
E. Analisis Kebijakan Investasi terhadap Piutang
Sebelum suatu kredit diputuskan, maka terlebih dahulu perlu dianalisis kelayakan kredit
tersebut.Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya
suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keunganan seperti bank.Tujuaunya jangan sampai yang
dibiayai nantinya tidak layak. Jika ini terjadi maka kemungkinan besar bank akan menderita
kerugian besar karena ketidak mampuan nasabah untuk mengembalikan pinjamannya. Tidak
hanya itu saja ketidak mampuan membayar biaya ansuran kedit, bagi nasabah juga akan
terkena dampak dari beban yang harus dibayar yang justru dapat mengancam kelangsungann

12 Opcit. Ardiprawiro, Dasar Manajemen Keuangan.hlm. 100-103.


13 Indriyo Gitusudarmo dan Basri, Manajemen Keuangan, Yogyakarta: ABPFE, 2002. hlm. 81.

11
hidup perusahaan lebih lanjut. Dengan demikian resiko kewajiban dan profitibilitas nasabah
menjadi fokus dalam analisis tersebut.
Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai metodhe analisis. Dalam praktiknya
terdapat beberapa methode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan kelayakan suatu
kredit, methode tersebutyaitu :
1. Penilaian Kredit (Credit Scoring)
Metode analisis nasabah dengan cara mengukur kemampua nasabah dengan
memberikan nialai (secore). Penilaian kredit merupakan cara yang mudah untuk
mengevaluasi kredit khususnya untuk kredit bagi sekelompok nasabah yang memiliki ciri
14
ciri sama. Contoh dari penggunaan penilain kredit tersebut dapat dilihat sebagai
berikut.
NILAI KREDIT KEPUTUSAN BANK
Lebih besar 70 Kredit diberikan
60-70 Kredit terbatas dengan tambahan jaminan

Kurang dari 60 Kredit ditolak


Standar kredit untuk BPR
Penerapan dari penilainya misalkan seorang nasabah meminta perumahan rakyat
dengan analisis tebel diatas, maka
Karakteristik Nilai (a) Timbangan Nilai Akhir
Pendapatan 80 0,40 32
Jaminan dari atasan
permohonan kredit 90 0,30 27
Lama kerja 60 0,10 6
Jaminan kebendaan 75 0,10 7,5
Referensi 60 0,10 6
Nilai Kredit : 78,5
Catatan : Nilai diberikan berdasarkan karakteristik yang dievaluasi menurut skala
yang ada antar 0 sampai 100
Dari hasil tersebut terlihat kredit pemohon adalah 78,5 melebihi standar kredit 70
unutk KPR dapat diberikan. Dengan demikian keputusan Bank adalah memberikan
kredit.

14
Muhamad Muslich, Manajemen Keuangan Modern analisis, perencanaan dan kebijaksanaan, Jakarta :
PT.Bumi Aksara, 2003, hal 110

12
2. Methode 5 Of C
Character adalah sifat atau watak nasabah.Analisis ini untuk mengetahui sifat atau
watak seseorang nasabah pemohon kredit, apakah memiliki tanggung jawab terhadap
kredit yang diambilnya. Dari watak atau sifat ini akan terlihat kemampuan nasabah untuk
membayar dalam kondisi sesulit apapun. Namun sebaliknya jika nasabah tidak memiliki
sifat tangungjawab maka nasabah akan berusaha mengelak untuk membayar dengan
berbagai alasan. Watak atau sifat ini dapat dilihat dari nasabah melalui pengamatan,
pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil wawancara nasabah.
Bagiamanapun baiknya suatu bidang usaha dan kondisi perusahaan, tanpa didukung
watak yang baik, tidak akan dapat memberikan keamanan bagi bank dalam pembayaran
atas segala kewajiban yanga ada. Beberapa hal yang harus diteliti didalam analisis watak
nasabah adalah riwayat hubungan dengan bank, antara lain :

1) Riwayat peminjaman.
2) Reputasi dalam bisnis dan keuangan.
3) Manajemen.
4) Legalitas usaha.15
Capacity yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan nasabah dalam
membayar kredit.Kemampuan ini dapat dilihat dari penghasilan peribadi untuk kredit
konsumtif dan melalui usaha yang dibiaya untuk kredit perdagangan atau
produktif.Kemampuan ini penting untuk dinilai agar bank tidak mengalami kerugian.
Untuk menilai kemampuan nasabah dapat dilihat dari dokumen yang dimiliki, hasil
konfirmasi dengan pihak yang memiliki wewenang mengeluarkan surat tertentu misalnya
penghasilan seseorang, hasil wawancara atau melalui perhitunga rasio keuangan.
Capital yaitu menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk membiayai kredit,
yaitu selisih antara aktiva dengan kewajiban yang ada. Hal ini penting karena bank tidak
akan membiayai kredit tersebut sepenuhnya. Artinya, harus ada modal dari nasabah.
Tujuannya jika nasabah juga memiliki modal yang ditanamkan dikegiatan tersebut, maka
nasabah juga akan merasa memiliki kegiatan tersebut, sehinggga termotivasi untuk
berkerja seungguh sungguh agar usaha tersebut berhasil dan mampu membayar
kewajiban kreditnya.

15
Rosita Ayu Saraswati, Jurnal Nominal, Peranan Analisis Laporan Keuangan, Penilaian Perinsip 5C
Calon Debitur Dan Pengawasan Kredit Terhadap Efektivitas Pemberian Kredit Pada DP BPR Bank Pasar
Kabupaten Temanggung,Volume 1, Nomer 1,Universitas Negri Yogyakarta,Tahun 2002, hal 4-5

13
Pada dasarnya modal berasal dari investasi pemilik ditambah dengan hasil usaha
perusahaan. Oleh karena itu analisis modal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam memikul beban pembiayaan yang dibutuhkan dan kemampuan dalam
menanggung beban resiko yang dialami.
Condition yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang tentunya. Kondisi yang
akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak untuk membiayai kredit
untuk sektor tertentu. Misalnya, kondisi produksi tanaman tertentu membeludak
pasaranya (jenuh), maka sebaiknya kredit untuk sektor tersebut dikurangi.Kondisi lainya
hany harus diperhaikan adalah kondisi dimana kondisi lingkunagn sekitar, misalnya
kondisi keamanan dan sosial masyarakat.
Colleteral merupakan jaminan yang akan diberikan nasabah kepada bank dalam
rangka pembiayaan kredit yang diajukannya. Jaminan ini digunakan sebagai alternatif
terakhir bagi bank untuk berjaga jaga jika terjadi kemacetan terhadap kredit yang
dibiayai. Colleteral atau jaminan menjadi menjadi penilaian terakhir karena yang paling
penting adalah penilaian yang disebutkan sebelumnya, apabila sudah layak maka
jaminan hanya merupakan tambahan saja, untuk berjaga jaga karena faktor faktor yang
tidak dapat dihindari yangmenyebabkan terjadinya kemacetan, misalnya bencana alam.

3. The Seven P’s of Credit


Personality, atau kepribadian merupakan penilaian yang digunakan untuk
mengetahui kepribadian si calon nasabah. Dalam menilai kepribadian yang dilakukan
bank, hamr sama dengan character atau sifat atau watak nasabah. Hanya saja personality
lebih ditekankan kepada orangnya, sedangkan dalam character termasuk kepada
keluarganya.
Purpose, atau tujuan mengambil kredit.Seperti diketahui sebelumnya bahwa tujuan
untuk mengambil kredit ada tiga yaitu untuk usaha yang produktif, atau untuk digunakan
sendiri (konsumtif), atau perdagangan.Penilaian dari ketiga tujuan ini sedikit berbeda,
oleh karena itu jangan sampai pemberian kredit yang dikucurkan oleh bank
disalahgunakan oleh nasabah.
Party, artinya dalam menyalurkan kredit, bank memilah-milah menjadi beberapa
golongan.Hal ini dilakukan agar bank lebih fokus untuk menangani kredit tersebut,
misalnya kredit untuk usaha kecil, menengah, atau besar.Atau dapat juga dipilah
berdasarkan wilayah, misalnya daerah pedesaan, perkotaan atau sektor usaha, misalnya
peternakan, industri, atau sektor lainnya.
Payment adalah cara pembayaran kredit oleh nasabah. Penilaian yang dilakukan
untuk menilai cara nasabah untuk membayar kredit, apakah daripenghasilan (gaji) atau
dari sumber objek yang dibiayai. Dari penilaian ini akan terlihat kemampuan nasabah
dalam membayar kredit.
14
Prospect, yaitu untuk menilai harapan ke depan terutama terhadap objek kredit yang
dibiayai. Tentunya harapan yang diinginkan memberikan harapan yang baik atau cerah.
Usaha yang tidak mengandung prospek cerah sebaiknya ditunda karena akan menyulitkan
bank dan nasabah nantinya, misalnya usaha yang sudah memasuki titik jenuh.

Profitability, artinya kredit yang dibiayai oleh bank akan memberikan keuntungan
bagi kedua belah pihak, baik bank ataupun nasabah. Jika tidak sebaiknya jangan
diberikan. Keuntungan bagi bank tentunya adalah berupa balas jasa yang diberikan
nasabah dari bunga atau bagi hasil. Sebaliknya bagi nasabah berkembangnya usaha yang
dibiayai yang ujung-ujungnya adalah keuntungan dan adanya tambahan modal baginya.
Protection, artinya perlindungan terhadap objek kredit yang dibiayai. Perlindungan
tidak sebatas jaminan fisik yang diberikan, akan tetapi lebih dari itu yaitu jaminan si
pengambil kredit seperti asuransi meninggal dunia dan jaminan perlindungan terhadap
16
jaminan fisik yang diberikan dari kehilangan, kerusakan, atau lainnya.

16 Op. Cit. Ardiprawiro, Dasar Manajemen Keuangan.hlm. 108.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Piutang adalah sejumlah uang (tagihan), atas barang atau jasa yang timbul karena adanya
penjualan barang atau jasa secara kredit dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus
normal perusahaan.
Dalam rangka meningkatkan penjualan secara kredit, maka perusahaan dagang perlu
menetapkan kebijakan kredit (credit policy). Tujuannya agar penjualan kredit yang diberikan
akan memberikan keuntungan seperti yang diinginkan. Penundaan atau keterlambatan
pembayaran oleh debitur akan merugikan perusahaan pemberi, apalagi debitur yang tidak
mampu untuk mengembalikannya. Oleh karena itu, dalam memberikan atau menjual barang
secara angsuran ada beberapa kebijakan yang harus dilakukan. Kebijakan kredit ini meliputi:
Standar kredit, persyaratan kredit dan kebijakan pengumpulan piutang.
Secara garis besar yang faktor mepengaruhi besarnya investasi terhadap piutang antara
lain: Volume penjualan kredit, syarat pembayaran penjualan kredit, ketentuan tentang
pembatasan kredit, kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang dan kebiasaan membayar
dari para langganan.
Dengan adanya kebijakan piutang dapat menimbulkan risiko-risiko yang mungkin
terjadi, yaitu:
1) Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang. Risiko ini terjadi apabila jumlah
risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan.
2) Risiko tidak dibayarkan sebagian piutang. Hal ini akan mengurangi pendapatan
perusahaan, bahkan mengakibatkan kerugian apabila jumlah piutang yang diterima
kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit
3) Risiko keterlambatan pelunasan kredit. Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan
dana untuk biaya penagihan kepada peminjam.
4) Risiko tertanamnya modal dalam piutang. Risiko ini terjadi karena adanya tingkat
perputaran piutang yang rendah sehingga mengakibatkan jumlah modal kerja yang
tertanam dalam piutang semakin besar. Hal ini dapat pula mengakibatkan adanya
modal kerja yang tidak produktif.
Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai metodhe analisis. Dalam praktiknya
terdapat beberapa methode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan kelayakan suatu
kredit yaitu dengan credit scoring, 5 C's of Credits, dan 7 P's of Credits.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alexandri, Moh Benny. Manajemen Keuangan Bisnis. Bandung: Alfabeta. 2009.

Ardiprawiro. Dasar Manajemen Keuangan. Depok : Universitas Gunadarma, 2015.

Darsono dan Ashari.Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. 2004.

Gitusudarmo, Indriyo dan Basri. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: ABPFE. 2002.

Harmono. Manajemen Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Harnanto.Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE. 1999.

Muslich, Muhamad. Manajemen Keuangan Modern analisis, perencanaan dan


kebijaksanaan. Jakarta : PT.Bumi Aksara. 2003.

Saraswati, Rosita Ayu. 2002. Jurnal Nominal. Peranan Analisis Laporan Keuangan,
Penilaian Perinsip 5C Calon Debitur Dan Pengawasan Kredit Terhadap Efektivitas
Pemberian Kredit Pada DP BPR Bank Pasar Kabupaten Temanggung. Vol. 1. No. 1.
Universitas Negeri Yogyakarta.Tahun 2002. hal 4-5.

Tampubolon, Manahan P. Manajemen Keuangan. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005.

Zainal, Arifin Agus. Manajemen Keuangan. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar.
UMB. 2007.

Zaki, Baridwan. Intermediate Acounting. Yogyakarta: BPFE. 2000.

Anda mungkin juga menyukai